PENDAHLUAN
PEMBAHASAN
2.1.ACTION RESEARCH
Action research atau penelitian tindakan merupakan salah satu bentuk rancangan
penelitian, dalam penelitian tindakan peneliti mendeskripsikan, menginterpretasi dan
menjelaskan suatu situasi sosial pada waktu yang bersamaan dengan melakukan
perubahan atau intervensi dengan tujuan perbaikan atau partisipasi. Action
research dalam pandangan tradisional adalah suatu kerangka penelitian pemecahan
masalah, dimana terjadi kolaborasi antara peneliti dengan client dalam mencapai tujuan
(Kurt Lewin,1973 disitasi Sulaksana,2004), sedangkan pendapat Davison, Martinsons &
Kock (2004), menyebutkan penelitian tindakan, sebagai sebuah metode penelitian,
didirikan atas asumsi bahwa teori dan praktik dapat secara tertutup diintegrasikan dengan
pembelajaran dari hasil intervensi yang direncanakan setelah diagnosis yang rinci
terhadap konteks masalahnya.
Menurut Gunawan (2007), action research adalah kegiatan dan atau tindakan
perbaikan sesuatu yang perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasinya digarap secara
sistematik dan sistematik sehingga validitas dan reliabilitasnya mencapai tingkatan
riset. Action research juga merupakan proses yang mencakup siklus aksi, yang
mendasarkan pada refleksi; umpan balik (feedback); bukti (evidence); dan evaluasi atas
aksi sebelumnya dan situasi sekarang. Penelitian tindakan ditujukan untuk memberikan
andil pada pemecahan masalah praktis dalam situasi problematik yang mendesak dan
pada pencapaian tujuan ilmu sosial melalui kolaborasi patungan dalam rangka kerja etis
yang saling berterima (Rapoport, 1970 disitasi Madya,2006). Proses penelitian bersifat
dari waktu ke waktu, antara “finding” pada saat penelitian, dan “action learning”.
Dengan demikian action research menghubungkan antara teori dengan praktek.
Baskerville (1999), membagi action research berdasarkan karakteristik model
(iteratif, reflektif atau linear), struktur (kaku atau dinamis), tujuan (untuk pengembangan
organisasi, desain sistem atau ilmu pengetahuan ilmiah) dan bentuk keterlibatan peneliti
(kolaborasi, fasilitatif atau ahli.
a. Sejarah Perkembangan Action Research
Penelitian tindakan pertama kali dikembangakan oleh Kurt Lewin
seorang Jerman pada tahun 1940-an. Ia seorang ahli psikologi social dan
eksperimental. Ia adalah seorang yang peduli terhadap masalah-masalah
social dan memfokuskannya pada proses kelompok partisipatif untuk
menangani konflik, krisis, dan perubahan-perubahan yang umumnya ada
dalam suatu organisasi. Lewin pertama kali mengemukakan istilah action
research (penelitian tindakan) pada makalah-makalah yang ditulisnya pada
tahun 1946, yang antara lain berjudul
“Action Research and Minority Problems, dan Characterizing
action research as “a Comparative Research un the Condition and Effect
of Various Forms of social action and Research Leading to social
Action”.
Dalam ilmu sosial, Kurt levin (dalam McTaggart, 1993)
memahami antara hubungan antara teori dan praktik sebagai aplikasi dari
hasil penelitian. Menurut Levin kekuatan dari penelitian tindakan terletak
pada fokus penelitian, yaitu masalah-masalah sosial poitik.
Dalam perkembangan selanjutnya, pada tahun 1952 – 1953,
Stephen Corey memakai model ini untuk tindakan dalam dunia pendidikan
yang menurutnya bahwa dengan menggunakan Action Reasearch
perubahan dapat dilaksanakan dan dirasakan. Setelah itu tercatat ada
beberapa proyek yang terkait dengan Action Research diantaranya,
Council’s Humanities Curriculum Project (HCP) pada tahun 1967-1972 di
Inggris. Kepala HCP, Lawrence Steen House (1975) memperkenalkan
istilah “the teacher as researcher” atau guru sebagai peneliti.
Sekitar tahun 1972-1975, ada proyek yang dinamakan dengan
Ford Teaching Project, yang dipimpin oleh John Elliot dan Clem
Adelman (Hopkins, 1993 : 32). Ada 40 guru sekolah dasar dan sekolah
menengah yang dilibatkan dalam penelitian ini untuk menelaah praktek
kelasnya dengan penelitian tindakan, sebagai upaya memperbaiki dan
meningkatkan pengajaran meereka.
Pada awal tahun 1980, di Amerika, muncul suatu keinginan untuk
mewujudkan kolaborasi dalam upaya mengembangkan profesionalisme
antara pendidik dan tenaga kependidikan. Gideonse (1983)
mengemukakan bahwa restorasi terhadap pendekatan penelitian perlu
diadakan sehingga penelitian yang dilakukan merupakan investigasi yang
terkendali terhadap berbagai fase pendidikan dan pembelajaran dengan
cara refleksi dan sistematis. Upaya kaloborasi ini dikenal sebagai tindakan
atau Action research.
Selanjutnya Stephen Kemmis memikirkan bagaimana konsep
Penelitian Tindakan ini diterapkan pada bidang pendidikan
(Kemmis,1982). Berpusat pada Deakin University di Australia, Kemmis
dan kolegannya telah menghasilkan suatu seri publikasi dan materi
pelajaran tentang Penelitian Tindakan, Pengembangan Kurikulum, dan
Evaluasi. Selanjutnya, artikel mereka mengenai Penelitian Tindakan
bermanfaat untuk pengembangan penelitian Tindakan dalam bidang
pendidikan.
b. Tujuan dan Tahapan Penelitian Tindakan
Semua kegiatan penelitian tindakan memiliki dua tujuan
utama, yaitu: meningkatkan dan melibatkan. Tujuan pertama
meningkatkan praktik, professional, yakni peningkatan
pemahamandanpraktik oleh praktisinya, sertapeningkatan situasi tempat
pelaksanaan praktik.Dengan kata lain, tujuan utama penelitian ini
adalah untuk merubah perilaku penelitianya, perilaku orang lain, dan atau
merubah cara kerja, kerangka kerja, organisasi, atau struktur lain yang
pada gilirannya menghasilkan perubahan perilaku para penelitinya dan
atau perilaku orang lain.
Jadi, penelitian tindakan lazimnya dimaksudkan untuk
mengembangkan keterampilan atau pendekatan baru dan untuk
memecahkan masalah dengan penerapan langsung pada ruang kelas atau
ajang dunia kerja. Jadi, penelitian tindakan dimaksudkan untuk
meningkatkan praktik tertentu dalam situasi kerja tertentu.
Menurut Grundy dan Kemmis (1990: 322) dalam
buku Educational Research In Australia mengemukakan bahwa penelitian
tindakan memiliki dua tujuan pokok, yaitu meningkatkan (improve) dan
melibatkan (involve).Improve maksudnya, meningkatkan bidang praktik,
meningkatkan pemahaman praktik yang dilakukan oleh praktisi, dan
meningkatkan situasi tempat praktik dilaksanakan.
Sedangkan involve berarti, melibatkan pihak-pihak yang terkait, jika
penelitian tindakan dilaksanakan di sekolah, pihak yang terkait adalah
antara lain, kepala sekolah, guru, siswa, karyawan, dan orang tua siswa.
Penelitian tindakan (action research) dilaksanakan bersama-sama
paling sedikit dua orang yaitu antara peneliti dan partisipan atau klien
yang berasal dari akademisi ataupun masyarakat. Oleh karena itu, tujuan
yang akan dicapai dari suatu penelitian tindakan (action research) akan
dicapai dan berakhir tidak hanya pada situasi organisatoris tertentu,
melainkan terus dikembangkan berupa aplikasi atau teori kemudian
hasilnya akan di publikasikan ke masyarakat dengan tujuan riset
(Madya,2006).
Davison, Martinsons & Kock (2004), membagi Action
research dalam 5 tahapan yang merupakan siklus, yaitu :
1. Melakukan diagnosa (diagnosing)
Melakukan identifikasi masalah-masalah pokok yang ada guna
menjadi dasar kelompok atau organisasi sehingga terjadi
perubahan, untuk pengembangan situs web pada tahap ini
peneliti mengidentifikasi kebutuhan stakeholder akan situs
web, ditempuh dengan cara mengadakan wawancara mendalam
kepada stakeholder yang terkait langsung maupun yang tidak
terkait langsung dengan pengembanga situs web.
2. Membuat rencana tindakan (action planning)
Peneliti dan partisipan bersama-sama memahami pokok
masalah yang ada kemudian dilanjutkan dengan menyusun
rencana tindakan yang tepat untuk menyelesaikan masalah
yang ada, pada tahap ini pengembangan situs web memasuki
tahapan desain situs web. Dengan memperhatikan
kebutuhanstakeholder terhadap situs web penelitian bersama
partisipan memulai membuat sketsa awal dan menentukan isi
yang akan ditampilkan nantinya.
3. Melakukan tindakan (action taking)
Peneliti dan partisipan bersama-sama mengimplementasikan
rencana tindakan dengan harapan dapat menyelesaikan
masalah. Selanjutnya setelah model dibuat berdasarkan sketsa
dan menyesuaikan isi yang akan ditampilkan berdasarkan
kebutuhan stakeholder dilanjutkan dengan mengadakan ujicoba
awal secara offline kemudian melanjutkan dengan sewa ruang
di internet dengan tujuan situs web dapat ditampilkan
secara online.
4. Melakukan evaluasi (evaluating)
Setelah masa implementasi (action taking) dianggap cukup
kemudian peneliti bersama partisipan melaksanakan evaluasi
hasil dari implementasi tadi, dalam tahap ini dilihat bagaimana
penerimaan pegguna terhadap situs web yang ditandai dengan
berbagai aktivitas-aktivitas.
5. Pembelajaran (learning)
Tahap ini merupakan bagian akhir siklus yang telah dilalui
dengan melaksanakan review tahap-pertahap yang telah
berakhir kemudian penelitian ini dapat berakhir. Seluruh
kriteria dalam prinsip pembelajaran harus dipelajari, perubahan
dalam situasi organisasi dievaluasi oleh peneliti dan
dikomunikasikan kepada klien, peneliti dan klien
merefleksikan terhadap hasil proyek, yang nampak akan
dilaporkan secara lengkap dan hasilnya secara eksplisit
dipertimbangkan dalam hal implikasinya terhadap
penerapanCanonical Action Reaserch (CAR). Untuk hal
tertentu, hasilnya dipertimbangkan dalam hal implikasinya
untuk tindakan berikutnya dalam situasi organisasi lebih-lebih
kesulitan yang dapat dikaitkan dengan pengimplementasian
perubahan proses.
c. Kelebihan dan Kelemahan Action Research
Shumsky (Suwarsih Madya, 1994) menjelaskan kelebihan–
kelebihan penelitian tindakan, antara lain:
Kerjasama dalam penelitian tindkan menimbulkan
rasa memiliki. Kerjasana dalam penelitian tindakan
memberikan ajang untuk menciptakan kelompok dasar
yang baru dan meendorong lahirnya rasa keterikatan.
Kerjasama dalm penelitian tindkn mendorong kreativitas
dan pemikiran kritis . Melalui interaksi dengan orang lain
dalam melakukan pekerjaan, seseorang akan
menemukan bahwa setiap manusia memiliki
kekurangan dan kelebihan.
Kerjasama meningkatkan kemungkinan untuk
berubah. Mencoba sesuatu yang baru selalu mengandung
resiko. Ketika seluruh kelompok menanggung resiko,
resiko perseorangan akan banyak berkurang.
Penelitiantentang dinamika kelompok menunjukkan
bhwa seseorang sebagai anggota kelompok lebih mudah
berubah dibandingkan dengan orang yang bukan anggota
kelompok.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Action research atau penelitian tindakan merupakan salah satu bentuk
rancangan penelitian, dalam penelitian tindakan peneliti mendeskripsikan,
menginterpretasi dan menjelaskan suatu situasi sosial pada waktu yang
bersamaan dengan melakukan perubahan atau intervensi dengan tujuan
perbaikan atau partisipasi.
2. penelitian evaluatif adalah kegiatan penelitian yang sifatnya mengevaluasi
suatu kegiatan/ program yang bertujuan untuk mengukur keberhasilan suatu
kegiatan/ program dan menentukan keberhasilan/ kebermanfaatan suatu
program dan apakah telah sesuai dengan yang diharapkan.
3. Menurut Grundy dan Kemmis (1990: 322) dalam buku Educational Research
In Australia mengemukakan bahwa penelitian tindakan memiliki dua tujuan
pokok, yaitu meningkatkan (improve) dan
melibatkan (involve).Improve maksudnya, meningkatkan bidang praktik,
meningkatkan pemahaman praktik yang dilakukan oleh praktisi, dan
meningkatkan situasi tempat praktik dilaksanakan. Sedangkan involve berarti,
melibatkan pihak-pihak yang terkait, jika penelitian tindakan dilaksanakan di
sekolah, pihak yang terkait adalah antara lain, kepala sekolah, guru, siswa,
karyawan, dan orang tua siswa. Sedangkan Tujuan penelitian evaluasi adalah
untuk melihat dan mengetahui proses yang terjadi dalam proses
pembelajaran. Proses pembelajaran memiliki 3 hal penting yaitu, input,
transformasi dan output. Input adalah peserta didik yang telah dinilai
kemampuannya dan siap menjalani proses pembelajaran, transformasi adalah
segala unsur yang terkait dengan proses pembelajaran yaitu ; guru, media dan
bahan beljar, metode pengajaran, sarana penunjang dan sistem administrasi.
Sedangkan output adalah capaian yang dihasilkan dari proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Madya, S, (2006) Teori dan Praktik Penelitian Tindakan (Action Research), Alfabeta:
Bandung.
Kemmis, Stephen and Robin Mc Taggart. (1997). The Action Research Planner.
Geelong: Deakin University.
Sukmadinata, N.S. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosda
Karya
http://penelitian.lppm.upi.edu/detil/89/penelitian-evaluatif-tentang-efektivitas-
penyelenggaraan-sekolah-maya%28-virtual-learning%29-pada-program-pendidian-
kesetaraan-di-kota-bandung (Diakses pada selasa, 4 februari 2020)