DIARE
I. KONSEP MEDIK
A. Pengertian
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada
bayi dan lebih dari 3 kali pada anak; konsistensi feces encer, dapat berwarna
hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja.
Diare dapat disebabkan oleh obat-obatan tertentu (penggantian
hormon thyroid, pelunak feces dan laksatif, antibiotik dan kemoterapi, dan
antasida), pemberian makanan per selang, gangguan metabolik, dan endokrin
(diabetes, adisson, thyrotoksikosis), serta proses infeksi oleh virus atau
bakteri (disentri, shigellosis, keracunan makanan). Proses penyakit lain yang
dihubungkan dengan diare adalah gangguan nutrisi dan malabsorpsi (sindrom
usus pekak, kolitis ulseratif, enteritis regional, dan penyakit siliaka), defisit
springter anal, sindrom Zollinger – Ellison, paralitik ileus dan obstruksi usus.
B. Etiologi
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor :
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut:
Infeksi bakteri; Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella,
Campylobakter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
Infeksi virus; Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis),
Adenovirus, Rotavirus, Antrovirus dan lain-lain.
Infeksi parasit; Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides),
Protozoa (Entamoeba histolitika, Giardia lambia, Trichomonas
hominis), Jamur (Candida albicans).
b. Infeksi Parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti;
otitis media akut (OMA), tonsilitis/tonsilofaringitis, bronchopneumonia,
enchefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan
anak berumur dibawah 2 tahun.
2. Faktor Malabsorpsi
Malabsorpsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa): monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi
laktosa.
Malabsorpsi lemak
Malabsorpsi protein
3. Faktor Makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor Psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar)
C. Patogenesis
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah :
1. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya
timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan menyebabkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul
diare pula.
D. Pathofisiologi
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi :
1. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehydrasi) yang mengakibatkan gangguan
keseimbangan asam basah (asidosis metabolik, hopokalemia).
2. Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah).
3. Hipoglikemia
4. Gangguan sirkulasi darah
E. Gejala Klinik
Tergantung dari jenis diare, secara umum gejalanya :
1. BAB lebih dari 4 kali dengan jumlah 200 – 250 gr.
2. Anoreksia, pucat, iretable.
3. Vomoting, kejang, feces encer.
4. Terjadi perubahan perilaku.
5. Nyeri saat BAB.
6. Urine out put menurun.
7. Awalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat,
kemudian timbul diare. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena
bercampur empedu.
8. Anus dan sekitarnya lecet karena tinja menjadi asam.
9. BB menurun. Pada bayi ubun-ubun besar, cekung.
10. Tonus dan turgor kulit berkurang.
11. Selaput lendir mulut dan bibir kering.
F. Komplikasi
Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat menjadi
berbagai komplikasi sebagai berikut :
1. Dehydrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia,
perubahan elektrokardiogram).
4. Hipoglikemia.
5. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim
laktose.
6. Kejang, terjadi pada dehydrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik).
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan tinja: makroskopis dan mikroskopis, pH dan kadar gula jika
diduga ada intoleransi gula (sugar intolerance), biakan kuman untuk mencari
kuman penyebab dan uji resistensi terhadap berbagai antibiotika (pada diare
persisten).
2. Pemeriksaan darah: darah perifer lengkap, analisis gas darah dan elektrolit
(terutama natrium, kalium, kalsium dan phospor serum pada diare yang disertai
kejang).
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.
4. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan
kualitatif terutama pada diare kronik.
II. KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengertian
Keperawatan adalah ilmu dan kiat yang berkenaan dengan masalah-masalah
fisik, psikologis, sosiologis, udaya dan spiritual dari individu.
Ilmu keperawatan didasarkan atas kerangka teori yang luas; kiatnya
tergantung pada ketrampilan merawat dan kemampuan perawat secara individual.
Pentingnya perawat dalam sistem perawatan kesehatan telah dikenal dalam banyak
hal yang posiif, dan profesi keperawatan itu sendiri sedang mengatakan kebutuhan
untuk para praktisinya agar menjadi profesional dan bertanggung jawab.
B. Proses Keperawatan
Proses keperawatan pertama kali diperkenalkan pada tahun 1950-an sebagai
proses yang meliputi tiga tahap yaitu pengkajian, perencanaan, dan evaluasi yang
berdasarkan pada metode ilmiah yaitu mengobservasi, mengukur, mengumpulkan
data dan menganalisis temuan-temuan tertentu. Dengan penelitian, penggunaan data
dan perbaikaan selama bertahun-tahun telah menghantarkan perawat untuk
memperluas proses keperawatan menjadi 5 tahap yang memberikan metode proses
berpikir yang terorganisasi untuk pengambilan keputusan klinik, pemecahan
masalah, dan memberikan perawatan yang berkualitas, perawatan klien secara
individual.
Tahap-tahap proses keperawatan
Proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaang spesifik yaitu :
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan
klien. Hal-hal yang perlu dikaji pada klien dengan diare dehydrasi adalah:
a. Data Subyektif;
- Frekuensi BAB 3 – 4 kali/hari atau lebih.
- Napsu makan berkurang.
- Nyeri perut.
- Konsistensi feces encer yang terjadi perubahan warna.
- Mual.
- Vomoting
- Lemas, lemah.
- Orang tua cemas
b. Data Obyektif
- Feces encer mungkin disertai lendir atau darah.
- Anak menjadi cengeng dan gelisah.
- Suhu badan meningkat (36ºC - 37ºC)
- Muntah
- Anus dan daerah sekitarnya lecet/iritasi karena seringnya BAB.
- BB menurun.
- Turgor kulit menurun atau jelek.
- Selaput lendir dan bibir kering.
- Peristaltik meningkat.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau
kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi
dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan
menurun, membatasi, mencegah, dan mengubah (A. Carpenito, 200)
Tujuan diagnosa keperawatan untuk mengidentifikasi;
1) Masalah dimana adanya respon klien terhadap status
kesehatan atau penyakit.
2) Faktor-faktor yang menunjang atau menyebabkan suatu
masalah (etiologis); dan
3) Kemampuan klien untuk mencegah atau menyelesaikan
masalah.
Langkah-langkah menentukan diagnosa keperawatan
Langkah-langkah dalam diagnosa keperawatan dapat dibedakan
menjadi :
1) Klasifikasi dan analisa data.
2) Interpretasi data.
3) Validasi data.
4) Penentuan diagnosa keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian, maka ditemukan beberapa diagnosa
keperawatan pada anak dengan diare yaitu :
1) Gangguan keseimbangan cairan elektrolit berhubungan dengan
diare.
2) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat.
3) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi
pada usus.
4) Resiko terjadi infeksi sekunder berhubungan dengan iritasi pada
anus akibat diare.
5) Resiko terjadi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
seringnya BAB.
6) Gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan aktivasi
RAS.
7) Kecemasan (orang tua) berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang penyakit anaknya.
3. Intervensi Keperawatan
1) Gangguan keseimbangan cairan elektrolit berhubungan dengan diare.
Tujuan : Klien dapat mempertahankan volume cairan yang adekuat
dengan keseimbangan input dan out put serta bebas dari
tanda dehidrasi.
Intervensi :
- Observasi TTV, takikardia dan demam. Kaji turgor kulit dan
kelembabab membran mukosa.
Rasional : Merupakan indikator adanya
dehidrasi/hipovolemia dan untuk menentukan
intervensi selanjutnya.
- Pantau input dan out put cairan, catat/ukur diare dan kehilangan
cairan melalui oral.
Rasional : Untuk mengidentifikasi tingkat dehidrasi dan
pedoman untuk penggantian cairan .
- Penuhi kebutuhan cairan individu dengan menentukan jadwal
pemberian.
Rasional : Pemberian cairan yang teratur dapat membantu
mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit klien .
- Timbang BB klien secara teratur/sesuai jadwal.
Rasional : Penurunan BB menunjukan adanya kehilangan
cairan yang berlebihan .
- Anjurkan ibu klien untuk meningkatkan masukan oral bila
mampu.
Rasional : Memungkinkan penghentian tindakan dukungan
cairan invasif dan membantu mengembalikan
fungsi usus normal.
- Berikan cairan tambahan infus sesuai indikasi.
Rasional : Menggantikan kehilangan cairan dan memperbaiki
keseimbangan cairan.
- Observasi tetesan infus secara ketat.
Rasional : Memberikan informasi tentang status cairan.
Kecenderungan keseimbangan cairan negatif dapat
menunjukan terjadinya defisit.
- Penatalaksanaan pemberian obat sesuai instruksi.
Rasional : Mempercepat proses penyembuhan dan berguna
untuk meminimalkan kehilangan cairan.
2) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat.
Tujuan : Klien akan mempertahankan intake makanan dan minuman
yang adekuat untuk mepertahankan berat badan dalam
rangka pertumbuhan dengan kriteria hasil porsi makan
dihabiskan, BB meningkat atau dipertahankan.
Intervensi :
- Buat jadwal masukan tiap jam, anjurkan mengukur cairan atau
makanan dan minuman sedikit demi sedikit.
Rasional : Pemberian makanan dan minuman yang teratur
dapat membantu mempertahankan keseimbangan
nutrisi klien.
- Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
Rasional: Merupakan indikator terhadap asupan makanan
yang adekuat.
- Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen.
Rasional : Gangguan keseimbangaan cairan elektrolit dapat
menurunkan motilitas/fungsi lambung.
- Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan dan
elektrolit dengan segera jika klien dapat mentoleransinya
melalui pemberian cairan oral.
Rasional : Pemberian makanan melalui oral lebih baik jika
klien sadar dan fungsi ganstrointestinalnya baik.
- Libatkan keluarga (ibu klien) pada perencanaan makanan sesuai
indikasi.
Rasional : Meningkatkan rasa keterlibatan keluarga dalam
perawatan klien dan memberikan informasi untuk
memahami kebutuhan nutrisi pasien.
3) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi pada
usus.
Tujuan : Anak menunjukan suhu tubuh dalam batas normal (36-37˚C)
Intervensi :
- Pantau suhu tubuh klien setiap 1 jam, perhatikan apakah klien
menggigil.
Rasional : Untuk memantau peningkatan suhu tiba-tiba. Suhu
38,9˚ C – 41,1˚ C menunjukan proses infeksi.
Menggigil sering mendahului puncak peningkatan
suhu.
- Pertahankan lingkungan yang sejuk.
Rasional : Suhu ruangan harus diubah untuk mempertahakan
suhu mendekati normal.
- Beri kompres hangat dan hindari penggunaan alkohol/es.
Rasional : Membantu mengurangi demam. Alkohol / air es
dapat menyebabkan kedinginan dan mengeringkan
kulit.
- Kolaborasi untuk memberikan antipiretik (asetaminofen,
ibuprofen) sesuai indikasi.
Rasional : Mengurangi demam dengan aksi sentral pada
hipotalamus.
4) Resiko terjadi infeksi sekunder berhubungan dengan iritasi pada anus
akibat diare.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi sekunder dengan kriteria klien bebas
dari tanda-tanda infeksi sistemik atau lokal.
Intervensi :
- Pertahankan keadaan kulit sekitar anus tetap kering dan bersih.
Rasional : Mencegah terjadinya kontaminasi dan penyebaran
bakteri dan kontaminasi silang.
- Pertahankan teknik aseptik dalam melakukan tindakan invasif.
Rasional : Menurunkan resiko terjadinya infeksi silang.
- Kolaborasi untuk pemberian antimikrobial/antibiotik sesuai
indikasi.
Rasional : Menurunkan kolonisasi bakteri atau jamur disekitar
anus.
- Libatkan keluarga dalam program perawatan klien untuk
mempertahankan kulit tetap kering.
Rasional : Membantu meningkatkan peran keluarga dan
memberikan pemahaman tentang perawatan klien.
5) Resiko terjadi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
seringnya BAB.
Tujuan : Klien dapat mempertahankan integritas kulit dalam keadaan
normal.
Intervensi :
- Pertahankan keadaan kulit sekitar anus tetap kering dan bersih.
Rasional : Mencegah terjadinya kontaminasi dan iritasi.
- Berikan perawatan kulit secara rutin, observasi pakaian klien
agar tetap kering dan steril.
Rasional : Mencegah terjadinya kerusakan dan meningkatkan
penyembuhan.
- Pertahankan keadaan kulit sekitar anus tetap kering dan bersih.
Observasi ketat pada lipatan kulit
Rasional : Kelembaban atau akskroriasi meningkatkan
pertumbuhan bakteri yang dapat menyebabkan
infeksi.
- Ajarkan kepada keluarga untuk tidak memberikan tekanan pada
bagian tubuh tertentu.
Rasional : Menurunkan tekanan sehingga dapat meningkatkan
sirkulasi perifer dan menurunkan resiko kerusakan
kulit.
6) Gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan aktivasi RAS.
Tujuan : Klien dapat beristirahat dan tidur sesuai dengan kebutuhan
secara teratur.
Intervensi :
- Kaji kebiasaan tidur dan perubahan yang terjadi.
Rasional: Mengidentifikasi dan menentukan intervensi yang
tepat.
- Ciptakan tempat tidur yang nyaman.
Rasional: Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan
fisiologi – psikologis.
- Ciptakan lingkungan yang kondusif dengan mengurangi
kebisingan.
Rasional: Memberikan situasi yang kondusif untuk
tidur/istirahat.
- Hindari mengganggu klien bila mungkin (misalnya;
membangunkan untuk obat dan terapi)
Rasional: Tidur tanpa gangguan lebih menimbulkan rasa
segar dan klien mungkin tidak dapat tidur setelah di
bangunkan.
7) Kecemasan (orang tua) berhubungan dengan kurangnya kurangnya
pengetahuan tentang penyakit anaknya.
Tujuan : Kecemasan orang tua berkurang yang ditandai dengan
meningkatnya kemampuan mereka dalam mendampingi dan
memberi dukungan pada anak dengan menjelaskan
kondisinya.
Intervensi :
- Berikan informasi yang adekuat pada orang tua dan keluarga.
Rasional : Informasi yang adekuat merupakan suatu aspek
penting dalam membantu proses perawatan klien.
- Biarkan orang tua tetap mendampingi klien selama
hospitalisasi.
Rasional : Orang tua dapat mengetahui perkembangan
informasi tentang kondisi anaknya.
- Kaji pehaman orang tua tentang kondisi anaknya dan gambaran
perawatan.
Rasional : Mengetahui seberapa jauh pemahaman orang tua
tentang konsi anaknya dan gambaran perawatan
sehingga dapat membantu dalam melaksanakan
intervensi selanjutnya.
- Jelaskan semua prosedur pada orang tua (keluarga).
Rasional : Untuk meminimalkan rasa takut/cemas terhadap
hal-hal yang tidak diketahui.
- Beri dukungan emosional pada orang tua selama anak masih
dirawat di RS.
Rasional : Diharapkan orang tua dapat mengenal dan
menghadapi rasa cemas dengan adanya dukungan
dan konseling.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer, 2015, Kapita Salekta Kedoktern, Edisi 3 Jilid 2, EGC, Jakarta.
Brunner & Suddarth, 2014, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2, EGC,
Jakarta.
Nursalam, 2015, Proses dan Dokumentasi Keperawatan; konsep dan Praktik Edisi I,
Salemba Medika, Jakarta.
A. Pengertian Cairan
Cairan adalah volume air bisa berupa kekurangan atau kelebihan air.
Air tubuh lebih banyak meningkat tonisitus adalah terminologi guna perbandingan
osmolalitas dari salah satu cairan tubuh yang normal. Cairan tubuh terdiri dari cairan
eksternal dan cairan internal. Volume cairan intrasel tidak dapat diukur secara
langsung dengan prinsip difusi oleh karena tidak ada bahan yang hanya terdapat
dalam cairan intrasel. Volume cairan intrasel dapat diketahui dengan mengurangi
jumlah cairan ekternal, terdiri dari cairan tubuh total.
Cairan eksternal terdiri dari cairan tubuh total :
- Cairan interstitiel: bagian cairan ekstra sel yang ada diluar pembulu darah.
- Plasma darah
- Cairan transeluler, cairan yang terdapat pada rongga khusus seperti dalam pleura,
perikardium, cairan sendi, cairan serebrospinalis.
B. Pengertian Elektrolit
Elektrolit adalah substansi yanag menyebabkan ion kation (+) dan anion (-).
Ada tiga cairan elektrolit yang paling esensial yaitu :
1. Kation (K ) fungsinya;
- Untuk transmisi dan konduksi impuls saraf.
- Kontraksi otot rangka, otot polos dan otot jantung.
2. Natrium (Na )
Kation utama dari pada cairan ekstra seluler juga dijumpai dalam pada dan
jaringan.
- Merupakan kation paling banyak yang terdapat pada cairan ekstra sel.
- Natrium mempengaruhi keseimbangan air, hantaran impuls saraf dan
kontraksi otot.
- Sosdium diatur intake garam., aldosteron dan pengeluaran urine normalnya
sekitar 135 dan 148 mEq / 1 liter
3. Kalsium (Ca ), fungsinya :
- Membanu aktifitas saraf dan otot normal.
- Meningkatkan kontrasi otot jantung.
- Berguna untuk integritas kulit dan sel, konduksi jantung, pembekuan darah,
serta pembentukan tulang-tulang dan gigi.
☻ Gejala klinis kekurangan elektrolit:
- Haus
- Anoreksia
- Perubahan tanda-tanda vital
- Lemas atau pucat
- Anak rewel
- Kejang-kejang
- Kulit dingin
- Rasa malas
☻ Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan elektrolit :
1. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, metabolisme yang
diperlukan dan berat badan.
2. Temperatur lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat
mengalami kehilangan NaCl sebanyak 15 – 30 gr/hr.
3. Diet
Pada saat nutrisi kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan energi,
proses ini akan menimbulkan pegerakan cairan dari intertistial keintra
seluler.
4. Keadaan sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal dan jantung,
gangguan hormon akan menganggu keseimbangan cairan.
5. Situasi stres
Stres dapat menimbulkan peningkatan metaabolisme sel, konsentrasi darah
dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan
air. Proses ini dapat meningkatkan produksi ADH dan menurunkan
produksi urine.
Penatalaksanaan :
1. Penatalaksanaan medis utama diarahkan pada pengendalian atau pengobatan
penyakit dasar. Obat-obatan tersebut misalnya; prednison yang dapat
mengurangi beratnya diare dan penyakit.
2. Untuk diare ringan cairan oral dengan segera ditingkatkan dan glukosa oral
serta larutan elektrolit dapat diberikan untuk rehydrasi pasien.
3. Untuk diare sedang, akibat sumber non infeksius, obat-obatan tidak spesifik
seperti defenosiklat (lomotil) dan loperamit (imodium) juga diberikan untuk
menurunkan motilitas.
4. Preparat anti mikrobial diberikan bila preparat infeksius telah teridentifiksi atau
bila diare sangat berat.
5. Terapi cairan intra vena mungkin diperlukan untuk hydrasi cepat, khususnya
untuk anak kecil dan lansia.
TINJAUAN KASUS
I. Identitas
A. Data Biografi
1. Nama : “Nn. St”
2. Umur : 20 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Alamat : Jl. Dg. Ramang
Lorong 3
5. Agama : Islam
6. Suku/bangsa : Makassar / Indonesia
7. Pendidikan : SMA
8. Status perkawinan : Belum kawin
9. Tanggal masuk : 15 Mei 2018
10. Tanggal pengkajian : 16 Mei 2018
11. Diagnosa medik : Diare
12. No. medikal record : 29 19 60
X X X X
G1
G 11 ? ? 73 65 ? ? ?
G111 30 25 20
Keterangan :
: Laki-laki : Tinggal serumah
: Perempuan X : Meninggal
: Klien ? : Tidak diketahui
G1 : Kakek dan nenek dari pihak ayah dan ibu sudah meninggal karena
faktor usia
G 11 : Ayah dan ibu klien tidak pernah menderita penyakit yang sama
dengan klien dan berbadan sehat.
G111 : Klien adalah anak ketiga dari 3 bersaudara. Kedua saudara kandung
klien tidak pernah menderita penyakit yang sama dengan klien.
2. Minum
Jenis air minum ASI, air putih ASI, air putih
Sumber air Ledeng Ledeng
Frekuensi Tidak tentu Tidak tentu
Jumlah ¼ gelas ¼ gelas
b. Eliminasi
No Jenis kegiatan Sebelum sakit Saat sakit
1. BAB
Tempat Celana Celana
Frekuensi 2 kali sehari Lebih dari 5 x/hari
Cair / encer
Konsistensi Lembek Kuning kehijau-hijauan
Warna Kuning
2.
BAK Celana
Tempat Celana Tidak tentu
Frekuensi Tidak tentu Kuning
Warna Kuning
DATA FOKUS
Nama : An. “J”
No. Med. Rec : 07 99 25
Ruangan : P. Anak RSU. Haji Makassar
ANALISA DATA
Nama : An. “J”
No. Med. Rec : 07 99 25
Ruangan : P. Anak RSU. Haji Makassar
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : An. “J”
No. Med. Rec : 07 99 25
Ruangan : P. Anak RSU. Haji Makassar
RENCANA TINDAKAN
Nama : An. “J”
No. Med. Rec : 07 99 25
Ruangan : P. Anak RSU. Haji Makassar
CATATAN TINDAKAN
Nama : An. “J”
No. Med. Rec : 07 99 25
Ruangan : P. Anak RSU. Haji Makassar