Anda di halaman 1dari 14

DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

PERKEMBANGAN KOSAKATA DALAM SASTRA


(SEBUAH TINJAUAN ANALITIK PADA NOVEL-NOVEL
PERIODE BALAI PUSTAKA DAN PUJANGGA BARU)

Andi Sutisno
Jurdiksatrasia Unswagati Cirebon

Abstrak

Salah satu sifat bahasa yakni bersifat dinamis. Kedinamisan bahasa dapat diartikan bahwa
bahasa akan selalu berkembang seiring dengan berkembangnya pengguna bahasa itu sendiri
yakni manusia. Salah satu perkembangan bahasa adalah berkembangnya kosakata-kosakata
yang ada dalam bahasa itu sendiri. Perkembangan kosakata dapat juga dilihat dalam karya
sastra. Sejarah sastra Indonesia mencatat beberapa periodisasi sastra dalam sastra Indonesia,
termasuk angkatan Balai Pustaka dan Pujangga Baru. Kedua angkatan tersebut merupakan
tonggak awal dimulainya sastra modern dalam sejarah sastra Indonesia. Perkembangan
kosakata dalam bahasa Indonesia bukan tidak mungkin ditemukan juga dalam karya-karya
sastra yang muncul pada kurun waktu kedua angkatan tersebut. Pertanyaannya kemudian
adalah signifikankah perkembangan kosakata bahasa Indonesia yang muncul dalam karya-
karya sastra pada kedua angkatan tersebut, terutama novel. Novel merupakan teks naratif
yang memungkinkan pengarang banyak menggunakan kosakata. Oleh karena itu,
perkembangan kosakata dalam bahasa Indonesia dapat dengan mudah ditemukan dalam
novel, termasuk dalam novel-novel yang muncul pada periode angkatan Balai Pustaka dan
Pujangga Baru.

Kata kunci: kosakata, novel, angkatan balai pustaka, angkatan pujangga baru

A. PENDAHULUAN dalam bahasa Indonesia sebenarnya telah


Salah satu tolok ukur kemajuan dilakukan dengan cukup terkoordinasi di
suatu bahasa adalah kekayaan kosakata bawah Badan Bahasa Departemen
yang dimilikinya dan kemampuan kosakata Pendidikan dan Kebudayaan. Pertambahan
tersebut untuk memerikan konsep-konsep jumlah lema di Kamus Besar Bahasa
baru seiring perkembangan pengetahuan Indonesia dari sekitar 68 ribu pada edisi
manusia. Perkembangan pesat ilmu pertama (1988) hingga mencapai 90 ribu
pengetahuan dan teknologi telah pada edisi keempat (2008)
mendorong bermunculannya banyak istilah menggambarkan perkembangan kosakata
baru yang digunakan untuk memerikan bahasa Indonesia. Ini pun masih ditambah
konsep-konsep yang diciptakan atau dengan sekitar 120 ribu padanan yang
ditemukan manusia. Bahasa Indonesia diterbitkan dalam bentuk glosarium Pusba
sebagai bahasa yang relatif baru juga tidak pada beberapa bidang ilmu.
luput dari tuntutan pemodernan kosakata. Tak terkecuali dalam bidang sastra,
Sebagai suatu bahasa yang cukup kosakata dan istilah juga mengalami
terencana, kegiatan pembentukan istilah perkembangan. Perkembangan kosakata

1
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

dan istilah ini terjadi karena kebutuhan novel tersebut didasarkan pada fakta
sosial akibat adanya perkembangan zaman bahwa kedua novel tersebut merupakan
dan pemikiran yang semakin luas. Kondisi novel-novel populer atau menarik
tersebut berlaku hampir pada setiap perhatian pada zamannya masing-masing.
periodisasi sastra. Seperti kita ketahui
bersama bahwa dalam sejarah sastra B. PEMBAHASAN
Indonesia dikenal istilah angkatan. Istilah Novel sebagai salah satu bagian
angkatan di sini berarti suatu usaha dari sastra mengalami berbagai perubahan
pengelompokkan sastra dalam masa dari masa ke masa. Penelitian novel
tertentu. Pengelompokan ini berdasar atas menjadi semakin beranekaragam.
ciri khas dan tahun karya yang dihasilkan Demikian pula dalam hal penggunaan
pada masa itu. bahasa. Ragam yang digunakan semakin
Salah satu ciri yang membedakan kaya sesuai dengan perkembangan zaman.
antarangkatan adalah dalam penggunaan Dapat dikatakan bahwa karya sastra yang
kosakata, sebagai contoh pada angkatan hadir dengan tidak mengikuti
Balai Pustaka dan angkatan Pujangga perkembangan masyarakat maka karya
Baru. Karya-karya sastra pada angkatan sastra akan menjadi bacaan yang
Balai Pustaka hampir semua mengalami ketinggalan zaman, tidak akan menarik
penyensoran dari pemerintahan Kolonial, untuk dibaca. Karya sastra memang
karena isinya dianggap dapat senantiasa berubah dan bersifat dinamis.
membangkitkan semangat perjuangan, Untuk mengumpulkan data, maka
sedangkan karya-karya sastra pada penulis membaca dua buah novel, yaitu
angkatan Pujangga Baru telah lepas dari Salah Asuhan (mewakili Balai Pustaka)
penyensoran tersebut. dan Anak Perawan di Sarang Penyamun
Selain karena adanya masalah (mewakili Pujangga Baru). Setelah
penyensoran tersebut, kesulitan untuk membaca kedua novel tersebut, penulis
memahami arti maupun maksud dari menemukan ada beberapa kosakata yang
kosakata dan istilah yang digunakan pada mengalami perkembangan dalam rentan
karya sastra kedua angkatan itu menjadi waktu kedua angkatan itu. Kosakata
dasar penulis untuk melakukan penelitian tersebutlah yang dijadikan data dalam
dengan judul ”Perkembangan Kosakata penelitian ini, di mana data-data itu
dalam Bidang Sastra dari Periode Balai kemudian dianalisis.
Pustaka hingga Pujangga Baru. 1. Kosakata yang sering digunakan
Agar pembahasan dalam penelitian dalam novel angkatan Balai Pustaka
ini tidak meluas, maka penulis Setelah penulis membaca novel
membatasinya hanya pada perkembangan Salah Asuhan (selanjutnya ditulis SA), ada
kosakata dalam novel di Indonesia mulai beberapa kosakata dan istilah yang sering
dari periode angakatan Balai Pustaka digunakan pengarang novel tersebut dalam
hingga Pujangga Baru. Adapun novel yang menyampaikan ceritanya. Agar lebih
dijadikan sebagai bahan penelitian adalah mudah dipahami, penulis sajikan kosakata
novel Salah Asuhan karya Abdoel Moeis tersebut dalam bentuk tabel dengan disertai
yang mewakili Balai Pustaka dan novel artinya maupun penggalan dalam novelnya
Anak Perawan di Sarang Penyamun karya serta penyajiannya pun disusun secara
Sutan Takdir Alisjahbana yang mewakili alfabetis.
angkatan Pujangga Baru. Pemilihan kedua

2
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

TABEL KOSAKATA
NO. KOSAKATA PENGGALAN NOVEL ARTI
1 Acap kali ”Apakah ibumu acap kali menyebut-nyebut sering
ayahmu?” (SA, 2002:238).
2 Alamat ”…Entah alamat apa yang sudah datang pada diriku, pertanda
aku tak dapat mengatakannya; tetapi perasaanku
sudah lain…” (SA, 2002:116).
3 Alangannya ”… karena jika sebenarnya aku tak suka, apakah halangannya
alangannya buat berkata serupa itu dari sekarang?”
(SA, 2002:138).
4 Alpa Sebenarnya ia sudah banyak alpa dalam salah
menyekolahkan Corrie, …(SA, 2002:10)
5 Amat ”Oh, ruangan di dalam jantung Tuan Hanafi amat sangat
luas”…(SA, 2002:7).
6 Andamannya …hampir-hampir tak kuasa menahan rambut hitam keindahannya
dan keriting dari andamannya (SA, 2002:5).
7 Arlojinya Antara semenit ia mengeluarkan arlojinya yang Jam tangan
setiap kali disangkanya mati (SA, 2002:141).
8 Baharulah Lama benar antaranya sesudah itu baharulah Corrie barulah
berkata-kata pula, …(SA, 2002:14).
9 Banyak benar ”Kawin campuran itu sesungguhnya banyak benar banyak sekali
rintangannya, …(SA, 2002:14).
10 Belaka …, sedang ahli rumahnya yang lain hanyalah berguna semata/saja
buat menyediakan hidangan belaka (SA, 2002:114).
11 Bendi Di muka, bendi sudah menanti dan tidak lama andong
antaranya, berangkatlah ibu dengan anak ke stasiun
Padang (SA, 2002:247).
12 Berahinya Masing-masing menyatakan ‘cinta berahinya yang nafsu
tidak terhingga’ dengan rupa-rupa caranya (SA,
2002:11).
13 Berhandai-handai ”…Disini bukanlah tempat buat berhandai-handai. berbicara
..”
(SA, 2002:239).
14 Berjurai-jurai Beberapa helai rambut itu keluarlah juga dari berumbai-
genggaman tangguk sutera, hingga berjurai-jurai umbai
pada pipi dan batang lehernya (SA, 2002:5).
15 Bermalam ”…, dan malam ini kita hendak bermalam di rumah menginap
mamakmu ini” (SA, 2002:249).
16 Bersenda Nyonya Brom bertanya sambil bersenda (SA, bercanda
2002:6).
17 Bilamana …, melainkan dinantikanlah oleh orang tua itu saat apabila
ketika yang baik, bilamana Hanafi sendiri
menunjukkan laku hendak bertutur (SA, 2002:252).
18 Bujang - ”Tidak, hanya…engkau bujang, aku gadis, - Perjaka
sesama manusia kita telah menetapkan pelbagai
undang-undang yang tidak tersurat, …
(SA, 2002:2).
- …, karena yang kelihatan olehnya itu ialah - pembantu
bujangnya dahulu, … (SA, 2002:237).
19 Cawak Corrie meraba tangannya yang sedang mengenggam lesung
surat kabar itu dan dengan senyum yang mat manis,
yang menimbulkan cawak pada pipi kirinya, … (SA,

3
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

2002:5).
20 Cengcongnya ”Banyak benar cengcongnya, Rapiah!...” (SA, omong
2002:120).
21 Dahulu ”Kalau demikian baiklah kita pulang dahulu ke dulu
kampung. Di sana sama-sama kita memikirkan apa
yang baik dilakukan buat di masa yang akan datang”
(SA, 2002:246).
22 Didamari …, lalu didamari tempat tidur itu sampai ke selat- diterangi,
selat kasurnya (SA, 2002:121). diberi cahaya
23 Dikau, Engkau - ”…, tapi engkau pun akan dijauhkan pula, dan kau, kamu
dipandangnya akan dikau sudah ‘tersesat’ “ (SA,
2002:19).
- ”Hai, Hanafi! Apakah engkau hendak
menunjukkan, bahwa surat kabar itu lebih
mengikat hatimu daripada keadaanku di sini?”
(SA, 2002:5).
24 Dimasygulkan Yang sangat dimasygulkan pada Hanafi ialah, karena disedihkan
ialah laki-laki yang pertama kali dapat menimbulkan
gelombang yang sehebat itu di dalam kalbunya, …
(SA, 2002:38).
25 Diparadamkannya ”…Kalau-kalau ada kelakuan kita yang bersalahan dimatikannya
nampak olehnya, lalu ‘diparadamkannya’ saja”
(SA, 2002:123).
26 Enggan Meskipun ia enggan bergaul dengan orang banyak, malas
… (SA, 2002:236).
27 Esok ”Petang esok, pukul lima, Cor!” (SA, 2002:8). besok
28 Galib ”…Maka adalah pekerjaan atau perbuatan yang luar lumrah, lazim
biasa, yang tiada galib dilakukan orang, …” (SA,
2002:2).
29 Hal ihwal …, supaya yang didatangi itu mengetahui hal ihwal hal tentang
Hanafi, jadi tidak akan salah terima dan tidak akan
terkejut kelak (SA, 2000:249).
30 Hardik …, keraslah hardik dan perintahnya di dapur, buat bentak
menyuruh rebus barang-barang yang dibawanya itu
(SA, 2002:258).
31 Hendak …, belum boleh dikatakan hendak bermain, … (SA, mau
2002:1).
32 Insaf Entahlah, ia sendiri pun belum insaf (SA, 2002:12). sadar
33 Jikalau ”Dan jikalau sekiranya ia ada, …” (SA, 2002:6). jika
34 Jua ”Biasa jua kanak-kanak berlaku demikian di dalam juga
tidurnya Rapiah” (SA, 2002:115).
35 Karib Tapi hidup bergaulan menjadi suami-istri ada lebih akrab
dalam lebih karib dan lebih sulit, … (SA, 2002:243).
36 Kemenakannya …, dan datang menemui kemenakannya bermaksud keponakannya
hendak menjemput menjadi menantu, … (SA,
2002:31).
37 Kongkongan …, karena dari kecil hidupnya itu adalah dalam kungkungan
kongkongan (SA, 2002:134).
38 Kutilik Acap kali kutilik ketika perangainya tengah-tengah kulihat
malam (SA, 2002:115).
39 Laksana Buah tutur mentuanya itu bagi Rapiah adalah laksana bagaikan

4
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

sinar matahari yang sekonyong-konyong memancar


menembus kabut (SA, 2002:131).
40 Lakunya Demikianlah lakunya mencemooh-cemoohkan perbuatannya
pengharapan segala orang yang mengaku setengah
mati dalam mencintainya itu (SA, 2002:11).
41 Mamakmu ”tidak, mamakmu tidak dapat dibawa berunding ibumu
sepatah jua tentang hal itu” (SA, 2002:244).
42 Masak ”…Oh, anakku mukamu tak ubah dengan warna matang
jambu air yang sudah sempurna masak” (SA,
2002:14).
43 Masyhur …, yang sudah masyhur bencinya kepada Bumiputra terkenal
(SA, 2002:234).
44 Membubung …, niscaya burung Merpati itu akan terbang tinggi ke atas
membubung pula dan tidak akan kembali-kembali terus
lagi (SA, 2002:138).
45 Mengganjur …, orang tua itu sudah mengganjur diri dari menghindar
pergaulan orang banyak (SA, 2002:9).
46 Menghisak-hisak …, melainkan turutlah ia menghisak-hisak dan mengisak-isak
membasahi baju ibunya dengan air mata yang tidak
berkeputusan keluarnya (SA, 2002:83).
47 Mentua Kedua perempuan, mentua dan menantu, sedang asik mertua
bekerja di dapur (SA, 2002:114).
48 Molek Bahwa sesungguhnya Corrie du Bussee yang amat cantik
molek parasnya pada hari itu luar biasa dari
pemandangan (SA, 2002:5).
49 Muka …, biasanya hanafi mengantarkan Corrie sampai ke depan
muka rumahnya (SA, 2002:7).
50 Nan Meragu tuan nan berjalan (SA, 2002:118). yang
51 Oto …; dan tidak lama berjalan, bertemulah ia dengan mobil
sebuah oto sewaan, lalu dinaikinya sampai ke stasiun
(SA, 2002:217).
52 Parasnya ”Ya, Han!” kata yang seorang, yaitu seorang gadis wajahnya
bangsa Barat yang amat cantik parasnya (SA,
2002:1).
53 Patut ”Perkataan serupa itu belum patut disampaikan pada pantas
anak sekolah!” (SA, 2002:12).
54 Pelbagai Kulit harimau itu dijemurnya, lalu disamak dengan berbagai
pelbagai obat, yang diketahuinya (SA, 2002:9).
55 Pelesiran …, belum tahu keadaan kota Betawi di dalam dunia jalan-jalan
pelesiran (SA, 2002:172).
56 Perangai Ayahnya melihatkan saja perangai Corrie yang kelakuan
berlain dengan biasa itu (SA, 2002:13)
57 Petang Petang sudah berjawat dengan senja (SA, 2002:249) sore
58 Sahut ”Segala orang harus menerima baik apa yang hendak ujar, kata
dilakukan oleh sesama manusia atas dirinya sendiri”,
sahut anak muda yang dinamai han oleh si gadis tadi
(SA, 2002:1).
59 Sebagai Kadang-kadang sampai pada telinganya perkataan- seperti
perkataan sebagai itu… (SA, 2002:252).
60 Sejurus Sejurus lamanya Hanafi memandang dengan hati beberapa
berahi kepada nona yang cantik itu (SA, 2002:5).
61 Sekalian Apalagi kecantikan parasnya sudah menyebabkan ia semua

5
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

dikelilingi oleh sekalian laki-laki, … (SA, 2002:11).


62 Sekonyong-konyong Sekonyong-konyong terkejutlah dia (SA, 2002:236). tiba-tiba
63 Selekas-lekasnya Tetaplah hatinya hendak bekerja selekas-lekasnya secepat-
(SA, 2002:177). cepatnya
64 Sembilu Perkataan yang didengarnya itu sudah mengiris perih
jantung Hanafi sebagai diiris sembilu rasanya (SA,
2002:235).
65 Sereguk Sementara itu Corrie sudah meminum air Belanda seteguk
yang memenuhi gelas itu sereguk dua reguk (SA,
2002:13).
66 Singgah …, dan waktu pulang ke Bonjol, tiadalah ia singgah mampir
lagi (SA, 2002:29).
67 Sudi ”…Sebenci itu pada bangsa Bumiputra, apakah mau
sebabnya, maka kau sudi bergaul sama aku?” (SA,
2002:5).
68 Surutkan ”…Tidurlah sebentar, surutkan panasmu…” (SA, turunkan
2002:14).
69 Tabiatmu ”…Jadi fiil tabiatmu sudah jelas benar bagiku…” sifatmu
(SA, 2002:3).
70 Temasa Sekaliannya sudah dijadikannya uang karena ia merenung
hendak temasa (SA, 2002:233).
71 Terkira-kira Maka tidaklah terkira-kira suka citanya, …(SA, terlukiskan
2002:12).
72 Tertawan Dengan tidak diketahuinya, banyak sekali pemuda di terpikat
Betawi yang sudah tertawan pada gadis itu, …(SA,
2002:11).
73 Turut Yang punya rumah ada turut beserta (SA, 2002:249). ikut

2. Kosakata yang sering digunakan dalam Novel Pujangga Baru


Setelah penulis membaca novel Anak Perawan di Sarang Penyamun (selanjutnya
ditulis APSP), ada beberapa kosakata yang sering digunakan pengarang novel tersebut dalam
menyampaikan ceritanya. Seperti halnya pada novel Salah Asuhan, penulis juga menyajikan
kosakata tersebut dalam bentuk tabel dengan disertai artinya maupun penggalan dalam
novelnya serta penyajiannya pun disusun secara alfabetis.

TABEL KOSAKATA
NO. KOSAKATA PENGGALAN NOVEL ARTI
1 Acap kali Sering pula terjadi perkelahian yang hebat antara sering kali
penyamun dan yang disamun dan ketika yang
demikian acap kali terjadi pembunuhan yang
ngeri, …(APSP, 2002:2).
2 Akal Mendengar kabar itu terpikir sekali kepadanya ide
sebuah akal yang pasti segera akan
menyampaikan cita-cita yang telah lama
diidamkannya itu (APSP, 2002:74).
3 Ayapan Tiga puluh pedati sengaja pergi ke Lahat untuk makanan
menjemput dan di beberapa tempat di tengah
jalan didirikan tempat perhentian, lengkap
dengan ayapan dan santapan (APSP, 2002:116).

6
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

4 Baharu …, membangkitkan harapan yang sayup-sayup baru


akan penghidupan yang baharu (APSP,
2002:113).
5 Balai Dibalik kelok yang ngeri, jalan yang curam itu depan
bertambah lama bertambah datar, hingga tiba di
balai rumah, …(APSP, 2002:114).
6 Belaka …; disangkanya bahwa sekalian itu penglihatan saja
mata belaka, …(APSP, 2002:91).
7 Berarak Awan halus yang bersambung-sambung dan bergerak
senantiasa berubah rupa, berarak perlahan-
lahan dari bulan yang seperdua penuh, …(APSP,
2002:121).
8 Berderak-derak Tangga kayu yang tinggi-tinggi itu berderak- berkertak-kertak
derak dinaikinya dalam dua tiga langkah saja
(APSP, 2002:123).
9 Bergelambir Badannya kurus, kulit bergelambir melekat kulit yang
pada tulang (APSP, 2002:107). menggelempai
10 Berhembalang …, karena sekalian penduduknya telah lari pontang-panting
berhembalang, tak tentu kemana perginya
(APSP, 2002:3).
11 Bermalam ”…Kalau begitu malam ini tentu ia bermalam menginap
di lembah Lematang (APSP, 2002:13).
12 Beroleh …, senantiasalah mereka beroleh kemenangan dapat
dengan mudahnya (APSP, 2002:10).
13 Berpal-pal Lain dari pada itu berpal-pal sepanjang jalan bermil-mil
dari Pagar Alam penuh berhiaskan daun dan
lain-lain (APSP, 2002:116).
14 Bersetumpu Sapi yang keletihan berbusa-busa mulutnya, bertahan
mengangkatkan kepala mengangguk-angguk,
bersetumpu dengan kukunya yang berbelah di
tanah dan batu, …(APSP, 2002:114).
15 Bersua …, mengucapkan syukur kepada Tuhan semesta bertemu
alam telah bersua kembali dengan kepala yang
mereka cintai itu (APSP, 2002:117).
16 Birahinya Tetapi hal itu tidaklah dapat menahan timbul nafsu
cinta birahinya kepada Sayu yang amat cantik
terpandang kepada matanya (APSP, 2002:37).
17 Daku ”…Jadi janganlah takut lagi akan daku, karena aku
maksudku baik semata-mata” (APSP, 2002:65).
18 Empunyanya ”Sekarang aku yang empunyanya!” jawab laki- pemiliknya
laki itu pula… (APSP, 2002: 105).
19 Engkau ”…Mengapakah engkau diam juga, katakanlah kau, kamu
apa salahku padamu?!” (APSP, 2002:63).
20 Esok Esok dan lusa masih panjang waktu untuk besok
menceritakan segala yang perlu kepada kepala
mereka yang baru datang itu (APSP, 2002:118).
21 Giranglah …; sering pula ia bertanyakan keadaan anak senanglah
buahnya sepeninggalnya dan senantiasa
giranglah ia rupanya, …(APSP, 2002:117).
22 Hendak ..., sehingga sekali-kali pondok atau gerobak mau
hendak roboh lakunya; …(APSP, 2002:25).
23 Insaf Tetapi akhirnya ia turun juapun, tak insaf sadar

7
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

kemana tujuan dibawa kakinya (APSP,


2002:105).
24 Jarang benar Jarang benar ia termenung memandang ke jarang sekali
suatu tempat menurut kenang-kenangannya
sebagai sediakala (APSP, 2002:107).
25 Juapun Tetapi senantiasa mereka mencoba melarikan juga
dirinya, sebab dari pada tertangkap, lebih
sukalah raja-raja kesunyian itu mati d hutan,
tiada dilihat seorang juapun (APSP, 2002:2).
26 Kabarkan diri Oleh cemas hatinya melihat api itu menjalar sadarkan diri
hendak membakar ayahnya yang diantara hidup
dan mati dan bundanya yang tiada kabarkan
diri, …(APSP, 2002:26).
27 Kekariban Persaudaraan dan kekariban antara kekuasaan keakraban
dengan kelemahan, …(APSP, 2002:70).
28 Kelak Benda itupun mereka ambil dan akan dibuka nanti
kelak di pondok, di tempat kediaman mereka
(APSP, 2002:24).
29 Kemalangan Mula-mula kabur tapi bertambah nyata terasa kesedihan
kepadanya kemalangan dirinya kembali (APSP,
2002:84).
30 Kemelaratannya Meskipun laki-laki itulah pangkal penderitaannya
kemelaratannya, meskipun kepala penyamun
yang buas itulah yang menganiaya ayah-
bundanya, …(APSP, 2002:98).
31 Kesudahannya Kesudahannya, setelah beberapa saat lamanya, kemudian
sampailah mereka di bawah (APSP, 2002:18).
32 Kukuh Laki-laki itu besar kukuh pula seperti kokoh
penyamun-penyamun berlima itu dan di bahunya
disandangnya sebuah senapang lantak yang tua
(APSP, 2002:11).
33 Laksana Tetapi laksana banjir yang tiada dapat ditahan- seperti
tahan mendorong ke dalam hatinya ingatan akan
perjuangan yang hebat empat lima belas tahun
yang lalu, … (APSP, 2002:123).
34 Lalang …, seakan-akan seumur hidupnya baharu sekali rumput yang tinggi
itulah ia melihat sapi makan lalang (APSP, dan besar
2002:118).
35 Lapang Dalam waktu yang akhir ini perasaannya lega
bertambah lapang (APSP, 2002:87).
36 Lekas Tetapi suara mereka pun makin malam makin cepat
perlahan-lahan dan kuap dan seorang biasanya
lekas dibalas oleh yang lain (APSP, 2002:117).
37 Lembingnya Betapa ia dengan teman-temannya menyerang tombak
pondok dan gerobak, betapa ia menikamkan
lembingnya ke badan orang yang tiada berdosa
itu…(APSP, 2002:123).
38 Marabahaya …, ketika badannya sendiri ditimpa bahaya
marabahaya sehingga ia, raja penyamun yang
kuat dan gagah-berani, …(APSP, 2002:103).
39 Masak Medasing, perampok yang telah masak dalam matang,
pekerjaannya, …(APSP, 2002:26). berpengalaman

8
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

40 Membubung Asap berkepul-kepul membubung ke atas semakin tinggi ke


melalui celah daun kayu yang rapat (APSP, atas
2002:10).
41 Mencahari Dalam segala hal akalnya yang panjang dan mencari
hatinya yang penyayang dapat mencahari jalan
menolong dan membesarkan hati (APSP,
2002:115).
42 Mencecah Ketika matahari hampir mencecahkaki gunung menyentuh
Dempo di sebelah barat, …(APSP, 2002:109).

43 Mengedari …, mengapa ia meninggalkan tanah Pasemah, mengelilingi


pergi mengedari rantau orang (APSP,
2002:125).
44 Menghardik ”Engkau dari mana?” tanya pesirah Karim, membentak
mula-mula kuat hampir menghardik, …(APSP,
2002:120).
45 Mengindahkannya …, bertambah lama bertambah besar; tetapi mempedulikannya
penyamun-penyamun itu tiada
mengindahkannya (APSP, 2002:25).
46 Mercu Tetapi seorang di mercu kebesaran dan puncak
kemuliaan hidup manusia, diringkan oleh
berpuluh-puluh orang, …(APSP, 2002:126).
47 Mula-mula Sekalian bayang-bayang menjadi satu, mula- awalnya
mula kekabur-kaburan dan kesudahannya
hitam-legam (APSP, 2002:14).
48 Musafir ”Aku seorang musafir hendak pulang ke dusun pengembara
Pulau Pinang” (APSP, 2002:120).
49 Onggokan Onggokan cahaya lulus di celah-celah daun timbunan
yang rapat dan bermain-main di tanah yang
lembab kehitam-hitaman, amat gelisah (APSP,
2002:1).
50 Parak siang Parak siang, ketika di sebelah timur mulai petang
keungu-unguan tibalah mereka di pondoknya
(APSP, 2002:28).
51 Pedati Tiga puluh pedati menurun tebing yang curam andong
melalui liku jalan (APSP, 2002:114).
52 Pekerti Sebagai orang yang sering berburu dan paham perilaku
akan pekerti tiap-tiap binatang, taulah mereka,
bahwa tempat Rusa itu tentu tak berapa jauh dari
sana (APSP, 2002:89).
53 Pelita Pelita damar yang hampir padam terletak di cahaya
beranda, tidak dipedulikannya sedikit juapun
(APSP, 2002:123).
54 Peluh Dari badannya mengalir peluh amat banyak keringat
seakan-akan badannya itu penuh mata air yang
kecil-kecil (APSP, 2002:12).
55 Penghabisan Perempuan yang malang itu melihatlah keluar, perpisahan/terakhir
laksana ia penghabisan hendak meresapkan ke
dalam sanubarinya…(APSP, 2002:110).
56 Penyamun Sesungguhnya mereka itu sekawan penyamun penjahat/perampok
(APSP, 2002:2).

9
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

57 Permadani Sesudah itu orang lain pergi duduk di balai di karpet


atas permadani dan tikar yang telah
dihamparkan…(APSP, 2002:116).
58 Pondok Perlahan-lahan seorang dari pada mereka rumah
mengeluarkan kepalanya dari pondok
memandang ke pohon-pohon yang berdiri
sekeliling (APSP, 2002:3).
59 Riuh Asap tiada berhenti-hentilah berkepul dari mulut ramai
masing-masing dan percakapan mereka pun
bertambah lama bertambah riuh (APSP,
2002:13).
60 Salah sebuah Dari salah sebuah peti itu mereka salah satu
mengeluarkan sebuah peti kecil dari pada besi
(APSP, 2002:24).
61 Sangsi Ketika itu tak sekejap juapun ia sangsi: ia tidak ragu, bimbang
dapat hidup bergantung pada kakaknya yang
dahulu hidup atas kemurahan hatinya (APSP,
2002:83).
62 Saudagar Tiap-tiap saudagar dan orang-orang berharta pengusaha kaya
yang lalu diantara Lahat dan tanah Pasemah,
…(APSP, 2002:2).
63 Secamping Kelima-limanya tiada berbaju, hanya memakai sehelai
secamping kain samping hingga pinggang
(APSP, 2002:1).
64 Sediakala Dan bunyi kelintang yang banyak itu bagi awalnya
telinganya jauh lebih merdu dan sediakala
laksana bunyi kayu yang berulang-
ulang…(APSP, 2002:118).
65 Sedu Sejurus antaranya Sayu telah naik ke atas perih
pondok, maka ramailah bunyi sedu orang
meratap bertangis-tangisan, …(APSP,
2002:111).
66 Sejurus Sejurus antaranya Sayu telah naik ke atas sesaat
pondok, maka ramailah bunyi sedu orang
meratap bertangis-tangisan, …(APSP,
2002:111).
67 Sekaliannya Sekarang telah selesailah sekaliannya dan semuanya
mereka akan kembali selekas-lekasnya ke
tempat mereka dalam hujan lebat (APSP,
2002:25).
68 Sekejap Maka dengan tak berpikir sekejap juapun lagi, sebentar
turunlah ia ke bawah, …(APSP, 2002:118).
69 Sekonyong- Sekonyong-konyong jatuh sepotong ranting ke tiba-tiba
konyong atas atap rumah itu (APSP, 2002:2).
70 Selaku, serupa - Dan dalam perjuangan batinnya yang hebat itu seperti
perlahan-lahan timbullah di dalam kalbunya
sifat asasi yang bertahun-tahun terdesak dan
selaku mati oleh pergaulan dan
penghidupannya (APSP, 2002:103).
- Beberapa kali lagi kayu serupa itu datang
berulang, ada yang mengenai sapi yang
berguling dengan tenaganya (APSP, 2002:24).

10
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

71 Selubung Ketiba tiba di luar kembali beberapa lamanya gumpalan


dalam cahaya yang baru keluar dari selubung
awan (APSP, 2002:119).
72 Semolek Tetapi perasaan takut itu segera dilenyapkannya; secantik
untuk memperoleh gadis yang semolek itu, apa
sekalipun hendak ditentangnya (APSP,
2002:37).
73 Serdadu Dalam pertempuran yang hebat dengan serdadu tentara
di kaki pegunungan, tewas dua orang teman
mereka kena peluru senapang (APSP, 2002:2).
74 Silam Tetapi alangkah pendek terasa kepadanya waktu lalu
yang baharu silam itu; suatu mimpi yang ngeri
(APSP, 2002:104).
75 Silap Sinar matahari yang kuning-juita, yang silau
menurunkan silap cahayanya dari pohon-pohon
kepada perawan yang termenung di tepi anak air
itu, …(APSP, 2002:100).
76 Surut …, duduk menangis di hadapan suaminya, lebih mundur, turun
perlahan lagi ia surut lenyap ke dapur,
…(APSP, 2002:54).
77 Tepekur Dalam tepekur itu sekonyong-konyong ia berpikir/merenung
terkejut karena tangannya mendenyut, sangat
sakit, seolah-olah akan putus lakunya ditarik
orang (APSP, 2002:93).
78 Terdohok Tiga puluh anak pedati berlari-lari kecil, terdorong
menahan sapi dan gerobak, supaya jangan
terdohok dan terdorong dalam jurang yang
dalam di hadapan kelok patah siku (APSP,
2002:114).
79 Tergopoh-gopoh …, ketika dari bawah kedengaran bunyi langkah tergesa-gesa
manusia tergopoh-gopoh dan sekejap yang
amat pendeknya tangga kayu
bergoyang…(APSP, 2002:110).
80 Terhambung- Roda-roda yang besar dan berlumpur, terloncat-loncat
hambung terhambung-hambung, berdegar-degar di atas
tanah yang berbatu-batu, dalam aluran roda yang
dalam (APSP, 2002:114).
81 Terhantar Sohan dilihat mereka telah mati terhantar di Terletak
atas tanah (APSP, 2002:25).
82 Terlanggar Sekali-kali ia terlanggar kayu atau ranting dan Terjedot
ia pun hampirlah jatuh (APSP, 2002:76).
83 Tertambat Dan kadang-kadang kedengaran bunyi seorang Terikat
keluar dari pedati pergi menuju sapinya yang
tertambattak beberapa jauh dari sana, …(APSP,
2002:118).
84 Watas Kegirangan yang datang sekonyong-konyong itu Batas
terlampau hebat bagi badannya yang telas tiba
pada watas tenaganya APSP, 2002:112).

11
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

3. Perkembangan Kosakata dalam r. Surut dalam SA, 2002:14 dan ASPS,


Novel dari Periode Angkatan Balai 2002:54
Pustaka hingga Pujangga Baru s. Benar dalam SA, 2002:14 (banyak
Apabila menilik pada tabel di atas, benar) dan ASPS, 2002:107 (jarang
maka dapat dipaparkan bahwa benar)
perkembangan kosakata dalam novel dari Perkembangan yang tidak terlalu
periode Balai Pustaka hingga Pujangga signifikan itu pun terlihat dari masih
Baru tidak terlalu signifikan. Hal itu sedikitnya kosakata yang diganti (tetapi
terlihat dari masih banyaknya kosakata dengan arti yang sama). Berikut ini
sama yang digunakan dalam novel-novel beberapa contoh kosakata yang mengalami
kedua angkatan tersebut. Berikut contoh pergantian atau perubahan dari angkatan
kosakata yang sama yang digunakan dalam Balai Pustaka ke Pujangga Baru.
novel-novel kedua angkatan tersebut. a. Pada novel Balai Pustaka ditemukan
a. Acap kali dalam SA, 2002:238 dan kata ”bendi” (SA, 2002:247), sedangkan
ASPS, 2002:2 pada novel angkatan Pujangga Baru
b. Baharu dalam SA, 2002:14 dan ASPS, ditemukan kata ”pedati” (ASPS,
2002:113 2002:114). Kedua kata tersebut
c. Belaka dalam SA, 2002:114 dan ASPS, memiliki makna yang sama yaitu
2002:91 merujuk pada ”andong”.
d. Bermalam dalam SA, 2002:249 dan b. Pada novel Balai Pustaka ditemukan
ASPS, 2002:13 kata ”berahinya” (SA, 2002:11),
e. Esok dalam SA, 2002:8 dan ASPS, sedangkan pada novel angkatan
2002:118 Pujangga Baru ditemukan kata
f. Hardik dalam SA, 2002:258 dan ASPS, ”birahinya” (ASPS, 2002:37). Kedua
2002:120 kata tersebut memiliki makna yang
g. Hendak dalam SA, 2002:1 dan ASPS, sama yaitu merujuk pada ”nafsu”.
2002:25 c. Pada novel Balai Pustaka ditemukan
h. Insaf dalam SA, 2002:12 dan ASPS, kata ”damar” (SA, 2002:121),
2002:105 sedangkan pada novel angkatan
i. Karib dalam SA, 2002:243 dan ASPS, Pujangga Baru ditemukan kata ”pelita”
2002:70 (ASPS, 2002:123). Kedua kata tersebut
j. Laksana dalam SA, 2002:131 dan memiliki makna yang sama yaitu
ASPS, 2002:123 merujuk pada ”cahaya”.
k. Masak dalam SA, 2002:14 dan ASPS, d. Pada novel Balai Pustaka ditemukan
2002:26 kata ”jua” (SA, 2002:115), sedangkan
l. Membubung dalam SA, 2002:138 dan pada novel angkatan Pujangga Baru
ASPS, 2002:10 ditemukan kata ”juapun” (ASPS,
m. Molekdalam SA, 2002:5 dan ASPS, 2002:2). Kedua kata tersebut memiliki
2002:37 makna yang sama yaitu merujuk pada
n. Sejurus dalam SA, 2002:5 dan ASPS, ”juga”.
2002:111 e. Pada novel Balai Pustaka ditemukan
o. Sekalian dalam SA, 2002:11 dan ASPS, kata ”muka” (SA, 2002:7), sedangkan
2002:25 pada novel angkatan Pujangga Baru
p. Sekonyong-konyong dalam SA, ditemukan kata ”balai” (ASPS,
2002:236 dan ASPS, 2002:2 2002:114). Kedua kata tersebut
q. Selekas-lekasnya dalam SA, 2002:177 memiliki makna yang sama yaitu
dan ASPS, 2002:117 merujuk pada ”depan” rumah.

12
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

f. Pada novel Balai Pustaka ditemukan dihitung pakai jari. Kosakata yang diganti
kata ”petang” (SA, 2002:249), itu adalah: ”Bendi” menjadi”Pedati”,
sedangkan pada novel angkatan ”Berahinya” menjadi ”Birahi”, ”Damar”
Pujangga Baru ditemukan kata ”parak menjadi ”Pelita”, ”Jua” menjadi ”Juapun”,
siang” (ASPS, 2002:28). Kedua kata ”Muka” menjadi ”Balai”, ”Petang”
tersebut memiliki makna yang sama menjadi ”Parak siang”, ”Sebagai” menjadi
yaitu merujuk pada ”senja”. ”Selaku/Serupa”, ”Sembilu menjadi
g. Pada novel Balai Pustaka ditemukan ”Sedu”, dan ”Tertambat” menjadi
kata ”sebagai” (SA, 2002:252), ”Tertawan”. Perlu diketahui, walaupun
sedangkan pada novel angkatan kosakatanya diganti tapi artinya masih
Pujangga Baru ditemukan kata ”selaku, tetap sama saja dengan kosakata
serupa” (ASPS, 2002:24). Kedua kata sebelumnya.
tersebut memiliki makna yang sama Dengan demikian, sudah tidak
yaitu merujuk pada ”seperti”. adanya penyensoran terhadap novel yang
h. Pada novel Balai Pustaka ditemukan muncul pada angkatan Pujangga Baru tidak
kata ”sembilu” (SA, 2002:235), terlalu berpengaruh terhadap
sedangkan pada novel angkatan perkembangan kosakata dalam novel. Hal
Pujangga Baru ditemukan kata ”sedu” tersebut dikarenakan kosakata-kosakatanya
(ASPS, 2002:111). Kedua kata tersebut tidak jauh berbeda dengan kosakata yang
memiliki makna yang sama yaitu digunakan dalam novel angkatan Balai
merujuk pada ”perih”. Pustaka yang pada waktu itu masih ada
i. Pada novel Balai Pustaka ditemukan penyensoran.
kata ”tertawan” (SA, 2002:11),
sedangkan pada novel angkatan
Pujangga Baru ditemukan kata PUSTAKA RUJUKAN
”tertambat” (ASPS, 2002:118). Kedua Abdul, Rani Supratman, dan Yani
kata tersebut memiliki makna yang Maryani. 2010. Intisari Sastra
sama yaitu merujuk pada ”terpikat”. Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Alisjahbana, Sutan Takdir. 2002. Anak
C. PENUTUP Perawan di Sarang Penyamun.
Perkembangan kosakata dalam Jakarta: Balai Pustaka.
novel dari Balai Pustaka hingga Pujangga Lubis, Mochtar. 1997. Sastra dan
Baru, secara umum dapat dikatakan tidak Tekniknya. Jakarta: Yayasan Obor
terlalu berarti. Sebagai bukti, masih Indonesia.
banyaknya kosakata-kosakata yang sama Luxemburg, Jan Van, dkk. 1989.
yang digunakan dalam novel-novel kedua Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta:
angkatan tersebut. Kosakata-kosakata sama Gramedia.
tersebut, ialah: acap kali, baharu, belaka, Mahayana, Maman S, Oyon Sofyan. 1991.
bermalam, esok, hardik, hendak, insaf, Ringkasan dan Ulasan Novel
karib, laksana, masak, membubung, molek, Indonesia Modern. Jakarta:
sejurus, sekalian, sekonyong-konyong, Grasindo.
selekas-lekasnya, surut, dan penggunaan Maryani, Yani, dan Mumu. 2010. Intisari
kata ’benar’ untuk menunjukkan arti Bahasa dan sastra Indonesia.
‘sekali’, banyak benar (Balai Pustaka) dan Jakarta: Rineka Cipta.
jarang benar (Pujangga Baru). Moeis, Abdul. 2002. Salah Asuhan.
Kemudian, bukti lainnya adalah Jakarta: Balai Pustaka.
pergantian kosakata dari angkatan Balai
Pustaka ke Pujangga Baru yang masih bisa

13
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Pradopo, Rachmat Djoko. 2002.


Pengkajian Puisi. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2002. Kritik
Sastra Indonesia Modern.
Yogyakarta: Gama Media.
Pusat Bahasa Depatemen Pendidikan
Nasional. 2000. Buku Praktis
Bahasa Indonesia: 2. Jakarta: Pusat
Bahasa.
Ricklefs, M.C. 1991. A History of Modern
Indonesia. London: MacMillan.
Semi, Atar. 1989. Kritik Sastra. Bandung:
Angkasa.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: AlFabeta.
Sugono, Dendi. 2008. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat
Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional.
Sumadiria, Haris. 2006. Bahasa
Jurnalistik; Panduan Praktis
Penulisa dan Jurnalis. Bandung:
Simbiosa Retakama Media.
Wellek, dan Warren A. 1986. Teori
Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
Yudiono. 2010. Pengantar Sejarah Sastra
Indonesia. Jakarta: Gramedia

14

Anda mungkin juga menyukai