Kasus Sulit
Kasus Sulit
OS ENDOFTALMITIS
Disusun Oleh :
Elizabeth Chikita Putri
112018070
Dosen Pembimbing :
dr. Eny Tjahjani Permatasari, Sp.M, M.Kes
A. Identifikasi Pasien
Nama : Tn. SM
Umur : 73 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
B. Anamnesis
Keluhan utama :
1. Anamnesis :
Pasien datang ke RS dengan keluhan mata sebelah kiri nyeri, merah dan kelopak
mata kiri bengkak dan tidak dapat melihat sejak 3 minggu yang lalu. Pasien
mengaku mata kirinya terasa berair dan nyerinya semakin bertambah hingga
menjalar sampai ke kepala.Pasien mengaku terkena batang jagung 3 minggu
sebelum masuk RS awalnya pasien mengalami mata merah, mata berair, dan
terasa nyeri setelah itu penglihatan mata kiri pasien semakin memburuk, menjadi
tidak dapat melihat. Pasien mengaku bagian mata kiri yang berwarna hitam
berubah warna menjadi putih, pasien sempat membasuh mata dengan rebusan
daun sirih sebanyak 2x dan tidak ada perbaikan. Riwayat demam, mual muntah,
dan penurunan kesadaran tidak ada.
2. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit diabetes melitus, gagal ginjal, penyakit jantung rematik, asam
urat, dan AIDS disangkal.
3. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa dengan pasien.
4. Riwayat pengobatan
Sebelumnya pasien sudah pernah berobat ke Puskesmas Jumapolo dan diberikan
obat salep serta antibiotik oral.
C. Status Present
D. Status General
Kepala : Bentuk bulat, simetris, Rambut tidak mudah dicabut
OD OS
20/80 Visus 0
Sentral Kedudukan Sentral
Pergerakan Bola
Sde
Mata
Kesegalah Arah
Lunak perpalpasi TIO Keras perpalpasi
Bentuk normal, edema (-) Palpebra Edema (+) hiperemis (+)
nyeri tekan (-) ekteropion (-) nyeri tekan (+) ekteropion (-
Enteropion (-) Blefarospasme ) Enteropion (-)
(-) trikiasis (-) sikatriks (-) tes Blefarospasme (-) trikiasis
anel tidak dilakukan (-) sikatriks (-) tes anel tidak
dilakukan
Normal, tumbuh teratur, Supercilia Tumbuh teratur, warna
warna hitam, simetris, hitam, simetris, sekret (+)
Sekret (-)
Hiperemi (-) Injeksi Konjungtiva Mix Injeksi (+), kemosis
konjungtiva (-) Injeksi siliar (+) perdarahan
(-) perdarahan subkonjungtiva (-)
subkonjungtiva (-) pterigiujm pterigiujm (-) pinguekula (-)
(-) pinguekula (-)
Jernih, sensibilitas normal, Kornea Keruh (+), Infiltrate (+) ,
ulkus (-) perforasi (-) Arcus Ulkus (+)Arcus senilis (+)
senilis (+) tes placido tidak tes placido tidak dilakukan
dilakukan
Hiperemi (-) Sklera Hiperemi (+) atrofi (+)
Normal COA Hipopion (+)
Warna hitam kecoklatan, Iris Sde
Sentral, regular, 3 mm, Pupil Sde
reflek cahaya (+)
Jernih, tes Shadow (-) Lensa Sde
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
WBC : 7,1 103/mm3
RBC : 4,5 108/mm3
HB : 13,7 g/dl
HCT : 42,0 %
PLT : 260 103/mm3
MCV : 93,3
MCH : 32,6 g/dl
MCHC: 32,6 g/dl
RDW : 14,5 %
Lym : 27,3 %
MXD : 6,8 %
Neu : 65,9%
- Kultur dengan spesimen cairan vitreus: Masih menunggu hasil
G. RESUME
Tn. C, 73 tahun, dengan keluhan mata kiri terasa nyeri sejak 3 minggu yang
lalu. Keluhan tersebut disertai dengan mata yang tampak merah, membengkak dan
didapatkan bentuk bulat, simetris, rambut tidak mudah dicabut. Pada pemeriksan mata
Oculi sinistra (OS) : visus: 0, Kedudukan: sentral, Pergerakan bola mata: sulit
dievaluasi, TIO : keras perpalpasi palpebra superior/ inferior: Edema dan Hiperemis,
konjungtiva: mix injection dan kemosis, kornea: keruh berisi infiltrate dan ulkus,
camera oculi anterior (COA): hipopion, iris: sulit dinilai, pupil: sulit dinilai, lensa:
sulit dinilai. Oculi dekstra (OD): visus: 6/24, kedudukan ,pergerakan bola mata,
palpebra, konjungtiva, kornea, skelera, COA, iris, pupil dan lensa : dalam batas
normal. Pada pemeriksaan leher tidak ditemukan adanya pembesaran KGB dan nyeri
tekan, inspeksi thorax simetris kiri dan kanan, Pada pemeriksaan jantung, paru,
H. DIAGNOSA KLINIS
OS Endoftalmitis
I. PENATALAKSANAAN
- Gentamisin 80 mg / 8 jam/ iv
- Analsik 3x1
- Giflox / 30 menit OS
- Thidim / 30 menit OS
- Tobro / 30 menit OS
- Sa 1% / 4 jam OS
J. PROGNOSI98
Dubia ad malam
K. Follow up
17 juli 2019
S : nyeri dan kabur pada mata kiri
O :
VOD : 6/24, VOS : 0, TIOD : N, TIOS : N+1
Segmen anterior OS :
Konjungtiva : injeksi mix, kemosis (+), sekret (+) purulen
Kornea : ulkus (+)
COA : Pus (+)
Iris/pupil/lensa/Segmen posterior OS :sde
Segmen anterior dan posterior OD : dalam batas normal
A : Endoftalmitis OS
P :
- Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam/ iv
- Gentamisin 80 mg / 8 jam/ iv
- Analsik 3x1
- Giflox / 30 menit OS
- Thidim / 30 menit OS
- Tobro / 30 menit OS
- Sa 1% / 4 jam OS
18 Juli 2019
S : nyeri dan kabur pada mata kiri
O :
VOD : 6/24, VOS :0, TIOD : N, TIOS : N+1
Segmen anterior OS :
Konjungtiva : injeksi mix (+), kemosis (+), sekret (+) purulen
Kornea : ulkus (+)
COA : Pus (+)
Iris/pupil/lensa/Segmen posterior OS :sde
Segmen anterior dan posterior OD : dalam batas normal
A :Endoftalmitis OS (Post injeksi intravitreal vancomicin dan ceftazidime)
P :
- Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam/ iv
- Gentamisin 80 mg / 8 jam/ iv
- Analsik 3x1
- Giflox / 30 menit OS
- Thidim / 30 menit OS
- Tobro / 30 menit OS
- Sa 1% / 4 jam OS
L. DISKUSI
mata kiri nyeri dan tidak bisa melihat. Pasien ini didiagnosis Endoftalmitis OS.
dengan penurunan penglihatan. Pasien juga mengeluh semakin hari nyeri pada mata
kiri semakin bertambah dan mata kiri pasien akhirnya tidak dapat melihat lagi. Hal
ini sesuai dengan kebanyakan kasus endoftalmitis dimana sering dijumpai adanya
Pasien mengaku bagian mata kiri yang berwarna hitam berubah menjadi
berwarna putih. Dari pemeriksaan fisik status oftalmologis kiri didapatkan visus = 0,
konjungtiva dan sklera hiperemis, kornea keruh dan terdapat hipopion. Hal ini sesuai
kaca.3,4
Pada mata timbul gejala berupa mata sakit, merah, kelopak bengkak, refleks
fundus hilang akibat adanya nanah di dalam badan kaca. Tajam penglihatan sangat
menurun dan peningkatan TIO.Tekanan bola mata meningkat akibat massa supuratif
yang tertumpuk di dalam bola mata.3 Pada Endoftalmitis terjadi infiltrasi dari sel-sel
timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan
batas-batas tak jelas dan permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan
Pasien bekerja sebagai petani dan memiliki riwayat mata kiri pernah tertusuk
batang jagung sebelum akhirnya pasien tidak dapat melihat. Hal ini sesuai
anamnesis yang dilakukan pasien mengaku ada riwayat trauma pada mata. bentuk
endoftalmitis yang paling sering dijumpai adalah endoftalmitis infeksi jamur yang
karena dari anamnesis yang dilakukan pasien mengaku ada riwayat trauma pada
mata.
suportif 1,2 . Terapi antibiotik yang diberikan adalah injeksi ceftriaxone 1 gr setiap
12 jam, dan Gentamisin 80mg setiap 8 jam. Selain itu sebagai anti nyeri diberikan
Analsik. Untuk obat tetes antibiotik diberikan giflox dan tobro setiap 30 menit.
Pasien diberikan injeksi subkonjungtiva berupa diflucan dan thidim setiap 24 jam
selama 5 hari.
Pasien pada kasus ini mempunyai prognosis dubia ad malam karena pasien
bakteri, jangka waktu infeksi sampai penatalaksanaan. Pada kasus ini, prognosis
pasien dubia ad malam karena mengingat umur penderita yang sudah cukup tua.2
TINJAUAN PUSTAKA
ENDOFTALMITIS
A. PENDAHULUAN
berat dalam bola mata, biasanya akibat infeksi setelah trauma atau bedah atau endogen
akibat sepsis. Berbentuk radang supuratif di dalam rongga mata dan struktur didalamnya.
Peradangan supuratif didalam bola mata akan memberikan abses didalam badan kaca.
Penyebab endoftalmitis supuratif adalah kuman dan jamur yang masuk bersama trauma
membahayakan. Endoftalmitis sering terjadi setelah trauma pada mata termasuk setelah
endoftalmitis.1,2
dengan edema palpebra, kongesti konjungtiva, dan hipopion atau eksudat pada COA.
Visus menurun bahkan dapat menjadi hilang. Karena hasil pengobatan akhir sangat
tergantung pada diagnosis awal, maka penting untuk melakukan diagnosis sedini
mungkin. Pengobatan bukan untuk mengobati visusnya, karena visus tidak dapat
diperbaiki lagi. Cara yang paling muktahir dalam pengobatan endoftalmitis adalah
C. DEFENISI
Endoftalmitis merupakan peradangan berat dalam bola mata, biasanya akibat
infeksi setelah trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis. Berbentuk radang
supuratif di dalam rongga mata dan struktur di dalamnya peradangan supuratif di
dalam bola mata akan memberikan abses di dalam badan kaca.9
D. ETIOLOGI
Endoftalmitis Endogen Endoftalmitis endogen terjadi akibat penyebaran bakteri,
jamur atau parasit dari fokus infeksi di dalam tubuh yang menyebar secara
tembus, infeksi sekunder dan komplikasi yang terjadi pada tindakan pembedahan
yang membuka bola mata. Bakteri yang sering merupakan penyebab adalah
terhadap jaringan tubuh, tidak mengenal jaringan lensa yang tidak terletak di
dalam kapsul. Tubuh membentuk antibodi terhadap lensa sehingga terjadi reaksi
E. EPIDEMIOLOGI
Endophthalmitis endogen jarang terjadi, hanya terjadi pada 2-15% dari semua
kasus endophthalmitis. Kejadian rata-rata tahunan adalah sekitar 5 per 10.000 pasien
yang dirawat. Dalam beberapa kasus, mata kanan dua kali lebih mungkin terinfeksi
sebagai mata kiri, mungkin karena lokasinya yang lebih proksimal untuk
mengarahkan aliran darah ke arteri karotid kanan. Sejak tahun 1980, infeksi Candida
dilaporkan pada pengguna narkoba suntik telah meningkat. Jumlah orang yang
tulang).
Sebagian besar kasus endophthalmitis eksogen (sekitar 60%) terjadi setelah
sekitar 0,1-0,3% dari operasi menimbulkan komplikasi ini, yang telah meningkat
selama beberapa tahun terakhir. Walaupun ini adalah persentase kecil, sejumlah besar
operasi katarak yang dilakukan setiap tahun memungkinkan untuk terjadinya infeksi
pada bola mata di pedesaan lebih tinggi bila dibandingkan dengan daerah perkotaan.
Keterlambatan dalam perbaikan luka tembus pada bola mata berkorelasi dengan
F. PATOFISIOLOGI
endogen, mikroorganisme yang melalui darah menembus sawar darah-mata baik oleh
invasi langsung (misalnya, emboli septik) atau oleh perubahan dalam endotelium
vaskular yang disebabkan oleh substrat yang dilepaskan selama infeksi. Kerusakan
jaringan intraokular dapat juga disebabkan oleh invasi langsung oleh mikroorganisme
Endophthalmitis dapat terlihat nodul putih yang halus pada kapsul lensa, iris,
retina, atau koroid. Hal ini juga dapat timbul pada peradangan semua jaringan okular,
mengarah kepada eksudat purulen yang memenuhi bola mata. Selain itu, peradangan
dapat menyebar ke jaringan lunak orbital. Setiap prosedur operasi yang mengganggu
sebagai berikut11 :
1. Endoftalmitis Eksogen
Infeksi purulent yang terjadi disebabkan karena infeksi eksogen yang diikuti
oleh cedera yang mengakibatkan perforasi, perforasi dari ulkus kornea yang
terinfeksi atau akibat infeksi luka post-operasi diikuti oleh operasi intraokuler.
Organisme yang biasanya terdapat pada konjungtiva, palpebra atau pada alis mata
kasus dari endoftalmitis eksogen terjadi paska operasi atau setelah trauma
terhadap mata. Bakteri gram positif merupakan penyabab utama, dengan angka
kejadian hampir 90% dari setiap kasus dan merupakan flora normal dari
konjungtiva.
2. Endoftalmitis Endogen
pada pasien yang bacteremic dalam situasi seperti endokarditis) menembus sawar
darah-mata baik oleh invasi langsung (misalnya, emboli septik) atau oleh
oleh invasi langsung oleh mikroorganisme dan / atau dari mediator inflamasi dari
respon kekebalan. Hal-hal bakteremia tersebut dapat terjadi pula pada infeksi
biasanya memiliki faktor komorbid seperi diabetes mellitus, gagal ginjal gangguan
katup jantung, SLE, AIDS, leukemia dan kondisi keganasan lainya. Prosedur
endoftalmitis. Infeksi jamur dapat terjadi sampai dengan 50% pada semua kasus
Pada penyebab bakteri, S.aureus merupakan bakteri gram positif yang biasanya
diikuti oleh penyakit sistemik yang kronis, seperti diabetes mellitus atau gagal
ginjal.9,10
G. MANIFESTASI KLINIK
Gambar 2. Endoftalmitis
modal utama bagi seorang dokter umum untuk meneggak diagnosis. Pada anamnesis,
kemerahan pada mata, pembengkakan, dan penurunan visus. Pada beberapa bakteri
minggu. Gejala sering penglihatan kabur, rasa nyeri, dan penurunan visus. Riwayat
trauma tembus dengan tanaman atau benda asing yang terkontaminasi dengan tanah
mungkin sering diperoleh. Individu dengan infeksi Candida akan timbul demam
tinggi, disusul beberapa hari kemudian dengan gejala okular. Demam persistent yang
Riwayat operasi mata, trauma mata, atau bekerja dalam industri sering ditemukan.
pembedahan (misalnya, pada minggu pertama), tetapi mungkin terjadi bulan atau
Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan dari pemeriksaan visus, inspeksi struktur luar
mata, ophthalmoscope, pemeriksaan fundus dan pemeriksaan slit lamp. Pemeriksaan fisk
Pupil tampak “yellow reflex” akibat eksudat purulent pada corpus vitreum
kasus yang berat, prosesus siliaris mungkin dapat mengalami kerusakan dan
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
resiko yang paling ditakuti. Prosedur diagnosis yang harus dilakukan adalah :
Ophthalmological evaluation
Pemeriksaan funduskopi
I. KLASIFIKASI ENDOFTALMITIS
1. Endoftalmitis Eksogen
Merupakan bentuk yang paling sering dari endoftalmitis, dan hampir selalu
disebabkan oleh infeksi bakteri. Tanda-tanda infeksi dapat muncul dalam waktu
satu sampai dengan enam minggu dari operasi. Namun, dalam 75-80% kasus
muncul di minggu pertama pasca operasi. Sekitar 56-90% dari bakteri yang
menyebabkan endoftalmitis akut adalah gram positif, dimana yang paling sering
pasien dengan endoftalmitis akut pasca operasi biasa ditemui Injeksi silier,
hilangnya reflek fundus, hipopion, pembengkakan kelopak mata, fotofobia,
pasca operasi filtrasi antiglaukoma yang terjadi sebanyak 10% dari kasus. Dari
inokulasi bakteri selama operasi, atau bisa terjadi selama periode pasca operasi.
pasien, atau bahkan kemudian dalam sebagian besar kasus. Infeksi juga dapat
terjadi satu tahun berikutnya setelah operasi. Manfestasi klinis yang terjadi sangat
mirip dengan salah satu endoftalmitis akut dengan tanda-tanda kumpulan pus di
tempat akumulasi cairan dan kerusakan nekrotik dari sclera sebagai konsekuensi
dari efek toksik. Bakteri penyebab paling umum adalah jenis Streptococcus dan
satu penyebabnya.13,14
2. Endoftalmitis Endogen
2.a Endoftalmitis Bakterial
Pada bentuk endoftalmitis ini tidak ada riwayat operasi mata ataupun trauma
mata. Biasanya ada beberapa penyakit sistemik yang mempengaruhi, baik melalui
penurunan mekanisme pertahanan host atau adanya fokus sebagai tempat potensial
terjadinya infeksi. Dalam kelompok ini penyebab tersering adalah; adanya
septicaemia, pasien dengan imunitas lemah, penggunaan catethers dan Kanula
intravena kronis. Agen bakteri yang biasanya menyebabkan endoftalmitis endogen
adalah Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan spesies Streptococcus. Namun,
agen yang paling sering menyebabkan Endoftalmitis endogen adalah jamur (62%),
gram positive bakteri (33%), dan gram negatif bakteri dalam 5% dari kasus. 14
J. DIAGNOSIS BANDING
Panoftalmitis
K. PENATALAKSANAAN
Tatalaksana endoftalmitis dilakukan di ruang gawat darurat. Jika telah
didiagnosis atau diduga kuat endoftalmitis, pasien harus dirujuk segera ke spesialis
mata untuk evaluasi lebih lanjut. Tatalaksana diberikan berdasarkan penyebab
endoftalmitis. Pada endoftalmitis endogen, terapi antibiotik yang tepat adalah kunci
keberhasilan tatalaksana. Endoftalmitis endogen responsif terhadap pemberian
antibiotik intravena, sedangkan pada endoftalmitis eksogen tidak selalu perlu
diberikan antibiotik. Antibiotik sistemik juga diberikan untuk membunuh fokus
infeksi yang jauh dan mencegah berlanjutnya bakteremia, dengan demikian
mengurangi kemungkinan endoftalmitis pada mata lainnya. Terapi parenteral tidak
diperlukan pada endoftalmitis pasca operasi kecuali ada bukti infeksi di luar bola
mata. Pada endoftalmitis bentuk lain, perlu diberikan antibiotik spektrum luas bila
kultur positif.8
Antibiotik empirik spektrum luas yang digunakan adalah vankomisin dan
aminoglikosida atau sefalosporin generasi tiga. Sefalosporin generasi tiga mampu
mempenetrasi jaringan okular dan efektif terhadap bakteri Gram negatif.
Injeksi antibiotik intravena telah merevolusi tatalaksana endoftalmitis eksogen
namun pada kasus endoftalmitis endogen, keefektifannya masih kontroversial.
Demikian juga intervensi bedah, seperti vitrektomi, dilakukan pada endoftalmitis
pasca operasi dan pasca trauma tapi kegunaannya pada kasus endogen diperdebatkan.
Sumber infeksi dapat digunakan sebagai pedoman pemilihan antibiotik. Pada
kasus dengan riwayat infeksi gastrointestinal atau genitourinaria, antibiotik pilihannya
adalah sefalosporin generasi dua atau tiga dan aminoglikosida. Vankomisin digunakan
untuk penyalahguna obat untuk mengatasi kemungkinan infeksi Bacillus. Bila sumber
infeksinya diperkirakan luka, digunakan oksasilin atau sefalosporin generasi pertama.
Jika anamnesis pasien, pewarnaan, atau kultur mengarah pada infeksi jamur, rejimen
obat harus menyertakan amfoterisin B, flukonazol, atau itrakonazol.
Intervensi bedah disarankan terutama untuk pasien yang terinfeksi organisme
virulen, visus 20/400 atau kurang, atau keterlibatan vitreus berat. Kadang
endoftalmitis posterior difus atau panoftalmitis menyebabkan kebutaan meski telah
ditatalaksana dengan baik, namun vitrektomi dan antibiotik intravitreal mencegah
atrofi okular atau keharusan enukleasi.
Beberapa kerusakan berhubungan dengan mediator inflamasi. Steroid seperti
deksametason diberikan intravitreal, meskipun perannya belum jelas. Secara empiris,
steroid topikal diberikan pada pasien dengan endoftalmitis fokal anterior atau difus
untuk mencegah komplikasi seperti glaukoma dan sinekiae.8
L. PENCEGAHAN
Pencegahan endoftalmitis meliputi kebiasaan hidup yang baik sehingga terhindar
dari mikroorganisme yang pathogen.
N. PROGNOSIS
Prognosis endoftalmitis bervariasi tergantung pada tingat keparahan infeksi,
organisme yang terlibat dan jumlah kerusakan mata menopang dari peradangan dan
jaringan parut. Kasus ringan endoftalmitis dapat memiliki hasil visual yang sangat
baik. Kasus yang parah dapat menyebabkan tidak hanya dalam kehilangan
penglihatan, tapi akhirnya hilang seluruh mata. Fungsi penglihatan pada pasien
endoftalmitis sangat tergantung pada kecepatan diagnosis dan tatalaksana.
Prognosisnya sangat bervariasi tergantung penyebab. Prognosis endoftalmitis sangat
buruk terutama bila disebabkan jamur atau parasit. Faktor prognosis terpenting adalah
visus pada saat diagnosis dan agen penyebab. Prognosis endoftalmitis endogen secara
umum lebih buruk dari eksogen karena jenis organisme yang menyebabkan
endoftalmitis endogen biasanya lebih virulen.10
DAFTAR PUSTAKA
4. Ehlers, J., Shah, C,. Postoperative endophtalmitis. Dalam: The Wills Eye Manual.
Office and Emergency Room Diagnosis and Treatment of Eye Disease. Fifth
Edition. Philadelphia: Wolters Kluwer Lippincott Williams & Wilkins; 2005.
5. Suhardjo, Hartono. Ilmu Kesehatan Mata. Bagian Ilmu Penyakit Mata : Fakultas
kedokteran Gadjah Mada. Yogyakarta ED 1st. 2007
9. Ilyas HS. Penuntun ilmu penyakit mata. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai penerbit
2010.h..175-7.
11. Khurana AK. Comprehensive ophthalmology. 4th ed. Anshan publishers 2007.346-
352.
12. Ojaimi Elvis and David T Wong. Endophthalmitis, Prevention and
Treatment.University of Toronto.2013
13. Hatch WV, Cernat G, Wong D, Devenyi R, Bell CM. Risk factors for acute
endophthalmitis after cataract surgery: a population-based study. Ophthalmology
2009;116(3):425-30.
14. Cooper Ba, Holekamp Nm, Bohigian G, Thompson PA. Case- control study of
endophthalmitis after cataract surgery comparing scleral and corneal wounds. Am J
Ophtalmol 2003; 136: 300-5.