Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHLUAN

1.1. Latar Belakang


Penelitian Tindakan atau Action Research mulai berkembang sejak perang dunia
ke dua. Saat itu, Penelitian TIndakan sedang berkembang dengan pesatnya di negara-
negara maju seperti Inggris, Amerika, Australia, dan Canada. Pada awalnya penelitian
tindakan digunakan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi seseorang dalam
tugasnya sehari-hari dimanapun tempatnya, seperti kantor, pabrik, bank, sekolah, rumah
sakit, dan lain sebagainya. Penelitian Tindakan ini bersifat partisipatif karena dilakukan
sendiri oleh peneliti dari penentuan topik permasalahan, merumuskan masalah,
merencanakan, melaksanakan, sampai menganalisis dan membuat laporannya. Selain
bersifat partisipatif, penelitian tindakan juga bersifat kolaboratif. Hal ini dikarenakan
pada penelitian tindakan juga melibatkan rekan kerja dalam proses penelitiannya.
Selain penelitian tindakan (Action Research), terdapat pula penelitian evaluasi
yang mempunyai prinsip untuk mengambil keputusan dengan membandingkan data atau
informasi yang dikumpulkan terhadap kriteria, standar atau tolok ukur yang digunakan
sebagai pembanding bagi data yang diperoleh. Jenis penelitian ini dapat diaplikasikan
pada objek –objek jika peneliti ingin mengetahui kualitas dari suatu kegiatan.
Sukmadinata mengemukakan bahwa evaluasi dua kegiatan utama, yaitu : pengukuran
atau pengumpulan data dan membandingkan hasil pengukuran dengan standar yang
digunakan. Berdasarkan hasil perbandingan maka dapat disimpulkan bahwa suatu
program, kegitan, atau produk itu layak atau tidak, relevan atau tidak, efektif atau tidak
dan efisien atau tidak. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk merancang,
menyempurnakan dan menguji pelaksanaan suatu praktik pendidikan.
Pada kesempatan kali ini akan dibahas mengenai penelitian tindakan (action
research) dan penelitian evaluasi. Tampaknya metod-metode penelitian ini sedang
berkembang di kalangan masyarakat. Perkembangan ini tidak hanya terjadi di Indonesia,
di Negara – Negara maju pun demikian.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diketahui rumusan masalahnya
adalah :
1. Apa yang dimaksud penelitian action research?
2. Apa yang dimaksud penelitian evaluasi?
3. Bagaimana tujuan dari dua penelitian tersebut?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian penelitian action research.
2. Untuk mengetahui pengertian penelitian evaluasi.
3. Untuk mengetahui tujuan dari dua penelitian tersebut.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.ACTION RESEARCH
Action research atau penelitian tindakan merupakan salah satu bentuk rancangan
penelitian, dalam penelitian tindakan peneliti mendeskripsikan, menginterpretasi dan
menjelaskan suatu situasi sosial pada waktu yang bersamaan dengan melakukan
perubahan atau intervensi dengan tujuan perbaikan atau partisipasi. Action
research dalam pandangan tradisional adalah suatu kerangka penelitian pemecahan
masalah, dimana terjadi kolaborasi antara peneliti dengan client dalam mencapai tujuan
(Kurt Lewin,1973 disitasi Sulaksana,2004), sedangkan pendapat Davison, Martinsons &
Kock (2004), menyebutkan penelitian tindakan, sebagai sebuah metode penelitian,
didirikan atas asumsi bahwa teori dan praktik dapat secara tertutup diintegrasikan dengan
pembelajaran dari hasil intervensi yang direncanakan setelah diagnosis yang rinci
terhadap konteks masalahnya.
Menurut Gunawan (2007), action research adalah kegiatan dan atau tindakan
perbaikan sesuatu yang perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasinya digarap secara
sistematik dan sistematik sehingga validitas dan reliabilitasnya mencapai tingkatan
riset. Action research juga merupakan proses yang mencakup siklus aksi, yang
mendasarkan pada refleksi; umpan balik (feedback); bukti (evidence); dan evaluasi atas
aksi sebelumnya dan situasi sekarang. Penelitian tindakan ditujukan untuk memberikan
andil pada pemecahan masalah praktis dalam situasi problematik yang mendesak dan
pada pencapaian tujuan ilmu sosial melalui kolaborasi patungan dalam rangka kerja etis
yang saling berterima (Rapoport, 1970 disitasi Madya,2006). Proses penelitian bersifat
dari waktu ke waktu, antara “finding” pada saat penelitian, dan “action learning”.
Dengan demikian action research menghubungkan antara teori dengan praktek.
Baskerville (1999), membagi action research berdasarkan karakteristik model
(iteratif, reflektif atau linear), struktur (kaku atau dinamis), tujuan (untuk pengembangan
organisasi, desain sistem atau ilmu pengetahuan ilmiah) dan bentuk keterlibatan peneliti
(kolaborasi, fasilitatif atau ahli.
a. Sejarah Perkembangan Action Research
Penelitian tindakan pertama kali dikembangakan oleh Kurt Lewin
seorang Jerman pada tahun 1940-an. Ia seorang ahli psikologi social dan
eksperimental. Ia adalah seorang yang peduli terhadap masalah-masalah
social dan memfokuskannya pada proses kelompok partisipatif untuk
menangani konflik, krisis, dan perubahan-perubahan yang umumnya ada
dalam suatu organisasi. Lewin pertama kali mengemukakan istilah action
research (penelitian tindakan) pada makalah-makalah yang ditulisnya pada
tahun 1946, yang antara lain berjudul
“Action Research and Minority Problems, dan Characterizing
action research as “a Comparative Research un the Condition and Effect
of Various Forms of social action and Research Leading to social
Action”.
Dalam ilmu sosial, Kurt levin (dalam McTaggart, 1993)
memahami antara hubungan antara teori dan praktik sebagai aplikasi dari
hasil penelitian. Menurut Levin kekuatan dari penelitian tindakan terletak
pada fokus penelitian, yaitu masalah-masalah sosial poitik.
Dalam perkembangan selanjutnya, pada tahun 1952 – 1953,
Stephen Corey memakai model ini untuk tindakan dalam dunia pendidikan
yang menurutnya bahwa dengan menggunakan Action Reasearch
perubahan dapat dilaksanakan dan dirasakan. Setelah itu tercatat ada
beberapa proyek yang terkait dengan Action Research diantaranya,
Council’s Humanities Curriculum Project (HCP) pada tahun 1967-1972 di
Inggris. Kepala HCP, Lawrence Steen House (1975) memperkenalkan
istilah “the teacher as researcher” atau guru sebagai peneliti.
Sekitar tahun 1972-1975, ada proyek yang dinamakan dengan
Ford Teaching Project, yang dipimpin oleh John Elliot dan Clem
Adelman (Hopkins, 1993 : 32). Ada 40 guru sekolah dasar dan sekolah
menengah yang dilibatkan dalam penelitian ini untuk menelaah praktek
kelasnya dengan penelitian tindakan, sebagai upaya memperbaiki dan
meningkatkan pengajaran meereka.
Pada awal tahun 1980, di Amerika, muncul suatu keinginan untuk
mewujudkan kolaborasi dalam upaya mengembangkan profesionalisme
antara pendidik dan tenaga kependidikan. Gideonse (1983)
mengemukakan bahwa restorasi terhadap pendekatan penelitian perlu
diadakan sehingga penelitian yang dilakukan merupakan investigasi yang
terkendali terhadap berbagai fase pendidikan dan pembelajaran dengan
cara refleksi dan sistematis. Upaya kaloborasi ini dikenal sebagai tindakan
atau Action research.
Selanjutnya Stephen Kemmis memikirkan bagaimana konsep
Penelitian Tindakan ini diterapkan pada bidang pendidikan
(Kemmis,1982). Berpusat pada Deakin University di Australia, Kemmis
dan kolegannya telah menghasilkan suatu seri publikasi dan materi
pelajaran tentang Penelitian Tindakan, Pengembangan Kurikulum, dan
Evaluasi. Selanjutnya, artikel mereka mengenai Penelitian Tindakan
bermanfaat untuk pengembangan penelitian Tindakan dalam bidang
pendidikan.
b. Tujuan dan Tahapan Penelitian Tindakan
Semua kegiatan penelitian tindakan memiliki dua tujuan
utama, yaitu: meningkatkan dan melibatkan. Tujuan pertama
meningkatkan praktik, professional, yakni peningkatan
pemahamandanpraktik oleh praktisinya, sertapeningkatan situasi tempat
pelaksanaan praktik.Dengan kata lain, tujuan utama penelitian ini
adalah untuk merubah perilaku penelitianya, perilaku orang lain, dan atau
merubah cara kerja, kerangka kerja, organisasi, atau struktur lain yang
pada gilirannya menghasilkan perubahan perilaku para penelitinya dan
atau perilaku orang lain.
Jadi, penelitian tindakan lazimnya dimaksudkan untuk
mengembangkan keterampilan atau pendekatan baru dan untuk
memecahkan masalah dengan penerapan langsung pada ruang kelas atau
ajang dunia kerja. Jadi, penelitian tindakan dimaksudkan untuk
meningkatkan praktik tertentu dalam situasi kerja tertentu.
Menurut Grundy dan Kemmis (1990: 322) dalam
buku Educational Research In Australia mengemukakan bahwa penelitian
tindakan memiliki dua tujuan pokok, yaitu meningkatkan (improve) dan
melibatkan (involve).Improve maksudnya, meningkatkan bidang praktik,
meningkatkan pemahaman praktik yang dilakukan oleh praktisi, dan
meningkatkan situasi tempat praktik dilaksanakan.
Sedangkan involve berarti, melibatkan pihak-pihak yang terkait, jika
penelitian tindakan dilaksanakan di sekolah, pihak yang terkait adalah
antara lain, kepala sekolah, guru, siswa, karyawan, dan orang tua siswa.
Penelitian tindakan (action research) dilaksanakan bersama-sama
paling sedikit dua orang yaitu antara peneliti dan partisipan atau klien
yang berasal dari akademisi ataupun masyarakat. Oleh karena itu, tujuan
yang akan dicapai dari suatu penelitian tindakan (action research) akan
dicapai dan berakhir tidak hanya pada situasi organisatoris tertentu,
melainkan terus dikembangkan berupa aplikasi atau teori kemudian
hasilnya akan di publikasikan ke masyarakat dengan tujuan riset
(Madya,2006).
Davison, Martinsons & Kock (2004), membagi Action
research dalam 5 tahapan yang merupakan siklus, yaitu :
1. Melakukan diagnosa (diagnosing)
Melakukan identifikasi masalah-masalah pokok yang ada guna
menjadi dasar kelompok atau organisasi sehingga terjadi
perubahan, untuk pengembangan situs web pada tahap ini
peneliti mengidentifikasi kebutuhan stakeholder akan situs
web, ditempuh dengan cara mengadakan wawancara mendalam
kepada stakeholder yang terkait langsung maupun yang tidak
terkait langsung dengan pengembanga situs web.
2. Membuat rencana tindakan (action planning)
Peneliti dan partisipan bersama-sama memahami pokok
masalah yang ada kemudian dilanjutkan dengan menyusun
rencana tindakan yang tepat untuk menyelesaikan masalah
yang ada, pada tahap ini pengembangan situs web memasuki
tahapan desain situs web. Dengan memperhatikan
kebutuhanstakeholder terhadap situs web penelitian bersama
partisipan memulai membuat sketsa awal dan menentukan isi
yang akan ditampilkan nantinya.
3. Melakukan tindakan (action taking)
Peneliti dan partisipan bersama-sama mengimplementasikan
rencana tindakan dengan harapan dapat menyelesaikan
masalah. Selanjutnya setelah model dibuat berdasarkan sketsa
dan menyesuaikan isi yang akan ditampilkan berdasarkan
kebutuhan stakeholder dilanjutkan dengan mengadakan ujicoba
awal secara offline kemudian melanjutkan dengan sewa ruang
di internet dengan tujuan situs web dapat ditampilkan
secara online.
4. Melakukan evaluasi (evaluating)
Setelah masa implementasi (action taking) dianggap cukup
kemudian peneliti bersama partisipan melaksanakan evaluasi
hasil dari implementasi tadi, dalam tahap ini dilihat bagaimana
penerimaan pegguna terhadap situs web yang ditandai dengan
berbagai aktivitas-aktivitas.
5. Pembelajaran (learning)
Tahap ini merupakan bagian akhir siklus yang telah dilalui
dengan melaksanakan review tahap-pertahap yang telah
berakhir kemudian penelitian ini dapat berakhir. Seluruh
kriteria dalam prinsip pembelajaran harus dipelajari, perubahan
dalam situasi organisasi dievaluasi oleh peneliti dan
dikomunikasikan kepada klien, peneliti dan klien
merefleksikan terhadap hasil proyek, yang nampak akan
dilaporkan secara lengkap dan hasilnya secara eksplisit
dipertimbangkan dalam hal implikasinya terhadap
penerapanCanonical Action Reaserch (CAR). Untuk hal
tertentu, hasilnya dipertimbangkan dalam hal implikasinya
untuk tindakan berikutnya dalam situasi organisasi lebih-lebih
kesulitan yang dapat dikaitkan dengan pengimplementasian
perubahan proses.
c. Kelebihan dan Kelemahan Action Research
Shumsky (Suwarsih Madya, 1994) menjelaskan kelebihan–
kelebihan penelitian tindakan, antara lain:
 Kerjasama dalam penelitian tindkan menimbulkan
rasa memiliki. Kerjasana dalam penelitian tindakan
memberikan ajang untuk menciptakan kelompok dasar
yang baru dan meendorong lahirnya rasa keterikatan.
 Kerjasama dalm penelitian tindkn mendorong kreativitas
dan pemikiran kritis . Melalui interaksi dengan orang lain
dalam melakukan pekerjaan, seseorang akan
menemukan bahwa setiap manusia memiliki
kekurangan dan kelebihan.
 Kerjasama meningkatkan kemungkinan untuk
berubah. Mencoba sesuatu yang baru selalu mengandung
resiko. Ketika seluruh kelompok menanggung resiko,
resiko perseorangan akan banyak berkurang.
Penelitiantentang dinamika kelompok menunjukkan
bhwa seseorang sebagai anggota kelompok lebih mudah
berubah dibandingkan dengan orang yang bukan anggota
kelompok.

Selain memiliki beberapa kelebihan, penelitian tindakan


juga memiliki beberapa kekurangan. Kekurangan-kekurangan itu adalah:

 Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam


teknik dasar penelitian tindakan pada fihak peneliti.
Peneliti tindakan lazimnya dilakukan oleh para praktisi,
seperti guru, pelatih, pengelola, dan pengawas yang
selalu peduli akan ketimpangan atau kekurangan yang ada
dalam situasi kerjanya dan berkehendak untuk
memperbaikinya.
 Waktu yang diperlukan oleh peneliti lama. Oleh
karena penelitian tindakan memerlukan komitmen
peneliti untuk terlibat dalam prosesnya, maka waktu
menjadi faktor penghambat. Praktisi yangingin melakukan
penelitian tindakan harus membagi waktunyauntuk
melakukan tugas rutinnya dan untuk melakukan
penelitian tindakan.
 Perbedaan konsepsi dalam kelompok. Proses kelompok
dapat berjalan lancar jika pemimpin kelompok itu
demokratis, yaituseseorang yang memungkinkan para
anggotanya ikut mengendalikan jalannyadiskusi.
2.2.PENELITIAN EVALUASI
a. Pengertian Penelitian Evaluasi
 Menurut Depdiknas (2002:3) evaluasi merupakan suatu proses sistematis dalam
mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasikan informasi yang umumnya
diperoleh melalui pengukuran untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan
efisiensi suatu program pendidikan. Evaluasi dilaksanakan untuk menguji obyek/
kegiatan dengan kriteria tertentu untuk keperluan pembuatan keputusan.
 McMillan dan Schumacher (2010) menjelaskan bahwa evaluasi merupakan salah
satu penerapan dari penelitian yang digunakan untuk menentukan berhasil atau
tidaknya atau apakah ada manfaat/nilai dari suatu program atau kebijakan dalam
pendidikan.
 Menurut Suharsimi Arikunto (2007) menyebutkan bahwa evaluasi merupakan
kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang
selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat
dalam mengambil keputusan.
 Evaluasi adalah suatu upaya untuk mengukur hasil atau dampak suatu aktivitas,
program, atau proyek dengan cara membandingkan dengan tujuan yg telah
ditetapkan, dan bagaimana cara pencapaiannya (Mulyono 2009).
 Viviane dan Gilbert de Lansheere (dalam Inggit Kurniawan, 2009) menyatakan
bahwa evaluasi adalah proses penentuan apakah materi dan metode pembelajaran
telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
 Nana Syaodih (2007:120) Penelitian evaluatif merupakan suatu desain dan
prosedur evaluasi dalam mengumpulkan dan menganalisis data secara sistematik
untuk menentukan nilai/ manfaat dari suatu praktik (pendidikan). Nilai/ manfaat
dari suatu praktik (pendidikan) didasarkan atas hasil pengukuran/ pengumpulan
data yang menggunakan standar/ kriteria tertentu yang digunakan secara absolut
ataupun relatif.
 Penelitian evaluatif pada dasarnya merupakan bagian dari penelitian terapan.
Penelitian evaluasi dimaksudkan untuk mengukur keberhasilan suatu program,
produk atau kegiatan tertentu (Danim, 2000). Penelitian ini diarahkan untuk
menilai keberhasilan manfaat, kegunaan, sumbangan dan kelayakan suatu
program kegiatan dari suatu unit/ lembaga tertentu.
 Penelitian evaluatif menjelaskan adanya kegiatan penelitian yang sifatnya
mengevaluasi terhadap sesuatu objek, yang biasanya merupakan pelaksanaan dan
rencana. Makna evaluatif menunjuk pada kata kerja yang menjelaskan sifat suatu
kegiatan, dan kata bendanya adalah evaluasi.
Jadi yang dimaksud dengan penelitian evaluatif adalah kegiatan penelitian yang
sifatnya mengevaluasi suatu kegiatan/ program yang bertujuan untuk mengukur
keberhasilan suatu kegiatan/ program dan menentukan keberhasilan/ kebermanfaatan
suatu program dan apakah telah sesuai dengan yang diharapkan.
b. Prinsip-prinsip Evaluasi
1) Keterpaduan
evaluasi harus dilakukan dengan prinsip keterpaduan antara tujuan intrusional
pengajaran, materi pembelajaran dan metode pengajaran.
2) Keterlibatan peserta didik
prinsip ini merupakan suatu hal yang mutlak, karena keterlibatan peserta didik
dalam evaluasi bukan alternatif, tapi kebutuhan mutlak.
3) Koherensi
evaluasi harus berkaitan dengan materi pengajaran yang telah dipelajari dan
sesuai dengan ranah kemampuan peserta didik yang hendak diukur.
4) Pedagogis
Perlu adanya tool penilai dari aspek pedagogis untuk melihat perubahan sikap
dan perilaku sehingga pada akhirnya hasil evaluasi mampu menjadi motivator
bagi diri siswa.
5) Akuntabel
Hasil evaluasi haruslah menjadi aalat akuntabilitas atau bahan
pertnggungjawaban bagi pihak yang berkepentingan seeprti orangtua siswa,
sekolah, dan lainnya.
c. Fungsi Penelitian Evaluasi
 Fungsi Pembelajaran. Untuk mengetahui keberhasilan kegiatan atau kegagalan
dan mengetahui penyebabnya, dimungkinkan penyempurnaan kinerja program
di masa mendatang dan menghindari kesalahan yang telah dibuat pada masa
lalu.
 Evaluasi dapat berfungsi sebagai kemudi dan manajemen. Yaitu sebagai
umpan balik dan kendali pencapaian tujuan program. Serta membuat
penyesuaian mengenai cara bagaimana sebaiknya program dilaksanakan.
 Evaluasi mengemban fungsi kontrol dan inspeksi. Artinya dapat digunakan
sebagai informasi kepada pimpinan puncak atau pihak donor apakah kegiatan
program telah dilaksanakan dengan benar dan membawa hasil sesuai yang
diharapkan.
 Evaluasi dapat mengemban fungsi akuntabilitas, karena ia memberikan
informasi tentang penggunaan anggaran/dana.
 Evaluasi dapat berfungsi kepenasihatan. Hasil evaluasi dapat digunakan untuk
mendapatkan dana yang lebih banyak guna mendanai program sejenis di masa
yang akan datang.
d. Tujuan Penelitian Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat dan mengetahui proses yang terjadi
dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran memiliki 3 hal penting yaitu,
input, transformasi dan output. Input adalah peserta didik yang telah dinilai
kemampuannya dan siap menjalani proses pembelajaran, transformasi adalah
segala unsur yang terkait dengan proses pembelajaran yaitu ; guru, media dan
bahan beljar, metode pengajaran, sarana penunjang dan sistem administrasi.
Sedangkan output adalah capaian yang dihasilkan dari proses pembelajaran.
Maksud dari dilakukannya evaluasi adalah :
a. Perbaikan system
b. Pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat
c. Penentuan tindak lanjut pengembangan

Secara terperinci tujuan penelitian evaluatif adalah sebagai berikut:

 Membantu perencanaan pelaksanaan program.


 Membantu dalam penentuan keputusan penyempurnaan atau
perubahan program.
 Membantu dalam penentuan keputusan keberlanjutan atau
penghentian program.
 Menemukan fakta-fakta dukungan atau penolakan terhdap
program.
 Memberikan sumbangan dalam pemahaman proses psikologis,
sosial dan politik dalam pelaksanaan program serta faktor yang
mempengaruhi. Mengukur manfaat dan kelayakan program.
 Untuk menilai, baik untuk melalui pengujian maupun melalui
analisis mengenai hubungan antara variabel-variabel.
 Jadi tujuan utama dari penelitian evaluatif adalah sebagai penyedia
informasi berkaitan dengan program-program pendidikan yang
telah dilaksanakan. (Sukmadinata, 2009).
e. Ciri-ciri Penelitian Evaluasi
Penelitian evaluatif bukan sekedar melakukan evaluasi pada umumnya.
Penelitian evaluatif merupakan kegiatan evaluasi tetapi mengikuti kaidah-kaidah
yang berlaku bagi sebuah penelitian, yaitu persyaratan keilmiahan, mengikuti
sistematika dan metodologi secara benar sehingga dapat dipertanggungjawabkan.
Sejalan dengan makna tersebut, penelitian evaluatif harus memiliki ciri-ciri
sebagai berikut (Arikunto, 2006):
1) Proses kegiatan penelitian tidak menyimpang dari kaidah-kaidah yang
berlaku bagi penelitian ilmiah pada umumnya.
2) Dalam melaksanakan evaluasi, peneliti berpikir sistemik yaitu memandang
program yang diteliti sebagai sebuah kesatuan yang terdiri dan beberapa
komponen atau unsur yang saling berkaitan antara satu sama lain dalam
menunjang keberhasilan kinerja dan objek yang dievaluasi.
3) Agar dapat mengetahui secara rinci kondisi dan objek yang dievaluasi,
perlu adanya identifikasi komponen yang berkedudukan sebagai factor
penentu bagi keberhasilan program.
4) Menggunakan standar, kriteria, dan tolok ukur yang jelas untuk setiap
indikator yang dievaluasi agar dapat diketahui dengan cermat keunggulan
dan kelemahan program.
5) Agar informasi yang diperoleh dapat menggambarkan kondisi nyata secara
rinci untuk mengetahui bagian mana dari program yang belum terlaksana,
perlu ada identifikasi komponen yang dilanjutkan dengan identifikasi sub
komponen, dan sampai pada indikator dan program yang dievaluasi.
6) Dari hasil penelitian harus dapat disusun sebuah rekomendasi secara rinci
dan akurat sehingga dapat ditentukan tindak lanjut secara tepat.
7) Kesimpulan atau hasil penelitian digunakan sebagai masukan/
rekomendasi bagi kebijakan atau rencana program yang telah ditentukan.
Dengan kata lain, dalam melakukan kegiatan evaluasi program, peneliti
harus berkiblat pada tujuan program kegiatan sebagai standar, criteria,
atau tolak ukur.
f. Jenis/Tipe Penelitian Evaluasi
Ada dua tipe utama dari penelitian evaluatif yaitu evaluasi formatif dan evaluasi
sumatif.
 Evaluasi formatif lebih diarahkan pada mengevaluasi proses dan ditujukan
untuk menyempurnakan atau memperbaiki atau menyempurnakan program.
Contoh dalam praktik pembelajaran adalah pelaksanaan ulangan harian atau
ujian blok.
 Evaluasi sumatif lebih diarahkan pada mengevaluasi hasil, untuk menilai
apakah program cukup efektif dan efisien sehingga diperoleh kesimpulan
program tersebut dilanjutkan atau dihentikan.
g. Pendekatan dalam Penelitian Evaluasi
Dalam bukunya Research In Education, McMillan dan Schumacer menguraikan tiga
pendekatan yang sering digunakan dalam penelitian evaluatif yaitu :
1) Evaluasi berorientasi tujuan adalah salah satu pendekatan dimana fokusnya adalah
untuk mengukur tingkat ketercapaian tujuan dari praktik atau kegiatan pendidikan
oleh kelompok sasaran atau mengukur hasil pelaksanaan program/kegiatan.
Tingkat kecocokan antara tujuan dengan hasil menunjukkan tingkat keberhasilan
program atau kegiatan. Langkah-langkah dalam evaluasi yang berorientasi pada
tujuan:
 Pemilihan tujuan yang dapat diukur.
 Pemilihan instrumen.
 Pemilihan desain evaluasi.
 Pengumpulan dan analisis data.
 Interpretasi hasil.
2) Evaluasi berorientasi keputusan adalah pendekatan evaluasi yang diarahkan pada
proses penentuan jenis keputusan yang akan diambil, pemilihan, pengumpulan
dan analisis data yang dibutuhkan untuk penentuan keputusan, dan penyampaian
hasil (laporan) pada penentu keputusan. Stufflebeam (1971) dalam Sukmadinara
(2009) mengembangkan model evaluasi pendidikan yang bersifat komprehensif
yang mencakup konteks (context), masukan (input), proses (proces), dan hasil
(product), yang disingkat menjadi CIPP. Dan model tersebut dikembangkan
evaluasi berorientasi keputusan yaitu :
 Pengukuran kebutuhan
 Perencanaan program dan evaluasi masukan
 Evaluasi implementasi
 Evaluasi proses
 Evaluasi hasil
3) Evaluasi berorientasi partisipan adalah pendekatan bersifat holistik atau
menyeluruh, menggunakan aneka instrumen dan aneka data, agar diperoleh
pemahaman yang utuh dan sudut pandang dan nilai-nilai yang berbeda tentang
pelaksanaan pendidikan menurut perspekti atau sudut pandang para partisipan.
h. Langkah-langkah Penelitian Evaluasi
David Strahan, Jewel Cooper dan Martha Wood (2001) dalam
Sukmadinata (2009) berdasarkan hasil penelitianya pada Sekolah Menengah
menyarankan langkah - langkah penelitian evaluasi sebagai berikut :
1) Klarifikasi alasan melakukan evaluasi
Ini merupakan langkah pertama dalam penelitian evaluasi dimana
peneliti atau evaluator menjelaskan alasan-alasan mengapa harus
dilakukan evaluasi. Alasan bisa bersumber dari peneliti itu sendiri
melihat ada masalah terkait jalanya program atau alasan berasal dari
pihak luar karena adanya tawaran dari pimpinan lembaga atau adanya
keluhan dari masyarakat pengguna.
2) Memilih model evaluasi
Pemilihan model evaluasi atau pendekatan penelitian didasarkan atas :
 Tujuan evaluasi dan pertanyaan penelitian
 Metode pengumpulan data
 Hubungan antara evaluator dan administrator, melihat evaluasi,
individu – individu dalam program dan organisasi yang akan
dievaluasi.
3) Mengidentifikasi pihak-pihak yang terkait
Pada tahap ini harus ditentukan siapa yang akan dilibatkan dalam
perencanaan, pelaksanaan pengumpulan data, kemudian ditentukan
juga siapa yang akan menjadi narasumber, sumber data, partisipan,dll.
4) Penentuan komponen yang akan dievaluasi
Ada beberapa komponen dalam program yang bisa dijadikan objek
dalam penelitian evaluatif diantaranya tujuan program, sumber
program, prosedur pelaksanaan program, siapa pelaksana program dan
manajemen program. Namuan sebelum memilih komponen tersebut
harus disesuaikan dengan tujuan penelitian evaluasi.
5) Mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan evaluasi
Beberapa pertanyaan penting yang bisa diajukan dalam penelitian
evaluatif:
 Tujuan atau sasaran apa yang ingin dicapai oleh program
pendidikan?
 Kegiatan-kegiatan utama apa yang dilakukan untuk mencapai
tujuan tersebut?
 Strategi atau metode apa yang digunakan dalam program
tersebut?
 Bagaimana kondisi sumber daya pendidikan pendukung
program tersebut?
 Bagaimana manajemen pelaksanaan program dan sumber daya
pendukungnya?
6) Menyusun desain evaluasi dan jadwal kegiatan
Desain evaluasi berisi langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan,
sasaran evaluasi, teknik pengumpulan data yang digunakan serta para
evaluator.
Jadwal kegiatan evaluasi harus disusun secara rinci dan kronologis.
7) Pengumpulan dan analisis data
Untuk pengumpulan data dibutuhkan adanya instrumentasi evaluasi.
Instrumen ini dapat berupa tes atau non tes yang sudah di uji validitas
dan reliabilitasnya. Data kuantitatif didapatkan melalui instrumen yang
sudah baku (tes dan non tes) sedang data kualitatif diperoleh melalui
wawancara, observasi, dokumentasi,dll. Analisis data dapat berupa
analisis kuantitatif (statistika deskriptif atau inferensial) maupun
analisis data kualitatif berupa analisis naratif kualitatif.
8) Pelaporan hasil evaluasi
Isi laporan penelitian evaluatif harus memuat rancangan penelitian,
metodologi, temuan-temuan serta kesimpulan dan rekomendasi.
Kesimpulan berisi jawaban atas pertanyaan penelitian atau pembuktian
hipotesis sedangkan rekomendasi berisi masukan-masukan dari
temuan-temuan evaluasi untuk penyempurnaan atau perbaikan
program

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Action research atau penelitian tindakan merupakan salah satu bentuk
rancangan penelitian, dalam penelitian tindakan peneliti mendeskripsikan,
menginterpretasi dan menjelaskan suatu situasi sosial pada waktu yang
bersamaan dengan melakukan perubahan atau intervensi dengan tujuan
perbaikan atau partisipasi.
2. penelitian evaluatif adalah kegiatan penelitian yang sifatnya mengevaluasi
suatu kegiatan/ program yang bertujuan untuk mengukur keberhasilan suatu
kegiatan/ program dan menentukan keberhasilan/ kebermanfaatan suatu
program dan apakah telah sesuai dengan yang diharapkan.
3. Menurut Grundy dan Kemmis (1990: 322) dalam buku Educational Research
In Australia mengemukakan bahwa penelitian tindakan memiliki dua tujuan
pokok, yaitu meningkatkan (improve) dan
melibatkan (involve).Improve maksudnya, meningkatkan bidang praktik,
meningkatkan pemahaman praktik yang dilakukan oleh praktisi, dan
meningkatkan situasi tempat praktik dilaksanakan. Sedangkan involve berarti,
melibatkan pihak-pihak yang terkait, jika penelitian tindakan dilaksanakan di
sekolah, pihak yang terkait adalah antara lain, kepala sekolah, guru, siswa,
karyawan, dan orang tua siswa. Sedangkan Tujuan penelitian evaluasi adalah
untuk melihat dan mengetahui proses yang terjadi dalam proses
pembelajaran. Proses pembelajaran memiliki 3 hal penting yaitu, input,
transformasi dan output. Input adalah peserta didik yang telah dinilai
kemampuannya dan siap menjalani proses pembelajaran, transformasi adalah
segala unsur yang terkait dengan proses pembelajaran yaitu ; guru, media dan
bahan beljar, metode pengajaran, sarana penunjang dan sistem administrasi.
Sedangkan output adalah capaian yang dihasilkan dari proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Madya, S, (2006) Teori dan Praktik Penelitian Tindakan (Action Research), Alfabeta:
Bandung.

Kemmis, Stephen and Robin Mc Taggart. (1997). The Action Research Planner.
Geelong: Deakin University.

Sukmadinata, N.S. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosda
Karya

http://penelitian.lppm.upi.edu/detil/89/penelitian-evaluatif-tentang-efektivitas-
penyelenggaraan-sekolah-maya%28-virtual-learning%29-pada-program-pendidian-
kesetaraan-di-kota-bandung (Diakses pada selasa, 4 februari 2020)

Anda mungkin juga menyukai