Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini Aborsi menjadi salah satu masalah yang cukup serius, dilihat dari tingginya
angka aborsi yang kian meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia sendiri, angka
pembunuhan janin per tahun sudah mencapai 3 juta. Angka yang tidak sedikit mengingat
besarnya tingkat kehamilan di Indonesia. Selain itu, ada yg mengkategorikan aborsi itu
pembunuhan. Ada yang melarang atas nama agama. Ada yang menyatakan bahwa jabang
bayi juga punya hak hidup sehingga harus dipertahankan, dan lain-lain.
Kristen dan aborsi memiliki sejarah panjang dan rumit, meskipun aborsi tidak pernah
disebutkan dalam Alkitab Kristen . Sementara beberapa penulis mengatakan bahwa orang
Kristen awal memegang keyakinan yang berbeda pada waktu yang berbeda tentang aborsi,
lain mengatakan bahwa, meskipun keheningan Perjanjian Baru pada masalah ini, mereka
mengutuk aborsi pada setiap titik kehamilan sebagai dosa besar, kutukan bahwa mereka
mempertahankan bahkan ketika beberapa dari mereka tidak memenuhi syarat sebagai kasus
pembunuhan penghapusan janin belum "terbentuk" dan animasi oleh jiwa manusia.
Secara umum, beberapa denominasi Kristen dapat dianggap pro-kehidupan sementara
yang lain dapat dianggap pro-choice Selain itu, ada minoritas yang cukup besar dalam semua
denominasi yang tidak setuju dengan sikap denominasi mereka pada aborsi. Para denominasi
terbesar, gereja-gereja yang mewakili lebih dari setengah dunia kekristenan (termasuk Gereja
Katolik Roma , yang Gereja Ortodoks Timur dan Ortodoks Oriental ) menentang langsung
aborsi dalam segala situasi.

1.2 Tujuan Penulisan Makalah


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
· Menambah wawasan penulis
· Memberi informasi pada pembaca
· Melengkapi tugas kuliah pendidikan agama kristen
BAB II
PANDANGAN KRISTEN TENTANG ABORSI

2.1 Definisi Aborsi


Menurut Fact About Abortion, Info Kit on Women’s Health oleh Institute for Social,
Studies and Action, Maret 1991, dalam istilah kesehatan aborsi didefinisikan
sebagai penghentian kehamilan setelah tertanamnya telur (ovum) yang telah dibuahi
dalam rahim (uterus), sebelum usia janin (fetus) mencapai 20 minggu.
Jadi, gugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus) adalah terjadi keguguran
janin; melakukan abortus sebagai melakukan pengguguran (dengan sengaja karena tak
menginginkan bakal bayi yang dikandung itu). Secara umum, istilah aborsi diartikan sebagai
pengguguran kandungan, yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik itu secara
sengaja maupun tidak. Biasanya dilakukan saat janin masih berusia muda (sebelum bulan ke
empat masa kehamilan).
Untuk lebih memperjelas maka berikut ini akan saya kemukakan defenisi para ahli tentang
aborsi, yaitu:
a) Eastman: Aborsi adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum
sanggup berdiri sendiri di luar uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus itu
beratnya terletak antara 400 – 1000 gr atau kehamilan kurang dari 28 minggu
b) Jeffcoat: Aborsi yaitu pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum 28 minggu, yaitu
fetus belum viable by law
c) Holmer: Aborsi yaitu terputusnya kehamilan sebelum minggu ke-16 dimana
plasentasi belum selesai
d) Dalam dunia kedokteran dikenal 3 macam aborsi, yaitu:
 Aborsi spontan / alamiah berlangsung tanpa tindakan apapun. Kebanyakan
disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma, sedangkan
 Aborsi buatan / sengaja adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan
28 minggu sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon
ibu maupun si pelaksana aborsi (dalam hal ini dokter, bidan atau dukun beranak).
 Aborsi terapeutik / medis adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan
atas indikasi medik. Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi
mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau penyakit jantung yang parah yang
dapat membahayakan baik calon ibu maupun janin yang dikandungnya. Tetapi ini
semua atas pertimbangan medis yang matang dan tidak tergesa-gesa.

2.2 Jenis-jenis Aborsi


Secara umum, aborsi dapat dibagi dalam dua macam, yaitu pengguguran spontan
(spontanueous aborsi) dan pengguguran buatan atau sengaja (aborsi provocatus), meskipun
secara terminologi banyak macam aborsi yang bisa dijelaskan. Krismaryanto, menguraikan
berbagai macam aborsi, yang terdiri dari:
1. Aborsi/ Pengguguran kandungan Procured Abortion/ Aborsi Prvocatus/ Induced Abortion,
yaitu penghentian hasil kehamilan dari rahim sebelum janin bisa hidup diluar kandungan.
2. Miscarringe/ Keguguran, yaitu terhentinya kehamilan sebelum bayi hidup di luar
kandungan (viabilty).
3. Aborsi Therapeutuc/ Medicalis, adalah penghentian kehamilan dengan indikasi medis
untuk menyelamatkan nyawa ibu, atau tubuhnya yang tidak bisa dikembalikan.
4. Aborsi Kriminalis, adalah penghentian kehamilan sebelum janin bisa hidup di luar
kandungan dengan alasan-alasan lain, selain therapeutik, dan dilarang oleh hukum.
5. Aborsi Eugenetik, adalah penghentian kehamilan untuk meghindari kelahiran bayi yang
cacat atau bayi yang mempunyai penyakit ginetis. Eugenisme adalah ideologi yang
diterapkan untuk mendapatkan keturunan hanya yang unggul saja
6. Aborsi langsung-tak langsung, adalah tindakan (intervensi medis) yang tujuannya secara
langsung ingin membunuh janin yang ada dalam rahim sang ibu. Sedangkan aborsi tak
langsung ialah suatu tindakan (intervensi medis) yang mengakibatkan aborsi, meskipun
aborsinya sendiri tidak dimaksudkan dan bukan jadi tujuan dalam tindakan itu.
7. Selective Abortion. Adalah penghentian kehamilan karena janin yang dikandung tidak
memenuhi kriteria yang diiginkan. Aborsi ini banyak dilakukan wanita yang mengadakan
”Pre natal diagnosis” yakni diagnosis janin ketika ia masih ada di dalam kandungan.
8. Embryo reduction (pengurangan embryo), pengguguran janin dengan menyisahkan satu
atau dua janin saja, karena dikhawatirkan mengalami hambatan perkembangan, atau bahkan
tidak sehat perkembanganya.
9. Partial Birth Abortion, merupakan istilah politis/hukum yang dalam istilah medis dikenal
dengan nama dilation and extaction. Cara ini pertama-tama adalah dengan cara memberikan
obat-obatan kepada wanita hamil, tujuan agar leher rahim terbuka secara prematur. Tindakan
selanjutnya adalah menggunakan alat khusus, dokter memutar posisi bayi, sehingga yang
keluar lebih dahulu adalah kakinya. Lalu bayi ditarik ke luar, tetapi tidak seluruhnya, agar
kepala bayi tersebut tetap berada dalam tubuh ibunya. Ketika di dalam itulah dokter menusuk
kepala bayi dengan alat yang tajam. Dan menghisap otak bayinya sehingga bayi mati.
Sesudah itu baru disedot keluar

2.3 Alasan Melakukan Aborsi


1. Alasan Medis
Adakalanya kelainan yang dapat membahayakan jiwa si ibu jika ia hamil, misalnya penyakit
jantung. Meskipun sudah diperingatkan oleh dokter, adakalanya kehamilan terjadi tanpa
direncanakan. Jika hal itu terjadi dokter dihadapkan kepada pilihan menolong jiwa si ibu
dengan menggugurkan kandungan ataukah membiarkan janin tumbuh menjadi bayi, ibu
meninggal. Ny Nani soewando, SH., memperinci alasan-alasan medis sebagai berikut:
a. untuk menyelamatkan jiwa si ibu/wanita
b. untuk menjaga kesehatan ibu/wanita
c. untuk mencegah gangguan yang berat dan tetap terhadap kesehatan wanita
d. untuk mencegah bahaya terhadap kesehatan fisik atau mental wanita atau salah satu
anak dalam keluarga
e. untuk mencegah bahaya terhadap jiwa atau kesehatan wanita
f. untuk mencegah kelahiran dengan fisik atau mental yang berat

dari alasan-alasan tersebut di atas, alasan 1 dan 2 banyak Negara-negara yang


melegalisasinnya, antara lain Negara Prancis, Swiss, Kanada, Pakistan, dan Thailand, sebagai
alasan untuk memperbolehkan aborsi .
2. Hamil Karena Perkosaan
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, industrialisasi, modernisasi disertai sekularisme
dan globalisasi, telah menyebabkan dampak negatip dalam kehidupan manusia. Ilmu
pengetahuan dan teknologi itu sendiri sebenarnya bebas nilai (tidak bernilai buruk atau baik).
Yang membuat menjadi berakibat buruk adalah manusianya itu sendiri seperti media cetak
dan elektronik. Kedua media itu dapat bernilai baik bila digunakan untuk maksud-maksud
yang baik pula. Namun akan menjadi buruk jika digunakan untuk meyebarluaskan
pornografi. Majunya teknologi dan ilmu pengetahuan baik dibidang komunikasi,transformasi
dan telematika ada membawa dampak negatip bagi kehidupan masyarakat, seperti televisi,
internet dan lain sebagainya. Kemajuan di bidang komunikasi dan transformasi kadagkala
banyak disalahgunakan oleh masyarakat terutama dikalangan anak muda sehingga banyak
memberikan dampak yang sangat buruk di dalam kehidupan bermasyarakat.
Akibat dampak negatip dari semuanya itu adalah meningkatnya kejahatan dikalangan
masyarakat terutama para remaja, terutama kejahatan seks. Bila hal ini berlangsung terus
dikwatirkan rusaknya moral pemuda kita yang nantinya diharapakan sebagai generasi penerus
perjuangan bangsa. Kita tidak heran lagi mendengar berita-berita tentang perkosaan akhir-
akhir ini terhadap seorang wanita. Diantara kasus-kasus perkosaan yang sering terjadi
seringkali yang menjadi korban adalah gadis dibawah umur. Ada lagi juga dilakukan oleh
ayah terhadap anak kandungnya sendiri. Semua itu mengajak kita untuk senantiasa waspada
dan mawas diri. Apabila perbuatan-perbuatan tersebut diatas menyebabkan hamilnya wanita
yang bersangkutan bagaimana bayi dalam kandungan tersebut? Akankah diminta
pertanggung jawaban dari orang yang melakukan perbuatan itu? mungkin, maka jalan yang
ditempuh adalah melakukan aborsi. Yang menjadi pertanyaan lain adalah haruskah seorang
yang menjadi korban perkosaan yang hamil melakukan aborsi terhadap janin yang
dikandungnya. Hal tersebut kembali kepada korban tersebut, untuk itu sebelum mengambil
sikap untuk menggugurkan kandungan korban perlu mendapatkan perhatian yang lebih,
terutama dari konsultan ataupun dukungan moril dari keluarga. Karena aborsi diharapakan
dapat menjadi jalan terakhir dari permasalahan tersebut. Karena bagaimanapun bayi yang
dikandung akibat perkosaan tidak bersalah.
3. Bayi yang dikandung cacat
Kemajuan teknologi kedokteran telah memungkinkan manusia mengetahui janin sejak
masih dalam kandungan. Bukan saja tentang jenis kelaminnya saja, tetapi juga tentang
apakah janin tersebut menderita cacat atau tidak. Salah satu cacat berat yang dapat dideteksi
sejak dini adalah kelainan fisik atau mental yang disebut sebagi sindroma down.
Pada kelainan ini, selain terdapat kelainan fisik yang berat, juga terdapat kelainan
perkembangan mental yang sangat terlambat (idiot). Dimana anak tersebut jika lahir kedunia
akan selalu tergantung pada orang lain. Selain sindroma Down, adanya kepala tidak
berkembang (anensefali ) atau cairan otak tersumbat (hidrosefalus) juga dapat dideteksi sejak
janin masih di dalam kandungan. Dalam keadaan seperti ini, dokter tidak dapat mengelakkan
diri dari keharusan memberitahukan hal itu kepada orangtuanya, agar mereka siap mental
menghadapi serta dapat menentukan rencana kedepan. Ada kemungkinan pasangan orangtua
itu lebih memilih untuk mengugurkan kandungannya
4. Sosial ekonomi
Tidak dapat kita pungkiri kebutuhan manusia semakin lama semakin meningkat.
Sedangkan untuk memuaskan kebutuhan tersebut kadangkala terdapat banyak keterbatasan.
Berdasarkan survey yang telah dilakukan maka salah satu penyebab aborsi adalah karena
kemiskinan, dimana seseorang melakukan aborsi karena tidak sanggup untuk membiayai
kehidupan anak tersebut kelak, sehingga jalan yang diambil adalah dengan melakukan aborsi
5. Hamil diluar nikah
Kemajaun zaman yang terus berkembang pada saat ini membuat pergaulan diantara
masyarakat terutama anak muda semakin tidak terkontrol. Perlakuan dan tingkah negatip
yang dilarang dalam norma-norma dalam masyarakat pun menjadi tren dikalangan anak
muda saat ini. Salah satunya adalah seks bebas diantara anak muda yang nantinya akan
menyebabkan kehamilan diluar nikah. Salah satu jalan yang ditempuh ketika seseorang
wanita hamil diluar nikah adalah aborsi. Aborsi dilakukan karena tidak adanya kesiapan
untuk mempunyai anak dan rasa malu kepada masyarakat karena hamil diluar nikah.

2.4 Faktor Pendorong Aborsi


Menurut Sarlito (2000) faktor yang mendorong timbulnya aborsi adalah:
a. Faktor ekonomi
1) Anak terlalu banyak, penghasilan suami terbatas, dan sebagainya
2) PHK (Putus Hubungan Kerja) Misal: Pramugari, Buruh.
3) Belum bekerja (buat yang masih sekolah atau kuliah)

b. Faktor sosial (khusus untuk kehamilan pranikah), jika tidak aborsi:


1) Putus sekolah atau kuliah
2) Malu pada keluarga dan tetangga
3) Siapa yang akan mengasuh bayi
4) Terputus atau terganggu karir atau masa depan

2.5 Akibat Aborsi


Berikut ini resiko yang terjadi jika melakukan aborsi khususnya remaja:
1. Kematian karena terlalu banyak pendarahan
2. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
3. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan.
4. Sobeknya rahim (Uterine Perforation)
5. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada
anak berikutnya.
6. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita)
7. Kanker indung telur (Ovarian Cancer)
8. Kanker leher rahim (Cervical Cancer)
9. Kanker hati (Liver Cancer)
10. Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada
anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya.
11. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
12. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy)
13. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
14. Infeksi alat reproduksi karena melakukan kuretase (secara medis) yang dilakukan
secara tak steril. Hal ini membuat remaja mengalami kemandulan dikemudian hari
setelah menikah.
15. Pendarahan sehingga remaja dapat mengalami shock akibat pendarahan dan gangguan
neurologist. Selain itu pendarahan juga dapat mengakibatkan kematian ibu maupun
anak atau keduanya.
16. Resiko terjadinya reptur uterus atau robeknya rahim lebih besar dan menipisnya
dinding rahim akibat kuretase. Kemandulan oleh karena robeknya rahim, resiko infeksi,
resiko shock sampai resiko kematian ibu dan anak yang dikandungnya.
17. Terjadinya fistula genital traumatis adalah suatu saluran atau hubungan antara genital
dan saluran kencing atau saluran pencernaan yang secara normal tidak ada.
2.6 Pandangan Hukum Tentang Aborsi
Di Indonesia, baik menurut pandangan agama, Undang-Undang Negara, maupun Etik
Kedokteran, seorang dokter tidak diperbolehkan untuk melakukan tindakan pengguguran
kandungan (abortus provokatus). Bahkan sejak awal seseorang yang akan menjalani profesi
dokter secara resmi disumpah dengan Sumpah Dokter Indonesia yang didasarkan atas
Deklarasi Jenewa yang isinya menyempurnakan Sumpah Hippokrates, di mana ia akan
menyatakan diri untuk menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan. Dari
aspek etika, Ikatan Dokter Indonesia telah merumuskannya dalam Kode Etik Kedokteran
Indonesia mengenai kewajiban umum, pasal
7d: Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk
insani. Pada pelaksanaannya, apabila ada dokter yang melakukan pelanggaran, maka
penegakan implementasi etik akan dilakukan secara berjenjang dimulai dari panitia etik di
masing-masing RS hingga Majelis Kehormatan Etika Kedokteran (MKEK). Sanksi tertinggi
dari pelanggaran etik ini berupa "pengucilan" anggota dari profesi tersebut dari kelompoknya.
Sanksi administratif tertinggi adalah pemecatan anggota profesi dari komunitasnya.
Ditinjau dari aspek hukum, pelarangan abortus justru tidak bersifat mutlak. Abortus
buatan atau abortus provokatus dapat digolongkan ke dalam dua golongan yakni: 1. Abortus
buatan legal Yaitu pengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat dan cara-cara
yang dibenarkan oleh undang-undang. Populer juga disebut dengan abortus provocatus
therapeticus, karena alasan yang sangat mendasar untuk melakukannya adalah untuk
menyelamatkan nyawa ibu. Abortus atas indikasi medik ini diatur dalam Undang Undang
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan:
PASAL 15: 1) Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil
dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu. 2) Tindakan medis tertentu
sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) hanya dapat dilakukan: a. Berdasarkan indikasi medis
yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut; b. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi
serta berdasarkan pertimbangan tim ahli; c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan
atau suami atau keluarganya; d. Pada sarana kesehatan tertentu. 3) Ketentuan lebih lanjut
mengenai tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Pada penjelasan UU no 23 tahun 1992 pasal 15 dinyatakan sebagai berikut: Ayat (1) :
Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alasan apapun, dilarang
karena bertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma kesusilaan dan norma
kesopanan. Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu atau
janin yang dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu Ayat (2) Butir a : Indikasi
medis adalah suatu kondisi yang benar-benar mengharuskan diambil tindakan medis tertentu
sebab tanpa tindakan medis tertentu itu,ibu hamil dan janinnya terancam bahaya maut. Butir
b : Tenaga kesehatan yang dapat melakukan tindakan medis tertentu adalah tenaga yang
memiliki keahlian dan wewenang untuk melakukannya yaitu seorang dokter ahli kandungan
seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan. Butir c : Hak utama untuk
memberikan persetujuan ada ibu hamil yang bersangkutan kecuali dalam keadaan tidak sadar
atau tidak dapat memberikan persetujuannya ,dapat diminta dari semua atau keluarganya.
Butir d : Sarana kesehatan tertentu adalah sarana kesehatan yang memiliki tenaga dan
peralatan yang memadai untuk tindakan tersebut dan ditunjuk oleh pemerintah. Ayat (3) :
Dalam Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanan dari pasal ini dijabarkan antara lain
mengenal keadaan darurat dalam menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya,tenaga
kesehatan mempunyai keahlian dan wewenang bentuk persetujuan, sarana kesehatan yang
ditunjuk. 2. Abortus Provocatus Criminalis ( Abortus buatan illegal ) Yaitu pengguguran
kandungan yang tujuannya selain untuk menyelamatkan atau menyembuhkan si ibu,
dilakukan oleh tenaga yang tidak kompeten serta tidak memenuhi syarat dan cara-cara yang
dibenarkan oleh undang-undang. Abortus golongan ini sering juga disebut dengan abortus
provocatus criminalis karena di dalamnya mengandung unsur kriminal atau kejahatan.
Beberapa pasal yang mengatur abortus provocatus dalam Kitab Undang-undang Hukum
Pidana (KUHP):
PASAL 299 1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh
supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan itu
hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau
denda paling banyak empat pulu ribu rupiah. 2) Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk
mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencaharian atau kebiasaan
atau jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga. 3) Jika
yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencaharian, maka dapat
dicabut haknya untuk melakukan pencaharian.
PASAL 346 Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya
atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
PASAL 347 1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita tanpa persetujuan, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas
tahun. 2) Jika perbuatan itu menyebabkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara
paling lama lima belas tahun.
PASAL 348 1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seseorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun enam bulan. 2) Jika perbuatan tersebut mengakibatkan matinya wanita tersebut,
dikarenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
PASAL 349 Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang
tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang
diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat
ditambah dengn sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana
kejahatan dilakukan.
PASAL 535 Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan suatu sarana untuk
menggugurkan kandungan, maupun secara terang-terangan atau tanpa diminta menawarkan,
ataupun secara terang-terangn atau dengan menyiarkan tulisan tanpa diminta, menunjuk
sebagai bisa didapat, sarana atau perantaraan yang demikian itu, diancam dengan kurungan
paling lama tiga bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Dari rumusan
pasal-pasal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan : 1. Seorang wanita hamil yang sengaja
melakukan abortus atau ia menyuruh orang lain, diancam hukuman empat tahun. 2.
Seseorang yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil, dengan tanpa persetujuan ibu
hamil tersebut diancam hukuman 12 tahun, dan jika ibu hamil itu mati diancam 15 tahun 3.
Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun penjara dan bila ibu
hamil tersebut mati diancam hukuman 7 tahun penjara. 4. Jika yang melakukan dan atau
membantu melakukan abortus tersebut seorang dokter, bidan atau juru obat (tenaga
kesehatan) ancaman hukumannya ditambah sepertiganya dan hak untuk praktek dapat
dicabut. Meskipun dalam KUHP tidak terdapat satu pasal pun yang memperbolehkan seorang
dokter melakukan abortus atas indikasi medik, sekalipun untuk menyelamatkan jiwa ibu,
dalam prakteknya dokter yang melakukannya tidak dihukum bila ia dapat mengemukakan
alasan yang kuat dan alasan tersebut diterima oleh hakim (Pasal 48). Selain KUHP, abortus
buatan yang ilegal juga diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
1992 tentang Kesehatan:
PASAL 80 Barang siapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu
hamil yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) dan
ayat (2), dipidana dengan penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling
banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
2.7 Penanggulangan Aborsi

2.8 Pandangan Kristen Tentang Aborsi


Gereja Kristen protestan saat ini masih kesulitan untuk mengatasi masalah aborsi yang
masih tinggi. Diantaranya seperti sebuah kebijakan-kebijakan Negara, dimana Negara
tersebut masih memperbolehkan diadakannya aborsi.
Dalam perintah Allah yang ke-6 berbunyi “Jangan Membunuh”, gereja masih bertanya-
tanya, dalam situasi dan kondisiyang rumit, apakah perintah ini masih berlaku? Dan kalau
kita melihat konteksnya, maka perintah ini ditujukan untuk manusia. Dan sekarang yang
menjadi masalah utama adalah tentang status fetus/janin itu sendiri;
· Apakah fetus atau janin itu manusia atau bukan?
· Syarat apakah yang harus dimiliki “sesuatu” supaya dapat dianggap seorang
manusia, jelasnya supaya memiliki hak hidup?
· Jika kita menganggap bayi yang belum dilahirkan bukan manusia, tetapi hanya
benda, kapankah fetus itu dapat menikmati statusnya sebagai seorang manusia atau
pribadi?
Jika janin itu belum mempunyai status sebagai manusia, maka Abortus tidak dapat dicap
sebagai pembunuhan, dan masalah kita dapat diselesaikan, tetapi jika itu adalah manusia yang
sedang mengalami proses pertumbuhan secara kontiniu, maka ini jelas merupakan suatu
pembunuhan.
Alkitab sebagai sumber acuan hidup orang Kristen, tidak pernah secara khusus
berbicara mengenai soal aborsi. Namun demikian, ada banyak ajaran Alkitab yang membuat
jelas apa pandangan Allah mengenai aborsi. Yeremia 1:5 memberitahu kita bahwa Allah
mengenal kita sebelum Dia membentuk kita dalam kandungan. Mazmur 139:13-16 berbicara
mengenai peran aktif Allah dalam menciptakan dan membentuk kita dalam rahim. Keluaran
21:22-25 memberikan hukuman yang sama kepada orang yang mengakibatkan kematian
seorang bayi yang masih dalam kandungan dengan orang yang membunuh. Hal ini dengan
jelas mengindikasikan bahwa Allah memandang bayi dalam kandungan sebagai manusia
sama seperti orang dewasa. Bagi orang Kristen aborsi bukan hanya sekedar soal hak
perempuan untuk memilih. Aborsi juga berkenaan dengan hidup matinya manusia yang
diciptakan dalam rupa Allah (Kejadian 1:26-27; 9:6).
Argumen pertama yang selalu diangkat untuk menentang posisi orang Kristen dalam
hal aborsi adalah, “Bagaimana dengan kasus pemerkosaan dan/atau hubungan seks antar
saudara. Betapapun mengerikannya hamil sebagai akibat pemerkosaan atau hubungan seks
antar saudara, apakah membunuh sang bayi adalah jawabannya? Dua kesalahan tidak
menghasilkan kebenaran. Anak yang lahir sebagai hasil pemerkosaan atau hubungan seks
antar saudara dapat saja diberikan untik diadopsi oleh keluarga yang tidak mampu
memperoleh anak – atau anak tsb dapat dibesarkan oleh ibunya. Sekali lagi sang bayi tidak
seharusnya dihukum karena perbuatan jahat ayahnya.
Argumen kedua yang biasanya diangkat untuk menentang posisi orang Kristen dalam
hal aborsi adalah, “Bagaimana jikalau hidup sang ibu terancam?” Secara jujur ini adalah
pertanyaan paling sulit untuk dijawab dalam soal aborsi. Pertama-tama perlu diingat bahwa
situasi semacam ini hanya kurang dari 1/10 dari 1 persen dari seluruh aborsi yang dilakukan
di dunia saat ini. Jauh lebih banyak perempuan yang melakukan aborsi karena merka tidak
mau “merusak tubuh mereka” daripada perempuan yang melakukan aborsi untuk
menyelamatkan jiwa mereka. Kedua, mari kita mengingat bahwa Allah kita adalah Allah dari
mujizat. Dia dapat menjaga hidup dari ibu dan anak sekalipun secara medis hal itu tidak
mungkin. Akhirnya, keputusan ini hanya dapat diambil antara suami, isteri dan Allah. Setiap
pasangan yang menghadapi situasi yang sangat sulit ini harus berdoa minta hikmat dari
Tuhan (Yakobus 1:5) untuk apa yang Tuhan mau mereka buat.
Pada 99% dari aborsi yang dilakukan sekarang ini alasannya adalah “pengaturan
kelahiran secara retroaktif.” Perempuan dan/atau pasangannya memutuskan bahwa mereka
tidak menginginkan bayi yang dikandung. Maka mereka memutuskan untuk mengakhiri
hidup dari bayi itu daripada harus bertanggung jawab. Ini adalah kejahatan yang terbesar.
Bahkan dalam kasus 1% yang sulit itu, aborsi tidak sepantasnya dijadikan opsi pertama.
Hidup dari manusia dalam kandungan tu layak untuk mendapatkan segala usaha untuk
memastikan kelahirannya.
Bagi mereka yang telah melakukan aborsi, dosa aborsi tidaklah lebih sulit diampuni
dibanding dengan dosa-dosa lainnya. Melalui iman dalam Kristus, semua dosa apapun dapat
diampuni (Yohanes 3:16; Roma 8:1; Kolose 1:14). Perempuan yang telah melakukan aborsi,
atau laki-laki yang mendorong aborsi, atau bahkan dokter yang melakukan aborsi, semuanya
dapat diampuni melalui iman di dalam Yesus Kristus.
2.9 Sikap Orang Kristen Terhadap Pelaku Aborsi
Etika Kristen dalam melihat masalah aborsi harus dilandasi oleh sikap yang etis dan
kristiani, bukan sikap kebencian apalagi mengutuk dan juga dilandasi oleh sikap empati,
kasih, bukan hukuman atau penghakiman. Celakanya masalah aborsi telah terbungkus oleh
banyak label, mitos. Kita tidak tahu apa sebenarnya masalah yang esensial, sehingga kita juga
tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Aborsi tidak sama dengan membunuh, dan dalam prakteknya aborsi telah menjadi
pertengkaran ideologi, yaitu antara ideologi konservatif fundamentalis dan liberalis.
Substansi permasalahan sudah tertutup dengan label atau cap-cap. Misalnya, pemberitaan-
pemberitaan di media massa menyudutkan bahwa yang melakukan aborsi sebagai pembunuh
berdarah dingin, atau membunuh secara sederhana.
Antara dua kutub yang anti dan pro tidak ada titik temu. Namun kedua belah pihak pada
dasarnya tidak setuju aborsi, tetapi ada kasus-kasus atau situasi yang dianggap perkecualian.
Memang ada perbedaan di antara dua kutub.
Daftar Pustaka
v http://en.wikipedia.org/wiki/Christianity_and_abortion
v C.B. Kusmaryanto,Kontoversi Aborsi, Gramedia Widiasarana Indonesia,Jakarta,
2002
v K. Bertenens, Aborsi Sebagai Masalah Etika, Grasindo, Jakarta, 2002
v Kartono Muhammad, Teknologi Kedokteran dan Tantangan Terhadap Bioetika,
Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005
v http://eone87.wordpress.com/2010/04/05/dinamika-psikologis-perempuan-yang-
melakukan-aborsi
v http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17739/4/Chapter%20I.pdf
v http://id.wikipedia.org/wiki/Gugur_kandungan#Pengaturan_oleh_pemerintah_Indone
sia
v http://www.gotquestions.org/indonesia/aborsi-Alkitab.html
v

Anda mungkin juga menyukai