Anda di halaman 1dari 7

TONSILOFARINGITIS

A. Definisi
Tonsilitis adalah terdapatnya peradangan umum dan pembengkakan dari
jaringan tonsil dengan pengumpulan leukosit, sel-sel epitel mati dan bakteri patogen
dalam kripta (Derricson, 2009).
Tonsilofaringitis adalah peradangan pada tonsil dan faring yang masih bersifat
ringan. Radang faring pada anak hampir selalu melibatkan organ sekitarnya
sehingga infeksi pada faring biasanya juga mengenai tonsil sehingga disebut
sebagai tonsilofaringitis ( Ngastiyah, 2017).
Tonsilofaringitis merupakan faringitis akut dan tonsilitis akut yang
ditemukan bersama-sama ( Efiaty, 2012).

B. Etiologi
Penyebab tonsilofaringitis bermacam-macam, diantaranya adalah yang tersebut
dibawah ini yaitu :
1. Streptokokus Beta Hemolitikus
2. Streptokokus Viridans
3. Streptokokus Piogenes
4. Virus Influenza Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah (
droplet infections)

C. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala tonsilofaringitis akut adalah :
1. Nyeri tenggorok
2. Nyeri telan
3. Sulit menelan
4. Demam
5. Mual
6. Anoreksia
7. Kelenjar limfa leher membengkak
8. Pembesaran tonsil
9. Tonsil hiperemia
10. Mulut berbau
11. Otalgia ( sakit di telinga )
12. Malaise
13. Pada pemeriksaan tenggorokan ditemukan faring yang hiperemi, pembesaran
tonsil disertai hiperemia, kadang didapatkan bercak kuning keabu-abuan yang
dapat meluas membentuk seperti membran. Bercak menutupi kripta dan terdiri
dari leukosit, sel epitel yang sudah mati dan kuman patogen (Ngastiyah, 2005).
Pada tonsilofaringitis akibat virus, dapat juga ditemukan ulkus di palatum mole
dan dinding faring serta eksudat di palatum dan tonsil, tetapi sulit dibedakan
dengan eksudat pada tonsilofaringitis akibat Stretococcus. Gejala yang timbul
dapat menghilang selama 24 jam, berlangsung 4-10 hari (Suardi, 2010).

D. Patofisiologi
Bakteri dan virus masuk masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas akan
menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui sistem limfa
ke tonsil. Adanya bakteri dan virus patogen pada tonsil menyebabkan terjadinya
proses inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat menghambat keluar
masuknya udara. Infeksi juga dapat mengakibatkan kemerahan dan edema pada
faring serta ditemukannya eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil sehingga
menyebabkan timbulnya sakit tenggorokan, nyeri telan, demam tinggi bau mulut serta
otalgia.
Faringitis Streptococcus beta hemolitikus grup A (SBHGA) adalah infeksi akut
orofaring dan atau nasofaring oleh SBHGA. Penyebaran SBHGA
memerlukan penjamu yang rentan dan difasilitasi dengan kontak yang erat. Infeksi
jarang terjadi pada anak berusia di bawah 2 tahun, mungkin karena kurang kuatnya
SBHGA melekat pada sel-sel epitel. Infeksi pada toddlers paling sering melibatkan
nasofaring. Remaja biasanya telah mengalami kontak dengan organisme beberapa
kali sehingga terbentuk kekebalan, oleh karena itu infeksi SBHGA lebih jarng pada
kelompok ini. Faringitis akut jarang disebabkan oleh bakteri, diantara penyebab bakteri
tersebut, SBHGA merupakan penyebab terbanyak. Streptococcus grup C dan D telah
terbukti dapat menyebabkan epidemi faringitis akut, sering berkaitan dengan makanan
dan air yang terkontaminasi. Pada beberapa kasus dapat menyebabkan
glomerulonefritis akut (GNA). Organisme ini lebih sering terjadi pada usia dewasa.
Bakteri maupun virus dapat secara langsung menginvaasi mukosa faring yang
kemudian menyebabkan respon peradangan lokal.
Rhinovirus menyebabkan iritasi mukosa faring sekunder akibat sekresi nasal.
Sebagian besar peradangan melibatkan nasofaring, uvula dan palatum mole.
Perjalanan penyakitnya adalah terjadi inokulasi dari agen infeksius di faring yang
menyebabkan peradangan lokal, sehingga menyebabkan eritema faring, tonsil, dan
keduanya. Infeksi Streptococcus ditandai dengan invasi lokal serta pelepasan toksin
ekstraseluler dan protease. Transmisi dari virus yang khusus dan SBHGA terutama
terjadi akibat kontak tangan dengan sekret hidung dibandingkan dengan kontak oral.
Gejala akan tampak setelah masa inkubasi yang pendek yaitu 24 -72 jam (Suardi, 2010).

E. WOC
Invasi kuman pathogen

Penyebaran linfogen

Proses inflamasi (tonsil dan faring)

Tonsilofaringitis akut Hipertermi

Edema tonsil dan faring Tonsil dan edenoit membesar

Nyeri akut obstruksi pada tuba eustaki

Sulit makan dan minum kurangnya pendengaran inveksi sekunder

Ketidak seimbangan nutrisi Otitis media

Gangguan persepsi pendengaran

F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul bila tonsilofaringitis akut tidak tertangani dengan baik
adalah :
1. Otitis media akut
2. Abses peritonsil
3. Toksemia
4. Bronkitis
5. Miokarditis
6. Artritis.

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa
tonsilofaringitis akut adalah pemeriksaan laboratorium meliputi :
Leukosit : terjadi peningkatan
Hemoglobin : terjadi penurunan
Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat

H. Penatalaksanaan
Penanganan pada anak dengan tonsilofaringitis akut adalah :
1. Penatalaksanaan medis
- Antibiotik baik injeksi maupun oral seperti cefotaxim, penisilin, amoksisilin,
eritromisin dll.
- Antipiretik untuk menurunkan demam seperti parasetamol, ibuprofen.
- Analgesik.
2. Penatalaksanaan keperawatan
- Kompres dengan air hangat
- Istirahat yang cukup
- Pemberian cairan adekuat, perbanyak minum hangat
- Kumur dengan air hangat
- Pemberian diit cair atau lunak sesuai kondisi pasien
- Pada umumnya penyakit yang bersifat akut dan disertai demam sebaiknya
tirah baring, pemberian cairan adekuat, dan diet ringan.
- Sistemik Antibiotik golongan penisilin atau sulfonamidaantipiretik.
- Pengobatan oral obat kumur atau obat isap yang mengandung desinfektan.

I. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengakajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan utnuk
mengumpulkan data atau informasi tentang klien, agar dapat mengidentifikasi,
mengenai masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien baik
fisik, mental, sosial dan lingkungan (Nasrul Effendi, 1995).
a. Identitas Klien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,
pekerjaan, tanggal MRS, diagnosa medis dan nomor register.
b. Riwayat Keperawatan
- Alasan dirawat
- Keluhan Utama sakit tenggorokan, nyeri telan, demam dll.
c. Riwayat kesehatan sekarang Keluhan yang dirasakan klien, hal yang dilakukan
untuk mengurangi keluhan. Daerah yang terserang baik atas atau bawah
sehingga klien pergi kerumah sakit serta hal atau tindakan yang dilakukan saat
klien dirumah sakit. Serangan, karakteristik, insiden, perkembangan, efek terapi
dll.
d. Riwayat kesehatan lalu Masalah-masalah yang pernah dialami oleh klien
sebelum mrs, penyakit- penyakit yang sebelumnya perna diderita klien
sehingga klien dapat mrs.
- Riwayat kelahiran
- Riwayat imunisasi
- Penyakit yang pernah diderita ( faringitis berulang, ispa, otitis media)
- Riwayat hospitalisasi
e. Riwayat kesehatan keluarga Meliputi penyakit-penyakit yang pernah diderita
oleh keluarga baik penyakit yang sama dengan klien, penyakit keturunan seperti
diabetes meletus, hipertensi maupun penyakit menular seperti hepatitis, tb paru.
f. Riwayat psikososial dan spiritual.
g. Pemeriksaan Fisik
- Pengkajian umum
- Usia, tingkat kesadaran, antopometri, tanda-tanda vital dll.
- Pernafasan (Kesulitan bernafas, batuk)
- Ukuran besarnya tonsil dinyatakan dengan : T0 : bila sudah dioperasi, T1 :
ukuran yang normal ada, T2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah
, T3 : pembesaran mencapai garis tengah, T4 : pembesaran melewati garis
tengah
- Nutrisi (Sakit tenggorokan, nyeri telan, nafsu makan menurun, menolak
makan dan minum, turgor kurang)
- Aktifitas / istirahat (Anak tampak lemah, letargi, iritabel, malaise)
- Keamanan / kenyamanan (Kecemasan anak terhadap hospitalisasi)
- Pemeriksaan Penunjang
2. Diagnosa keperawatan
a. Hipertermia berhubungan dengan penyakit.
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi mekanis,
inflamasi, peningkatan sekresi, nyeri.
c. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan
melalui rute normal (diare), abnormal (perdarahan).
d. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis, fisik, proses inflamasi dan
insisi pembedahan.
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan
karena faktor biologi.
3. Intervensi
a. Hipertermia berhubungan dengan penyakit.
Tujuan: Hipertermia teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1x24 jam dengan kriteria hasil: Suhu: 36-37c, Pernapasan 12-21x/mnt, Tekanan
darah 120-129/80-84mmHg, Nadi 60-100x/mnt
Intervensi:
1) Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, saturasi
R/mengetahui keadaan klien
2) Anjurkan untuk banyak minum ± 2 L/hari R/memenuhi kebutuhan cairan
3) Anjurkan untuk cukup istirahat R/mempercepat pemulihan kondisi
4) Anjurkan untuk menggunakan pakaian yang tipis R/ mengurangi rasa panas
5) Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien R/mencukupi
kebutuhan pasien
6) Beri kompres hangat R/vasodilatasi pembuluh darah
7) Kolaborasi/lanjutkan pemberian therapi antipiretik; nama, dosis, waktu, cara,
indikasi R/mempercepat penyembuhan
4. Implementasi
Disesuaikan dengan intervensi keperawatan yang telah disusun.
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dalam bentuk evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi
dilakukan sesuai dengan kriteria hasil yang telah disusun
DAFTAR PUSTAKA
Boies, Lawrence R., et al. BOIES : Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC ; 2017.
Mansjoer A, dkk. Tenggorok dalam KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN. Jilid I. Edisis ketiga.
Media Aescalapius FKUI. Jakarta. 2012.
Ovedof, David. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Binarupa Aksara. Soepardi, Efiaty A.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga Hidung Tenggorokan. Edisi Keempat. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI; 2000.
Thomas, Benoy J. Pharyngitis, Bacterial. [online]. 2006 August 1 [cited 200 June 21];
available from : URL: http://www.emedicine.com.

Anda mungkin juga menyukai