Anda di halaman 1dari 12

tus 12 Februari 2014

KERANGKA ACUAN KERJA

PEMBINAAN PELAKSANAAN PEMANFAATAN


RUANG KOTA HIJAU

PROVINSI
SULAWESI TENGGARA
TAHUN 2015

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA


KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

0
I. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum Tugas Fungsi/Kebijakan

a. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung


b. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
c. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2007 tentang Sumber Daya Air
d. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
e. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
f. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup; dan
g. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang.

2. Gambaran Umum

Kota Hijau adalah suatu kota yang terencana dengan baik, bercirikan ramah lingkungan
yang secara efektif mampu memanfaatkan sumber daya alam secara seimbang dalam
rangka menjamin keberlanjutan kualitas dan daya dukung sumber daya alamnya.

Kota Hijau (berkelanjutan) merupakan kota yang dibangun dengan terus menerus
memupuk semua aset kota meliputi manusia, lingkungan terbangun, sumber daya alam,
lingkungan dan kualitas prasarana perkotaan. Kota Hijau juga merupakan kota yang
melakukan adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim. Pengembangan Kota Hijau
juga berarti pembangunan manusia kota yang berinisiatif dan bekerjasama dalam
melakukan perubahan dan gerakan bersama. Pengembangan Kota Hijau di Indonesia
memerlukan gerak bersama seluruh unsur pemangku kepentingan kota. Pengembangan
Kota Hijau juga memerlukan perubahan/inovasi/prakarsa mendasar (dari praktek hingga
nilai-nilai) dan masif.

Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang (UUPR) secara tegas
mengamanatkan 30% dari wilayah kota berwujud Ruang Terbuka Hijau (RTH), 20% RTH
Publik dan 10% RTH Privat. Pengalokasian 30% RTH ini ditetapkan dalam Peraturan
Daerah (Perda) tentang RTRW Kota dan RTRW Kabupaten.

Penataan ruang sebagai matra spasial pembangunan kota merupakan alat untuk
mengkoordinasikan pembangunan perkotaan secara berkelanjutan. Selaras dengan
amanat UUPR pasal 3, perlu diwujudkan suatu bentuk pengembangan kawasan
1
perkotaan yang mengharmonisasikan lingkungan alamiah dengan lingkungan buatan.
Upaya untuk membangkitkan kepedulian masyarakat dan mewujudkan
keberlangsungan tata kehidupan kota, antara lain dapat dilakukan dalam bentuk
perwujudan Kota Hijau.

Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) yang telah dirintis oleh Kementerian
Pekerjaan Umum c.q. Direktorat Jenderal Penataan Ruang, merupakan salah satu
langkah nyata Pemerintah Pusat bersama-sama dengan pemerintah provinsi dan
pemerintah Kota/Kabupaten dalam memenuhi ketetapan UUPR, terutama terkait
pemenuhan luasan RTH perkotaan, sekaligus menjawab tantangan perubahan iklim di
Indonesia. P2KH merupakan inovasi program perwujudan RTH perkotaan yang berbasis
komunitas.

Pada tahun 2011, kegiatan P2KH diawali dengan launching penyusunan Rencana Aksi
Kota Hijau (RAKH) 60 Kota/Kabupaten peserta P2KH oleh Menteri Pekerjaan Umum,
serta penandatanganan Piagam Komitmen Kota Hijau oleh para Walikota/Bupati pada
tanggal 7 November 2011 di Jakarta. Adapun pencanangan dimulainya P2KH
dilaksanakan bersamaan dengan puncak peringatan Hari Tata Ruang 2011, dengan
tema “Empowerment for Green Cities: From Planning to Action” pada tanggal 7
November 2011 di Jakarta.

Pada tahun 2012, Kementerian Pekerjaan Umum c.q. Direktorat Jenderal Penataan
Ruang telah memfasilitasi perwujudan RAKH yang telah disusun oleh 60
Kota/Kabupaten, selain itu 25 Kota/Kabupaten yang telah menyampikan konfirmasi
keikutsertaan dalam P2KH akan mendapatkan fasilitasi penyusunan RAKH. Fasilitasi ini
pada dasarnya merupakan bentuk insentif program bagi Kota/Kabupaten yang telah
menyelesaikan RTRW-nya atau setidaknya telah memperoleh Persetujuan substansi
dari Menteri Pekerjaan Umum. Hasil pelaksanaan P2KH tahun 2012 menunjukkan
bahwa Kota/Kabupaten yang berpartisipasi telah mampu menginisiasi dengan memulai
penyusunan Rencana Aksi Kota Hijau dan mewujudkan program peningkatan kuantitas
dan kualitas Ruang Terbuka Hijau (RTH) sehingga pada tahun 2013 dilanjutkan dengan
memperluas cakupan dan lingkup kegiatan pada Kota/Kabupaten yang menunjukkan
partisipasi dan minat dalam pengembangan Kota Hijau.

P2KH adalah suatu upaya untuk kota yang berkelanjutan dengan mengacu pada
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota/Kabupaten dalam rangka mewujudkan 8
(delapan) atribut Kota Hijau, yaitu : (1) perencanaan dan perancangan kota yang ramah
lingkungan; (2) ketersediaan ruang terbuka hijau; (3) konsumsi energi yang efisien; (4)
2
pengelolaan air yang efektif; (5) pengelolaan sampah ramah lingkungan; (6) bangunan
hijau; (7) penerapan sistem transportasi yang berkelanjutan; (8) peningkatan peran
masyarakat sebagai komunitas hijau.

Dalam rangka mewujudkan atribut tersebut, maka pemerintah akan melaksanakan


kegiatan Pelaksanaan Pemanfaatan Ruang Kota Hijau yang terdiri dari kegiatan
Pengembangan Atribut Kota Hijau, FGD Aspirasi dan Visi Kota Hijau, Pelaksanaan
Kegiatan Forum Komunitas Hijau (Festival Kota Hijau dan Aksi Komunitas),
Perencanaan Peningkatan Kuantitas RTH Perkotaan (DED), Fasilitasi Implementasi
Prakarsa Kota Hijau (Fisik RTH), dan Supervisi Fasilitasi Implementasi Prakarsa Kota
Hijau.

Pada tahap inisiasi, P2KH difokuskan pada perwujudan 3 (tiga) atribut, yaitu:
perencanaan dan perancangan kota yang ramah lingkungan, ketersediaan ruang
terbuka hijau, dan peningkatan peran masyarakat melalui komunitas hijau, namun pada
tahap berikutnya diharapkan akan dapat lebih diperluas sehingga mencapai delapan
atribut yang telah ditetapkan sebagai ciri Kota Hijau.

Tercapainya 8 (delapan) atribut Kota Hijau bukanlah tujuan akhir, sehingga harus
disadari bahwa perlu adanya suatu sistem manajemen yang menjamin keberlanjutan
dan eksistensi suatu kota yang beratribut hijau. Dalam hal ini peran masyarakat sebagai
mitra pemerintah daerah perlu diwujudkan dalam sistem collaborative community based
management, sehingga sejak awal peran masyarakat perlu dibangkitkan, didorong, dan
dikelola secara inklusif dan optimal untuk mewujudkan Kota Hijau yang berkelanjutan.

Tahun 2015 ini, P2KH difokuskan pada Kota/Kabupaten yang telah menunjukkan minat
secara konsisten serta mampu menyusun rencana aksi dan telah memasukkan rencana
aksi tersebut dalam rencana pembangunan daerah masing-masing. Berbagai bentuk
fasilitasi program akan diberikan kepada pemerintah daerah, namun secara perlahan
untuk mencapai ke-8 (delapan) atribut tersebut, pemerintah daerah akan didorong untuk
melakukan kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan.

II. MAKSUD DAN TUJUAN


1. Maksud

Kegiatan ini dimaksudkan sebagai upaya mendorong terwujudnya Kota Hijau khususnya
melalui perwujudan dan pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan pengembangan

3
atribut lainnya yang dalam rangka implememtasi RTRW Kota/Kabupaten dan untuk
memenuhi amanat Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

2. Tujuan

Tujuan dari kegiatan ini antara lain :

a. Mengembangkan atribut Kota Hijau yang lainnya secara bertahap selain


penambahan Ruang Terbuka Hijau (RTH) guna mewujudkan Kota Hijau yang
berkelanjutan;
b. Mendorong masyarakat khususnya Forum Komunitas Hijau untuk berpartisipasi
dalam merumuskan Visi Kota Hijau dalam Rekomendasi Langkah Strategis bagi
pengambil keputusan di Kota/Kabupaten untuk Perwujudan Kota Hijau di masa
mendatang dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun;
c. Mendorong partisipasi masyarakat melalui kegiatan Forum Komunitas Hijau (Aksi
Komunitas Hijau dan Festival Kota Hijau) untuk memanfaatkan RTH sebagai
bentuk peningkatan kesadaran tentang pentingnya Kota Hijau secara umum,
khususnya pemanfaatan RTH yang berkonstribusi positif bagi kualitas ruang kota;
d. Menyusun Detail Engineering Design (DED) RTH berdasarkan rencana induk
(masterplan) RTH, sebagai acuan bagi kontraktor pelaksana dalam melaksanakan
pekerjaan konstruksi, serta sebagai dokumen dalam kegiatan pengadaan jasa
pemborongannya;
e. Menambah luasan RTH publik yang terintegrasi dan aksesibel bagi lingkungan
perkotaan sekitarnya serta dapat memberikan fungsi interaksi sosial secara aktif
bagi masyarakat secara umum; dan
f. Melakukan supervisi terhadap proses pembangunan RTH publik yang memenuhi
kriteria di dalam Petunjuk Teknis dan Manual P2KH 2015.

III. SASARAN
Sasaran kegiatan ini terdiri atas :

1) Tersusunnya dokumen Desain Pengembangan Atribut Kota Hijau;


2) Terlaksananya kegiatan FGD Aspirasi dan Visi Kota Hijau serta tersusunnya
laporan penyelenggaraan yang berisi rumusan Visi Kota Hijau dalam Rekomendasi
Langkah Strategis bagi pengambil keputusan di Kota/Kabupaten untuk Perwujudan
Kota Hijau di masa mendatang dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun;
4
3) Tersusunnya Dokumen Perencanaan Teknis (DED) RTH berdasarkan Masterplan
RTH;
4) Bertambahnya luasan RTH publik yang terintegrasi dan aksesibel bagi lingkungan
perkotaan; dan
5) Terlaksananya pendampingan implementasi fisik Kegiatan Peningkatan Kuantitas
RTH.

IV. NAMA ORGANISASI PENGGUNA JASA


Pengguna jasa untuk kegiatan ini adalah Satker Pengembangan Kawasan Permukiman
dan Penataan Bangunan Provinsi Sulawesi Tenggara, Ditjen Cipta Karya, Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

V. SUMBER PENDANAAN
Untuk pelaksanaan kegiatan ini diperlukan biaya Rp. ……. (……) yang bersumber dari
dana APBN yang dilakukan secara swakelola dengan rincian kebutuhan biaya
sebagaimana RAB terlampir.

VI. LINGKUP DAN LOKASI KEGIATAN


1. Lingkup Kegiatan

a. FGD Aspirasi Dan Visi Kota Hijau

1) Pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) Aspirasi dan Visi Kota Hijau
sebagai salah satu bentuk partisipasi publik melalui :

 FGD yang diselenggarakan oleh FKH dan berkoordinasi dengan Tim


Teknis dan Tim Swakelola P2KH Kota/Kabupaten;

 Peserta utama adalah FKH dan kelompok masyarakat di


Kota/Kabupaten terkait;

 Jumlah peserta adalah 25-30 orang; dan

 FGD dipimpin oleh stakeholders terkait.

5
2) Hasil FGD akan disusun dalam bentuk laporan penyelenggaraan oleh FKH
yang berisikan rumusan Visi Kota Hijau dalam Rekomendasi Langkah
Strategis bagi pengambil keputusan di Kota/Kabupaten untuk Perwujudan
Kota Hijau di masa mendatang dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun.

3) Hasil FGD akan dipresentasikan kepada Walikota/Bupati, dan DPRD,


kemudian hasil audiensi tersebut akan dicantumkan pula di dalam laporan
penyelenggaraan FKH.

b. Pelaksanaan Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis/DED

1) Dokumen DED yang meliputi :

 Siteplan;

 Gambar kerja yang memadai untuk panduan pelaksanaan/ implementasi


fisik;

 Format kertas dalam ukuran A3, landscape/mendatar dengan kop di sisi


kanan kertas.

2) Dokumen lelang :

 Rencana Anggaran Biaya (RAB);

 Rincian volume pekerjaan (Bill of Quantity); dan

 Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS).

3) Dokumen Kontrak untuk pekerjaan Konstruksi Pembangunan Taman Kota


Hijau.

c. Kegiatan Pendampingan Peningkatan Kuantitas Ruang Terbuka Hijau

Kegiatan pendampingan implementasi fisik meliputi antara lain :

1) Melakukan rapat-rapat lapangan secara berkala serta koordinasi dengan Tim


Teknis, dan Tim Swakelola P2KH Kota/Kabupaten selama pelaksanaan
kegiatan;

2) Melaporkan setiap kegiatan yang telah dilaksanakan secara berkala kepada


Satker Pengembangan Kawasan Permukiman dan Penataan Bangunan
Provinsi Sulawesi Tenggara, Ditjen Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Ditjen Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan

6
Umum dan Perumahan Rakyat dalam bentuk laporan bulanan kegiatan
pendampingan; dan

3) Mendokumentasikan setiap tahap pelaksanaan perwujudan RTH di


lapangan.

2. Lokasi

Pelaksanaan kegiatan ini akan dilakukan di Kabupaten Konawe Selatan, Kabupaten


Bombana dan Kabupaten Wakatobi Provinsi Sulawesi Tenggara selaku peserta
P2KH 2015.

VII. METODOLOGI
Metode yang akan digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ini antara lain terdiri atas :

1. FGD Aspirasi Dan Visi Kota Hijau

Metodologi dari pelaksanaan kegiatan ini antara lain :

a) Melaksanakan rapat koordinasi Forum Komunitas Hijau dengan Tim Teknis dan
Tim Swakelola P2KH Kota/Kabupaten;

b) Menyelenggarakan FGD Aspirasi dan Visi Kota Hijau;

c) Merumuskan Visi Kota Hijau dalam Rekomendasi Langkah Strategis bagi


pengambil keputusan di Kota/Kabupaten untuk Perwujudan Kota Hijau di masa
mendatang dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun; dan

d) Mempresentasikan Visi Kota Hijau kepada Walikota/Bupati dan DPRD.

2. Penyusunan Dokumen Perencanaan Teknis (DED)

Metodologi dari pelaksanaan kegiatan ini antara lain :

a) Survey lapangan

Dilakukan untuk kegiatan peninjauan awal dan pengecekan kembali di


lapangan.

b) Studi literatur

7
Dilakukan melalui studi bahan dan material untuk memperoleh gambaran
mengenai desain ramah lingkungan sesuai 8 (delapan) atribut Kota Hijau dan
menentukan spesifikasi bahan dan mutu material yang akan digunakan.

c) Perancangan/Desain

Dilakukan untuk membuat dokumen DED.

d) Diskusi

Dilakukan dalam poses pembahasan dan pelaporan proses perencanaan.

3. Pendampingan Peningkatan Kuantitas Ruang Terbuka Hijau

Metodologi dari pelaksanaan kegiatan ini antara lain :

a) Pengumpulan data terkait keseluruhan pelaksanaan kegiatan;

b) Penyusunan jadwal pendampingan Kegiatan Peningkatan Kuantitas Ruang


Terbuka Hijau;

c) Pengawasan terhadap keseluruhan pelaksanaan perwujudan ruang terbuka


hijau di lapangan; dan

d) Melakukan pembahasan secara rutin baik melalui diskusi maupun rapat


internal.

VIII. TENAGA AHLI


Tenaga ahli yang diperlukan dalam pekerjaan ini disyaratkan dengan jenjang pendidikan S1 dan
memiliki pengalaman profesional di bidang masing-masing sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun
antara lain :

1. Ahli Perencanaan Kota 1 orang


2. Ahli Lansekap/Arsitektur 1 orang
3. Ahli Pemetaan/Transportasi/Teknik Lingkungan/Teknik 1 orang
Elektro
4. Ahli Teknik Sipil 1 orang

Waktu pekerjaan tenaga ahli dapat dilihat dari timeline berikut ini :

No Tenaga Ahli Bulan Ket Jumlah


8
1 2 3 4
1 Ahli Perencanaan Kota 4 bulan
Pengembangan Atribut Kota Hijau
2 Ahli Lansekap/Arsitektur 4 bulan
Pengembangan Atribut Kota Hijau
Penyusunan DED
3 Ahli Teknik Sipil 3 bulan
Penyusunan DED
4 Ahli Pemetaan/Transportasi/Teknik 2 bulan
Lingkungan/Teknik Elektro
Pengembangan Atribut Kota Hijau
Penyusunan DED

IX. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN


Kegiatan ini akan dilakukan selama 4 (empat) bulan dengan rencana jadwal
pelaksanaan berikut ini :

Bulan
No Kegiatan Keterangan
1 2 3 4
1 Persiapan dan Konsolidasi
2 Rapat Tim Tenaga Ahli
3 Koordinasi dengan Pemda terkait
4 Rapat Koordinasi Penyusunan DED
5 Workshop Aspirasi/FGD Visi Kota Hijau
6 Pelaporan

X. OUTPUT/KELUARAN
Terdapat beberapa keluaran yang akan dihasilkan dalam kegiatan ini antara lain :

1. Kegiatan FGD Aspirasi Dan Visi Kota Hijau, antara lain :

a. Laporan penyelenggaraan yang berisikan rumusan visi Kota Hijau dalam


rekomendasi langkah strategis bagi pengambil keputusan di Kota/Kabupaten
untuk perwujudan Kota Hijau di masa mendatang dalam kurun waktu 20 (dua
puluh) tahun.

2. Kegiatan Penyusunan DED

a. Dokumen DED yang meliputi :

9
 Laporan perencanaan arsitektur lansekap lengkap dengan perhitungan-
perhitungan yang bisa dipertanggungjawabkan;

 Rencana siteplan mencakup seluruh elemen lansekap;

 Gambar DED softscape dan hardscape lengkap dalam ukuran kertas A3.

b. Dokumen lelang :

 Rencana Anggaran Biaya (RAB/EE);

 Rincian volume pekerjaan (BQ);

 Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS).

c. Dokumen pengadaan jasa pemborongan implementasi pengembangan RTH.

3. Pendampingan Peningkatan Kuantitas Ruang Terbuka Hijau

a. Laporan hasil pendampingan peningkatan kuantitas ruang terbuka hijau; dan

b. Dokumentasi pelaksanaan pekerjaan RTH di lapangan.

XI. OUTCOME/MANFAAT
Terlaksananya rangkaian kegiatan P2KH untuk jangka pendek, menengah dan panjang
bagi aktor-aktor di daerah, swasta dan masyarakat sekaligus sebagai respon terhadap
perubahan iklim.

XII. LAPORAN
Laporan-laporan yang dihasilkan dari kegiatan ini terdiri atas :

1) Laporan I (dibuat rangkap 10), memuat metode dan persiapan :

a. Kegiatan FGD Aspirasi dan Visi Kota Hijau;

b. Kegiatan Penyusunan Dokumen Teknis (DED);

c. Kegiatan Pendampingan Kegiatan Peningkatan Kuantitas Ruang Terbuka


Hijau.

10
2) Laporan II (dibuat rangkap 10), memuat hasil pelaksanaan kegiatan, mencakup
laporan penyelenggaraan dan dokumentasi :

a. Kegiatan FGD Aspirasi dan Visi Kota Hijau;

b. Kegiatan Penyusunan Dokumen Teknis (DED);

c. Kegiatan Pendampingan Kegiatan Peningkatan Kuantitas Ruang Terbuka


Hijau.

Demikian Kerangka Acuan Kerja dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

MENGETAHUI Penjabat Pembuat Komitmen


Kepala Satuan Kerja (SATKER) Penataan Bangunan pada Satker
Pengembangan Kawasan Permukiman dan Pengembangan Kawasan Permukiman
Penataan Bangunan Provinsi Sulawesi dan Penataan Bangunan Provinsi
Tenggara, Sulawesi Tenggara,

Ir. Muh. Ramlan, M.Si. Markus Ganna, ST


NIP. 19631206 199203 1 008 NIP. 19700525 200812 1 001

11

Anda mungkin juga menyukai