Anda di halaman 1dari 34

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Dari hasil penelitian mengenai penerapan manajemen risiko dengan metode

Job Safety Analysis (JSA) di Proyek Jalan Layang Khusus Busway Kapten

Tendean – Blok.M – Cileduk Paket Kapten Tendean PT Adhi Karya (Persero)

Tbk Divisi Konstruksi I diperoleh hasil sebagai berikut :

A. Komitmen terhadap Manajemen Risiko

Proyek Jalan Layang Khusus Busway Kapten Tendean – Blok.M –

Cileduk Paket Kapten Tendean PT Adhi Karya (Persero) Tbk Divisi

Konstruksi I telah berkomitmen penuh dalam menerapkan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3). Hal tersebut dibuktikan dengan adanya Kebijakan

Mutu dan K3L guna memastikan bahwa perusahaan dan subkontraktor yang

terlibat mematuhi standar dan peraturan yang mengatur mengenai penerapan

keselamatan dan kesehatan kerja (K3) khususnya mengenai identifikasi

bahaya, penilaian dan pengendalian risiko sehingga perusahaan dapat

mencapai zero accident fatality selama pelaksanaan proyek. Adapun isi dari

Kebijakan Mutu dan K3L di Proyek Jalan Layang Khusus Busway Kapten

Tendean – Blok.M – Cileduk Paket Kapten Tendean PT Adhi Karya (Persero)

Tbk Divisi Konstruksi I adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan mutu cara dan hasil kerja, serta mencegah ketidaksesuaian

pada semua tahapan.

2. Melaksanakan norma-norma perlindungan kerja dan lingkungan (K3L)

dengan menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas risiko

45
46

kecelakaan, bebas risiko penyakit akibat kerja dan pencemaran

lingkungan.

3. Mengutamakan penggunaan produk ramah lingkungan dan menghemat

sumber daya energi.

Kebijakan Mutu dan K3L yang telah ditetapkan wajib dipahami dan

ditaati oleh seluruh tenaga kerja, tamu, kontraktor, pemasok, dan pelanggan

yang terkait dengan perusahaan. Kebijakan Mutu dan K3L merupakan

kebijakan yang telah ditetapkan melalui induk perusahaan yang

disebarluaskan ke anak perusahaan/divisi maupun proyek-proyek yang sedang

dilaksanakan. Kebijakan Mutu dan K3L tersebut telah menyatakan tujuan dan

sasaran K3, komitmen terhadap pencegahan terhadap kecelakaan dan penyakit

akibat kerja, dan kepedulian terhadap lingkungan.

Perusahaan juga telah menyusun HSE Commitment/Komitmen K3L

sebagai wujud dari kebijakan yang telah disepakati perusahaan. Komitmen

K3L merupakan suatu komitmen terhadap kebijakan yang telah disepakati

oleh pimpinan dan staff/karyawan perusahaan/proyek secara bersama-sama,

dokumen ini dapat dilihat pada Lampiran 3. Komitmen K3L yang diterapkan

di Proyek Jalan Layang Khusus Busway Kapten Tendean – Blok.M – Cileduk

Paket Kapten Tendean PT Adhi Karya (Persero) Tbk Divisi Konstruksi I yaitu

sebagai berikut :

1. Secara terintegrasi akan mengkondisikan agar SMK3L (Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja & Lingkungan) dapat


47

dipahami, diterapkan, dipelihara dan ikut bertanggung jawab dengan

kewenangan masing-masing terhadap implementasi K3L.

2. Memprakarsai upaya-upaya untuk pencapaian target melalui program-

program yang telah direncanakan dan melindungi segenap sumber daya

manusia yang terlibat di dalam pelaksanaan proyek serta menciptakan

tempat kerja yang aman dan ramah lingkungan.

3. Memadukan seluruh unsur Keselamatan dan Kesehatan Kerja &

Lingkungan ke dalam tugas dan tanggung jawab dari masing-masing

bagian/personel.

4. Memadukan seluruh unsur Keselamatan dan Kesehatan Kerja &

Lingkungan pada setiap proses dan tahapan pelaksanaan konstruksi.

5. Mengidentifikasi seluruh risiko yang akan timbul dari tahapan pelaksanaan

dan melakukan tindakan pencegahan semaksimal mungkin.

6. Menghindari penggunaan material dan peralatan yang tidak aman.

7. Menekan sekecil mungkin dampak negatif dan kerusakan lingkungan yang

ditimbulkan akibat pelaksanaan proyek.

8. Aktif mengkampanyekan keselamatan dan kesehatan kerja & lingkungan

dan memastikan terlaksanakannya unsur-unsur keselamatan dan kesehatan

kerja & lingkungan demi terciptanya lingkungan kerja yang aman.

Komitmen K3L disusun untuk menertibkan dan memberikan

perlindungan sumber daya dan lingkungan yang terlibat dalam pelaksanaan

proyek. Di samping melakukan upaya penerapan sistem manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja. Komitmen K3L juga wajib dipahami dan
48

ditaati oleh seluruh tenaga kerja, tamu, kontraktor, pemasok, dan pelanggan

yang terkait dengan perusahaan.

Penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja bukan

hanya mengenai kebijakan namun perusahaan juga perlu mempunyai

peraturan K3 umum untuk mencegah dan meminimalisir kejadian yang tidak

diinginkan. Peraturan K3 umum sebagai bentuk komunikasi yang mudah

dimengerti dan dipahami oleh berbagai pihak, maka dari itu perusahaan

membuat HSE Ground Rule sebagai salah satu upaya pengendalian bahaya di

area kerja. Berikut merupakan isi dari HSE Ground Rule :

1. Telah mengikuti safety induction.

2. Memastikan kondisi badan sehat baik secara fisik dan mental saat masuk

kerja.

3. Berpakaian sopan, tidak dibenarkan memakai celana pendek, bertelanjang

dada atau hanya memakai singlet.

4. Menggunakan alat pelindung diri (APD) yang standar dan sudah dipakai

dengan benar.

5. Memakai tanda pengenal id badge yang sesuai dengan kompetensi dan

area kerjanya.

6. Mengikuti safety morning talk dan tool box meeting yang diselenggarakan

oleh supervisor area.

7. Memastikan alat dan peralatan kerja termasuk alat berat sudah dilakukan

inspeksi dan dalam kondisi baik dan aman.


49

8. Memastikan pekerjaan yang berisiko tinggi (kerja diketinggian, ruang

terbatas/confined space, lifting & rigging, excavation, electrical) sudah

dilakukan mitigasi risikonya.

9. Setiap supervisor dan safety man harus bertanggung jawab dan

memastikan para anggotanya sudah bekerja sesuai standar keselamatan

kerja.

10. Melakukan good house keeping secara rutin dan menjaga lingkungan.

Perusahaan menaruh perhatian lebih dalam melakukan perlindungan

terhadap tenaga kerja dengan menerapkan sistem manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja. Hal tersebut didasari bahwa pentingnya menciptakan tempat

kerja yang aman, sehat, bebas risiko kecelakaan, bebas risiko penyakit akibat

kerja dan pencemaran lingkungan guna meningkatkan produktivitas tenaga

kerja. Disamping perusahaan menyusun Kebijakan Mutu dan K3L, Komitmen

K3L, dan HSE Ground Rule. Perusahaan telah menyusun Rencana

Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Kerja (RK3L) sebagai

pedoman dalam menjalankan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan

kerja selama pelaksanaan proyek.

Rencana Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Kerja

(RK3L) merupakan panduan untuk menerapkan sistem manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja yang memuat beberapa hal sebagai berikut :

a) Ruang lingkup K3L

b) Tujuan dan sasaran K3L


50

c) Tugas dan tanggung jawab main contractor maupun subcontractor dalam

menerapkan K3L

d) Organisasi Komite K3L

e) Prosedur

f) Traffic Management

g) Verifikasi Dokumen

Selanjutnya di dalam Rencana Keselamatan Kesehatan Kerja dan

Lingkungan Kerja (RK3L) dijelaskan mengenai prosedur-prosedur salah

satunya dalam hal identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko yaitu

prosedur hazard identification risk assessment and risk control, dokumen ini

dapat dilihat pada Lampiran 4. Prosedur tersebut membahas mengenai upaya

melaksanakan manajemen risiko dengan metode JSA atau HIRARC. Prosedur

tersebut disusun sebagai salah satu langkah mengidentifikasi potensi bahaya

untuk mengurangi/menghilangkan potensi bahaya dari semua jenis pekerjaan

yang terdapat di proyek. Adanya prosedur tersebut telah membuktikan bahwa

perusahaan melaksanakan manajemen risiko di perusahaan/proyek. Selain itu,

perusahaan berupaya untuk mengendalikan bahaya sehingga angka

kecelakaan kerja dalam pelaksanaan proyek dapat ditekan semaksimal

mungkin.

Perusahaan telah melakukan komitmen terhadap K3 khususnya

manajamen risiko. Perusahaan melaksanakan manajemen risiko untuk

menjamin perlindungan tenaga kerja, aset perusahaan, masyarakat pengguna

maupun kelangsungan bisnis perusahaan. Bentuk kegiatan dari manajemen


51

risiko di proyek yaitu melakukan analisis potensi bahaya pada pekerjaan

dengan metode Job Safety Analysis (JSA). Job Safety Analysis (JSA)

diterapkan untuk semua jenis pekerjaan yang terdapat di proyek, selain untuk

pekerjaan utama dan pekerjaan yang memiliki risiko tinggi karena perusahaan

mempertimbangkan bahwa semua jenis pekerjaan mempunyai potensi bahaya

dan risiko masing-masing.

Selanjutnya komitmen perusahaan terhadap penerapan keselamatan

dan kesehatan kerja khususnya dalam hal identifikasi bahaya, penilaian dan

pengendalian risiko yang diwujudkan melalui Kebijakan Mutu dan K3L,

Komitmen K3L, dan HSE Ground Rule serta prosedur hazard identification

risk assessment and risk control perlu dilakukan komunikasi kepada tenaga

kerja lama dan baru maupun tamu yang berkunjung di area proyek.

Komunikasi yang telah dilakukan perusahaan antara lain melalui safety

induction secara langsung kepada tenaga kerja dan tamu, tool box meeting

kepada tenaga kerja sebelum bekerja, dan menempelkan pada papan

informasi pada setiap area kerja.

Salah satunya kegiatan analisis potensi bahaya dengan metode Job

Safety Analysis (JSA) yang telah dilaksanakan yaitu pada pekerjaan erection

segment box girder dengan menggunakan launcher gantry. Pembuatan Job

Safety Analysis (JSA) diharapkan dapat menganalisis potensi bahaya beserta

pengendalian bahaya pada tiap tahapan pekerjaan.


52

B. Penerapan Manajemen Risiko dengan Metode Job Safety Analysis (JSA)

1. Tim Identifikasi Bahaya

Proyek Jalan Layang Khusus Busway Kapten Tendean – Blok.M –

Cileduk Paket Kapten Tendean PT Adhi Karya (Persero) Tbk Divisi

Konstruksi I telah menetapkan dalam prosedur hazard identification risk

assessment and risk control bahwa analisis potensi bahaya dilakukan oleh

orang yang berkompeten dimana orang tersebut mampu mengidentifikasi

masalah potensial atau menilai potensi risiko. Dijelaskan dalam prosedur

tersebut orang yang berwenang untuk melakukan analisis potensi bahaya

dengan Job Safety Analysis (JSA) yaitu perwakilan personel K3L dari

main contractor dan subcontractor. Perwakilan personel K3L dari main

contractor terdiri dari Supervisor, HSE, dan Project Production Manager.

Sedangkan personel K3L dari subcontractor yaitu dari operator.

Personel K3L dari main contractor dan subcontractor yang telah

ditunjuk memiliki tanggungjawab masing-masing dalam keterlibatannya

melakukan analisis potensi bahaya. Supervisor bertanggungjawab untuk

melakukan analisis potensi bahaya serta pengendalian bahaya untuk suatu

jenis pekerjaan. Selain melakukan tanggungjawab utamanya yaitu

mengawasi pelaksanaan suatu pekerjaan. Supervisor merupakan personel

yang mengetahui pekerjaan secara keseluruhan baik dari peralatan,

material, proses kerjanya maupun tenaga kerja yang terlibat, maka dari itu

tanggungjawab untuk penyusunan Job Safety Analysis (JSA) diberikan

kepada Supervisor.
53

Peran HSE dalam menyusun Job Safety Analysis (JSA) suatu

pekerjaan yaitu untuk mengevaluasi, mengecek/memeriksa dan

memberikan saran/masukan/pertimbangan atas hasil analisis potensi

bahaya yang telah disusun oleh Supervisor. Keterlibatan Project

Production Manager dalam melakukan analisis potensi bahaya yaitu

sebagai penanggungjawab dan menyetujui penyusunan analisis potensi

bahaya. Personel K3L dari subcontractor yaitu operator yang ikut terlibat

berkewajiban untuk memberikan masukan dalam proses menyusun analisis

potensi bahaya dengan Job Safety Analysis (JSA).

2. Langkah Menyusun Job Safety Analysis (JSA) pada Pekerjaan Erection

Segment Box Girder

Secara garis besar langkah dalam menyusun Job Safety Analysis

(JSA) untuk suatu pekerjaan di Proyek Jalan Layang Khusus Busway

Kapten Tendean – Blok.M – Cileduk Paket Kapten Tendean PT Adhi

Karya (Persero) Tbk Divisi Konstruksi I dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Menentukan jenis pekerjaan yang akan dianalisis

Langkah untuk menyusun Job Safety Analysis (JSA) dimulai

dengan menentukan jenis pekerjaan yang akan dianalisis. Dalam

menentukan jenis pekerjaan, perusahaan tidak memiliki klasifikasi

tertentu. Namun perusahaan telah menjelaskan dalam prosedur hazard

identification risk assessment and risk control, pekerjaan-pekerjaan

yang harus dilakukan analisis potensi bahaya antara lain :

1) pekerjaan penggalian,
54

2) pekerjaan pengelasan (welding),

3) pekerjaan ketinggian,

4) manual handling,

5) pekerjaan lifting,

6) loading/unloading, dan

7) pekerjaan listrik.

Perusahaan telah memberlakukan Job Safety Analysis (JSA) untuk

seluruh jenis pekerjaan selain pekerjaan utama maupun yang memiliki

risiko tinggi karena analisis potensi bahaya tidak hanya bergantung

pada besar kecilnya risiko suatu pekerjaan.

Selain untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan

penyakit akibat kerja, perusahaan melakukan analisis potensi bahaya

dengan Job Safety Analysis (JSA) untuk memenuhi persyaratan

keselamatan dalam melakukan suatu pekerjaan. Analisis potensi

bahaya dengan Job Safety Analysis (JSA) dilakukan apabila

permohonan pelaksanaan pekerjaan telah diajukan dan disepakati oleh

beberapa pihak meliputi kontaktor, konsultan, dan dinas pekerjaan

umum, dokumen tersebut dapat dilihat pada Lampiran 5, sehingga

personil K3 maincontractor dan subcontractor harus mendiskusikan

analisis potensi bahaya dengan Job Safety Analysis (JSA) pada waktu

permohonan pelaksanaan pekerjaan disepakati dan diselesaikan

sebelum pekerjaan dilaksanakan.


55

Pekerjaan yang akan dilakukan analisis potensi bahaya dengan

Job Safety Analysis (JSA) yaitu pekerjaan erection segment box girder

dengan menggunakan alat bantu yaitu launcher gantry, dimana

pekerjaan tersebut merupakan jenis pekerjaan di ketinggian yang

memerlukan adanya JSA untuk keselamatan personel yang berada di

ketinggian.

b. Menguraikan pekerjaan menjadi langkah kegiatan

Pekerjaan yang telah disepakati untuk dilakukan analisis

potensi bahaya selanjutnya diuraikan tiap tahapan kerja. Langkah

untuk menguraikan pekerjaan dilakukan dengan membagi menjadi 2

tahap yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Tahap persiapan

merupakan langkah kegiatan yang berkaitan dengan persiapan

sebelum melakukan pekerjaan utama yang akan dilaksanakan, hal-hal

yang berkaitan dengan peralatan, material maupun akses untuk

pekerjaan tersebut. Sedangkan tahap pelaksanaan merupakan langkah

kegiatan yang dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaan utama yang

telah disepakati sesuai permohonan pelaksanaan pekerjaan.

c. Identifikasi potensi bahaya pada setiap langkah kegiatan

Proses identifikasi potensi bahaya yang berhubungan dengan

suatu jenis pekerjaan. Adanya identifikasi potensi bahaya untuk

mengetahui dan mengenali sumber bahaya dan potensi bahaya yang

ditimbulkan. Langkah melakukan identifikasi potensi bahaya pada


56

pekerjaan erection segment box girder dengan menggunakan launcher

gantry yaitu sebagai berikut :

1) Tahap persiapan yaitu melakukan pekerjaan loading test atau

pengecekan alat yaitu launcher gantry. Uji alat dilakukan dengan

pengujian kelayakan secara fungsional untuk keperluan lifting atau

mengangkat beban box girder seberat 55 ton, sehingga perlu

dilakukan identifikasi untuk mengetahui potensi bahaya dari

kegiatan loading test yaitu :

a) Kegiatan lifting beban box girder 55 ton di ketinggian.

b) Load atau pembebanan di ujung truss launcher.

c) Moving atau perpindahan segment diantara truss launcher.

2) Tahap pelaksanaan yaitu pekerjaan utama yang terdiri dari

beberapa langkah kegiatan yang perlu dilakukan identifikasi

potensi bahaya untuk mengetahui potensi bahaya pada tiap langkah

kerja yaitu sebagai berikut :

a) Moving/Launching Launcher yaitu melakukan pemindahan

alat berat yaitu launcher gantry dari pier satu dengan pier yang

lainnya dengan memindahkan truss dan roller yang diangkat

menggunakan winch, lokasi pekerjaan moving berada di area

Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 150 Kv

sehingga perlu dilakukan identifikasi untuk mengetahui potensi

bahaya dari kegiatan moving yaitu :


57

(1) Terdapat Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)

150 Kv.

(2) Kegiatan tenaga kerja yang berada di sekitar alat yang

dekat dengan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi

(SUTET).

(3) Kegiatan tenaga kerja membuka sling safety truss.

(4) Pekerjaan yang berada di ketinggian.

(5) Kegiatan pengencangan baut dan penggunaan tool.

b) Mobilisasi segment box girder menggunakan truck trailer

yaitu mendatangkan segment box gider dari pabrik pembuat

menuju lokasi proyek menggunakan truck trailer dan

menurunkan segment box girder dari truck trailer ke area

kerja, sehingga perlu dilakukan identifikasi untuk mengetahui

potensi bahaya dari kegiatan mobilisasi segment box girder

yaitu :

(1) Adanya lalu lintas kendaraan yang padat.

(2) Kegiatan unloading segment box girder dari truck trailer.

c) Install spreader beam yaitu pemasangan spreader beam pada

launcher gantry dengan box girder, dimana box girder dikunci

pada lubang anchor stress bar menggunakan baut untuk proses

lifting, sehingga perlu dilakukan identifikasi untuk mengetahui

potensi bahaya dari kegiatan install spreader beam yaitu :


58

(1) Aktivitas tenaga kerja yang naik ke atas box girder di atas

truck trailer.

(2) Kegiatan pemasangan stress bar dan pengencangan

railing.

d) Lifting dan erection segment box girder yaitu mengangkat

segment box girder dan peletakkan segment box girder pada

segment jalan layang non tol yang telah terpasang atau pada

kolom jalan layang non tol apabila kolom belum terpasang

segment sama sekali pada ketinggian dengan alat bantu

launcher gantry, sehingga perlu dilakukan identifikasi untuk

mengetahui potensi bahaya dari kegiatan lifting dan erection

segment box girder yaitu :

(1) Adanya lalu lintas kendaraan dibawah pekerjaan lifting dan

erection.

(2) Aktivitas pekerjaan di area kerja ketinggian dalam box

girder.

e) Install temporary stress bar yaitu pemasangan temporary

stress bar pada lubang segment box girder untuk menahan

beban box girder, sehingga perlu dilakukan identifikasi untuk

mengetahui potensi bahaya dari kegiatan install temporary

stress bar yaitu area kerja di tepi segment box girder pada

ketinggian.
59

f) Pengeleman dengan epoxy yaitu melakukan pengeleman pada

bagian pinggir salah satu segment untuk dipasangkan ke sisi

segment jalan layang non tol yang telah terpasang dan

pengeleman dilakukan secara manual dengan menggunakan

tangan, sehingga perlu dilakukan identifikasi untuk

mengetahui potensi bahaya dari kegiatan pengeleman dengan

epoxy yaitu material epoxy termasuk bahan kimia bersifat

iritan.

g) Stressing temporary stress bar yaitu menarik temporary stress

bar pada lubang bagian dalam box girder dengan

menggunakan hydrolik jack untuk memastikan box girder

tetap pada posisinya sampai dilakukan stressing strand,

sehingga perlu dilakukan identifikasi untuk mengetahui potensi

bahaya dari kegiatan stressing temporary stress bar yaitu

penggunaan hydrolik jack yang bertekanan.

h) Install platform stressing yaitu pemasangan platform atau

tempat kerja untuk meletakkan material dan peralatan kerja

pada pekerjaan stressing strand, sehingga perlu dilakukan

identifikasi untuk mengetahui potensi bahaya dari kegiatan

install platform stressing yaitu pembuatan area kerja yang

menggantung di tepi box girder pada ketinggian.

i) Install kabel strand yaitu pemasangan kabel strand ke dalam

lubang tendon bagian atas kanan dan kiri dan bagian bawah
60

kanan dan kiri, sehingga perlu dilakukan identifikasi untuk

mengetahui potensi bahaya dari kegiatan install kabel strand

yaitu :

(1) Kegiatan memasang atau memasukkan kabel strand ke

dalam tendon.

(2) Aktivitas pada area kerja di ketinggian.

j) Stressing kabel strand yaitu menarik kabel strand yang telah

dimasukkan ke dalam lubang tendon dengan menggunakan alat

bantu berupa hydrolik jack yang dikerjakan di platform pada

ketinggian, sehingga perlu dilakukan identifikasi untuk

mengetahui potensi bahaya dari kegiatan stressing kabel strand

yaitu :

(1) Penggunaan hydrolik jack yang bertekanan.

(2) Beban hydrolik jack seberat 250 kg.

(3) Pemakaian power listrik dari genset.

(4) Aktivitas pemotongan kabel strand menggunakan alat

pemotong berupa gerinda.

d. Menganalisis risiko bahaya pada setiap langkah kegiatan

Menganlisis risiko yang dapat ditimbulkan akibat dari potensi

bahaya yang telah diidentifikasi sebelumnya. Risiko bahaya yang

diperoleh dari hasil identifikasi potensi bahaya pada proses kerja yang

telah diuraikan. Berikut hasil analisis risiko bahaya pada tiap langkah
61

kegiatan pada pekerjaan erection segment box girder dengan

menggunakan launcher gantry yaitu :

1) Kegiatan lifting beban box girder 55 ton di ketinggian dapat

berisiko box girder seberat 55 ton jatuh atau sling putus (break

lost) tidak kuat menahan box girder.

2) Load atau pembebanan di ujung truss launcher dapat berisiko

defleksi/penurunan melebihi batas maksimun standar yang telah

ditentukan.

3) Moving atau perpindahan segment diantara truss launcher dapat

berisiko segment box girder membentur truss launcher dan

terbentur rail beam serta trouble pada power listrik penggerak

mati/konsleting dan kebakaran.

4) Terdapat Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 150 Kv

dapat berisiko launcher gantry terkena induksi listrik tegangan

tinggi yang dapat mengakibatkan kerusakan alat.

5) Kegiatan tenaga kerja yang berada di sekitar alat yang dekat

dengan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) dapat

berisiko tenaga kerja tersengat arus listrik tegangan tinggi.

6) Kegiatan tenaga kerja membuka sling safety truss dapat berisiko

launcher tergelincir.

7) Pekerjaan yang berada di ketinggian dapat berisiko terjatuh dan

tertimpa.
62

8) Kegiatan pengencangan baut dan penggunaan tool dapat berisiko

terjepit dan tergores.

9) Adanya lalu lintas kendaraan yang padat dapat berisiko

menimbulkan kemacetan dan kecelakaan lalu lintas.

10) Kegiatan unloading segment box girder dari truck trailer dapat

berisiko manuver dari truck trailer ke fiding area tidak terjangkau

oleh launcher.

11) Aktivitas tenaga kerja yang naik ke atas box girder di atas truck

trailer dapat berisiko terpeleset dan terjatuh.

12) Kegiatan pemasangan stress bar dan pengencangan railing dapat

berisiko terjepit, tergores dan terbentur.

13) Adanya lalu lintas kendaraan dibawah pekerjaan lifting dan

erection dapat berisiko kejatuhan benda dari ketinggian.

14) Aktivitas pekerjaan di area kerja ketinggian dalam box girder dapat

berisiko tenaga kerja terjatuh dari ketinggian.

15) Area kerja di tepi segment box girder pada ketinggian dapat

berisiko tenaga kerja terjatuh dari ketinggian tepi box girder.

16) Material epoxy termasuk bahan kimia bersifat iritan dapat berisiko

iritasi dan alergi pada kulit, gangguan pernafasan dan iritasi mata

serta lem epoxy terjatuh ke jalan.

17) Penggunaan hydrolik jack yang bertekanan dapat berisiko terkena

tekanan dari hydrolik jack, terjepit dan tergores.


63

18) Pembuatan area kerja yang menggantung di tepi box girder pada

ketinggian dapa berisiko platform/area kerja terguling dan jatuh ke

jalan serta benda terjatuh dari ketinggian.

19) Kegiatan memasang atau memasukkan kabel strand ke dalam

tendon dapat berisiko tertusuk dan tergores kabel strand.

20) Aktivitas pada area kerja di ketinggian dapat berisiko potongan

strand terjatuh.

21) Penggunaan hydrolik jack yang bertekanan dapat berisiko strand

terputus atau terpental akibat tekanan kuat dari hydrolik jack.

22) Beban hydrolik jack seberat 250 kg dapat berisiko tergencet dan

tertimpa hydrolik jack.

23) Pemakaian power listrik dari genset dapat berisiko tersetrum.

24) Aktivitas pemotongan kabel strand menggunakan alat pemotong

berupa gerinda dapat berisiko terkena percikan debu dan panas

yang mengenai mata.

e. Pengendalian bahaya dengan tindakan yang direkomendasi

Langkah selanjutnya yaitu melakukan pengendalian bahaya

yang telah diidentifikasi atau hazard control untuk suatu jenis

pekerjaan. Diterangkan dalam prosedur hazard identification risk

assessment and risk control bahwa pengendalian bahaya beserta

tindakan perbaikan (corrective action) dilakukan untuk

mengurangi/menghilangkan potensi bahaya.


64

Perusahaan berupaya untuk mengontrol bahaya yang telah

diidentifikasi sesuai hierarki pengendalian risiko. Tercantum dalam

prosedur hazard identification risk assessment and risk control,

langkah tindakan pengendalian yang dilakukan perusahaan untuk

mengontrol bahaya adalah sebagai berikut :

1) Menghilangkan bahaya dengan mendesain ulang pekerjaan atau

mengganti material sehingga bahaya dapat dihilangkan.

Pengendalian dengan menghilangkan bahaya belum dapat

diterapkan dan dilaksanakan pada pekerjaan erection segment box

girder dengan menggunakan launcher gantry.

2) Pengganti bahaya untuk risiko lebih rendah dengan mengganti

metode kerja, bahan dan peralatan yang lebih aman dan risiko

lebih rendah. Pengendalian dengan pengganti bahaya untuk risiko

lebih rendah yang dilakukan pada pekerjaan erection segment box

girder dengan menggunakan launcher gantry antara lain :

a) Melakukan review metode terhadap ketinggian alat yang

melebih batas ruang bebas SUTET (konter weight diturunkan

sejajar truss).

b) Penggunaan tangga akses untuk memudahkan tenaga kerja

naik dan turun secara aman.

3) Isolasi bahaya dengan memisahkan seseorang dari objek kerja

atau menghindari adanya bahaya. Pengendalian dengan isolasi


65

bahaya yang dilakukan pada pekerjaan erection segment box

girder dengan menggunakan launcher gantry antara lain :

a) Meniadakan aktivitas/pekerjaan tenaga kerja yang berada di

bawah pekerjaan di ketinggian.

b) Melengkapi atau memasang railing/pagar pengaman pada

lantai kerja di ketinggian.

c) Penyempitan jalan agar tidak ada kendaraan atau orang yang

melintas dibawah segment box girder yang menggantung.

d) Tidak ada tenaga kerja yang berada di bagian depan hydrolik

jack saat melakukan stressing.

e) Pemasangan proteksi berupa terpal untuk melindungi jatuhan

lem epoxy ke jalan.

4) Kontrol teknisi dengan melakukan modifikasi teknologi atau

peralatan atau menggunakan alat bantu untuk menghindari

bahaya. Pengendalian dengan kontrol teknisi yang dilakukan pada

pekerjaan erection segment box girder dengan menggunakan

launcher gantry antara lain :

a) Memasang alat uji (chain block dan lever block)

b) Memasang kaper yang elastis untuk menahan pentalan strand

c) Memasang sistem grounding.

d) Memasang toe board dan dinding penahan benda jatuh

e) Memasang/melapisi isolasi pada peralatan kerja,

perlengkapan pengaman dan material.


66

f) Pemasangan alat bantu pengukuran defleksi berupa benang,

unting-unting, meteran untuk pengecekan defleksi.

g) Pemasangan hanger untuk mengaitkan full body harness.

5) Kontrol administrasi dengan melakukan prosedur untuk bekerja

secara aman. Pengendalian bahaya dengan kontrol administrasi

yang dilakukan pada pekerjaan erection segment box girder

dengan menggunakan launcher gantry antara lain :

a) Pengecekan terhadap alat dan seluruh perlengkapan

pengaman untuk memastikan dalam kondisi baik saat

digunakan.

b) Mengikuti manual prosedur.

c) Melakukan lifting secara bertahap dari ketinggian lifting 50

cm.

d) Pengoperasian alat dilakukan oleh operator yang telah

memiliki SIO.

e) Adanya petugas pengawas di lapangan.

f) Memastikan genset dalam kondisi baik dan persediaan BBM

cukup.

g) Menyediakan penerangan yang cukup, radio HT, alat

pemadam api ringan (APAR) dan air bersih untuk mencuci

tangan pada area kerja.

h) Tidak melakukan aktivitas pada cuaca ekstrem/hujan/angin

kencang.
67

i) Adanya standar/peraturan batas ruang bebas SUTET.

j) Pengukuran pada batas ruang bebas SUTET melibatkan pihak

PLN untuk memastikan ketinggian alat tidak boleh kurang

dari batas ruang bebas SUTET yaitu 5 meter.

k) Dilakukan tool box meeting agar tenaga kerja memahami

potensi bahaya.

l) Memastikan lokasi kerja dan peralatan kerja bersih dari

kotoran dan air yang menggenang.

m) Memastikan penyimpanan/peletakkan material dan alat pada

posisi aman, rapi dan teratur.

n) Pekerjaan dilakukan oleh tenaga kerja yang ahli, terlatih dan

terbiasa serta memiliki sertifikasi.

o) Pengecekan elevasi real beam A dan B harus rata/level

sama/tidak miring.

p) Pemeriksaan hanger safety sling truss pada posisi aman

terhadap lock safety truss.

q) Ketersediaan emergency tool dan alat pengaman seperti chain

block/lever block yang cukup memadai.

r) Tenaga kerja telah memahami cara kerja dan penggunaan alat

dan material/bahan.

s) Mobilisasi material pada malam hari dengan penempatan

petugas traffic yang dilengkapi dengan senter merah dan

rompi untuk mengatur lalu lintas kendaraan umum maupun


68

kendaraan proyek serta antrian truck trailer agar teratur dan

rapi.

t) Koordinasi dengan pihak bersangkutan meliputi HSE,

kepolisian, konsultan, dan engineering.

u) Pemasangan rambu-rambu darurat/peringatan reflektif.

v) Memastikan lokasi fiding area rata, kuat, stabil, mampu

menahan beban truck trailer, dan tidak terhalang oleh

material dan alat sehingga cukup untuk melakukan manuver

truck trailer.

w) Memastikan peralatan dalam kondisi baik dan terkalibrasi.

x) Memastikan tidak ada kebocoran pada Hose dan Valve.

y) Perhitungan tekanan jacking post yang telah disetujui

engineering.

z) Memastikan instalasi kabel tidak ada yang terbuka.

6) Alat pelindung diri dengan penggunaan alat pelindung diri yang

memenuhi standar dan harus dipakai pekerja pada semua

pekerjaan sesuai dengan jenis pekerjaan. Pengendalian dengan

alat pelindung diri yang dilakukan pada pekerjaan erection

segment box girder dengan menggunakan launcher gantry antara

lain :

a) Tenaga kerja menggunakan alat pelindung diri khusus berupa

sepatu karet (tidak bocor) dan sarung tangan karet (tidak

bocor/dilapisi sarung tangan kulit/kain).


69

b) Tenaga kerja menggunakan alat pelindung diri berupa helmet,

sepatu, masker, kacamata, sarung tangan, dan full body

harness.

c) Tenaga kerja menggunakan pakaian tertutup (celana panjang

dan baju lengan panjang).

3. Dokumentasi dan Revisi Job Safety Analysis (JSA)

Perusahaan telah melakukan pendokumentasian terhadap suatu

dokumen dengan membuat arsip dokumen berupa salinan dari dokumen

asli. Pendokumentasian hasil analisis potensi bahaya dengan Job Safety

Analysis (JSA) dibuat rangkap 4 kemudian disertakan ke dalam

permohonan pelaksanaan pekerjaan (request of works). Selanjutnya hasil

analisis potensi bahaya dengan Job Safety Analysis (JSA) didistribusikan

kepada pihak terkait yang terdiri dari supervisor, engineering, konsultan,

dan HSE. Hasil Job Safety Analysis (JSA) yang didistribusikan kepada

HSE selanjutnya disimpan sebagai arsip dokumen. Dokumentasi Job

Safety Analysis (JSA) dilakukan dengan membuat file dokumen yang

didalamnya memuat kumpulan Job Safety Analysis (JSA) berbagai jenis

pekerjaan dan menyimpan dokumen Job Safety Analysis (JSA) dalam

bentuk softcopy dan hardcopy serta dilengkapi dengan dokumentasi

gambar/foto pekerjaan.

Tahap revisi atau tinjauan ulang terhadap analisis potensi bahaya

dengan Job Safety Analysis (JSA) dilakukan apabila diperlukan, sehingga

tinjauan ulang hanya dilakukan apabila terdapat perubahan terhadap hasil


70

yang telah disusun sebelumnya. Apabila saat pelaksanaan di lapangan,

hasil analisis potensi bahaya dengan Job Safety Analysis (JSA) ditemukan

bahaya baru/perubahan/penambahan dalam hasil analisis Job Safety

Analysis (JSA) sebelumnya. Maka perlu dilakukan revisi terhadap hasil

analisis Job Safety Analysis (JSA) mengenai perubahan-perubahan di

lapangan. Hasil Job Safety Analysis (JSA) yang telah dilakukan revisi

selanjutnya diperiksa kembali oleh HSE dan disetujui oleh Project

Production Manager.

C. Potensi Bahaya dan Pengendalian Bahaya pada Pekerjaan Erection

Segment Box Girder dari Hasil Analisis dengan Metode Job Safety

Analysis (JSA)

Tahap menganalisis potensi bahaya dengan Job Safety Analysis (JSA)

pada pekerjaan erection segment box girder dengan launcher gantry yang

merupakan pekerjaan utama dalam Proyek Jalan Layang Khusus Busway

Kapten Tendean – Blok.M – Cileduk telah ditemukan potensi bahaya yang

mungkin dapat menimbulkan kecelakaan kerja sehingga perlu dilakukan

pengendalian bahaya, dokumen ini dapat dilihat pada Lampiran 6. Adapun

potensi bahaya dan pengendalian bahaya pada pekerjaan erection segment box

girder menggunakan launcher gantry sebagai berikut :

1. Kegiatan lifting beban box girder 55 ton di ketinggian dapat dilakukan

pengendalian bahaya sebagai berikut :

a. Seluruh perlengkapan pengaman dilakukan pengecekan dalam kondisi

baik.
71

b. Pengecekan dilakukan pengetesan lifting rendah maksimal 50 cm dari

permukaan tanah untuk memastikan break/sling dan fungsi lifting

aman.

2. Load atau pembebanan di ujung truss launcher dapat dilakukan

pengendalian bahaya sebagai berikut :

a. Dipasang alat bantu pengukuran defleksi (benang, unting-unting,

meteran) untuk pengecekan defleksi.

b. Mengikuti manual prosedur.

c. Dilakukan secara bertahap dari ketinggian lifting 50 cm.

3. Moving atau perpindahan segment diantara truss launcher dapat dilakukan

pengendalian bahaya sebagai berikut :

a. Pengoperasian launcher dilakukan oleh operator yang memiliki SIO.

b. Ada petugas yang mengarahkan dan mengawasi pergerakan segment.

c. Memastikan generator listrik dalam kondisi baik.

d. Memastikan BBM cukup.

e. Memastikan radio komando/remote dapat berfungsi dengan baik.

f. Memastikan seluruh penggerak dapat berfungsi dengan baik.

g. Tersedia alat pemadam api ringan (APAR).

h. Tidak melakukan aktivitas pada cuaca ekstrem/hujan/angin kencang.

4. Terdapat Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 150 Kv dapat

dilakukan pengendalian bahaya sebagai berikut :

a. Adanya standar/peraturan batas ruang bebas SUTET.


72

b. Dilakukan pengukuran batas ruang bebas SUTET melibatkan pihak

PLN.

c. Tinggi alat tidak boleh kurang dari batas ruang bebas SUTET yaitu 5

meter.

d. Memasang isolator pada alat .

e. Memasang sistem grounding.

f. Ketinggian melebihi batas ruang bebas SUTET harus dilakukan

review metode (konter weight diturunkan sejajar truss).

5. Kegiatan tenaga kerja yang berada di sekitar alat yang dekat dengan

Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) dapat dilakukan

pengendalian bahaya sebagai berikut :

a. Tenaga kerja sudah memahami potensi bahaya (Tool Box Meeting).

b. Tidak melakukan aktivitas pada saat cuaca hujan.

c. Memastikan tidak ada genangan air di lokasi kerja dan alat launcher.

d. Memastikan penyimpanan material/alat berbahan besi/metal

diletakkan pada landasan kayu/isolator

e. Tenaga kerja menggunakan alat pelindung diri khusus.

1) Menggunakan sepatu karet (tidak bocor).

2) Menggunakan sarung tangan karet (tidak bocor/dilapis sarung

tangan kulit/kain).

f. Tenaga kerja menggunakan pakaian yang tertutup berupa celana

panjang dan baju lengan panjang.


73

6. Kegiatan tenaga kerja membuka sling safety truss dapat dilakukan

pengendalian bahaya sebagai berikut :

a. Dilakukan pengecekan elevasi rail beam A dan B harus rata/level

sama (tidak miring).

b. Dilakukan oleh tim yang terlatih dan terbiasa menangani launching.

c. Penempatan personil di setiap lock safety sling truss yang memahami

tugasnya dan cara kerjanya.

d. Tersedia alat komunikasi/radio HT.

e. Standby pengawas/supervisor launching selama proses launching

berlangsung.

f. Periksa hanger safety sling truss pada posisi aman terhadap lock

safety truss.

g. Tersedia emergency tool yang cukup memadai.

h. Tersedia alat pengaman seperti chain block dan lever block

7. Pekerjaan yang berada di ketinggian dapat dilakukan pengendalian bahaya

sebagai berikut :

a. Memastikan peletakkan/penyimpanan material/alat pada posisi aman.

b. Tidak ada tenaga kerja lain yang berada di bawah pekerjaan di

ketinggian.

c. Tersedia lantai kerja dilengkapi dengan railing/pagar pengaman.

d. Tersedia tangga akses.

e. Tenaga kerja menggunakan standar alat pelindung diri (Helmet,

Sepatu, Full Body Harness).


74

8. Kegiatan pengencangan baut dan penggunaan tool dapat dilakukan

pengendalian bahaya sebagai berikut :

a. Tenaga kerja sudah memahami cara kerja/penggunaan alat.

b. Tenaga kerja memakai APD (Helmet, sepatu, sarung tangan).

9. Adanya lalu lintas kendaraan yang padat dapat dilakukan pengendalian

bahaya sebagai berikut :

a. Mobilisasi dilakukan pada malam hari dimana kendaraan relatif

rendah pukul 22.00 - 05.00 WIB.

b. Koordinasi dengan pihak Kepolisian.

c. Ada petugas traffic yang mengatur lalu lintas kendaraan dilengkapi

dengan senter merah dan rompi.

d. Dipasang rambu-rambu darurat/peringatan reflektif.

e. Antrian truck trailer teratur dan rapi.

10. Kegiatan unloading segment box girder dari truck trailer dapat dilakukan

pengendalian bahaya sebagai berikut :

a. Fiding area tidak terhalang oleh material/alat.

b. Fiding area cukup untuk manuver truck trailer.

c. Lokasi fiding area rata, kuat, stabil, mampu menahan beban truck

trailer.

11. Aktivitas tenaga kerja yang naik ke atas box girder di atas truck trailer

dapat dilakukan pengendalian bahaya sebagai berikut :

a. Disediakan tangga akses untuk naik/turun.

b. Pekerja menggunakan standar alat pelindung diri (Full Body Harness).


75

12. Kegiatan pemasangan stress bar dan pengencangan railing dapat

dilakukan pengendalian bahaya sebagai berikut :

a. Pekerja sudah memahami pemasangan untuk pekerjaan install

spreader beam.

b. Tersedia penerangan yang cukup.

c. Pekerja menggunakan alat pelindung diri (helmet, sarung tangan,

sepatu).

13. Adanya lalu lintas kendaraan dibawah pekerjaan lifting dan erection dapat

dilakukan pengendalian bahaya sebagai berikut :

a. Permukaan segment box girder bersih dari kotoran yang mudah

terjatuh.

b. Penyempitan jalan tidak ada kendaraan atau orang yang melintas

dibawah segment box girder yang menggantung.

c. Ada petugas traffic yang mengatur lalu lintas kendaraan.

d. Dipasang rambu-rambu darurat reflektif.

e. Dipasang proteksi (terpal) menyelimuti celah/gap segment box girder.

14. Aktivitas pekerjaan di area kerja ketinggian dalam box girder dapat

dilakukan pengendalian bahaya sebagai berikut :

a. Tempat kerja berada di lantai yang lebar.

b. Dipasang railing/pagar pengaman.

c. Pekerja menggunakan full body harness.

15. Area kerja di tepi segment box girder pada ketinggian dapat dilakukan

pengendalian bahaya sebagai berikut :


76

a. Tepi segment dipasang railing/pagar pengaman.

b. Dipasang hanger untuk mengaitkan full body harness.

c. Pekerja memakai standar APD (full body harness).

16. Material epoxy termasuk bahan kimia bersifat iritan dapat dilakukan

pengendalian bahaya sebagai berikut :

a. Pekerja sudah memahami penggunaan bahan kimia epoxy.

b. Tersedia air bersih untuk cuci tangan.

c. Pekerja menggunakan standar APD (masker, sarung tangan karet,

kacamata).

d. Disediakan tempat sampah bahan berbahaya dan beracun (B3).

e. Dipasang proteksi (terpal) untuk melindungi jatuhan lem epoxy ke

jalan.

17. Penggunaan hydrolik jack yang bertekanan dapat dilakukan pengendalian

bahaya sebagai berikut :

a. Memastikan hydrolik jack dalam kondisi baik dan terkalibrasi.

b. Memastikan tidak ada kebocoran pada Hose dan Valve.

c. Dilakukan oleh pekerja yang terlatih untuk menangani alat jack.

18. Pembuatan area kerja yang menggantung di tepi box girder pada

ketinggian dapat dilakukan pengendalian bahaya sebagai berikut :

a. Pekerja sudah memahami cara pemasangan stressing platform.

b. Terpasang kuat ke segment box girder dengan stress bar.

c. Dipasang alat penguji (chain block dan lever block).

d. Lantai tidak berlubang.


77

e. Dipasang toe board dan dinding penahan benda jatuh.

19. Kegiatan memasang atau memasukkan kabel strand ke dalam tendon dapat

dilakukan pengendalian bahaya sebagai berikut :

a. Dilakukan pekerja yang terlatih dan terbiasa melakukan pekerjaan

strand.

b. Pada ujung strand dilapisi dengan isolasi.

c. Pekerja menggunakan standar APD (sarung tangan, helmet, sepatu).

20. Aktivitas pada area kerja di ketinggian dapat dilakukan pengendalian

bahaya sebagai berikut :

a. Memastikan penyimpangan potongan strand pada tempat yang aman.

b. Penyimpanan material dilakukan secara rapi dan teratur.

21. Penggunaan hydrolik jack yang bertekanan dapat dilakukan pengendalian

bahaya sebagai berikut :

a. Memastikan hydrolik jack dalam kondisi baik dan terkalibrasi.

b. Ada perhitungan tekanan jacking post yang sudah disetujui

engineering.

c. Tidak ada pekerja yang berada dibagian depan jack pada saat

dilakukan stressing.

d. Stressing dilakukan oleh petugas yang ahli stressing.

e. Dipasang kaper yang elastis untuk menahan pentalan strand.

22. Beban hydrolik jack seberat 250 kg dapat dilakukan pengendalian bahaya

sebagai berikut :

a. Tersedia alat bantu angkat (chain block) yang cukup memadai.


78

b. Tersedia hanger yang kuat untuk menahan kapasistas berat jack.

c. Dilakukan oleh tenaga kerja yang terlatih lebih dari 2 orang.

d. Pekerja sudah memahami cara kerja penggunaan hydrolik jack.

23. Pemakaian power listrik dari genset dapat dilakukan pengendalian bahaya

sebagai berikut :

a. Instalasi kabel listrik tidak ada yang terbuka.

b. Setiap sambungan dipasang double isolasi (socket).

24. Aktivitas pemotongan kabel strand menggunakan alat pemotong berupa

gerindra dapat dilakukan pengendalian bahaya sebagai berikut :

a. Mesin cutting dilengkapi dengan pelindung (copper).

b. Pekerja menggunakan standar APD (masker, sarung tangan karet,

kacamata).

Anda mungkin juga menyukai