RPK Bab 1-5 Fix
RPK Bab 1-5 Fix
PENDAHULUAN
1
2
4
5
1. Respon Adaptif.
a. Asertif, adalah mengemukakan pendapat atau mengekspresikan rasa tidak
senang atau tidak setuju tanpa menyakiti lawan bicara.
b. Frustasi, adalah suatu proses yang menyebabkan terhambatnya seseorang
dalam mencapai keinginannya. Individu tersebut tidak dapat menerima atau
menunda sementara sambil menunggu kesempatan yang memungkinkan.
Selanjutnya individu merasa tidak mampu dalam mengungkapkan perannya
dan terlihat pasif.
2. Respon transisi
Pasif adalah suatu perilaku dimana seseorang merasa tidak mampu untuk
mengungkapkan perasaannya sebagai usaha mempertahankan hak-haknya. Klien
tampak pemalu, pendiam, sulit diajak bicara karena merasa kurang mampu,
rendah diri atau kurang menghargai dirinya.
7
3. Respon maladaptive
a. Agresif, adalah suatu perilaku yang mengerti rasa marah, merupakan
dorongan mental untuk bertindak (dapat secara konstruksi/destruksi) dan
masih terkontrol. Perilaku agresif dapat dibedakan dalam 2 kelompok, yaitu
pasif agresif dan aktif agresif.
b. Pasif agresif, adalah perilaku yang tampak dapat berupa pendendam,
bermuka asam, keras kepala, suka menghambat dan bermalas-malasan.
c. Aktif agresif, adalah sikap menentang, suka membantah, bicara keras,
cenderung menuntut secara terus menerus, bertingkah laku kasar disertai
kekerasan.
d. Amuk, adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat dan disertai
kehilangan kontrol diri. Individu dapat merusak diri sendiri, orang lain atau
lingkungan. (Stuart and Sudeen, 1998).
5) Suara keras
6) Ketus
2.5.3 Perilaku
1) Melempar/memukul benda/orang lain
2) Menyerang orang lain
3) Melukai diri sendiri/orang lain
4) Merusak lingkungan
5) Amuk/agresif
2.5.4 Emosi
1) Tidak adekuat
2) Merasa tidak aman
3) Rasa terganggu
4) Dendam dan jengkel
5) Bermusuhan
6) Mengamuk
7) Ingin berkelahi
8) Menyalahkan dan menuntut
2.5.5 Kognitif
1) Mendominasi
2) Cerewet
3) Kasar
4) Berdebat
5) Meremehkan
6) Sarkasme
2.5.6 Sosial
1) Menarik diri
2) Pengasingan
3) Penolakan
4) Ejekan
5) Sindiran
10
Rencana tindakan
1) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik.
2) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
3) Perkenalkan nama, nama panggilan dan tujuan perawat berkenalan.
4) Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien
5) Buat kontrak yang jelas
6) Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali interaksi.
7) Tunjukkan sikap empati dan menerima apa adanya.
8) Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
9) Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien.
10) Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien
TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
yang dilakukannya
Kriteria evaluasi
Setelah interaksi klien menceritakan penyebab perilaku kekerasan yang
dilakukannya : Menceritakan penyebab perasaan jengkel/kesal baik dari diri
sendiri maupun lingkungannya
13
Rencana Tindakan
1) Bantu klien mengungkapkan perasaan marahnya
2) Motivasi klien untuk menceritakan penyebab rasa kesal atau jengkelnya
3) Dengarkan tanpa menyela atau memberi penilaian setiap ungkapan perasaan
klien
TUK 3 : Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
Kriteria evaluasi
Setelah interaksi klien menceritakan tanda-tanda saat terjadi perilaku
kekerasan seperti, Tanda fisik : mata merah, tangan mengepal, ekspresi tegang,
dan lain-lain. Tanda emosional : perasaan marah, jengkel, bicara kasar. Tanda
sosial : bermusuhan yang dialami saat terjadi perilaku kekerasan.
Rencana Tindakan
1) Bantu klien mengungkapkan tanda-tanda perilaku kekerasan yang
dialaminya
2) Motivasi klien menceritakan kondisi fisik (tanda-tanda fisik) saat perilaku
kekerasan terjadi
3) Motivasi klien menceritakan kondisi emosinya (tanda-tanda emosional) saat
terjadi perilaku kekerasan
4) Motivasi klien menceritakan kondisi hubungan dengan orang lain (tanda-
tanda sosial) saat terjadi perilaku kekerasan
TUK 4 : Klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang
pernah dilakukannya
Kriteria evaluasi
Setelah pertemuan klien menjelaskan : Jenis-jenis ekspresi kemarahan yang
selama ini telah dilakukannya, Perasaannya saat melakukan kekerasan dan
Efektivitas cara yang dipakai dalam menyelesaikan masalah.
Tindakan Keperawatan
1) Diskusikan dengan klien perilaku kekerasan yang dilakukannya selama ini:
2) Motivasi klien menceritakan jenis-jenis tindak kekerasan yang selama ini
pernah dilakukannya.
14
Rencana Tindakan
1) Diskusikan dengan klien akibat negatif (kerugian) cara yang dilakukan pada
Diri sendiri
2) Diskusikan dengan klien akibat negatif (kerugian) cara yang dilakukan pada
Orang lain/keluarga
3) Diskusikan dengan klien akibat negatif (kerugian) cara yang dilakukan
pada: Lingkungan
TUK 6 : Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam
mengungkapkan kemarahan
Kriteria evaluasi
Setelah pertemuan klien dapat menjelaskan cara-cara sehat mengungkapkan
marah.
Rencana Tindakan
1) Diskusikan dengan klien apakah klien mau mempelajari cara baru
mengungkapkan marah yang sehat
2) Jelaskan berbagai alternatif pilihan untuk mengungkapkan marah selain
perilaku kekerasan yang diketahui klien.
3) Jelaskan cara-cara sehat untuk mengungkapkan marah:
Cara fisik: nafas dalam, pukul bantal atau kasur, olah raga.
Verbal: mengungkapkan bahwa dirinya sedang kesal kepada orang lain.
Sosial: latihan asertif dengan orang lain.
15
Rencana Tindakan
1) Diskusikan cara yang mungkin dipilih dan anjurkan klien memilih cara yang
mungkin untuk mengungkapkan kemarahan.
2) Latih klien memperagakan cara yang dipilih
3) Peragakan cara melaksanakan cara yang dipilih.
4) Jelaskan manfaat cara tersebut.
5) Anjurkan klien menirukan peragaan yang sudah dilakukan.
6) Beri penguatan pada klien, perbaiki cara yang masih belum sempurna
7) Anjurkan klien menggunakan cara yang sudah dilatih saat marah/jengkel
TUK 8 : Klien mendapat dukungan keluarga untuk mengontrol
perilaku kekerasan
Kriteria evaluasi
Setelah pertemuan dengan keluarga, keluarga klien dapat menjelaskan cara
merawat klien dengan perilaku kekerasan dan mengungkapkan rasa puas dalam
merawat klien.
Rencana Tindakan
1) Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung klien untuk
mengatasi perilaku kekerasan.
2) Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi perilaku
kekerasan
16
Rencana Tindakan
1) Jelaskan manfaat menggunakan obat secara teratur dan kerugian jika tidak
menggunakan obat
2) Jelaskan kepada klien Jenis obat (nama, warna dan bentuk obat), Dosis yang
tepat untuk klien, Waktu pemakaian, Cara pemakaian dan Efek yang akan
dirasakan klien
3) Anjurkan klien untuk Minta dan menggunakan obat tepat waktu dan Lapor
ke perawat/dokter jika mengalami efek yang tidak biasa
4) Beri pujian terhadap kedisiplinan klien menggunakan obat.
BAB 3
TINJAUAN KASUS
17
18
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Satu rumah
Penjelasan:
DS: Klien mengatakan dia adalah anak ke 3 dari 3 saudara berjenis kelamin
1 orang laki- laki dan 1 orang perempuan, klien tinggal bersama orang
tua beserta istri.
21
DO: Data yang didapat dari inspeksi klien tampak rapi, klien tampak rapi,
penggunaan pakaian tepat, tidak beraroma bau, rambut rapi.
3.7.2 Pembicaraan
DS: Klien mengatakan merasa melihat sosok bayangan kakek buyutnya
yang membuat dirinya menjadi marah dan sakit hati.
DO: Klien mampu memulai pembicaraan, intonasi suara sedang dan bicara
panjang beberapa kata. Klien berbicara menggunakan bahasa
Indonesia.
3.7.3 Aktivitas motorik/psikomotor
DS: Klien mengatakan tidak mengalami kelemahan dalam beraktivitas pada
anggota tubuh nya
DO: Dari data IPPA tidak ditemukan kelemahan,kekuatan otot ekstermitas
atas dan bawah kadan kiri (5), tidak di temukan kelainan da ekstermitas
atas bawah dan kanan kiri.
3.7.4 Mood dan Afek
3.7.4.1 Mood
DS: Klien ingin sekali cepat pulang, dan berkumpul bersama keluarga
DO:Ketika di tanya klien mengatakan ingin pulang secara berulang- ulang,
kontak mata (+) ada, klien tampak duduk tegap, kaki digerak-
gerakan, alis di naikan, mampu memulai pembicaraan, intonasi suara
sedang dan bicara panjang beberapa kata.
3.7.4.2 Afek
DS: Dari hasil pengkajian isppa klien labil kadang- kadang klien dapat
bicara secara kopratif tapi kadang- kadang klien bisa berubah menjadi
pendiam
DO: Afek klien labil terkadang dapat berbicara komunikatif secara
kooperatif, tiba-tiba dapat menjadi pendiam.
Diagnosa Keperawatan: Koping Individu tidak efektif
3.7.5 Interaksi selama wawancara
DS: Dalam berinteraksi selama wawan cara klien cukup kopratif kadang-
kadang klien juga dapat bicara secara kopratif
25
3.7.8 Kesadaran
Orientasi
Waktu, DS: Saat ditanya “pak sekarang jam berapa pak ?” Klien menjawab
jam 09:00 Wib.
DO: Tampak melihat jam dahulu, tidak langsung merespon, mata
menuju ke arah jam dinding, ada kontak mata,
Tempat, DS: “Pak, sekarang berada dimana?” Klien menjawab berada di
Rumah sakit.
DO: Klien mengatakan di rumah sakit, Tampak duduk, langsung
merespon, kontak mata ada, dengan intonasi suara sedang
Orang, DS: Klien dapat menyebutkan profesi perawat saat diminta
menunjuk perawat saat pengkajian.
DO: Klien menunjuk salah satu perawat, sambil menunjukan jari
telunjuk, pandangan ke mana orang yang di tunjuk.
3.7.9 Memori
3.7.9.1 Gangguan daya ingat jangka panjang
Klien mengatakan ingat dimana dia bersekolah
3.7.9.2 Gangguan daya ingat jangka menengah
Klien mengatakan ingat kapan ia masuk RSJ.
3.7.9.3 Gangguan daya ingat pendek
Klien mengatakan bahwa ingat nama mahasiswa praktek, mas Rudi.
3.7.10 Tingkat Konsentrasi dan berhitung
DS: klien dapat berhitung dengan benar 4+5 = 9, 7-2 = 5.
DO: klien dapat menjawap 4+5 = 9, 7-2 = 5, dengan menggunakan jari
tangan, tampak mendongak ke atas dan melihat ke atas
3.7.11 Kemampuan penilaian
Gangguan bermakna.
DS: Klien di berikan pertanyaan’’ Pak bapak lebih memilih berteman
dengan orang banyak atau lebih baik sendiri,
DO: Klien memilih berteman dengan orang banyak, klien melihat ke atas
menoleh kiri kanan, tangan sambil memegang jari jari tangan,
27
3.8.3 Nutrisi
Frekuensi makan dan frekuensi kudapan dalam sehari ada 3 kali/hari, nafsu
makan klien baik, berat badannya 50 kg.
3.8.4 Istirahat dan tidur
Klien tidur siang, lamanya 13.00 WIB - 16.00 WIB dan tidur malam,
lamanya 20.00 WIB - 06.00 WIB. Aktivitas klien sebelum/sesudah tidur
hanya duduk klien tidak mengalami gangguan tidur
3.8.5 Kemampuan lain-lain
Klien tidak bisa mengantisipasi kebutuhan hidup, membuat keputusan, dan
mengatur penggunaan obat sendiri tanpa semuanya klien masih dibantu oleh
petugas kesehatan.
3.8.6 Sistem Pendukung
Sistem pendukung untuk klien saat ini adalah terapis. Sistem pendukung
saat berperan dalam ADL klien, dari makan/minum sampai pemberian obat.
3.9 Mekanisme Koping
DS: Klien mengatakan jika ada masalah klien selalu memendamnya sendiri
dan tidak mau berbagi dengan orang lain.
DO: Ketika di tanya klien diam, ketika di berikan sentuhan kontak mata ada,
klien mulai mau berbicara
Masalah keperawatan: Koping Individu Inefektif
3.10 Masalah Psikososial dan Lingkungan
3.10.1 Masalah dengan dukungan kelompok
DS: Klienmengatakan tidak ada keluarga yang menjenguknya di RSJ.
DO:Klien ketika diberikan pertanyaan menjawab spontan, ekspresi
senyum, kontak mata aktif.
3.10.2 Masalah dengan lingkungan
Klien berinteraksi dengan teman- teman yang lain dengan petugas perawat
juga
3.10.3 Klien Masalah dengan pendidikan
Klien menjawab ingat saat ditanya tentang pendidikan terakhir adalah SD.
3.10.4 Masalah dengan pekerjaan
Klien mengatakan tidak ada pekerjaan.
29
Kelompok 1
32
No Dx Perencanaan
Tgl
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
32
33
33
34
34
35
35
36
9. Klien 9.1. Setelah pertemuan klien 9.1. Jelaskan manfaat menggunakan obat
menggunakan menjelaskan: secara teratur dan kerugian jika tidak
obat sesuai o Manfaat minum obat menggunakan obat
program yang o Kerugian tidak minum 9.2. Jelaskan kepada klien:
telah ditetapkan obat Jenis obat (nama, warna dan bentuk
o Nama obat obat)
o Bentuk dan warna Dosis yang tepat untuk klien
obat Waktu pemakaian
o Dosis yang diberikan Cara pemakaian
kepadanya Efek yang akan dirasakan klien
o Waktu pemakaian 9.3. Anjurkan klien:
o Cara pemakaian Minta dan menggunakan obat tepat
o Efek yang dirasakan waktu
9.2. Setelah pertemuan klien
Lapor ke perawat/dokter jika
menggunakan obat sesuai mengalami efek yang tidak biasa
program
Beri pujian terhadap kedisiplinan
klien menggunakan obat.
36
37
38
39
bila tidak tidur klien suka berbicara dan tertawa sendiri. Masalah keperawatan :
Resiko perilaku kekerasan, Pasien mengalami gangguan dalam mengontrol
emosis.
Data pembanding dari teori data yang perlu di kaji Subjektif Klien
mengatakan mengamuk di tempat umum sambil mengancam dan membawa
golok. Objektif Penampilan pasien tampak cukup rapi, klien tampak sambil
tersenyum, kontak mata aktif, klien tampak duduk bersandar, kepala bergeleng-
geleng, tangan di lipatkan.
Kesimpulan dari kasus dan teori terdapat kesamaan seperti dari data
subjektif klien mengamuk ditempat umum sambil mengancam dan membawa
golok, dan pada data objektif terdapat persamaan Penampilan pasien tampak
cukup rapi, klien tampak sambil tersenyum, kontak mata aktif, klien tampak
duduk bersandar, kepala bergeleng- geleng, tangan di lipatkan dan juga terdapat
perbedaan dari kasus dan teori dari data objektif seperti Klien terlihat berbicara
dan tertawa sendiri saat dikaji, Bersikap seperti mendengar sesuatu.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons individu,
keluarga atau masyarakat tentang masalah kesehatan/proses kehidupan yang
actual atau potensial. Diagnosis keperawatan menjadi dasar pemilihan intervensi
keperawatan untuk mencapai tujuan yang merupakan tanggung-gugat perawat
(Lynda Juall, 2009). Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan masalah-
masalah yang ditemukan pada saat pengkajian sambil memperhatikan respon
pasien terhadap perubahan status kesehatan. Semakin lengkap data yang
ditemukan dari hasil pengkajian, maka akan semakin akurat diagnosa keperawatan
yang dapat dirumuskan karena setiap langkah dalam melakukan asuhan
keperawatan merupakan suatu proses yang sistematis. Diagnosa keperawatan
memberikan dasar pemilihan intervensi yang menjadi tanggung gugat perawat
(Hidayat, 2004:41). Berdasarkan hasil pengkajian pada Tn. H maka diagnose
keperawatan yang diangkat oleh penulis ada 1 (Satu) yaitu dalam perumusan
diagnosa keperawatan adalah resiko perilaku kekerasan : Teori perilaku
kekerasan: adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap
kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman.
40
(Stuart dan Sundeen, 1998). Sesuai dengan hasil perbandingan antara teoritis
resiko perilaku kekerasaan dan pengkajian.
Adanya factor pendukung dan factor penghambat yang dialami oleh penulis.
Faktor pendukung bagi penulis adalah terkumpulnya data-data masalah
keperawatan dari respon pasien dan tersedianya catatan keperawatan untuk
mengumpulkan data yang berhubungan dengan pasien. Sedangkan faktor
penghambat yang dialami oleh penulis dalam menetapkan diagnosa keperawatan
adalah kurang penelitian dan keterbatasan pengetahuan dari penulis dalam
merumuskan diagnosa keperawatan sesuai dengan kondisi pasien serta adanya
keterbatasan waktu.
4.3 Intervensi Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan adalah pedoman tertulis untuk perawatan
pasien. Rencana perawatan tertulis mendokumentasikan kebutuhan perawatan
kesehatan pasien, yang ditentukan oleh pengkajian dan diagnosa keperawatan,
tujuan, dan hasil yang diharapkan yang dirumuskan selama perencanaan. Selain
itu, rencana perawatan tertulis mengkomunikasikan kepada perawat lain dan
profesional perawatan kesehatan lain tentang data pengkajian yang berkaitan yang
didapat dari pasien, daftar masalah dan terapi. Rencana perawatan tertulis
mengurangi risiko perawatan yang tidak lengkap, tidak tepat atau tidak akurat
(Potter & Perry, 2005:189). Pada tahapan perencanaan ini dirumuskan rencana
tindakan keperawatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah pasien.
Tahap yang dilakukan dalam perencanaan yaitu; menyusun prioritas, membuat
tujuan/kriteria hasil yang diharapkan dan menentukan intervensi keperawatan
disertai dengan rasional pada setiap intervensi keperawatan. Sesuai dengan
diagnosa keperawatan, prioritas tindakan keperawatan yang dilakukan dalam
kasus Tn. H Resiko perilaku kekerasan. Diagnosa tersebut menjadi prioritas utama
karena merupakan salah satu keluhan utama pada klien yang membuat tidak
merasa nyaman dengan keadaan yang di alaminya. Apabila masalah ini tidak
segera ditangani dengan cepat dan tepat maka akan menimbulkan resiko tinggi
perilaku kekerasan. Intervensi kepewatan yang akan dilakukan pada Tn. H yaitu,
membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
yang dilakukannya, mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan,
41
5.1 Simpulan
Pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien melalui pendekatan proses
keperawatan dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi,
evaluasi hingga dokumentasi, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut.
5.1.1 Pengkajian Keperawatan
Hasil pengkajian pada Tn. H dengan diagnosa skizofrenia F.20.1
pada saat wawancara pada Tn. H di Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman
Wediodiningrat faktor pencetus Pasien diantar ke Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman
Wediodiningrat karena Tn. H karena karena mengamuk ditempat umum. Hasil
pemeriksaan fisik hasil dari pengkajian fisik, Tekanan Darah : 120/80 mmHg, N:
87 x/mnt ,S: 36,50C, RR: 20 x/mnt, TB: 160 cm, BB:50 kg, . Penampilan pasien
tampak cukup rapi, klien tampak sambil tersenyum, kontak mata aktif, klien
tampak duduk bersandar, kepala bergeleng- geleng, tangan di lipatkan. persepsi
resiko perilaku kekerasan: karena klien marah- marah tanpa sebab, merusak
rumah sendiri, mengamuk di tempat umum sambil mengancam orang lain dengan
membawa golok. Klien jarang tidur bila tidak tidur klien suka berbicara dan
tertawa sendiri. Masalah keperawatan : Resiko perilaku kekerasan, Pasien
mengalami gangguan dalam mengontrol emosi. Data pembanding dari teori data
yang perlu di kaji Subjektif Klien mengatakan mengamuk di tempat umum sambil
mengancam dan membawa golok. Objektif Penampilan pasien tampak cukup rapi,
klien tampak sambil tersenyum, kontak mata aktif, klien tampak duduk
bersandar, kepala bergeleng- geleng, tangan di lipatkan.
5.1.2 Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian padaTn. H maka diagnose keperawatan yang
diangkat oleh penulis ada 1 (Satu) yaitudalam perumusan diagnosa keperawatan
adalah Resiko Perilaku Kekerasan.
44
45
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran kepada
Pihak Pendidik dan Pelaksana Pelayanan Keperawatan, diantaranya untuk:
5.2.1 Bagi Institusi
1) RumahSakit
Diharapkan laporan studikasus ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk
institusi Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat terutama dalam
hal penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan Resiko Perilaku
Kekerasan serta perlu adanya penambahanalat/bahan dalam pemeriksaan
laboratorium yang lengkap untuk menunjang kinerja perawat yang
berkualitas demi tercapainya profesionalisme kerja yang optimal dan
berkompeten.
2) Akademik
Diharapkan lebih memprioritaskan pengadaan literature terutama untuk
masalah resiko perilaku kekerasan sebagai bahan pembelajaran bagi
mahasiswa baik secara teori maupun prektek serta selalu memberikan
bimbingan dan arahan bagi mahasiswa dalam melakukan proses asuhan
keperawatan.
3) Bagi Mahasiswa
Dalam melakukan asuhan keperawatan diharapkan sesuai dengan
pengembangan, pengetahuan dan kemampuan yang baik.
47
DAFTAR PUSTAKA
Ah. Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta; Salemba
Medika
Keliat, Ana Budi. Dkk. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta; EGC
Keliat, Ana Budi. Dkk. 2009. Model Praktik Keperawatan Professional Jiwa,
Jakarta
EGC
Stuart, Gail W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi . Jakarta: EGC
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung; Refika Aditama
Frances,mary,dkk.1996.rencana asuhan keperawatan psikiatri.jakarta:EGC
Marilyne, Doengoes&townsend, mary, &frances,mary.2006. rencana asuhan
keperawatan psikiatri.Jakarta:EGC
Ma’rifatul, lilik.2011.keperawatan jiwa.yogyakarta:graha ilmu
Kusumawati, farida. 2010.Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta :salemba medika