Askep Komunitas Fix Bangettt

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 133

LAPORAN AKHIR PRAKTEK PENDIDIKAN PROFESI NERS

PELAYANAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DI DUSUN 3


DESA PETIR KECAMATAN KALIBAGOR KABUPATEN BANYUMAS

TANGGAL: 9 DESEMBER S/D 12 JANUARI 2019

KELOMPOK 3 GELOMBANG 1 :

1. CITRA HERLAN ,S.Kep

2. ARINI ULFA MAWADDAH ,S.Kep

3. ARDILA NOVITA SARI ,S.Kep

4. ARIF PRIGUNAWAN ,S.Kep

5. ESTINA ROSMAYANTI ,S.Kep

6. DEWI WULANDARI ,S.Kep

7. DESTI TRIS H ,S.Kep

8. ARI ASTUTI ,S.Kep

9. DIMAS BAGUS ROSYALDI ,S.Kep

10. PRAMAN CAHYO WINDU AGUNG, S.Kep

11. RATRI NURLAELA, S.Kep

12. RANI SETIYANINGSIH, S.Kep

13. RAHMADITA UTAMI, S.Kep

PROGRAM STUDY PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2019/2020

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan adalah investasi utama bagi pembangunan

sumber daya manusia Indonesia. Pembangunan kesehatan pada dasarnya

adalah upaya untuk meningkatkan kesadaran, kemauan serta kemampuan

setiap orang untuk dapat berperilaku hidup yang sehat untuk mencapai derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk mewujudkan hal

tersebut perlu perencanaan pembangunan kesehatan yang sistematis, terarah

terpadu dan menyeluruh sera dibutuhkan keterlibatan berbagai sektor dan

seluruh komponen bangsa dalam pelaksanaannya, (Rakerkesnas, 2017)

Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan menyebutkan

bahwa pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan

Nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan

untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat

kesehatan yang optimal. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan banyak

faktor pendukung, diantaranya adalah tersediaanya data yang valid. Adanya

data yang valid dapat dipergunakan oleh pengambil keputusan dalam

menetapkan suatu kebijakan. Data dan informasi kesehatan yang berkualitas

merupakan sumber daya yang sangat penting dan diperlukan keberadaannya

dalam menentukan arah kebijakan dan strategi perencanaan dan pelaksanaan

pembangunan bidang kesehatan. Penyediaan data dan informasi kesehatan

1
2

yang lengkap dan akurat merupakan tanggungjawab bersama atau lintas

program di semua jenjang administrasi kesehatan, fasilitas kesehatan dan

lintas sektor terkait.

Pada era keterbukaan informasi serta didukung dengan kemajuan

teknologi komunikasi, kebutuhan data dan informasi kesehatan dari hari ke

hari semakin meningkat. Masyarakat semakin peduli dengan situasi kesehatan

dan hasil pembangunan kesehatan yang telah dilakukan oleh pemerintah

terutama terhadap masalah masalah kesehatan yang berhubungan langsung

dengan kesehatan mereka, sebab kesehatan menyangkut hajat hidup

masyarakat luas. Kepedulian masyarakat akan informasi kesehatan ini

memberikan nilai positif bagi pembangunan kesehatan itu sendiri. Untuk itu

pengelola program harus bisa menyediakan dan memberikan data serta

informasi yang dibutuhkan masyarakat yang dikemas secara baik, sederhana

dan informatif

Sasaran dari Program Indonesia Sehat adalah meningkatnya derajat

kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan

pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan

pemerataan pelayanan kesehatan. Sasaran ini sesuai dengan sasaran pokok

RPJMN 2015-2019, yaitu:

1. Meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak

2. Meningkatnya pengendalian penyakit


3

3. Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan

terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan

4. Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu

Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN kesehatan

5. Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin

6. Meningkatnya responsivitas sistem kesehatan.

Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 2014

tentang Pemerintah Daerah yang mengatur pembagian kewenangan antara

Pemerintah Pusat dan Daerah mengandung konsekuensi bahwa masing-

masing daerah harus memiliki Sistem Informasi Kesehatan sendiri, termasuk

dukungan sistem informasinya.

Profil Kesehatan adalah salah satu produk dari Sistem Informasi

Kesehatan. Dasar hukum penyelengaraan sistem informasi kesehatan antara

lain:

1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional

2. Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi

Publik

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

4. PP Nomor 65 Tahun 2006 tentang Kewenangan Wajib Standar Pelayanan

Minimal Bidang Kesehatan

5. PP Nomor 46 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Kesehatan


4

6. Permenkes RI Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas

7. Permenkes RI Nomor 92 Tahun 2014 tentang Penyelengaraan

Komunikasi Data Dalam Penyelengaraan Sistem Informasi Kesehatan

Terintegrasi

8. Permenkes Nomor 43 Tahun 2016 tentang Estándar Pelayanan Minimal

Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota

Guna mewujudkan derajat kesehatan masyarakat secara optimal berbagai

upaya kesehatan telah diselenggarakan. Salah satunya adalah upaya untuk

perawatan kesehatan masyarakat yang lebih dikenal dengan keperawatan

komunitas. Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan

keperawatan yang bersifat alamiah,sistematis, dinamis dan berkesinambungan

dalamrangka memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta

masyarakat melalui langkah-langkah seperti pengkajian,

perencanaan,imlementasi dan evaluasi keperawatan (Wahyudi, 2010).

Model konsep ini merupakan model konsep yang menggambarkan

aktivitas keperawatan yang ditujukan kepada penekanan penurunan stress

dengan cara memperkuat garis pertahanan diri, baik yang bersifat fleksibel,

normal, maupun resisten dengan sasaran pelayanan adalah komunitas

(Mubarak & Chayatin, 2009). Perawat adalah tenaga profesional yang

mempunyai pendidikan dalam sistem pelayanan kesehatan. Kedudukannya

dalam sistem ini adalah anggota tim kesehatan yang mempunyai wewenang

dalam penyelenggaraan pelayanan keperawatan, (Kozier, 1995). Keperawatan

sebagai pelayanan kepada individu, keluarga dan masyarakat yang didasarkan


5

pada ilmu dan kiat keperawatan yang membentuk sikap dan kemampuan

intelektual serta ketrampilan teknik dari individu untuk menolong manusia,

baik sakit maupun sehat agar mampu mengatasi kebutuhan kesehatan

(Abdellah,1960 dalam Kusnanto, 2014).

Asuhan keperawatan komunitas yang dilaksanakan oleh Mahasiswa

Program Pendidikan Ners Universitas Muhammadiyah Purwokerto melalui

keperawatan di masyarakat berlangsung mulai tanggal 9 Desember 2019

sampai dengan 12 Januari 2020 di Dusun 3 Desa Petir Kecamatan Kalibagor

Kabupaten Banyumas

B. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Melaksanakan kegiatan asuhan keperawatan komunitas dalam

konteks pelayanan kesehatan khususnya di Dusun 3 Desa Petir

Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan wilayah hasil pengkajian komunitas dan masalah

keperawatan komunitas

b. Memaparkan rencana tindakan kegiatan serta prioritas kegiatan

asuhan keperawatan komunitas

c. Memaparkan evaluasi hasil kegiatan yang telah dilakukan serta

rencana tindak lanjut kegiatan keperawatan komunitas

C. MANFAAT PENULISAN

1. Untuk Mahasiswa
6

a. Mengaplikasikan konsep kesehatan komunitas secara nyata kepada

masyarakat

b. Meningkatkan kemampuan berfikir kritis, menganalisis dan bijaksana

dalam menghadapi dinamika masyarakat

c. Meningkatkan ketrampilan komunikasi kemandirian dan hubungan

interpersonal

2. Untuk Masyarakat

a. Dapat berperan aktif dalam upaya peningkatan kesehatan dan

pencegahan penyakit

b. Mendapatkan ilmu untuk mengenal dan menyadari masalah kesehatan

dan mengetahui cara penyelesaian masalah kesehatan yang di alami

masyarakat

c. Masyarakat mengetahui gambaran status kesehatan dan mempunyai

upaya peningkatan kesehatan

3. Untuk Pendidikan

a. Salah satu tolak ukur keberhasilan Program Pendidikan Ners Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto

b. Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengembangan model

praktek keperawatan komunitas selanjutnya

4. Untuk Profesi

a. Memberikan suatu model baru dalam keperawatan komunitas sehingga

profesi mampu mengembangkannya.


7

b. Membantu pemerintah desa dalam melaksanakan pemberdayaan

masyarakat Dusun 3 Desa Petir Kecamatan Kalibagor Kabupaten

Banyumas

D. SISTEMATIKA

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan Praktik

Keperawatan Komunitas di wilayah Dusun 3 Desa Petir Kecamatan

Kalibagor Kabupaten Banyumas sebagai berikut

Bab I : Pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan praktik, manfaat

laporan dan sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan teori yang terdiri dari tinjauan tentang pelayanan

kesehatan utama, konsep keperawatan komunitas, peran perawat

komunitas, asuhan keperawatan komunitas, teori perubahan

komunitas.

Bab III : Penerapan Asuhan Keperawatan Komunitas yang terdiri dari tahap

persiapan, tahap pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan

komunitas, tahap perencanaan, tahap implementasi serta tahap

evaluasi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PARADIGMA SEHAT

Paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir, atau model

pengembangan kesehatan yang bersifat holistic, melihat masalah kesehatan

yang dipengaruhi oleh banyak factor yang bersifat lintas sector dan upaya

lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan kesehatan, bukan hanya

penyembuhan orang sakit atau pemulihan kesehatan. Secara makro,

paradigma sehat berarti bahwa pembangunan semua sector harus

memperhatikan dampaknya dibidang kesehatan, paling tidak harus

memberikan kontribusi positif bagi pengembangan perilaku dan lingkungan

sehat. Secara mikro, paradigma sehat berarti bahwa pengembangunan

kesehatan lebih menekankan upaya promotif dan preventif tanpa

mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitative.(Rakernas, 2015)

Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu

factor yang sangat menentukan sumber daya manusia, disamping juga

merupakan karunia Tuhan yang patut kita syukuri.Oleh karena itu, kesehatan

perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya serat dilindungi dari ancaman

yang merupakannya. (Rakernas, 2015)

1. Derajat kesehatan dipengaruhi oleh banyaknya factor, antara lain:

a. Lingkungan

b. Perilaku

8
9

c. Pelayanan kesehatan

d. Keturunan.

2. Faktor lingkungan dan perilaku sangat mempengaruhi derajat kesehatan

termasuk lingkungan adalah :

a. Keadaan pemukiman

b. Tempat kerja

c. Sekolah

d. Tempat umum

e. Air

f. Udara (Rakernas, 2015)

3. Paradigma sehat merubah cara pandang terhadap masalah kesehatan baik

secara makro maupun mikro.

a. Secara makro, berarti bahwa pembangunan semua sektor harus

memperhatikan dampaknya dibidang kesehatan, minimal memberi

sumbangan dalam pengembangan lingkungan dan perilaku sehat.

b. Secara mikro, berarti bahwa pembangunan kesehatan harus

menekankan pada upaya promotif dan preventif, tanpa

mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilatif.

4. Sasaran perubahan upaya paradigma sehat menurut MenKes, 2017 :


10

Bentuk Perubahan Yang


No. Sasaran Dampak
Diharapkan
Pemangku Kepentingan 1. Menjadikan kesehatan
memperhatikan dampak sebagai arus utama
Penentu kesehatan dari kebijakan pembangunan
1. Kebijakan yang diambil baik di hulu 2. Meningkatkan peran
Lintas Sektor maupun di hilir lintas sektor dalam
pembangunan
kesehatan
Terlaksananya paradigma 1. Promotif preventif
sehat di setiap lini merupakan aspek
pelayanan kesehatan dan utama dalam setiap
mengupayakan agar : upaya kesehatan
1. Orang sehat tetap sehat (program PHBS,
Tenaga
2. dan tidak menjadi sakit Kesling, Promkes,
Kesehatan
2. Orang sakit menjadi KIA, gizi & lainnya)
sehat 2. Meningkatnya
3. Orang sakit tidak kemampuan nakes
menjadi lebih sakit dlm hal promotif –
preventif
Penerapan standar mutu dan 1. Peningkatan mutu
standar tarif dalam pelayanan kesehatan
pelayanan kepada 2. Berkompetisi lebih
masyarakat “fair” dlm soal mutu
Institusi
3. dan tarif di dalam
Kesehatan
memberikan
pelayanan yang
terbaik bagi
masyarakat
4. Masyarakat Masyarakat harus merasa 1. Terlaksananya PHBS
11

bahwa kesehatan adalah di keluarga dan


harta berharga yang harus masyarakat
dijaga 2. Masyarakat aktif
sebagai kader dan
terlaksananya
Kegiatan
pemberdayaan
masyarakat
(Posyandu,
Poskesdes, Posbindu,
Desa Siaga dll)

5. Dasar pemikiran paradigma sehat

a. Hidup sehat adalah hak asasi manusia, artinya sehat merupakan

sesuatu yang sangat esensial dalam diri manusia yang perlu

dipertahankan dan dipelihara sehat merupakan suatu investasi untuk

kehidupan yang produktif, bukanlah hal yang konsumtif melainkan

prasarat agar hidup kita menjadi berarti, sejahtera dan bahagia.

b. Kesehatan merupakan salah satu dari tiga faktor utama yang sangat

menentukan kualitas sumber daya manusia di samping pendidikan

dan pendapatan (ekonomi). Oleh karena itu kualitas kesehatan perlu

dipelihara dan ditingkatkan

Pembangunan pada hakikatnya merupakan suatu proses yang

berkesinambungan antara berbagai dimensi, baik dimensi sosial, ekonomi,

maupun lingkungan yang bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat.

Pembangunan yang dilaksanakan selama ini cenderung memanfaatkan


12

sumber daya alam dengan semena-mena, tanpa memperhatikan aspek

lingkungan yang ada. Akibatnya kerusakan dan pencemaran lingkungan

semakin sering terjadi (Isbandi, 2005).

Dampak-dampak tersebut dapat merugikan atau mengganggu kehidupan

manusia. Perhatian dunia terhadap masalah lingkungan yang terjadi sudah

lama dilakukan. Dimulai dari dilaksanakannya Konferensi Tingkat Tinggi

(KTT) di Stockholm, Swedia tahun 1972. Dalam konferensi tersebut dicapai

kesepakatan tentang hubungan antara masalah lingkungan yang terkait

dengan pembagunan berkelanjutan. Sejak saat itu konsep pembangunan yang

ramah lingkungan mulai diimplementasikan dalam pelaksanaan

pembangunan oleh berbagai negara. Pada tahun 2000, para pemimpin dunia

menyepakati tentang 8 tujuan pembagunan global yang spesifik dan terukur

yang disebut Millenium Development Goals (MDGs).

Millennium Development Goals (MDGs) atau dalam bahasa Indonesia

diterjemahkan menjadi Tujuan Pembangunan Milenium, adalah sebuah

paradigma pembangunan global, dideklarasikan Konferensi Tingkat Tinggi

Milenium oleh 189 negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di

New York pada bulan September 2000. Dasar hukum dikeluarkannya

deklarasi MDGs adalah Resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa

Nomor 55/2 Tanggal 18 September 2000, (A/Ris/55/2 United Nations

Millennium Development Goals).Semua negara yang hadir dalam pertemuan

tersebut berkomitmen untuk mengintegrasikan MDGs sebagai bagian dari

program pembangunan nasional dalam upaya menangani penyelesaian terkait


13

dengan isu-isu yang sangat mendasar tentang pemenuhan hak asasi dan

kebebasan.

Upaya pencapaian MDGs merupakan sebuah rangkaian proses jangka

panjang berkesinambungan. Hal ini bukan merupakan hal yang mudah,

terutama pada saat Indonesia masih berada pada masa transisi memulihkan

diri dari krisis multidimensional yang diawali dengan krisis ekonomi-moneter

pada tahun 1997, menuju pemerintahan yang lebih demokratis dan

melaksanakan reformasi dihampir seluruh bidang kehidupan. Hal ini

membutuhkan kerjasama dari semua lapisan masyarakat mulai dari

pemerintah masyarakat, dunia usaha, dunia politik, dan institusi akademis.

Hal inilah yang akan di kaji dalam tulisan ini, bagaimana strategi yang

dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia dengan menjalankan program-

program pembangunan masyarakat untuk mewujudkan tujuan pembangunan

millennium.

Pembangunan kesehatan dalam periode tahun 2015-2019 difokuskan

pada empat program prioritas yaitu penurunan angka kematian ibu dan bayi,

penurunan prevalensi balita pendek (stunting), pengendalian penyakit

menular dan pengendalian penyakit tidak menular. Upaya peningkatan status

gizi masyarakat termasuk penurunan prevalensi balita pendek menjadi salah

satu prioritas pembangunan nasional yang tercantum di dalam sasaran pokok.

Rencana Pembangunan jangka Menengah Tahun 2015 – 2019. Target

penurunan prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) pada anak baduta

(dibawah 2 tahun) adalah menjadi 28% (RPJMN, 2015 – 2019). Oleh


14

karenanya Info data yang disusun dalam rangka Hari Anak anak Balita

tanggal 8 April ini mengangkat data yang terkait dengan upaya penurunan

prevalensi balita pendek.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status

Gizi Anak, pengertian pendek dan sangat pendek adalah status gizi yang

didasarkan pada indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi

Badan menurut Umur (TB/U) yang merupakan padanan istilah stunted

(pendek) dan severely stunted (sangat pendek). Balita pendek (stunting) dapat

diketahui bila seorang balita sudah diukur panjang atau tinggi badannya, lalu

dibandingkan dengan standar, dan hasilnya berada di bawah normal. Balita

pendek adalah balita dengan status gizi yang berdasarkan panjang atau tinggi

badan menurut umurnya bila dibandingkan dengan standar baku WHO-

MGRS (Multicentre Growth Reference Study) tahun 2005, nilai z-scorenya ≤

2SD dan dikategorikan sangat pendek jika nilai z-scorenya ≤ 3SD.

Masalah balita pendek menggambarkan adanya masalah gizi kronis,

dipengaruhi dari kondisi ibu/calon ibu, masa janin, dan masa bayi/balita,

termasuk penyakit yang diderita selama masa balita. Seperti masalah gizi

lainnya, tidak hanya terkait masalah kesehatan, namun juga dipengaruhi

berbagai kondisi lain yang secara tidak langsung mempengaruhi kesehatan.


15

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN KOMUNITAS

1. Definisi Keperawatan Komunitas

Organisasi-organisasi profesional dari keperawatan telah

mengeluarkan berbagai definisi keperawatan komuintas. Berdasarkan

pernyataan dari American Nurses Association (2004), keperawatan

kesehatan komunitas sebagai tindakan untuk meningkatkan dan

mempertahankan kesehatan dari populasi dengan mengintegrasikan

ketrampilan dan pengetahuan yang sesuai dengan keperawatan dan

kesehatan masyarakat. Praktik yang dilakukan komprehensif dan umum

serta tidak terbatas pada kelompok tertentu, berkelanjutan dan tidak

terbatas pada perawatan yang bersifat episodik. Definisi

keperawatankesehatan komunitas menurut American Public Health

Association (2004) yaitu sintesis dari ilmu kesehatan masyarakat dan teori

keperawatan profesional yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan

pada keseluruhan komunitas.

Keperawatan Komunitas adalah suatu bidang dalam keperawatan

kesehatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan

masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat, serta

mengutamakan pelayanan promotif, preventif secara berkesinambungan

tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh

dan terpadu, ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat sebagai suatu kesatuan yang utuh, melalui proses keperawatan

untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal sehingga


16

mandiri dalam upaya kesehatannya (Depkes, 2006). Keperawatan

komunitas menurut Kertajaya Hermawan (2008), yaitu sekelompok orang

yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya, dimana

dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yangn erat antar para

anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest atau values.

Keperawatan Komunitas pada dasarnya adalah pelayanan

keperawatan profesional yang merupakan perpaduan antara konsep

kesehatan masyarakat dan konsep keperawatan yang ditujukan pada

seluruh masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi.

Dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal dilakukan

melalui peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit

(preventif) di semua tingkat pencegahan (levels of prevention) dengan

menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan

melibatkan klien sebagai mitra kerja dalam perencanaan, pelaksanaan,

dan evaluasi pelayanan keperawatan (Depkes, 2006).

Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan

keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan

berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien,

keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti

pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan

(Wahyudi, 2010).

Keperawatan kesehatan masyarakat, merupakan salah satu kegiatan

pokok Puskesmas yang sudah ada sejak konsep Puskesmas di


17

perkenalkan. Perawatan Kesehatan Masyarakat sering disebut dengan

PHN (Public Health Nursing) namun pada akhir-akhir ini lebih tepat

disebut CHN (Community Health Nursing). Perubahan istilah public

menjadi community, terjadi di banyak negara karena istilah “public”

sering kali di hubungkan dengan bantuan dana pemerintah (government

subsidy atau public funding), sementara keperawatan kesehatan

masyarakat dapat dikembangkan tidak hanya oleh pemerintah tetapi juga

oleh masyarakat atau swasta, khususnya pada sasaran individu (UKP),

contohnya perawatan kesehatan individu di rumah (home health nursing)

(Depkes, 2006).

2. Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas

Tujuan pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah

meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah

keperawatan kesehatan masyarakat yang optimal. Pelayanan keperawatan

diberikan secara langsung kepada seluruh masyarakat dalam rentang

sehat–sakit dengan mempertimbangkan seberapa jauh masalah kesehatan

masyarakat mempengaruhi individu, keluarga, dan kelompok maupun

masyarakat. Sasaran keperawatan kesehatan masyarakat adalah seluruh

masyarakat termasuk individu, keluarga, kelompok beresiko tinggi

termasuk kelompok/ masyarakat penduduk di daerah kumuh, terisolasi,

berkonflik, dan daerah yang tidak terjangkau pelayanan kesehatan.


18

a. Tujuan Keperawatan Komunitas

Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk

pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-

upaya sebagai berikut.

1) Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap

individu, keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks

komunitas.

2) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat

(health general community) dengan mempertimbangkan

permasalahan atau isu kesehatan masyarakat yang dapat

memengaruhi keluarga, individu, dan kelompok.

Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga,

kelompok, dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk:

1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami.

2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah

tersebut.

3) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan.

4) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi.

5) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka

hadapi, yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam

memelihara kesehatan secara mandiri (self care)


19

b. Fungsi Keperawatan Komunitas

1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan

ilmiah bagi kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam

memecahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan.

2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai

dengan kebutuhannya dibidang kesehatan.

3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan

pemecahan masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta

melibatkan peran serta masyarakat.

4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan

dengan permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan

penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat

mempercepat proses penyembuhan (Mubarak, 2006).

3. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas

Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut :

a. Proses kelompok (group process)

Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya

setelahbelajar dari pengalaman sebelumnya, selain faktor

pendidikan/pengetahuan individu, media masa, Televisi, penyuluhan

yang dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya. Begitu juga dengan

masalah kesehatan di lingkungan sekitar masyarakat, tentunya

gambaran penyakit yang paling sering mereka temukan sebelumnya

sangat mempengaruhi upaya penangan atau pencegahan penyakit yang


20

mereka lakukan. Jika masyarakat sadar bahwa penangan yang bersifat

individual tidak akan mampu mencegah, apalagi memberantas

penyakit tertentu, maka mereka telah melakukan pemecahan-

pemecahan masalah kesehatan melalui proses kelompok.

1) Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)

Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang

dinamis, dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses

transfer materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula

seperangkat prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi

adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau

masyarakat sendiri. Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan

menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun

WHO yaitu ”meningkatkan kemampuan masyarakat untuk

memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan; baik fisik,

mental dan sosialnya; sehingga produktif secara ekonomi maupun

secara sosial.

2) Kerjasama (Partnership)

Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan

masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi

ancaman bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja

sama sangat dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan

keperawatan komunitas melalui upaya ini berbagai persoalan di


21

dalam lingkungan masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih

cepat.

b. Pusat Kesehatan Komunitas

1) Penyelenggaraan pelayanan kesehatan komunitas dapat

dilakukan di Sekolah atau Kampus

Pelayanan keperawatan yang diselenggarakan meliputi

pendidikan pencegahan penyakit, peningkatan derajat kesehatan

dan pendidikan seks. Selain itu perawatan yang bekerja di sekolah

dapat memberikan perawatan untuk peserta didik pada kasus

penyakit akut yang bukan kasus kedaruratan misalnya penyakit

influensa, batu dll. Perawat juga dapat memberikan rujukan pada

peserta didik dan keluarganya bila dibutuhkan perawatan

kesehatan yang lebih spesifik.

2) Lingkungan kesehatan kerja

Beberapa perusahaan besar memberikan pelayanan kesehatan

bagi pekerjanya yang berlokasi di gedung perusahaan tersebut.

Asuhan keperawatan di tempat ini meliputi lima bidang. Perawata

menjalankan program yang bertujuan untuk:

a) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan

mengurangi jumlah kejadian kecelakaan kerja.

b) Menurunkan resiko penyakit akibat kerja.

c) Mengurangi transmisi penyakit menular antar pekerja.


22

d) Memberikan program peningkatan kesehatan, pencegahan

penyakit, dan pendidikan kesehatan.

e) Mengintervensi kasus-kasus lanjutan non kedaruratan dan

memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan (Mubarak,

2006).

3) Lembaga perawatan kesehatan di rumah

Klien sering kali membutuhkan asuhan keperawatan khusus

yang dapat diberikan secara efisien di rumah. Perawat di bidang

komunitas juga dapat memberikan perawatan kesehatan di rumah

misalnya: perawata melakukan kunjungan rumah, hospice care,

home care dll. Perawat yang bekerja di rumah harus memiliki

kemampuan mendidik, fleksibel, berkemampuan, kreatif dan

percaya diri, sekaligus memiliki kemampuan klinik yang

kompeten.

4) Lingkungan kesehatan kerja lain

Terdapat sejumlah tempat lain dimana perawat juga dapat

bekerja dan memiliki peran serta tanggungjawab yang bervariasi.

Seorang perawat dapat mendirikan praktek sendiri, bekerja sama

dengan perawata lain, bekerja di bidang pendididka, penelitian, di

wilayah binaan, puskesmas dan lain sebagainya. Selain itu,

dimanapun lingkungan tempat kerjanya, perawat ditantang untuk

memberikan perawatan yang berkualitas (Mubarak, 2006).


23

C. MODEL KONSEPTUAL DALAM KEPERAWATAN KOMUNITAS

Model adalah sebuah gambaran deskriptif dari sebuah praktik yang

bermutu yang mewakili sesuatu yang nyata atau gambaran yang mendekati

kenyataan dari konsep. Model praktik keperawatan didasarkan pada isi dari

sebuah teori dan konsep praktik (Riehl & Roy, 1980 dalam Sumijatun, 2006).

Menurut Sumijatun (2006) teori Neuman berpijak pada meta paradigma

keperawatan yang terdiri dari yang terdiri dari klien, lingkungan, kesehatan

dan keperawatan. AsumsiBetty Neuman tentang empat konsep utama yang

terkait dengan keperawatan komunitas adalah:

1. Manusia

Merupakan suatu sistem terbuka yang selalu mencari keseimbangan dari

harmoni dan merupakan suatu kesatuan dari variabel yang utuh, yaitu:

fisiologi, psikologi, sosiokultural, perkembangan dan spiritual.

2. Lingkungan

Meliputi semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh-pengaruh

dari sekitar atau sistem klien.

3. Sehat

Merupakan kondisi terbebas dari gangguan pemenuhan kebutuhan.

Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari

keberhasilan menghindari atau mengatasi stresor.

Sehat menurut Neuman adalah suatu keseimbangan bio, psiko,

cultural dan spiritual pada tiga garis pertahanan klien, yaitu garis
24

pertahanan fleksibel, normal dan resisten. Sehat dapat diklasifi kasikan

dalam delapan tahapan, yaitu:

a. Normally well

Sehat secara psikologis, medis dan social

b. Pessimistic

Bersikap atau berpandangan tidak mengandung harapan baik

(misalnya khawatir sakit, ragu akan kesehatannya, dan lain-lain)

c. Socially ill

Secara psikologis dan medis baik, tetapi kurang mampu secara

social, baik ekonomi maupun interaksi social dengan masyarakat

d. Hypochondriacal

Penyakit bersedih hati dan kesedihan tanpa alasan

e. Medically ill

Sakit secara medis yang dapat diperiksa dan diukur

f. Martyr

Orang yang rela menderita atau meninggal dari pada menyerah

karena mempertahankan agama/kepercayaan. Dalam kesehatan,

seseorang yang tidak memperdulikan kesehatannya, dia tetap

berjuang untuk kesehatan/keselamatan orang lain

g. Optimistic

Meskipun secara medis dan social sakit, tetapi mempunyai harapan

baik. Keadaan ini sering kali sangat membantu dalam penyembuhan

sakit medisnya
25

h. Seriously ill

Benar-benar sakit, baik secara psikologis, medis dan sosial

Keperawatan kesehatan komunitas dengan focus masyarakat maka

proses keperawatannya ditujukan pada aspek komunitas yang luas, sedangkan

jika area asuhan keperawatan ditujukan pada kelompok makan pengkajian

ditujukan khusus pada kelompok tertentu yang memiliki risiko mengalami

masalah kesehatan. Keperawatan komunitas merupakan bentuk pelayanan

atau asuhan langsung yang berfokus kepada kebutuhan dasar komunitas, yang

berkaitan dengan kebiasaan atau pola perilaku masyarakat yang tidak sehat,

ketidak mampuan masyarakat untuk beradaptasi dengan lingkungan (bio,

psiko, sosial, kultural, maupun spiritual).

1. Sejarah Teori Model “Community as Partner “

Berdasarkan pada model pendekatan totallitas individu dari Neuman

(1972) untuk melihat masalah pasien, model komunitas sebagai klien

dikembangkan oleh penulis untuk menggambarkan batasan keperawatan

kesehatan masyarakat sebagai sintesis kesehatan masyarakat dan

keperawatan. Model tersebut telah diganti namanya menjadi model

komunitas sebagai mitra, untuk menekankan filosofi pelayanan kesehatan

primer yang menjadi landasannya.

2. Konsep Teori Model “Community as Partner”

Model konseptual adalah sintesis seperangkat konsep dan pernyataan

yang mengintegrasikan konsep – konsep tersebut menjadi suatu kesatuan.

Model keperawatan dapat didefinisikan sebagai kerangka pikir, sebagai


26

satu cara melihat keperawatan, atau satu gambaran tentang lingkup

keperawatan.

Konsep model yang diperkenalkan oleh Anderson dan Mcfarlane .

Model ini merupakan pengembangan dari model Neuman yang

menggunakan pendekatan totalitas manusia untuk menggambarkan status

kesehatan klien. Komunits sebagai partner berarti bahwa kelompok

masyarakat tersebut turut berperan serta aktif meningkatkan kesehatan,

mencegah dan mengatasi masalah kesehatannya. Model ini sebagai

panduan proses keperawatan dalam pengkajian komunitas; analisa dan

diagnosa; perencanaan; implementasi komunitas yang terdiri dari tiga

tingkatan pencegahan; primer, sekunder, dan tersier, dan program evaluasi

(Hitchcock, Schubert, Thomas, 1999). Fokus pada model ini komunitas

sebagai partner dan penggunaan proses keperawatan sebagai pendekatan.

Neuman memandang klien sebagai sistem terbuka dimana klien dan

lingkungannya berada dalam interaksi yang dinamis. Menurut Neuman,

untuk melindungi klien dari berbagai stressor yang dapat mengganggu

keseimbangan, klien memiliki tiga garis pertahanan, yaitu fleksible lineof

defense, normal line of defense, dan resistance defense (lihat gambar 1).
27

Gambar 2.1 fleksible lineof defense, normal line of defense, dan resistance defense

Agregat klien dalam model community as partners ini meliputi

intrasistem dan ekstrasistim. Intrasistem terkait adalah sekelompok orang-

orang yang memiliki satu atau lebih karakteristik (Stanhope & Lancaster,

2004). Agregat ekstrasistem meliputi delapan subsistem yaitu komunikasi,

transportasi dan keselamatan, ekonomi, pendidikan, politik dan

pemerintahan, layanan kesehatan dan sosial, lingkungan fisik dan rekreasi

(Helvie, 1998; Anderson & McFarlane, 2000; Ervin, 2002; Hitchcock,

Schubert, Thomas, 1999; Stanhope & Lancaster, 2004; Allender &

Spradley, 2005).

Delapan subsistem dipisahkan dengan garis putus-putus artinya sistem

satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi. Di dalam komunitas ada

lines of resistance, merupakan mekanisme internal untuk bertahan dari

stressor. Rasa kebersamaan dalam komunitas untuk bertanggung jawab

terhadap kesehatan contoh dari line of resistance.


28

3. Aplikasi Teori Model “Community as Partner” Dalam Proses

Keperawatan

Anderson dan McFarlane (2000) mengatakan bahwa dengan

menggunakan model community as partner terdapat dua komponen utama

yaitu, roda pengkajian komunitas dan proses keperawatan. Roda

pengkajian komunitas terdiri dari dua bagian utama yaitu inti dan delapan

subsistem yang mengelilingi inti yang merupakan bagian dari pengkajian

keperawatan, sedangkan proses keperawatan terdiri dari beberapa tahap

mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

Menurut Sumijatun (2006) teori Neuman berpijak pada

metaparadigma keperawatan yang terdiri dari yang terdiri dari klien,

lingkungan, kesehatan dan keperawatan. Asumsi Betty Neuman tentang

empat konsep utama yang terkait dengan keperawatan komunitas adalah:

a. Manusia

Merupakan suatu sistem terbuka yang selalu mencari

keseimbangan dari harmoni dan merupakan suatu kesatuan dari

variabel yang utuh, yaitu: fisiologi, psikologi, sosiokultural,

perkembangan dan spiritual.

b. Lingkungan

Meliputi semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh-

pengaruh dari sekitar atau sistem klien.


29

c. Sehat

Merupakan kondisi terbebas dari gangguan pemenuhan

kebutuhan. Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai

dampak dari keberhasilan menghindari atau mengatasi stresor.

Optimum health Incipient ilnes Over ilnes Very serious ilnes

Gambar 2.2 Sehat Bersifat Dinamis

D. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

Keperawatan komunitas adalah suatu dalam keperawatan yang

merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan

dukungan peran serta aktif masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan

dan memelihara kesehatan masyarakat dengan menekankan kepada

peningkatan peran serta masyarakat dalam melakukan upaya promotif dan

perventif dengan tidak melupakan tindakan kuratif dan rehabilitatif sehingga

diharapkan masyarakat mampu mengenal, mengambil keputusan dalam

memelihara kesehatannya (Mubarak, 2009).

Selain menjadi subjek, masyarakat juga menjadi objek yaitu sebagai

klien yang menjadi sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari

individu dan masyarakat. Berdasarkan pada model pendekatan totalitas

individu dari Neuman (1972 dalam Anderson, 2006) untuk melihat masalah

pasien, model komunitas sebagai klien dikembangkan untuk menggambarkan

batasan keperawatan kesehatan masyarakat sebagai sintesis kesehatan


30

masyarakat dan keperawatan. Model tersebut telah diganti namanya menjadi

model komunitas sebagai mitra, untuk menekankan filosofi pelayanan

kesehatan primer yang menjadi landasannya. Secara lebih rinci dijabarkan

sebagai berikut:

1. Tingkat individu

Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu

tersebut mempunyai masalah kesehatan maka perawat akan memberikan

asuhan keperawatan pada individu tersebut. Pelayanan pada tingkat

individu dapat dilaksanakan pada rumah atau puskesmas, meliputi

penderita yang memerlukan pelayanan tindak lanjut yang tidak mungkin

dilakukan asuhan keperawatan di rumah dan perlu kepuskesmas,

penderita resiko tinggi seperti penderita penyakit demam darah dan diare.

Kemudian individu yang memerlukan pengawasan dan perawatan

berkelanjutan seperti ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita.

2. Tingkat keluarga

Keperawatan kesehatan komunitas melalui pendekatan keperawatan

keluarga memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga yang

mempunyai masalah kesehatan terutama keluarga dengan resiko tinggi

diantaranya keluarga dengan sosial ekonomi rendah dan keluarga yang

anggota keluarganya menderita penyakit menular dan kronis. Hal ini

dikarenakan keluarga merupakan unit utama masyarakat dan lembaga

yang menyakut kehidupan masyarakat. Dalam pelaksanaannya, keluarga


31

tetap juaga berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara

kesehatan anggotanya.

3. Tingkat komunitas

Keperawatan kesehatan komunitas di tingkat masyarakat dilakukan

dalam lingkup kecil sampai dengan lingkup yang luas didalam suatu

wilayah kerja puskesmas. Pelayanan ditingkat masyarakat dibatasi oleh

wilayah atau masyarakat yang mempunyai ciri-ciri tertentu misalnya

kebudayaan, pekerjaan, pendidikan dan sebagainya.

E. PROSES PELAKSANAAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Keperawatan komunitas merupakan suatu bidang khusus keperawatan

yang merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat

dan ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan

yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat

baik yang sehat maupun yang sakit (mempunyai masalah

kesehatan/keperawatan), secara komprehensif melalui upaya promotif,

preventif, kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif dengan melibatkan peran serta

aktif masyarakat secara terorganisir bersama tim kesehatan lainnya untuk

dapat mengenal masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi serta

memecahkan masalah-masalah yang mereka miliki dengan menggunakan

pendekatan proses keperawatan sesuai dengan hidup sehat sehingga dapat

meningkatkan fungsi kehidupan dan derajat kesehatan seoptimal mungkin

dan dapat diharapkan dapat mandiri dalam memelihara kesehatannya

(Chayatin, 2009). Menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang


32

dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra kerja dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan

profesional yang merupakan perpaduan antara konsep kesehatan masyarakat

dan konsep keperawatan yang ditujukan pada seluruh masyarakat dengan

penekanan pada kelompok resiko tinggi (Efendi, 2009).

Keperawatan komunitas merupakan Pelaksanaan keperawatan komunitas

dilakukan melalui beberapa fase yang tercakup dalam proses keperawatan

komunitas dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang

dinamis. Fase-fase pada proses keperawatan komunitas secara langsung

melibatkan komunitas sebagai klien yang dimulai dengan pembuatan

kontrak/partner ship dan meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan,

implementasi dan evaluasi (Efendi, 2009).

Asuhan keperawatan yang diberikan kepada komunitas atau kelompok

adalah (Mubarak, 2005):

1. Pengkajian

Pengkajian adalah upaya pengumpulan data secara lengkap dan

sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga

masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu,

keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada fisiologis,

psikologis dan sosial ekonomi maupun spiritual dapat ditentukan.

Pengkajian keperawatan komunitas merupakan suatu proses tindakan

untuk mengenal komunitas. Mengidentifikasi faktor positif dan negatif

yang berbenturan dengan masalah kesehatan dari masyarakat hingga


33

sumber daya yang dimiliki komunitas dengan tujuan merancang strategi

promosi kesehatan. Dalam tahap pengkajian ini terdapat lima kegiatan,

yaitu : pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, perumusan atau

penentuan masalah kesehatan masyarakat dan prioritas masalah.

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi

mengenai masalah kesehatan pada masyarakat sehingga dapat

ditentukam tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah

tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi dan

spiritual serta factor lingkungan yang mempengaruhinya. Kegiatan

pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan data meliputi :

a. Data inti

1) Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas

2) Data demografi

3) Vital statistic

4) Status kesehatan komunitas

b. Data lingkungan fisik

1) Pemukiman

2) Sanitasi

3) Fasilitas

4) Batas-batas wilayah

5) Kondisi geografis

c. Pelayanan Kesehatan Dan Sosial


34

1) Pelayanan kesehatan

2) Fasilitas sosial (pasar, took, swalayan)

d. Ekonomi

1) Jenis pekerjaan

2) Jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan

3) Jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan

4) Jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga, dan lanjut usia

e. Keamanan dan transportasi

1) Keamanan

2) Transportasi

f. Politik dan pemerintahan

1) System pengorganisasian

2) Struktur organisasi

3) Kelompok organisasi dalam komunitas

4) Peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan

g. System komunikasi

1) Sarana umum komunikasi

2) Jenis alat komunikasi dan digunakan dalam komunitas

3) Cara penyebaran informasi

h. Pendidikan

1) Tingkat pendidikan komunitas

2) Fasilitas pendidikan yang tersedia (formal dan non formal)

3) Jenis bahasa yang digunakan


35

4) Rekreasi

5) Kebiasaan rekreasi

6) Fasilitas tempat rekreasi

3. Jenis Data

Jenis data secara umum dapat diperoleh dari :

a. Data Subyektif

Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang

dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok dan komunitas, yang

diungkapkan secara langsung melalui lisan.

b. Data Obyektif

Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan

pengukuran.

4. Sumber Data

a. Data primer

Data yang dikumpulakn oleh pengkaji dalam hal ini mahasiswa

atau perawat kesehatan masyarakat dari individu, keluarga,

kelompok dan komunitas berdasarkan hasil pemeriksaan atau

pengkajian.

b. Data sekunder

Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya,

misalnya : kelurahan, catatan riwayat kesejatan pasien atau medical

record. (Wahit, 2005).


36

5. Cara Pengumpulan Data

Wawancara atau anamnesa, pengamatan, pemeriksaan fisik.


37

6. Pengolahan Data

Klasifikasi data atau kategorisasi data, perhitungan prosentase

cakupan dengan menggunakan telly, tabulasi data, interpretasi data

(Anderson and Mc Farlane 1988. Community as Client ).

7. Analisis Data

Tujuan analisis data:

a. Menetapkan kebutuhan komuniti

b. Menetapkan kekuatan

c. Mengidentifikasi pola respon komuniti

d. Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan

8. Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan

a. Prioritas masalah

Prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan perlu

mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria:

1) Perhatian masyarakat

2) Prevalensi kejadian

3) Berat ringannya masalah

4) Kemungkinan masalah untuk diatasi

5) Tersedianya sumber daya masyarakat

6) Aspek politis

9. Diagnosa Keperawatan dan Perencanaan

Setelah dilakukan pengkajian, selanjutnya data tersebut dianalisis

untuk dapat merumuskan diagnose keperawatan. Diagnose keperawatan


38

terdiri atas tiga bagian, yaitu : gambaran masalah yang merupakan respon

atau kondisi masyarakat, faktor penyebab yang berhubungan dengan

masalah, serta tanda dan gejala yang mendukung ( Anderson & Mc

Farlane, 2000 ).

Diagnosis keperawatan komunitas memberikan arah terhadap

tujuan dan intervensi keperawatan. Tujuan diperoleh dari stressor dan

dapat termasuk pengurangan atau penghilangan stressor atau penguatan

resistensi komunitas melalui penguatan garis pertahanan. Tahap

berikutnya setelah merumuskan diagnosis adalah menyusun perencanaan

yang meliputi tujuan yang ingin dicapai dan rencana tindakan untuk

mengatasi masalah yang ada. Penetapan tujuan dirumuskan untuk

mengatasi atau meminimalkan stressor. Intervensi dirancang berdasarkan

tiga tingkat pencegahan dan direncanakan untuk memperkuat ketiga garis

pertahanan. Pencegahan primer digunakan untuk memperkuat garis

pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder untuk mendukung garis

pertahanan normal, dan pencegahan tersier untuk memperkuat garis

pertahanan resisten (Anderson & Mc Farlane, 2000).

10. Implementasi

Dalam model ini semua implementasi keperawatan dianggap

bersifatpreventif.

a. Pencegahan primer

Merupakan intervensi keperawatan yang bertujuan menguatkan

garis pertahanan sehingga stressor tidak dapat masuk dan


39

menimbulkan reaksi yang mempengaruhi stressor dengan melakukan

perlawanan terhadapnya.

b. Pencegahan sekunder

Diterapkan setelah stressor memasuki komunitas. Intervensi

mendukung garis pertahanan dan resistensi untuk meminimalkan

derajat reaksi terhadap stressor.

c. Pencegahan tersier

Dilaksanakan setelah stressor memasuki garis pertahanan dan

muncul derajat reaksi. Terjadi ketidakseimbangan system, dan

pencegahan tersier bertujuan mencegah ketidakseimbangan

tambahan dan meningkatkan keseimbangan.

11. Evaluasi

Umpan balik dari komunitas merupakan dasar untuk mengevaluasi

implementasi perawat kesehatan komunitas, dan keterlibatan anggota

komunitas dalam seluruh langkah proses keperawatan meyakinkan

adanya kesesuaian dengan komunitas. Sering kali parameter yang

digunakan untuk pengkajian juga digunakan evaluasi.

Evaluasi merupakan suatu pengukuran terhadap keberhasilan dari asuhan

keperawatan yang diberikan melalui pendekatan proses keperawatan.

Menurut Anderson & Mc Farlane ( 2000 ) umpan balik dari komunitas

merupakan
40

BAB III

DATA DAN HASIL

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

PAPARAN

A. PENGKAJIAN

1. Data Inti

a. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas

Berdasarkan pendekatan model Community As Partner

dilakukan pengkajian komunitas oleh Mahasiswa Program

Pendidikan Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Purwokerto di

Desa Petir Kecamatan Kalibagor . Kegiatan pengumpulan data

berlangsung di RW 04 yang meliputi 6 RT (RT 1, 2 , 3, 4, 5, dan 6)

dari tanggal 9-11 Desember 2019 dengan metode wawancara

(Informant Interview), observasi partisipasi, wienshield survey dan

angket / questioner, serta data sekunder profil kesehatan dari

Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) Desa Petir. Penentuan sampel

menggunakan random sampling dengan hasil sebagai berikut

Desa Petir Kecamatan Kalibagor memiliki luas wilayah ±

35,73 km2yang secara administratif terbagi dalam 4 Dusun dan4

RW. Desa Petir memiliki jumlah penduduk 3551 Jiwa terdiri dari

1791 Jiwa laki-laki dan 1760 Jiwa perempuan.


41

b. Data Demografi

Desa Petir berpenduduk 3551 Jiwa.Hasil pendataan selama 3

hari surveydari 130 KK, dengan perincian sebagai berikut.

1) Distribusi jumlah penduduk menurut umur

Distribusi jumlah penduduk RW 04 Desa Pelumutan

Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga berdasarkan

usia dapat dilihat pada tabel 3.1

Tabel 3.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur

Kelompok Usia Jumlah Presentase


Balita (0-5 Tahun) 23 5,7
Usia Sekolah (6-11) 34 8,5
Remaja (12-25) 87 21,7
Dewasa (26-55) 115 28,7
Lansia (>55 Tahun) 142 35,4
Total 401 100,0
Berdasarkan tabel 3.1 menunjukan bahwa di RW 04

Desa Petir sebagian besar penduduk berusia lansia (> 55 tahun)

sebanyak 142 jiwa (35,4%).

2) Distrribusi Penduduk Menurut Agama

Distribusi penduduk RW 04 Desa Petir Kecamatan

Kalibagor Kabupaten Banyumas berdasarkan agama hasil

survey dari 130 KK dapat dilihat pada Tabel 3.2.


42

Tabel 3.2 Distribusi Penduduk Menurut Agama

Agama Jumlah Presentase


Islam 401 100,0
Total 401 100,0

Berdasarkan tabel 3.2 menunjukan bahwa di RW 04 Desa

Petir sebagian besar penduduk beragama Islam dengan

presentase 100%.

3) Jenis kelamin

Distribusi penduduk RW 04 Desa Petir Kecamatan

Kalibagor Kabupaten Kalibagor berdasarkan jenis kelamin

hasil survey dari 130 KK dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Jenis kelamin Jumlah Presentase


Laki-Laki 207 51,6
Perempuan 194 48,8
Total 563 100.0
Berdasarkan Tabel 3.3 tersebut di atas diketahui bahwa

sebagian besar penduduk RW 04 Desa Petir Kecamatan

Kalibagor Kabupaten Banyumas berjenis kelamin laki-laki

sebanyak 207 jiwa (51,6 %).


43

4) Distribusi Penduduk Menurut Tipe Keluarga

Distribusi penduduk RW 04 Desa Petir Kecamatan

Kalibagor Kabupaten Banyumas berdasarkan tipe keluarga

dapat dilihat pada Tabel 3.4

Tabel 3.4 Distribusi Penduduk Menurut Tipe Keluarga

Tipe Keluarga Jumlah Persentase


Inti 98 24,4
Besar 30 7,5
Total 128 31,9
Berdasarkan Tabel 3.4 tersebut di atas diketahui bahwa

tipe keluarga RW 04 Desa Petir Kecamatan Kalibagor

Kabupaten Banyumas sebanyak 98 (24,4%) termasuk dalam

keluarga inti, dan sebanyak 30 (7,5%) termasuk dalam

keluarga extended.

5) Distribusi penduduk menurut Pekerjaan

Distribusi penduduk RW 04 Desa Petir Kecamatan

Kalibagor Kabupaten Banyumas Pekerjaan dapat dilihat

pada Tabel 3.5

Tabel 3.5 Distribusi penduduk menurut pekerjaan

Pekerjaan Jumlah Persentase


Tani 55 13,7
Dagang 21 5,2
PNS 6 1,5
Wiraswasta 73 18,2
Tidak Bekerja 165 41,1
Lain-Lain 81 20,2
Total 401 100.0
44

Berdasarkan Tabel 3.5 di atas diketahui bahwa pekerjaan

warga RW 04 Desa Petir Kecamatan Kalibagor Kabupaten

Banyumas sebagian besar adalah tidak bekerja warga (41,1%).

c. Status Kesehatan Komunitas

1) Penyakit yang sering diderita

Berdasarkan hasil pengkajian survey kesehatan masyarakat

penyakit yang sering diderita oleh penduduk RW 04 di Desa

Petir Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas yaitu

hipertensi, pusing, dan batuk pilek

2) Data jumlah ibu hamil

Jumlah ibu hamil di RW 04 Desa Petir Kecamatan Kalibagor

Kabupaten Banyumas adalah 1 orang sudah memasuki umur

kehamilan yaitu 2 bulan.

3) Data status pemeriksaan kehamilan

Status pemeriksaan kehamilan ibu hamil di RW 04 Desa Petir

Kecamatan Banyumas Kabupaten Banyumas, 1 ibu hamil

melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin.


45

4) Data status imunisasi TT

Satu Ibu hamil di Rw 04 Desa Petir Kecamatan Kalibagor

Kabupaten Banyumas telah mendapatkan imunisasi TT.

5) Data jumlah Bayi dan Balita

Berdasarkan hasil pengkajian survey kesehatan masyarakat

jumlah bayi dan balita di RW 04 Desa Petir Kecamatan

Kalibagor Kabupaten Banyumas sebanyak 23 balita dengan

frekuensi 5,7%.

6) Data bayi/balita yang dibawa ke Posyandu

Berdasarkan hasil pengkajian survey kesehatan masyarakat

di RW 04 Desa Petir Kecamatan Kalibagor Kabupaten

Banyumas bayi/balita yang rutin dibawa ke Posyandu ada 50

(81,3%) balita.

7) Data bayi/balita yang sudah diimunisasi

Berdasarkan hasil pengkajian survey kesehatan masyarakat

RW 04 di Desa Petir Kecamatan Kalibagor Kabupaten

Banyumas bayi/balita yang sudah diimunisasi lengkap sebanyak

28 (87,5%) balita dan yang tidak di imunisasi lengkap sebanyak

4 (12,5%) balita.
46

8) Data masalah terkait kesehatan anak.

Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan bahwa banyak

anak-anak SD yang bermain gadget dan menggunakannya

melebihi waktu yang ditentukan. Terlihat anak-anak sering

berkumpul untuk bermain game.

Berdasarkan observasi dan wawancara pada saat pembagian

kuesioner di dapatkan data masalah terkait kesehatan anak di

RW 04 desa Petir Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas

dapat dilihat pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6 Data Masalah Kesehatan Anak


Masalah Anak Jumlah Persentase
Tidak ada masalah 47 52.8
Gigi 18 20.2
Perut 2 2.2
Sulit makan 12 13.5
lain-lain 10 11.2
Total 47 100.0
Berdasarkan Tabel 3.6 tersebut di masalah kesehatan anak

yang sering dirasakan di RW 04 Desa Petir Kecamatan

Kalibagor Kabupaten Banyumas sebagian besar 18 anak(20,2%)

mengalami masalah sakit gigi, 2 anak (2,2%) sakit perut, 12

anak (13.5%) sulit makan, dan 10 anak (11.2%) lain-lain.


47

9) Data jumlah usia lanjut

Jumlah usia lanjut di RW 04 Desa Petir Kecamatan

Kalibagor Kabupaten Banyumas sebanyak 142 orang, terdapat

51 lansia yang aktif mengikuti Posyandu Lansia.

10) Data keluhan penyakit pada usia lanjut

Lansia yang meliliki keluhan penyakit yaitu 142 lansia.

Keluhan penyakit pada usia lanjut di Rw 04 Desa Petir

Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas dapat dilihat pada

Tabel 3.7.

Tabel 3.7. Keluhan penyakit pada usia lanjut

Jenis Penyakit Jumlah Persentase


Rematik 6 1,5
Hipertensi 11 2,7
DM 2 5
Asma 5 1,2
TBC 1 2
Jantung 2 5
Penyakit kulit 1 2
Lain-lain 33 8,2
Total 401 100.0
Berdasarkan tabel 3.7 di atas keluhan penyakit yang ada

pada lansia di RW 04 Desa Petir Kecamatan Kalibagor

Kabupaten Banyumas sebanyak 33 orang (8,2%) lansia

lmempunyai keluhan lain-lain seperti pusing, batuk, dan pilek.

11) Data usia lanjut mengikuti Posyandu

Hasil pengkajian yang dilakukan di sebanyak 51 orang

lansia mengikuti posyandu dan sisanya tidak mengikuti

posyandu.
48

2. Data Lingkungan Fisik

Rw 04 Desa Petir merupakan salah satu Desa yang terletak dipaling

ujung timur Kecamatan Kalibagor sekaligus dari Kabupaten Banyumas,

kira membutuhkan waktu ± 8 Menit dari kantor Kecamatan Kalibagor.

Adapun batas-batas wilayahnya yaitu :

 Sebelah Utara : Desa kalicupak

 Sebelah Timur : Desa Kedungbenda

 Sebelah Selatan : Desa Pajerukan

 Sebelah Barat : Desa Sokaraja

Desa Petir dibagi menjadi 4 dusun. Di Desa Petir terdapat jalan-jalan

beraspal dan setapak, yang merupakan sarana yang menghubungkan

antar wilayah-wilayah di desa Petir.

a. Pemukiman

1) Data jenis lantai rumah

Data yang menggambarkan jenis lantai rumah di RW 04

Desa Petir Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas dapat

dilihat pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8. Data jenis lantai rumah

Jenis Lantai Jumlah Persentase


Tanah 5 1,2
Tegel/ kramik 68 17,0
Semen/plester 57 14,2
Total 130 32,4
Berdasarkan data jenis lantai rumah di RW 04 Desa Petir
49

Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas sebagian besar

adalah keramik 68 KK (17,0%) dan yang menggunakan semen

adalah 57 KK (14,2%) yang paling sedikit adalah menggunakan

tanah sebesar 5 KK (1,2 %).


50

2) Data kondisi penerangan rumah

Data kondisi penerangan rumah penduduk di RW 04 Desa

Petir Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas 130 KK (100

%) menggunakan penerangan listrik.

3) Data tempat penampungan air

Distribusi tempat penampungan air di RW 04 Desa Petir

Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas dapat dilihat pada

Tabel 3.9.

Tabel 3.9. Distribusi Penampungan air

Jenis Penampungan Jumlah Persentase


Gentong/tempayan 9 2,2
Ember 118 29,4
Lain-lain 3 7
Total 130 32,4
Berdasarkan data tempat penampungan air yang digunakkan

di RW 04 Desa Petir Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas

didapatkan hasil terbanyak yaitu menggunakan Ember sebanyak

118 KK (29,4 %) serta Gentong 9 KK (2,2 %), dan lain-lain 3 KK

(7 %).

4) Tempat pembuang sampah

Tempat pembuang sampah di RW 04 Desa Petir Kecamatan

Kalibagor Kabupaten Banyumas dapat dilihat pada Tabel 3.10.


51

Tabel 3.10. Tempat membuang sampah

Pembuangan Sampah Jumlah Persentase


Bak sampah 31 7,7
Lubang sampah 73 18,2
Halaman 24 6,0
Lain-lain 2 5
Total 130 32,4
Sebagian besar 130 KK penduduk di RW 04 Desa Petir

Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas memiliki tempat

pembuang sampah di lubang sampah 73 KK (18,2%), bak sampah

31 KK (7,7 %), 24 KK (6,0 %) di halaman rumah, dan 2 KK (5%)

lain-lain.

5) Data letak pembuangan sampah

Pada Tabel 3.11 dapat dilihat data letak pembuangan

sampah yang dimiliki oleh penduduk di RW 04 Desa Petir

Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas yaitu :

Tabel 3.11. Kondisi Tempat Sampah.

Letak Jumlah Persentase


Samping rumah 11 2,7
Belakang rumah 110 27,4
Depan rumah 9 2,2
Total 130 32,4
Berdasarkan Tabel 3.11 tersebut di atas letak pembuangan

sampah di RW 04 Desa Petir Kecamatan Kalibagor Kabupaten

Banyumas terletak di belakang rumah sebanyak 110 KK (27,4


52

%), samping rumah sebanyak 11 KK (2,7 %) dan depan rumah 9

KK (2,2 %).

6) Data pengolahan sampah

Pengolahan sampah yang dilakukan oleh penduduk di desa

Petir terutama dusun III RW 04 kecamatan Kalibagor

Kabupaten Banyumas dapat di lihat pada Tabel 3.12.

Tabel 3.12. Pengolahan Sampah

Cara Jumlah Persentase


Masuk
dilubang 5 1.2
sampah
ditimbun 4 1.0
dibakar 119 29.7
Dibuang
1 0.2
disungai
Lain-lain 1 0.2
Total 130 32.4
Berdasarkan Tabel 3.12 tersebut di atas pengolahan sampah

di RW 04 Desa Petir Kecamatan Kalibagor Kabupaten

Banyumasmasuk lubang sampah sebanyak 5 KK (1.2 %),

ditimbun sebanyak 4 KK (1,0 %) dan dibakar119 KK (29,7 %),

dibuang ke sungai sebnayak 1 KK ( 0.2 % ), dan lain-lain

sebanyak 1KK ( 0,2 % ).


53

7) Data tempat pembuangan air limbah

Tempat pembuangan air limbah yang digunakan oleh

penduduk di RW 04 Desa Petir Kecamatan Kalibagor Kabupaten

Banyumas dapat dilihat pada Tabel 3.12.

Tabel 3.12. Tempat Pembuangan Air Limbah

Tempat Jumlah Persentase


Sungai 74 18,5
Halaman 36 9,0
Lain-lain 20 5,0
Total 130 32,4
Berdasarkan tabel 3.12 di atas diketahui bahwa 74 KK

(18,5%) penduduk di RW 04 Desa Petir Kecamatan Kalibagor

Kabupaten Banyumas buang air limbahnya ke sungai dan 36 KK

(9,0%) di halaman, dan 20 KK (5,0%) lain-lain.

8) Data kondisi tempat pembuangan air limbah

Kondisi tempat pembuangan air limbah yang dimiliki oleh

penduduk di RW 04 Desa Petir Kecamatan Kalibagor Kabupaten

Banyumas dapat dilihat pada Tabel 3.13.

Tabel 3.13. Kondisi Tempat Pembuangan Air Limbah

Kondisi Jumlah Persentase


Terbuka 46 11,5
Tertutup 84 20,9
Total 130 32,4
Berdasarkan Tabel 3.31 tersebut di atas diketahui bahwa

sebagi besar tempat pembuangan air limbah yang dimiliki


54

penduduk di RW 04 Desa Petir Kecamatan Kalibagor Kabupaten

Banyumas dalam keadaan tertutup 20,4% dan tertutup 11,5 %.

3. Pelayanan Kesehatan dan sosial

a. Pelayanan Kesehatan

1) Sarana kesehatan terdekat

Distribusi jumlah penduduk berdasarkan sarana kesehatan

terdekat dapat dilihat dari Tabel 3.14.

Tabel 3.14. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pelayanan

Kesehatan

Sarana Kesehatan Jumlah Persentase


Rumah sakit 14 3,5
Puskesmas/PKD 75 18,7
Dokter 5 1,2
Perawat/Bidan 36 9,0
Total 130 32,4
Berdasarkan data Pelayanan kesehatan yang paling

membantu dalam masalah kesehatan sebagian besar 75 KK

(18,7%) di RW 04 Desa Petir Kecamatan Kalibagor Kabupaten

Banyumas sebagian besar adalah Puskesmas/PKD, sedangkan

sebagian kecil masyarakat 5 KK (1,2%) berobat di rumah sakit.

b. Kebiasaan keluarga sebelum pergi ke pelayanan

Distribusi jumlah penduduk berdasarkan kebiasaan keluarga

sebelum pergi ke pelayanan dapat dilihat dari Tabel 3.16.

Tabel 3.16. Distribusi Kebiasaan Upaya Pengobatan keluarga

dalam 1 bulan terakhir saat mengeluh sakit.


55

Kebiasaan Jumlah Persentase


Beli obat di
61 15,2
warung
Jamu 4 1,0
Pergi ke dokter 138 34,4
Dibiarkan saja 9 2,2
Total 401 100.0
Berdasarkan data upaya pengobatan untuk warga yang terdata

sebanyak 401 orang, di dapatkan bahwa sebagian besar 138

(34,4%) orang melakukan pengobatan keluarga dengan pergi ke

dokter dan beli obat di warung sebanyak 61 orang (15,2%).

c. Jarak rumah dengan sarana kesehatan

Jarak rumah dengan sarana kesehatan atau Puskesmas di RW

04 Desa Petir Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas< 10 km.

4. Ekonomi

a. Jenis pekerjaan

Distribusi penduduk RW 04 Desa Petir Kecamatan Kalibagor

Kabupaten Banyumas berdasarkan jenis pekerjaan

Tabel 3.17. Distribusi penduduk berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan Jumlah Persentase


Tani 55 13,7
Dagang 21 5,2
PNS 6 1,5
Wiraswasta 73 18,2
Tidak 165 41,1
56

Bekerja
Lain-Lain 81 20,2
Total 401 100.0
Berdasarkan tabel tersebut diatas diketahui bahwa penduduk

RW 04 Desa Petir Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas adalah

Tani 55 jiwa (13,7%), dagang 21 jiwa (5,2 %), PNS 6 jiwa (1,5%),

dan wiraswasta 73 jiwa (18,2%).

5. Keamanan dan Transportasi

a. Keamanan

Sistem keamanan di RW 04 Desa Petir Kecamatan Kalibagor

Kabupaten Banyumas menggunakan keamanan masyarakat dengan

ronda keliling yang dilaksanakan sesuai jadwal di masing-masing

RT. Akses keamanan terdekat seperti polsek berjarak kurang lebih 6

km dan sedangkan untuk koramil terdekat dari RW 04 Desa Petir

Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas berjarak kurang lebih 6

km.

b. Transportasi

Secara umum masyarakat RW 04 Desa Petir Kecamatan

Kalibagor Kabupaten Banyumas menggunakan alat transportasi

pribadi berupa sepeda motor dalam aktifitas sehari-hari, sebagian

kecil menggunakan berjalan kaki.


57

6. Politik dan Pemerintah

a. Sistem pengorganisasian

Sistem pengorganisasian masyarakat RW 04 Desa Petir

Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas berdasarkan struktur

yang ada di Desa, dari unit terkecil RT, RW, Karang Taruna,

Kelompok Kerja, PKK sampai ke Desa.

b. Struktur organisasi

RW 04 Desa Petir Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas

dipimpin oleh seorang Ketua RW. RW 04 memiliki 6 RT.

c. Kelompok organisasi dalam komunitas

Kelompok organisasi yang masuk dalam struktur Rw 04

diantaranya adalah Karang taruna, posyandu balita dan lansia,

pertemuan bapak-bapak, dan pengajian. Warga RW 04 Desa Petir

aktif dalam kegiatan yang diadakan secara rutin.

7. Sistem Komunikasi

a. Sarana umum komunikasi

Sarana komunikasi di RW 04 Desa Petir Kecamatan Kalibagor

Kabupaten Banyumas tidak tersedia telephon umum maupun warung

telephone akan tetapi di RW 04 Desa Petir mayoritas sudah

menggunakan Handphone milik pribadi.

b. Jenis alat komunikasi dan digunakan dalam komunitas

Masyarakat di RW 04 Desa Petir secara umum menggunakan

handphone sebagai alat komunikasi.


58

c. Cara penyebaran informasi

Penyebaran informasi yang digunakan di RW 04 Desa Petir

Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas mengunakan sistem

surat yang bersifat tertulis dari tingkat RW, RT, sampai ke individu,

atau langsung kepada individu jika informasi yang bersifat segera

(lisan) dan menggunakan telephone/handphone.

8. Pendidikan

a. Tingkat pendidikan komunitas

1) Distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan

Distribusi penduduk RW 04 Desa Petir Kecamatan

Kalibagor Kabupaten Banyumas berdasarkan tingkat pendidikan

dapat dilihat pada Tabel 3.19.

Tabel 3.19. Distribusi Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah Presentase


Tidak Sekolah 81 20,2
SD 159 39,7
SLTP 86 21,4
SLTA 68 17,0
PT 7 1,7
Total 401 100,0
Berdasarkan Tabel 3.19. tersebut diatas diketahui bahwa

sebagian besar atau 159 jiwa (39,7%) tamat SD, 86 jiwa (21,4%)

tamat SLTP/SMP, 68 jiwa (17,0%) tamat SMA, tamat perguruan

tinggi 7 jiwa (1,7%), dan tidak/belum sekolah 81 jiwa (20,2%).

b. Fasilitas pendidikan yang tersedia (formal dan non formal)


59

Ada fasilitas pendidikan yang ada di RW 04 Desa Petir

Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas baik formal maupun

informal. Sarana pendidikan formal berupa 1 SD (Sekolah Dasar

Negeri 2 Petir).

c. Jenis bahasa yang digunakan

Secara umum masyarakat RW 04 Desa Petir Kecamatan

Kalibagor Kabupaten Banyumas menggunakan bahasa jawa dengan

perpaduan Banyumasan (ngapak) sebagai bahasa sehari-hari.

9. Rekreasi

a. Kebiasaan rekreasi

Menurut warga RW 04 Desa Petir Kecamatan Kalibagor

Kabupaten Banyumas rekreasi itu bepergian ke tempat rekreasi,

seperti berenang atau berwisata ke taman dan dilakukan di akhir pekan

atau di waktu senggang. Tetapi untuk rekreasi atau hiburan sehari-hari

warga RW 04 Desa Petir memanfaatkan acara televisi sebagai hiburan

dan rekreasi keluarga seperti mengunjungi sanak saudara.

b. Fasilitas tempat rekreasi

Jarak tempat rekreasi terdekat dari RW 04 Desa Petir Kecamatan

Kalibagor Kabupaten Banyumas yaitu wisata jembatan linggamas,

kuliner Pasar Kuna Lereng dan Hesagon yang terletak di RT 1 dan RT

2.
60

10. Analisa data

No Data Problem
1. Data Primer: Domain 1 : Promosi
 Berdasarkan wawancara dengan Kesehatan
lansia di posyandu lansia,
Kelas 1 : Kesadaran
sebagian besar lansia mengatakan
Kesehatan
jarang berolahraga..
 Berdasarkan wawancara,lansia Diagnosa : Gaya hidup
belum mengetahui manfaat kurang gerak (00168)
olahraga bagi kesehatan.
Data Sekunder :
 Berdasarkan data lansia yang
diperoleh dari kader sebanyak
30 orang lansia tidak aktif
mengikuti kegiatan posyandu
lansia .
Data Primer: Domain 1: Promosi
 Berdasarkan hasil Kesehatan
pemeriksaan tekanan darah
Kelas 2: Manajemen
lansia didapatkan hasil
Kesehatan
sebanyak 15 orang lansia
mengalami hipertensi. Diagnosa: Defisien
 Berdasarkan hasil Kesehatan Komunitas
pemeriksaann gula darah pada (00215)
lansia RW 04 sebagian besar
lansia menderita Diabetes
Melitus.
Data Sekunder:
 Berdasarkan hasil data di
posyandu lansia didapat
61

didapatkan hasil sebanyak 20


orang lansia (16%)
menunjukkan tekanan darah
diatas 150/90mmHg.

3Data Primer: Domain 1 : Promosi


3  Setelah dilakukan survey dan Kesehatan
observasi lingkungan di RW
Kelas 2 : Manajemen
04 banyak sampah plastic
Kesehatan
yang dibuang sembaragan
 Berdasarkan hasil observasi Diagnosa :
kepada 130 KK di dusun III
Perilaku Kesehatan
didapatkan hasil pengolahan
Cenderung Beresiko
sampah paling tinggi adalah
dengan cara dibakar dengan (00188)
presentase 29,7%.
 Berdasarkan hasil observasi
didapatkan letak tempat
pembuangan sampah dengan
presentase tertinggi belakang
rumah 27.4% dan tempatnya
di lubang sampah adalah
18.2%.

Data Sekunder :-
4Data Primer : Domain 1 : Promosi
4 Kesehatan
 Berdasarkan survey dan
4
observasi di SD Negeri 2 Petir Kelas 2 : Manajemen
4
sebagian siswa ada yang belum Kesehatan
4
mengerti dan paham cara
62

4 mencuci tangan dan menyikat Diagnosa :


4 gigi yang baik dan benar.
Perilaku Kesehatan
4  Berdasarkan survey dan
Cenderung Beresiko
4 wawancara, ada beberapa siswa
4 yang belum memahami kapan (00188)
4 waktu dan berapa kali harus
4 menyikat gigi dan mencuci
4 tangan.
4  Berdasarkan wawancara dengan
4 beberapa siswa tentang
4 pentingnya kesehatan cuci
4 tangan, gosok gigi masih belum
4 dilaksanakan dan masih banyak
yang belum memahami.

Data Sekunder :

Data Primer: Domain 1 : Promosi
Kesehatan
 Dari hasil wawancara dengan
ibu yang memiliki balita Kelas 2: Manajemen
masih ada yang belum Kesehatan
mengerti tentang pentingnya
Diagnosa:
gizi dan nutrisi untuk balita
Ketidaefektifan
 Dari hasil wawancara dengan
Manajemen Kesehatan
ibu yang memiliki balita
(00078)
banyak ibu yang mengeluh
anaknya susah untuk makan.
 Dari hasil wawancara dengan
ibu balita banyak balita yang
masih memilih-milih
63

makanan dan susah untuk


makan sayuran.

Data Sekunder:

 Dari data Puskesmas terdapat


4 balita yang mengalami
stunting/kurang gizi

nData Primer: Domain 1: Promosi


Kesehatan
 Dari hasil wawancara dengan
kader mengatakan kader tidak Kelas 1: Kesadaran
mengetahui bagaimana cara Kesehatan
mengukur tensi jarum.
Diagnosa: Kesiapan
 Dari hasil wawancara kader
meningkatkan literasi
mengatakan ingin bisa melatih
kesehatan (00262)
senam untuk lansia
 Dari hasil wawancara kader
ingin mengaktifkan kembali
senam untuk lansia.

Data Sekunder: -

Data Primer: Domain 1 : Promosi


Kesehatan
 Berdasarkan hasil wawancara
dengan kelompok tani, tidak Kelas 2 : Manajemen
mengetahui bagaimana cara Kesehatan
mengangkat beban yang
Diagnosa :
benar.
 Berdasarkan hasil wawancara Perilaku Kesehatan
dengan kelompok tani, Cenderung Beresiko
sebagian besar petani tidak
64

mengetahui keamanan dan (00188)


cara penanganan jika terjadi
kecelakaan kerja.
 Dari hasil wawancara pada
kelompok tani sebagian belum
mengetahuai resiko kerja
dalam mengangkat beban.

Data Sekunder :

Data Primer: Domain 1 : Promosi


Kesehatan
 Dari hasil wawancara pada
warga RW 04 mengatakan Kelas 2 : Manajemen
pernah terjadi demam Kesehatan
berdarah di lingkungan Kadus
Diagnosa :
III.
 Dari hasil observasi terdapat Kesiapan meningkatkan
banyak nyamuk di rumah manajemen kesehatan
warga.
(00162)
Data Sekunder :

 Berdasarkan data
dipuskesmas terdapat kegiatan
PSN secara rutin di setiap
bulannya.
 Berdasarkan data puskesmas 4
bulan terakhir terdapat warga
yang terkena Demam
Berdarah.
65

11. Diagnosa Keperawatan

a. Gaya hidup kurang gerak (00168)

b. Defisien Kesehatan Komunitas (00215)

c. Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko (00188)

d. Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko (00188)

e. Ketidaefektifan Manajemen Kesehatan (00078)

f. Kesiapan meningkatkan literasi kesehatan (00262)

g. Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko (00188)

h. Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan (00162)


66

5. Scoring prioritas masalah keperawatan komunitas

Jumlah Urutan
No Masalah Kesehatan A B C D E F G H I J K
Score Prioritas
Gaya hidup kurang gerak
1. 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 30 4
(00168)

Defisien Kesehatan Komunitas


2. 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 32 3
(00215)
Perilaku Kesehatan Cenderung
3. 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 35 1
Beresiko (00188)

Perilaku Kesehatan Cenderung


4. 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 2 29 6
Beresiko (00188)

Ketidaefektifan Manajemen
5. 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 30 5
Kesehatan (00078)

Kesiapan meningkatkan literasi


6. 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 28 7
kesehatan (00262)

7. Perilaku Kesehatan Cenderung 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 2 28 8


67

Beresiko (00188)

Kesiapan meningkatkan
8. 3 2 2 3 3 4 3 3 4 3 3 33 2
manajemen kesehatan

A : Resiko terjadi G :Tempat Pembobotan


B : Resiko Parah H : Waktu 1. Sangat rendah
C : Potensi untuk pendidikan kesehatan I : Dana 2. Rendah
D : Minat masyarakat J :Fasilitas kesehatan 3. Cukup
E : Kemungkinan diatasi K : Sumber daya 4. Tinggi
F : Sesuai program keperawatan 5. Sangat tinggi
komunitas
68

6. Prioritas Masalah

a. Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko (00188)

b. Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan (00162)

c. Defisien Kesehatan Komunitas (00215)

d. Gaya hidup kurang gerak (00168)

e. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan (00078)

f. Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko (00188)

g. Kesiapan Meningkatkan Literasi Kesehatan (00262)

h. Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko (00188)


69

7. Perencanaan

No Diagnosa Tujuan NOC NIC


1. Domain 1. Promosi TUM : Level 1 Level 1
Kesehatan Setelah dilakukan tindakan Domain IV: Domain VII:
Kelas 2. Manajemen keperawatan selama 6 minggu Pengetahuan tentang kesehatan Perawatan yang mendukung
Kesehatan diharapkan pembuangan dan perilaku kesehatan komunitas
Diagonosa : sampah dapat teratasi dengan
Perilaku kesehatan baik. Level 2 Level 2
cenderung beresiko Kelas R: Kelas C:
(00188) TUK : Keyakinan tentang kesehatan Peningkatan Kesehatan
1. Masyarakat mampu Komunitas
mengetahui tentang Level 3
pentingnynya kesehatan Kepercayaan mengenai Level 3
lingkungan kesehatan (1700) Pendidikan Kesehatan (5510)
2. Masyarakat mampu 1. Pengelolaan Sampah
mengetahui pemanfaatan Indikator Awal Tujuan
limbah sampah Perilaku yang
3. Masyarakat mampu 2 3
meningkatka
70

mengetahui dampak dari n kesehatan


pembuangan sampah (182308)
sembarangan Memonitor
perilaku
personal 2 4
terkait
dengan resiko
(160203)
Menggunaka
n perilaku
yang
2 4
menghindari
resiko
(160201)

1: tidak ada pengetahuan


2: pengetahuan terbatas
3: pengetahuan sedang
4: pengetahuan banyak
71

5: pengetahuan sangat banyak

2. Domain 1 : Promosi TUM: Level 1 Level 1


Kesehatan Setelah dilakukan tindakan Domain VII: Domain VII:
Kelas 2 : Manajemen keperawatan selama 6 minggu Kesehatan Komunitas Perawatan yang mendukung
Kesehatan diharapkan warga dapat kesehatan komunitas
Diagnosa : meningkatkan manajemen Level 2
Kesiapan meningkatkan kesehatan secara baik dan Kelas CC: Level 2
manajemen kesehatan benar. Perlindungan Kesehatan Kelas D:
(00162) Komunitas Manajemen Risiko Komunitas
TUK :
1. Warga mampu mengetahui Level 3 Level 3
tentang penyakit Demam Kontrol Risiko Komunitas : Manajemen Penyakit Menular
Berdarah Penyakit Menular (2802) (8820)
2. Warga mampu mengetahui 1. Penyuluhan DBD dan Ovitrap
cara mencegah terjadinya Indikator Awal Tujuan
Demam Berdarah
Kejadian
3. Warga mampu mengetahui
penyakit 2 3
cara mengatasi tentang
dilaporkan
72

masalah Demam Berdarah sebagaimana


diamanatkan(
280204)
Penyedian
produk untuk
mengurangi 2 4
penyebaran
penyakit
(280206)
Pendidikan
publik sesuai
dengan
budaya
2 4
tentang
penularan
menular
(280217)
73

3. Domain 1. Promosi TUM : Level 1 Level 1


Kesehatan Setelah dilakukan tindakan Domain 7: Kesehatan Komunitas Domain 7: Komunitas
Kelas 2. keperawatan selama 6 minggu
Manajemen diharapkan lansia dapat Level 2. Perlindungan kesehatan Level 2.
Kesehatan meningkatkan kesehatan secara komunitas Kelas C: Peningkatan
Diagnosa baik dan benar Kelas Q: Perilaku sehat Kesehatan Komunitas
keperawatan :
Defisien kesehatan TUK : Level 3 Level 3
komunitas (00215) 1.Lansia mampu - Dukungan sosial (1504) Intervention:
mengetahui tentang Indikator Awal Target Pendidikan kesehatan (5510)
penyakit hipertensi 1. melakukan penyuluhan tentang
Waktu yang 2 5
2. Lansia mampu hipertensi dan diabetes
disediakan
mengetahui cara 2. melakukan demonstrasi senam
oleh orang
mencegah terjadinya hipertensi
lain (150402)
hipertensi 3. melakukan pemeriksaan
Bantuan yang 2 5
3. Lansia mampu kesehatan berupa pengukuran
ditawarkan
mengetahui diit untuk tekanan darah dan GDS
oleh orang
hipertensi
lain (150412)
4. Lansia mampu
74

mengetahui cara Usaha yang 2 5


mengatasi tentang disediakan
masalah hipertensi oleh orang
lain (150403)
Informasi 3 5
yang
disediakan
(150404)
Dukungan 3 5
emosi yang
disediakan
(150405)
Keterangan:
1 = tidak adekuat
2 = sedikit adekuat
3 = cukup
4 = sebagian besar
5 = sebagian
75

4. Domain 1 : TUM: Level 1 Level 2


Promosi Kesehatan Setelah dilakukan tindakan Domain IV : Kelas C :
keperawatan selama 6 minggu Pengetahuan tentang Peningkatan kesehatan
Kelas 2 : diharapkan lansia meningkatkan kesehatan dan perilaku komunitas
Manajemen Latihan kesadaran dalam menjaga
kesehatan Level 2 Level 3
Diagnosa : Kelas Q : perilaku sehat Pengembangan kesehatan
Gaya Hidup kurang TUK: komunitas
gerak ( 00168)  Lansia mengetahui (8500)
pengertian senam 1. Penyuluhan tentang senam
Hipertensi Level 3 hipertensi
 Lansia mengetahui Perilaku patuh : 2. Senam hipertensi
manfaat senam aktivitas yang disarankan
 Lansia mengetahui cara (1622)
senam hipertensi
76

Indikator Awal Tujuan


Mengidentifi
kasi manfaat
yang
2 4
diharapkan
dari aktifitas
fisik(163202)
1: tidak ada pengetahuan
2: pengetahuan terbatas
3: pengetahuan sedang
4: pengetahuan banyak
5: pengetahuan sangat banyak
77

5. Domain 1 : Promosi TUM Level 1 Level 1


Kesehatan Setelah dilakukan tindakan Domain IV Domain I
keperawatan selama 6 minggu Pengetahuan tentang kesehatan Fisiologis : dasar
Kelas 2 : Manajemen diharapkan dapat meningkatkan dan perilaku
Kesehatan manajemen kesehatan kepada Level 2
anak balita Level 2 Kelas D: dukungan nutrisi
Diagnosa : Kelas GG : Pengetahuan kondisi
Ketidakefektifan TUK kesehatan Level 3
Manajemen Kesehatan  Ibu yang memiliki anak Manajemen nutrisi (1100)
(00078) balita dapat mengerti tentang Level 3 1. Melakukan penyuluhan
pentingnya gizi dan nutrisi Pengetahuan : proses penyakit tentang gizi yang baik
untuk balita (1803) pada anak
2. Melakukan mengukuran
Indikator Awal Tujuan tinggi badan dan
Faktor 2 5 penimbangan berat badan
penyebab
Efek
fisiologis 2 5
penyakit
78

Tanda dan
gejala 2 5
penyakit
Kelompok
dukungan 3 5
yang tersedia
Sumber
informasi
penyakit 2 5
yang
terpercaya

1: tidak ada pengetahuan


2: pengetahuan terbatas
3: pengetahuan sedang
4: pengetahuan banyak
5: pengetahuan sangat banyak
79

6. Domain 1 : TUM: Level 1 Level 1


Promosi Kesehatan Setelah dilakukan tindakan Domain IV : Domain VII: perawatan yang
keperawatan selama 6 minggu Pengetahuan tentang mendukung kesehatan
Kelas 2 : diharapkan lansia meningkatkan kesehatan dan perilaku komunitas
Manajemen Latihan kesadaran dalam menjaga
kesehatan Level 2
Diagnosa : Kelas Q : perilaku sehat Level 2
Perilaku kesehatan TUK: Kelas C :
cenderung beresiko (  Lansia mengetahui Peningkatan kesehatan
00188) pengertian hipertensi komunitas
 Lansia mengetahui Level 3
penyebab hipertensi Perilaku patuh : Level 3
 Lansia mengetahui tanda aktivitas yang disarankan Pengembangan kesehatan
dan gejala hipertensi (1622) komunitas

 Lansia mengetahui (8500)

komplikasi hipertensi 1. Penyuluhan tentang

 lansia mengetahui hipertensi

pengobatan dan
80

pencegahan hipertensi Indikator Awal Tujuan


Mengidentifi
kasi manfaat
yang
2 4
diharapkan
dari aktifitas
fisik(163202)
1: tidak ada pengetahuan
2: pengetahuan terbatas
3: pengetahuan sedang
4: pengetahuan banyak
5: pengetahuan sangat banyak

7. Domain 1 : Promosi TUM : Level 1 Level 1


Kesehatan Setelah dilakukan tindakan Domain IV : Domain VII: perawatan yang
Kelas 2 : Manajemen keperawatan selama 6 minggu Pengetahuan tentang mendukung kesehatan
Kesehatan diharapkan lansia dapat kesehatan dan perilaku komunitas
Diagnosa : meningkatkan kesehatan secara
Kesiapan meningkatkan baik dan benar Level 2
81

literasi kesehatan Kelas Q : perilaku sehat Level 2


(00262) TUK : Level 3 Kelas C :
1. Kader mengetahui cara Partisipasi dalam keputusan Peningkatan kesehatan
menggunakan tensi perawatan kesehatan komunitas
2. Kader mengetahui batas (1606)
normal sistolic dan Indikator Awal Tujuan Level 3
diastolic Mencari Pengembangan kesehatan
2 5
informasi komunitas
terpercaya (8500)
Menyampaik 1. bantú anggota komunitas untuk
an niat untuk mengarahkan sistem perawatan
bertindakan kesehatan.
2 5
terkait 2. diadakan penyuluhan
dengan pengukuran tensi .
keputusan
Identifikasi
dukungan 2 5
yang tersedia
82

untuk
mencapai
luaran yang
di inginkan
Kelompok
dukungan 3 5
yang tersedia
1. tidak pernah menunjukan
2. jarang menunjukan
3. kadang-kadang menunjukan
4. sering menunjukan
5. secara konsistensi menunjukan

8 Domain 1. Promosi TUM : Level 1 Level 1


Kesehatan Setelah dilakukan tindakan Domain 4 : Pengetahuan tentang Domain 4: Keamanan
keperawatan selama 6 minggu kesehatan dan perilaku
Kelas 2. Manajemen diharapkan petani dapat lebih Level 2
Kesehatan memperhatikan keselamatan Level 2 Kelas V: Manajemen resiko
dalam bekerja Kelas HH: Keamanan
83

Diagonosa : Level 3: Hasil Level 3: Hasil


Perilaku kesehatan TUK : -(1921) Kesiapan sebelum prosedur -(6466) Manajemen lingkungan:
cenderung beresiko 1. Petani dapat memperhatikan -(1911) Perilaku keamanan pribadi keselamatan
(00188) keselamatan dalam bekerja Indikator Awal Target
2. petani lebih mengetahui Menggunaka 2 5
tentang ergonomi atau n alat pelindu
posisi tubuh saat bekerja selama
yang baik dan benar menggunaka
n kegiatan
beresiko
tinggi
Menggunaka 2 5
n mekanik
tubuh yang
tepat
Menggunaka 2 5
n alat bantú
yang tepat
84

Menggunaka 3 5
n alat dengan
benar
Keterangan:
1= tidak pernah menunjukan
2= jarang menunjukan
3= kadang-kadang menunjukan
4= sering menunjukan
5= secara konsistem menunjukan
-
85

8. Implementasi

DIAGNOSA
KEGIATAN EVALUASI FORMATIF/PROSES
No KEPERAWAT ANALISA
DAN STRATEGI (JANGKA PENDEK)
AN
Domain 1 : Pengelolaan 1. Pengelolaan Sampah 1. Pengelolaan Sampah (Ecobriks)
Promosi Sampah a. Evaluasi Struktur a. Kekuatan
Kesehatan (Ecobricks)  Pada hari Selasa, 24  Audience sangat antusias dalam mengikuti kegiatan
Desember 2019 kami  Ada feedback dari audience
Kelas 2 : sudah mengunjungi  Respon positif yang ditunjukan
Manajemen rumah Ibu RT 06 RW  Proses pelaksanaan kegiatan sudah sesuai dengan peran
Kesehatan 04 untuk meminta izin dan tugas masing-masing mahasiswa
1.
diadakannya kegiatan  Kerjasama antar mahasiswa terjalin dengan baik.
Diagnosa : penyuluhan tentang  Segala kebutuhan alat dan bahan sudah dipersiapkan
Perilaku efektifitas pengelolaan sebelumnya
Kesehatan sampah dan demonstrasi b. Kelemahan
Cenderung pengelolaan sampah  Kelemahan dalam kegiatan penyuluhan tentang
beresiko dengan di daur ulang efektifitas pengelolaan sampah dan demonstrasi
(001880 menjadi kerajinan yaitu pengelolaan sampah dengan di daur ulang menjadi
86

ecobriks. kerajinan yaitu masih ada beberapa alat dan bahan untuk
 Anggota kelompok demontrasi yang masih kurang misalnya batang kayu.
penyuluh dan peserta  Adanya keterbatasan waktu sehingga hanya membuat
berada pada posisi dan satu jenis kerajinan yaitu ecobriks.
tempat yang sudah
direncanakan.
 Pembagian tugas
berjalan sesuai dengan
posisi pada saat
pelaksanaan kegiatan
berjalan.
 Tempat dan alat tersedia
sesuai dengan
perencanaan.
 Pre planning telah di
setujui.
 Media dan alat
pengajaran pada saat
kegiatan telah tersedia.
87

b. Evaluasi proses
 Jumlah peserta yang
hadir pada kegiatan
tersebut di rumah warga
adalah 25 orang. Jumlah
tersebut belum sesuai
dengan target yaitu
dengan target 30 orang.
 Peserta aktif
mendengarkan dan
bertanya tentang
pengelolaan sampah
rumah tangga
 Pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan waktu
yang telah direncanakan.
 Peserta mengikuti acara
atau kegiatan
penyuluhan sampai
88

selesai.
 Peserta berperan aktif
selama kegiatan
berjalan.
 Demontrasi berjalan
dengan yang diharapkan

c. Evaluasi Hasil
 Peserta yang hadir
dalam kegiatan 85% dari
yang diundang.
 Peserta yang hadir
menjelaskan pengertian
efektifitas pengelolaan
sampah.
 Peserta yang hadir
mengetahui jenis
sampah dan sumber
sampah.
89

 Peserta yang hadir


menyebutkan
pembagian sampah
organik ataupun non-
organik.
 Peserta yang hadir
menyebutkan dampak
sampah terhadap
manusia dan lingkungan
sekitar.
 Peserta yang hadir
menyebutkan dampak
negatif dan positif dari
pembuangan sampah.
 Peserta yang hadir
mengetahui cara
pengelolaan sampah
dengan 3 R (Reduce,
Reuse and Recycle)
90

2. Domain 1: Penyuluhan DBD 1. Penyuluhan DBD dengan 1. Penyuluhan tentang DBD dengan membuat ovitrap
Promosi dengan membuat membuat ovitrap a. Kekuatan
Kesehatan ovitrap a. Evaluasi Struktur  Penerimaan yang baik dari semua peserta
 Kelompok Penyuluhan  Tersedianya tempat, sarana dan prasarana untuk
Kelas 2: dan peserta berada pada pelaksanaan penyuluhan yang memperlancar
Manajemen posisi yang sudah pelaksanaan.
Kesehatan direncanakan.  Respon positif yang ditunjukan dengan adanya
 Waktu pelaksanaan tanggapan dan tanya jawab dari peserta.
Diagnosa: penyuluhan dan peserta b. Kelemahan
Kesiapan berada tepat sesuai dengan  Pada saat penyuluhan kurang adanya pengeras suara.
meningkatkan yang telah disepakati
manajemen sebelumnya.
kesehatan  Persiapan tempat, sarana
(00162) dan prasarana telah
tersedia
 Materi dan media tentang
Penyuluhan DBD dengan
mebuat ovitrap telah siap
untuk disajikan
91

b. Evaluasi Proses
 Jumlah peserta yang hadir
pada kegiatan penyuluhan
tentang DBD membuat
ovitrap sebanyak 25 orang.
 Peserta mengikuti
kegiatan penyuluhan
sampai selesai
 Peserta aktif
mendengarkan dan
bertanya tentang stunting.
 Media dan alat bantu dapat
digunakan secara efektif
 Acara dapat berjalan sesuai
rencana
c. Evaluasi Hasil
 Setelah dilakukan
penyuluhan 80% peserta
memahami tentang
92

penanganan stunting
 Peserta yang hadir 80%
mengetahui tentang DBD
 Peserta yang hadir 80%
mengetahui penyebab DBD
 Peserta yang hadir 75%
mengetahui cara membuat
ovitrap
93

3 Domain 1: Pemeriksaan tensi 3.Pemeriksaan TD dan GDS 3.Pemeriksaan Tensi dan GDS
Promosi dan GDS d. Evaluasi Struktur c. Kekuatan
kesehatan  Pada hari Sabtu, 28  Penerimaan yang baik dari semua peserta
Desember 2019 kami  Tersedianya tempat, sarana dan prasarana untuk
Kelas 2: sudah mengunjungi pelaksanaan penyuluhan yang memperlancar
Manajemen rumah Ibu Kader RW 04 pelaksanaan.
kesehatan untuk meminta izin  Kegiatan pemeriksaan tensi dan GDS berjalan lancar
diadakannya kegiatan tanpa ada hambatan suatu apapun.
Diagnosa: penyuluhan tentang
Defisien hipertensi pada lansia.
kesehatan  Anggota kelompok
komunitas penyuluh dan peserta
(00215) berada pada posisi dan
tempat yang sudah
direncanakan.
 Pembagian tugas
berjalan sesuai dengan
posisi pada saat
pelaksanaan kegiatan
94

berjalan.
 Tempat dan alat tersedia
sesuai dengan
perencanaan.
 Pre planning telah di
setujui.
 Media dan alat
pengajaran pada saat
kegiatan telah tersedia.
e. Evaluasi proses
 Jumlah peserta yang
hadir pada kegiatan
tersebut di halaman SD
Negeri 2 Petir adalah 40
orang. Jumlah tersebut
belum sesuai dengan
target yaitu dengan
target 50 orang.
 Peserta aktif
95

mendengarkan dan
bertanya tentang
pengelolaan sampah
rumah tangga
 Pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan waktu
yang telah direncanakan.
 Peserta mengikuti acara
atau kegiatan
pemeriksaan TD dan
GDS sampai selesai.
 Peserta berperan aktif
selama kegiatan
berjalan.
 Demontrasi berjalan
dengan yang diharapkan

f. Evaluasi Hasil
 Peserta yang hadir
96

dalam kegiatan 85% dari


yang diundang.

4 Domain 1: Senam Hipertensi Senam hipertensi Senam Lansia


Promosi pada lansia g. Evaluasi Struktur d. Kekuatan
kesehatan  Pada hari Sabtu, 28  Penerimaan yang baik dari semua peserta
Desember 2019 kami  Tersedianya tempat, sarana dan prasarana untuk
Kelas 2: sudah mengunjungi pelaksanaan senam hipertensi yang memperlancar
Manajemen rumah Ibu Kader RW 04 pelaksanaan.
latihan untuk meminta izin  Respon positif pada lansia
Diagnosa: diadakannya kegiatan e. Hambatan
Gaya Hidup senam hipertensi setelah  Jarak yang jauh menyebabkan beberapa lansia tidak
Kurang gerak dilakukan penyuluhan hadir dan mengikuti senam hipertensi
(00168) hipertensi dan
pemeriksaan tensi pada
lansia.
 Anggota kelompok
penyuluh dan peserta
berada pada posisi dan
97

tempat yang sudah


direncanakan.
 Pembagian tugas
berjalan sesuai dengan
posisi pada saat
pelaksanaan kegiatan
berjalan.
 Tempat dan alat tersedia
sesuai dengan
perencanaan.
 Pre planning telah di
setujui.
 Media dan alat
pengajaran pada saat
kegiatan telah tersedia.
h. Evaluasi proses
 Jumlah peserta yang
hadir pada kegiatan
tersebut di halaman SD
98

Negeri 2 Petir adalah 40


orang. Jumlah tersebut
belum sesuai dengan
target yaitu dengan
target 50 orang.
 Pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan waktu
yang telah direncanakan.
 Peserta mengikuti acara
atau kegiatan senam
sampai selesai
 Peserta berperan aktif
selama kegiatan
berjalan.
 Demontrasi berjalan
dengan yang diharapkan

i. Evaluasi Hasil
 Peserta yang hadir
99

dalam kegiatan 85% dari


yang diundang.
 Peserta yang hadir aktif
mengikuti senam
hipertensi
5 Domain 1: Penyuluhan Penyuluhan tentang stunting Penyuluhan tentang gizi nutrisi untuk pencegahan stunting
Promosi tentang gizi nutrisi j. Evaluasi Struktur a. Kekuatan
Kesehatan untuk pencegahan  Pada hari Kamis, 26  Penerimaan yang baik dari semua peserta
stunting pada Desember 2019 kami  Tersedianya tempat, sasaran, dan prasarana untuk
Kelas 2: balita sudah mengunjungi pelaksanaan penyuluhan yang memperlancar
Manajemen rumah Ibu Kader RW 04 pelaksanaan
Kesehatan untuk meminta izin  Respon positif yang ditunjukan dengan adanya
diadakannya kegiatan tanggapan dan tanya jawab dari peserta
Diagnosa: penyuluhan gizi nutrisi
Ketidakefektifa untuk mencegah b. Kelemahan
n manajemen stunting  Pada saat penyuluhan terdapat beberapa peserta yang
kesehatan  Anggota kelompok kurang fokus karena kegiatan penyuluhan disertai
(00078) penyuluh dan peserta dengan bayi yang menangis karena tidak betah.
berada pada posisi dan Sehingga penyuluhan sering terhenti, menunggu
100

tempat yang sudah perhatian dari peserta kembali lagi mendengarkan


direncanakan. materi.
 Pembagian tugas
berjalan sesuai dengan
posisi pada saat
pelaksanaan kegiatan
berjalan.
 Tempat dan alat tersedia
sesuai dengan
perencanaan.
 Pre planning telah di
setujui.
 Media dan alat
pengajaran pada saat
kegiatan telah tersedia.
k. Evaluasi proses
 Jumlah peserta yang
hadir pada kegiatan
tersebut di rumah Ibu
101

Kader RW 04 adalah 25
orang.
 Peserta aktif
mendengarkan dan
bertanya
 Pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan waktu
yang telah direncanakan.
 Peserta mengikuti acara
atau kegiatan senam
sampai selesai
 Peserta berperan aktif
selama kegiatan
berjalan.
 Demontrasi berjalan
dengan yang diharapkan

l. Evaluasi Hasil
 Peserta yang hadir
102

dalam kegiatan 80% dari


yang diundang.
 Peserta yang hadir aktif
mengikuti penyuluhan
gizi nutrisi untuk
mencegah stunting.
6 Domain 1: Penyuluhan PHBS Penyuluhan PHBS Penyuluhan PHBS
Promosi (Sikat Gigi dan a.Evaluasi Struktur a. Kekuatan
kesehatan Cuci tangan yang  Pada tanggal 16 Desember 2019  Siswa dan siswi sangat antusias
baik dan benar) kami mengunjungi SD Negeri 2  Sebagian besar peserta mau mencoba atau
Kelas 2 : Petir dan bertemu kepala mendemostrasikan cuci tangan dan sikat gigi
Manajemen sekolah untuk meminta ijin  Respon positif yang ditunjukan
latihan melakukan penyuluhan PHBS b. Kelemahan
pada siswa dan siswi kelas 1, 2,  Sebagian siswa dan siswi masih ada yang belum
Diagnosa: dan 3 SD Negeri 2 Petir. menerapkan cuci tangan dan sikat gigi
Perilaku  Waktu pelaksanaan penyuluhan  Sebagian siswa dan siswi masih banyak yang kurang
kesehatan tepat sesuai dengan jadwal yang sadar akan pentingnya cuci tangan dan sikat gigi
cenderung telah disepakati sebelumnya
beresiko
103

(00188) b. Evaluasi Proses


 Jumlah peserta yang hadir
pada kegiatan penyuluhan
sebanyak 47 peserta
 Peserta aktif mendengarkan
dan bertanyaan tentang PHBS
 Media demonstrasi

c.Evaluasi Hasil
 Untuk mengetahui definisi
PHBS
 Untuk mengetahui manfaat
PHBS
 Untuk mengetahui langkah-
langkah cuci tangan dan sikat
gigi
7 Domain 1: Pemberdayaan m. Evaluasi Struktur a. Kekuatan
Promosi Kader  Pada hari Rabu, 25  Penerimaan yang baik dari semua peserta
Kesehatan (mengajarkan tensi Desember 2019 kami  Tersedianya tempat, sasaran, dan prasarana untuk
104

Kelas 2: dan senam sudah mengunjungi pelaksanaan penyuluhan yang memperlancar


Manajemen hipertensi) rumah Ibu Kader RW 04 pelaksanaan
kesehatan untuk meminta izin  Respon positif yang ditunjukan dengan adanya
diadakannya kegiatan tanggapan dan tanya jawab dari peserta
Diagnosa: pemberdayaan kader
Kesiapan  Anggota kelompok b. Kelemahan
meningkatkan penyuluh dan peserta  Ada salah satu kader tidak berangkat karena sakit
literasi berada pada posisi dan
kesehatan tempat yang sudah
(00262) direncanakan.
 Pembagian tugas
berjalan sesuai dengan
posisi pada saat
pelaksanaan kegiatan
berjalan.
 Tempat dan alat tersedia
sesuai dengan
perencanaan.
 Pre planning telah di
105

setujui.
 Media dan alat
pengajaran pada saat
kegiatan telah tersedia.
n. Evaluasi proses
 Jumlah peserta yang
hadir pada kegiatan
tersebut di posko yaitu 3
orang.
 Peserta aktif
mendengarkan dan
bertanya
 Pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan waktu
yang telah direncanakan.
 Peserta mengikuti acara
atau kegiatan
pemberdayaan sampai
selesai
106

 Peserta berperan aktif


selama kegiatan
berjalan.
 Demontrasi berjalan
dengan yang diharapkan

o. Evaluasi Hasil
 Peserta yang hadir
dalam kegiatan 80% dari
yang diundang.

8 Domain 1: Penyuluhan K3 p. Evaluasi Struktur a. Kekuatan


Promosi tentang ergonomi  Pada hari Sabtu, 4  Penerimaan yang baik dari semua peserta
kesehatan pada petani Januari 2020 kami sudah  Tersedianya tempat, sasaran, dan prasarana untuk
mengunjungi rumah pelaksanaan penyuluhan yang memperlancar
Kelas 2 : ketua RT 06 RW 04 pelaksanaan
Manajemen untuk meminta izin  Respon positif yang ditunjukan dengan adanya
latihan diadakannya kegiatan tanggapan dan tanya jawab dari peserta
K3
107

Diagnosa:  Anggota kelompok b. Kelemahan


Perilaku penyuluh dan peserta  Kegiatan berlangsung saat hujan sehingga suara kurang jelas
kesehatan berada pada posisi dan
cenderung tempat yang sudah
beresiko direncanakan.
 Pembagian tugas
berjalan sesuai dengan
posisi pada saat
pelaksanaan kegiatan
berjalan.
 Tempat dan alat tersedia
sesuai dengan
perencanaan.
 Pre planning telah di
setujui.
 Media dan alat
pengajaran pada saat
kegiatan telah tersedia.
108

q. Evaluasi proses
 Jumlah peserta yang
hadir pada kegiatan
tersebut di posko yaitu
25 orang.
 Peserta aktif
mendengarkan dan
bertanya
 Pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan waktu
yang telah direncanakan.
 Peserta mengikuti acara
atau kegiatan K3 sampai
selesai
 Peserta berperan aktif
selama kegiatan
berjalan.
 Demontrasi berjalan
dengan yang diharapkan
109

r. Evaluasi Hasil
 Peserta yang hadir
dalam kegiatan 85% dari
yang diundang.
110

BAB IV

PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN

Pengkajian adalah dasar pemikiran dari proses keperawatan yang

membantu mengumpulkan informasi atau data tentang respons klien agar

dapat memfasilitasi dan mengatasi masalah atau kebutuhan perawatan

kesehatan dan keperawatan klien. Area yang termasuk respon klien antara

lain kegiatan sehari-hari, emosional, sosio-ekonomi, kultural dan spiritual

(Yura & Wals, 2008). Menurut Kozier et al. (2005) proses pengkajian terdiri

atas empat kegiatan, yaitu: mengumpulkan data, data organisasi, validasi

data, dan analisa data.

Pengambilan data dilakukan menggunakan kuesioner, dibagikan ke

populasi penduduk Dusun 3 Desa Petir yang berjumlah 4 RW dengan jumlah

sampel sebanyak 130 KK. Dari pengumpulan data didapatkan bahwa warga

Dusun 3 Desa petir dikategorikan sebagai masyarakat berkembang dengan

masyarakat mayoritas bekerja sebagaipetani. Sebagian warga mempunyai

tingkat pendidikan sekolah dasar, hal ini cukup berpengaruh dalam hal

pengetahuan tentang kesehatan.

Kekuatan dalam melakukan pengkajian adalah Bidan desa, kader

kesehatan, serta anggota masyarakat yang sudah dikaji sangat mendukung

dengan adanya kegiatan kesehatan, dukungan dan bimbingan dari dosen

pembimbing serta pembimbing lapangan dalam memberikan bimbingan

dalam rangka pengumpulan data selama proses pengkajian, serta kerja sama
111

yang baik antar anggota kelompok yang saling mendukung satu dengan

lainya. Sedangkan kelemahan dalam pengkajian ini adalah warga desa

petirada beberapa bekerja sebagi petani dan sebagai buruh yang menyulitkan

mahasiswa pada saat pengkajian dan merencanakan kegiatan kesehatan

dikarenakan mereka bekerja sampai sore serta pada saat wawancara sumber

informasi sebagian besar hanya berasal dari satu atau dua anggota dalam

keluarga sehingga data yang didapatkan kurang lengkap.

Kesempatan dalam melakukan pengkajian adalah Mahasiswa Program

Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Purwokerto merupakan program

profesi keperawatan (S1) untuk meningkatkan ilmu keperawatan Komunitas

di desa Petir Dusun 3, sehingga mahasiswa diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan tentang kesehatan masyarakat. Sedangkan adanya keragaman

terhadap kekuatan data yang didapat dan tidak dilakukan survey secara resmi

merupakan ancaman saat dilakukan pengkajian.

1. Lingkungan

Hasil wawancara di masyarakat dengan sampel 130 KK ditemukan

masalah kebersihan lingkungan yaitu masalah pembuangan sampah serta

limbah rumah tangga, yang sebagian masyarakat Dusun 3 Desa Petir

sudah memiliki lobang sampah untuk dikumpulkan dan kemudian di

bakar atau di timbun, namun masyarakat belum memisahkan sampah

organik dan sampah anorganik saat membuang sampah. Dalam hal ini

permasalahan dengan limbah juga sebagai problem di dalam desa Dusun

3 Desa Petir karena sebagaian besar warga menggunakan SPAL serapan


112

dimana tempatnya tidak ditutup yang dapat mencemari lingkungan

sekitar.

Kegiatan-kegiatan guna mengatasi masalah di lingkungan

diantaranya adalah prevensi primer yaitu penyuluhan tentang pemilahan

sampah plastik, pengeloaan sampah plastik menjadi Ecobric, penyuluhan

DBD dan demonstrasi pembuatan Ovitrap, serta penyuluhan K3, prevensi

sekunder adalah keaktifan warga dalam mengikuti kegiatan yang

diadakan oleh mahasiswa profesi ners guna memberikan edukasi secara

berkala.

2. KIA

Upaya kesehatan ibu dan anak adalah upaya dibidang kesehatan yang

menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu

menyusui, bayi dan anak balita. Masalah kesehatan Balita diantaranya

masih ada 13 balita yang mengalami Stunting. Kurangnya tindakan

promotif demi meningkatkan pengetahuan ibu hamil mengenai gizi saat

kehamilan sampai pasca melahirkan.

Kegiatan-kegiatan guna mengatasi masalah di KIA diantaranya

adalah prevensi primer yaitu pendidikan kesehatan tentang Gizi dan

Nutrisi dan gizi ibu hamil serta gizi balita untuk mencegah anak stunting

yang dilakukandi Rumah Kader Dusun 3.

3. Anak Usia Sekolah

Upaya pemberdayaan kesehatan terhadap anak usia sekolah di

Dusun 3 Desa Petir belum diberikan adanya tentang penyuluhan terkait


113

kesehatan. Masalah seperti cuci tangan dan sikat gigi di SDN 02 Petirdi

Desa Petir belum maksimal dalam pemberdayaan program yang ada

didesa, hal ini ditunjang dengan data yang di hasilkan berdasarkan data

yang didaptkan selama dilakukannya survey.

Kegiatan kegiatan guna mengatasi masalah usia sekolah

berdasarkan prevensi primer yaitu dilakukannya penyuluhan tentang

gosok gigi dan cuci tangan di SDN 02 Petir diDesa Petir, prevensi

sekunder yaitu dimana seluruh anak usia sekolah aktif dan mengikuti

setiap kegiatan yang diadakan mahasiswa profesi ners dan keaktifan

keiikutsertaan siswa dalam memberikan feedback.

4. Lansia

Kesehatan lansia merupakan prioritas terakhir masalah berikutnya.

Penyakit yang diderita lansiapun berbagai macam diakibatkan penurunan

fungsi organ pada lansia. Masalah umum kesehatan lansia adalah

mayoritas mempunyai tekanan darah yang tinggi dan Gula Darah tinggi.

Oleh karena itu, sebagai prevensi primer telah dilakukan penyuluhan

tentang hipertensi, pemeriksaan tentang hipertensi, dan senam hipertensi

serta dilakukan pemeriksaan GDS pada lansia. Kemudian, sebagai

prevensi sekunder yaitu keikutsertaan lansia dalam mengikuti kegiatan

posyandu dan penyuluhan yang diadakan oleh mahasiswa profesi ners

sebagai program dalam pemberdayaan kesehatan pada lansia. Sebagai

tindakan prevensi tersier rujukan merupakan tindakan bagi lansia dengan


114

gangguan kesehatan yang perlu mendapatkan tindakan dari profesional

kesehatan.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Setelah dilakukan pengkajian, data yang sudah didapat selanjutnya

dianalisa untuk menentukan masalah di warga masyarakat Dusun 3 Desa

PetirKecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas, lalu dirumuskan beberapa

diagnosa keperawatan.

Dalam menegakkan diagnosa keperawatan yang spesifik sebagai

sumber kekuatan yaitu adanya kemauan besar semua anggota untuk

menyelesaikan perumusan masalah tepat waktu serta kerjasama yang baik

antar anggota. Hambatan yang ditemukan dalam merumuskan diagnosa yaitu

keterbatasan waktu dalam merumuskan masalah yang ada di Dusun 3 Desa

PetirKecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas. Tetapi disamping itu selalu

ada bimbingan serta dukungan dari dosen dan pembimbing lapangan secara

rutin. Tenggang waktu yang sempit dalam membuat diagnose dan prioritas

masalah merupakan ancaman sebagai berikut :

1) Domain 1: Promosi kesehatan, Kelas 2: Manajemen Kesehatan, Diagnosa

Keperawatan: Perilaku kesehatan cenderung beresiko (00188)

2) Domain 1: Promosi kesehatan, Kelas 2: Manajemen kesehatan, Diagnosa

keperawatan: Kesiapan meningkatlan manajemen kesehatan (00162)

3) Domain 1: Promosi kesehatan, Kelas 2: Manajemen kesehatan, Diagnosa

keperawatan: Defisien kesehatan komunitas (00215)


115

4) Domain 1: Promosi kesehatan, Kelas 1: Kesadaran kesehatan, Diagnosa

Keperawatan: Gaya hidup kurang gerak (00168)

5) Domain 1: Promosi kesehatan, Kelas 2: Manajemen kesehatan, Diagnosa

keperawatan: Ketidakefektifan manajemen kesehatan (00078)

6) Domain 1: Promosi kesehatan, Kelas 2: Manajemen Kesehatan, Diagnosa

Keperawatan: Perilaku kesehatan cenderung beresiko (00188)

7) Domain 1: Promosi kesehatan, Kelas 1: Kesadaran kesehatan, Diagnosa

Keperawatan: Kesiapan meningkatkan literasi kesehatan (00262)

8) Domain 1: Promosi kesehatan, Kelas 1: Kesadaran kesehatan, Diagnosa

Keperawatan: Perilaku kesehatan cenderung beresiko (00188)

C. PERENCANAAN

Langkah ketiga dari proses keperawatan adalah perencanaan. Menurut

Kozier et al. (2005) perencanaan adalah sesuatu yang telah dipertimbangkan

secara mendalam, tahap yang sistematis dari proses keperawatan meliputi

kegiatan pembuatan keputusan dan pemecahan masalah. Dalam perencanaan

keperawatan, perawat menetapkannya berdasarkan hasil pengumpulan data

dan rumusan diagnosa keperawatan yang merupakan petunjuk dalam

membuat tujuan dan asuhan keperawatan untuk mencegah, menurunkan, atau

mengeliminasi masalah kesehatan klien.

Setelah dilakukan pengkajian dan dirumuskan diagnosa keperawatan

yang spesifik di warga masyarakat Dusun 3 Desa Petir, maka langkah


116

selanjutnya perlu dicarikan problem solving dari perumusan tersebut dengan

perencanaan yang tepat.

Dalam membuat rencana keperawatan dalam upaya mengatasi masalah-

masalah keperawatan yang ada sebagai sumber kekuatan yaitu tersedianya

sarana dan prasarana yang memadai untuk dijadikan pendukung diadakanya

kegiatan / implementasi keperawatan komunitas serta anggapan positif warga

terhadap keberadaan mahasiswa dapat membantu memberikan pegetahuan

tentang kesehatan. Hambatannya adalah waktu yang kurang untuk

menentukan perencanaan yang tepat. Ancaman yang Perencanaan

pelaksanaan kegiatan tidak bisa dilakukan secara maksimal karena waktu

yang dibutuhkan tidak sedikit.

Dalam Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) I yang diselenggarakan di

balai desa Petir yang dilaksanakan tanggal 17 Desember 2019, dari kelima

masalah tersebut dilakukan penganalisaan bersama masyarakat dan

mahasiswa dan didapatkan beberapa kesepakatan perencanaan tindakan untuk

masalah kesehatan tersebut dengan membentuk Kelompok Kerja Kesehatan

(POKJAKES) yang terdiri dari mahasiswa dan masyarakat. POKJAKES

inilah yang bertanggung jawab dalam kegiatan mengatasi masalah kesehatan

yang ada di warga masyarakat Dusun 3 Desa Petir dengan dilandasi

komitmen bersama yang dituangkan dalam Rencana Kegiatan Praktik

Keperawatan Komunitas.

Berlandaskan komitmen bersama antara warga dengan mahasiswa dalam

mengatasi masalah kesehatan disusunlah Planning of Action (POA) yang


117

disusun untuk memberikan arahan bagi perencanaan, intervensi, dan evaluasi

program untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada. POA yang disusun

menyesuaikan kegiatan – kegiatan yang ada dimasyarakat seperti kegiatan

pertemuan rutin pengajian, RT dan kegiatan sosial warga lainnya dalam

bentuk penyuluhan. Hal ini sesuai dengan teori yang ada, yang menyebutkan

bahwa penyesuaian POA mengutamakan rencana kegiatan yang

menggunakan metode yang diterima oleh norma, budaya dan dilakukan di

lokasi dengan biaya yang terjangkau oleh komunitas.

D. PELAKSANAAN

Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan

keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan asuhan

keperawatan harus bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lain dalam hal

melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat (Mubarak,

2005).

Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan tindakan yang telah

direncanakan yang bersifat (Efendi, 2009), yaitu bantuan untuk mengatasi

masalah gangguan penyakit, mempertahankan kondisi yang seimbang dalam

hal ini perilaku hidup sehat dan melaksanakan upaya peningkatan kesehatan,

mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan

penyakit, advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya

kebutuhan komunitas.

Perencanaan tindakan mulai dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 24

Desember 2019, dengan metode melibatkan masyarakat secara aktif dimotori


118

oleh masing – masing POKJA untuk melaksanakan rencana yang telah

disusun bersama. Keterlibatan masing - masing POKJA ini sangat membantu

dengan melakukan koordinasi dan konsolidasi dengan masyarakat. Sebagian

besar kegiatan dilaksanakan secara bersama antara mahasiswa, masing –

masing Pokja, masyarakat, Puskesmas dan Kader Kesehatan. Hal ini

mengacu pada teori yang menyebutkan bahwa pelaksanaan kegiatan dalam

keperawatan komunitas melibatkan individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat. Hanya pada kegiatan penyuluhan dilakukan oleh penanggung

jawab kegiatan dari mahasiswa yang ditunjuk. Secara umum kegiatan yang

direncanakan dapat dikatakan seluruhnya berhasil, penilaian tersebut

didapatkan saat evaluasi respon positif dan antusiasme masyarakat terhadap

berbagai kegiatan yang direncanakan.

Kendala yang dihadapi mahasiswa dan masing – masing POKJA adalah:

1. Pokja Lingkungan

a. Pengelolaan Sampah

Kelemahan dalam kegiatan penyuluhan tentang efektifitas

pengelolaan sampah dan demonstrasi pengelolaan sampah dengan di

daur ulang menjadi kerajinan yaitu masih ada beberapa alat dan bahan

untuk demontrasi yang masih kurang misalnya batang kayu untuk

menekan. Adanya keterbatasan waktu sehingga hanya membuat satu

jenis kerajinan.
119

c. Penyuluhan DBD

Waktunya terbatas pada saat kegiatan dilaksanakan, dikarenakan

kegiatan tersebut ikut masuk dalam kegiatan pengajian Dusun III di

Rumah warga Dusun III di RT. 06 RW. 03 Desa Petir Kecamatan

Kalibagor Kabupaten Banyumas.Kondisi tempat dan waktu yang

disediakan, kondisi rumah yang berdekatan dengan jalan raya

sehingga menimbulkan kebisingan.

2. Pokja KIA

a. Penyuluhan pemberian gizi dan nutrisi untuk mencegah stunting

Pada saat penyuluhan terdapat beberapa peserta yang kurang fokus

karena kegiatan penyuluhan di sertai dengan bayi yang mengangis

karena tidak betah. Sehingga penyuluhan sering terhenti menunggu

perhatian dari peserta kembali lagi mendengarkan materi

b. Penyuluhan PHBS

Sarana air yang kurang memadai sehingga menghambat jalannya

kegiatan dan memakan banyak waktu dan sebelum dilakukan

demonstrasi cuci tangan dan sikat gigi masih banyak yang belum

menerapkan cuci tangan dan sikat gigi yang benar. Siswa-siswi di

SDN 02 Petir masih banyak yang kurang sadar akan pentingnya cuci

tangan.
120

3. Pokja K3

Kegiatan penyuluhan K3 tentang ergonomi atau posisi tubuh saat

bekerja pada petani. Sasarannya bapak-bapak khususnya petani di RW 04

Desa Petir, Kec. Kalibagor. Peserta yang hadir 23 orang dan kegaiatannya

berjalan lancar.

4. Pokja Lansia

a. Penyuluhan tentang hipertensi dan senam hipertensi

Pada saat penyuluhan hanya sebagian lansia yang datang dari

seluruh undangan serta kurangnya antusias dari beberapa lansia. Saat

dilakukannya senam hipertensi masih ada lansia yang kurang

semangat dalam mengikuti kegiatan senam sehingga senam hanya

dilakukan sekali.

E. EVALUASI

Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan

keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan

antara proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan

keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan tingkat

kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat

kemajuan masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah ditentukan atau

dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2005).

Asuhan keperawatan komunitas telah dilaksanakan di Dusun III Desa

Petir, Kecamatan Kalibagor, Kabupaten Banyumas sesuai dengan ketentuan

yang diberlakukan. Sebagai pemberi asuhan keperawatan bagi komunitas di


121

tempat tersebut, segala program dilaksanakan dengan pemberdayaan secara

optimal kepada warga. Program juga dilaksanakan dengan bekerjasama

dengan pihak-pihak terkait, baik tenaga kesehatan di areanya dan juga

perangkat desa yang berwenang.

Masalah keperawatan yang pertama adalah Ketidakefektifan

pemeliharaan kesehatan (Lingkungan) pada warga Desa Petir. Penyuluhan

yang diberikan yaitu tentang pengelolaan sampah, penyuluhan DBD, dan

Penyuluhan PHBS.Kekuatan yang dimiliki adalah audience sangat antusias

dalam mengikuti kegiatan, ada feedback dari audience, respon positif yang

ditunjukan, proses pelaksanaan kegiatan sudah sesuai dengan peran dan tugas

masing-masing mahasiswa, kerjasama antar mahasiswa terjalin dengan baik

dan segala kebutuhan alat dan bahan sudah dipersiapkan sebelumnya.

Kelemahan yang ada yaitu sulitnya menggerakan warga untuk menjaga

kebersihan lingkungan.

Masalah keperawatan yang kedua yaitu Gaya hidup kurang gerak.

Implementasi yang dilakukan adalah penyuluhan tentang hipertensi dan

senam hipertensi serta pemeriksaan GDS dan tekanan darah.Kekuatan peserta

yang mengikuti penyuluhan sebagian besar berpartisipasi aktif dalam

pelaksanaan penyuluhan, respon yang diberikan oleh peserta penyuluhan juga

positif, ditunjukkan dengan adanya interaksi dan partisipasi aktif.

KelemahanPada saat penyuluhan hanya sebagian lansia yang datang dari

seluruh undangan serta kurangnya antusias dari beberapa lansia. Saat


122

dilakukannya senam hipertensi masih ada lansia yang kurang semangat dalam

mengikuti kegiatan senam sehingga senam hanya dilakukan sekali.

Masalah keperawatan yang ketiga yaitu Ketidakefektifan Manajemen

Kesehatan. Implementasi yang dilakukan oleh POKJA KIA adalah

penyuluhan kesehatan tentang stunting dan gizi seimbang. Kekuatan

penerimaan yang baik dari semua peserta, tersedianya tempat, sarana dan

prasarana untuk pelaksanaan penyuluhan yang memperlancar pelaksanaan,

respon positif yang ditunjukan dengan adanya tanggapan dan tanya jawab

dari peserta. Kelemahan yang ditemukan adalah pada saat penyuluhan

terdapat beberapa peserta yang kurang fokus karena kegiatan penyuluhan di

sertai dengan bayi yang mengangis karena tidak betah. Sehingga penyuluhan

sering terhenti menunggu perhatian dari peserta kembali lagi mendengarkan

materi.

Masalah keperawatan keempat yaitu Ketidakefektifan manajemen

kesehatan. Implementasi yang diberikkan yaitu penyuluhan tentang luka

bakar dan demonstrasi penanganan luka bakar dan penyuluhan tentang low

back pain dan demonstrasi swedish massage. Kekuatan antusiasnya peserta

dalam memperhatikan edukasi serta demonstrasi, respon positif yang

ditunjukan dengan adanya feedback pertanyaan saat sesi tanya jawab.

Kelema.

Masalah keperawatan yang keelimayaitu Ketidakefektifan pemeliharaan

kesehatan. Implementasi yang dilakukan adalah memberikan penyuluhan

penyuluhan sikat gigi, penyuluhan cuci tangan. Kekuatan yang ditemukan


123

dari penyuluhan tersebut adalah penerimaan yang baik dari anak-anak,

tersedianya tempat, sarana dan prasarana untuk pelaksanaan penyuluhan yang

memperlancar pelaksanaan, respon positif yang ditunjukan dengan adanya

keberanian dari anak-anak untuk maju kedepan. Kelemahan pada saat

penyuluhan terdapat beberapa anak yang kurang fokus dan mainan sendiri,

dan juga suara bising yang terdengar dari luar kelas dikarenakan banyak

anak-anak kelas lainnya yang bermain dan ingin melihat dari luar kelashan

peserta undangan tidak hadir semua.


124

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Praktik keperawatan komunitas yang dilaksanakan mahasiswa Program

Pendidikan Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Purwokerto merupakan suatu program profesi untuk

mengaplikasikan konsep-konsep perawatan komunitas dengan menggunakan

proses keperawatan masyarakat sebagai suatu pendekatan ilmiah. Terdapat

beberapa kegiatan yang dilakukan dalam praktik keperawatan komunitas,

yaitu kesehatan lingkungan, kesehatan lansia, kesehatan ibu dan anak.

Pelaksanaan praktik kerja nyata stase komunitas tersebut tidak meninggalkan

konsep proses keperawatan yaitu pengkajian, perencanaan, intervensi,

implementasi dan evaluasi kegiatan yang terstruktur.

Setelah melaksanakan praktek keperawatan komunitas selama 5 minggu,

dapat diambil kesimpulan, antara lain :

1. Mahasiswa dapat menerapkan asuhan keperawatan komunitas pada setiap

area pelayanan kesehatan di komunitas dengan pendekatan proses

keperawatan komunitas dan pengorganisasian komunitas di Dusun 3 Desa

Petir Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas dengan batas-batas

sebagai berikut: Sebelah Utara:Desa kalicupakSebelah Timur: Desa

Kedungbenda,Sebelah Selatan :DesaPajerukan, Sebelah Barat: Desa

Sokaraja
125

2. Dusun 3 Desa Petir terbagi dalam 6 RT dan 1 Rw, , masing-masing RT

di ketuai oleh seorang ketua RT. Dari tiap-tiap RT memiliki jadwal

pertemuan rutin sebulan 1 kali. Masyarakatnya terdiri dari balita, anak-

anak, remaja, dewasa, pasangan usia subur dan lansia. Selain sumber daya,

ada beberapa sub sistem yang mendukung perkembangan masyarakat

Dusun 3 Desa Petir yaitu terdapatnya pelayanan kesehatan yang jaraknya

dekat seperti Bidan Desa, Puskesmas, serta adanya posyandu balita dan

lansia.

3. Berdasarkan pengkajian komunitas yang dilakukan di Dusun 3 Desa Petir,

ditentukan 8 diagnosa, yaitu :

1) Perilaku kesehatan cenderung beresiko (00188)

2) Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan (00162)

3) Defisien kesehatan komunitas (00215)

4) Gaya hidup kurang gerak (00168)

5) Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan (00078)

6) Perilaku kesehatan cenderung beresiko (00188)

7) Kesiapan meningkatkan literasi kesehatan (00262)

8) Perilaku kesehatan cenderung beresiko (00188)

4. Upayayang dilakukan dalam menanggulangi masalah kesehatan yang

terjadi di Dusun 3 Desa Petir adalah dengan meningkatkan kesadaran

masyarakat akan pentingnya hidup sehat melalui kegiatan,penyuluhan

pengelolaan sampah sebagai kerajianan/ecobic, penyuluhan K3,


126

penyuluhan DBD, penyuluhan pencegahan stunting dengan penyuluhan

gizi dan nutrisi, PHBS, penyuluhan hipertensi, senam hipertensi serta

pemeriksaan kesehatan tekanan darah dan GDS.

5. Semua permasalahan kesehatan yang ditemukan dapat diselesaikan dengan

baik menggunakan strategi pendidikan kesehatan, kerjasama, proses

kelompok dan pemberdayaan masyarakat Dusun 3 Desa Petir.

B. Saran

Kesehatan masyarakat atau komunitas akan terwujud secara maksimal

apabila didukung dari sumber daya masyarakat, kesadaran masyarakat akan

pola hidup sehat, dukungan petugas kesehatan setempat, dan tersedianya sub

sistem lain yang mendukung.

Maka dari itu, kami merekomendasikan beberapa saran, yaitu:

1. Bagi masyarakat

a. Partisipasi aktif masyarakat dalam berbagai kegiatan terutama di bidang

kesehatan untuk menjaga kesinambungan semua kegiatan yang ada

dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat seoptimal

mungkin.

b. Partisipasi aktif masyarakat dalam meningkatkan perilaku hidup bersih

dan sehat dan menjaga kebersihan lingkungan agar terbebas dari

dampak apa saja yang bisa ditimbulkan.

2. Bagi Puskesmas dan desa

a. Untuk berkesinambungan semua kegiatan di bidang kesehatan

diharapkan dukungan dari pihak Dusun 3 Desa Petir dalam pengadaan


127

sarana dan prasarana, serta dukungan dan supervisi dari Puskesmas

untuk memantau kegiatan kesehatan yang di lakukan warga agar

semua kegiatan berjalan lancar dan berkesinambungan sehingga dapat

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

b. Tetap memberikan informasi terbaru terkait masalah yang ditemukan

dimasyarakat dan mengevaluasi masalah yang ditemukan baik jangka

pendek maupun jangka panjang.

3. Bagi mahasiswa dan institusi pendidikan keperawatan

a. Dapat lebih memantapkan penggunaan proses keperawatan dalam

pemecahan masalah keperawatan komunitas.

b. Kegiatan praktek keperawatan komunitas yang telah dilaksanakan

perlu di tindak lanjuti oleh mahasiswa angkatan berikutnya untuk

mempertahankan dan mengoptimalkan hal-hal yang telah dicapai serta

menindaklanjuti hal-hal yang belum tercapai.


128

LAMPIRAN
129

1. Lingkungan

a. Penyuluhan DBD dengan membuat Ovitrap

b. Penyuluhan Pengolahan Sampah dengan membuat Ecobrick


130

2. KIA

a. Penyuluhan Gizi dan Nutrisi untuk mencengah stunting

b. PHBS

3. Lansia

a. Pemberdayaan kader
131

b. Penyuluhan hipertensi, pemeriksaan kesehatan, dan senam lansia

4. K3 (Penyuluhan Ergonomi pada petani)


132

Anda mungkin juga menyukai