PEMBAHASAN
Manifestasi Klinis
Menurut Judha (2011), tanda dan gejala dari cidera kepala antara lain:
1) Skull Fracture
Gejala yang didapatkan CSF atau cairan lain keluar dari telinga dan hidung (othorrea, rhinorhea),
darah dibelakang membran timphani, periobital ecimos (brill haematoma), memar didaerah
mastoid (battle sign), perubahan penglihatan, hilang pendengaran, hilang indra penciuman, pupil
dilatasi, berkurangnya gerakan mata, dan vertigo.
2) Concussion
Tanda yang didapat adalah menunmnya tingkat kesadaran kurang dari 5 menit, amnesia retrograde,
pusing, sakit kepala, mual dan muntah. Contusins dibagi menjadi 2 yaitu cerebral contusion,
brainsteam contusion. Tanda yang terdapat:
b. Pupil biasanya mengecil, equal, dan reaktif jika kerusakan sampai batang otak bagian atas (saraf
kranial ke [I]) dapat menyebabkan keabnormalan pupil.
F. Patofisiologi
Cedera kepala atau trauma kapitis lebih sering terjadi daripada trauma tulang belakang. Trauma
dapat timbul akibat gaya mekanik maupun non mekanik. Kepala dapat dipukul, ditampar, atau
bahkan terkena sesuatu yang keras. Tempat yang langsung terkena pukulan atau penyebab tersebut
dinamakan dampak atau impact. Pada inipact dapat terjadi (1) indentasi, (2) fraktur linear, (3)
fraktur stelatum, (4) fraktur impresi, atau bahkan (5) hanya edema atau perdarahan subkutan saja.
Fraktur yang paling ringan ialah fraktur linear. Jika gaya destruktifnya lebih kuat, dapat timbul
fraktur stelatum atau fraktur impresi (Mardjono & Sidharta, 2010).
Selain hal-hal tersebut, saraf-saraf otak dapat terkena oleh trauma kapitis karena (I) trauma
langsung, (2) hematom yang menekan pada saraf otak, (3) traksi terhadap saraf otak ketika otak
tergeser karena akselerasi, atau (4) kompresi serebral traumatik akut yang secara sekunder
menekan pada batang otak. Pada trauma kapitis dapat terjadi komosio, yaitu pingsan sejenak
dengan atau tanpa amnesia retrograd. Tanda-tanda kelainan neurologik apapun tidak terdapat pada
penderita tersebut Sedangkan kemungkinan lain yang terjadi adalah penurunan kesadaran untuk
waktu yang lama. Derajat kesadaran tersebut ditentukan oleh integirtas diffuse ascending reticular
system. Lintasan tersebut bisa tidak berfungsi sementara tanpa mengalami kerusakan yang
irreversibel. Batang otak yang pada ujung rostral bersambung dengan medula spinalis mudah
terbentang dan teregang waktu kepala bergerak secara cepat dan mendadak. Gerakan cepat dan
mendadak itu disebut akselerasi. Peregangan menurut poros batak otak ini dapat menimbulkan
blokade reversibel pada lintasan retikularis asendens difus, sehingga selama itu otak tidak
mendapat input aferen, yang berarti bahwa kesadaran menurun sampai derajat yang terendah
(Mardjono & Sidharta, 2010)
Trauma kapitis yang menimbulkan kelainan neurologik disebabkan oleh (1) kontusio serebri, (2)
laserasio serebri, (3) perdarahan subdural, (4) perdarahan epidural, atau (5) perdarahan
intraserebral. Lesi-lesi tersebut terjadi karena berbagai gaya destruktif trauma. Pada mekanisme
terjadinya trauma kapitis, seperti telah disebutkan sebelurrmya, terjadi gerakan cepat yang
mendadak (akselerasi). Selain itu, terdapat penghentian akselerasi secara mendadak (deakselerasi).
Pada waktu akselerasi berlangsung, terjadi akselerasi tengkorang ke arah impact dan penggeseran
otak ke arah yang berlawanan dengan arah impact. Adanya akselerasi tersebut menimbulkan
penggeseran otak serta pengembangan gaya kompresi yang destruktif, yang akhirnya akan
menimbulkan terjadinya lesi kontusio. Lesi kontusio dapat berupa perdarahan pada permukaan
otak yang berbentuk titik-tik besar dan kecil tanpa kerusakan duramater. Lesi kontusio di bawah
impact disebut lesi kontusio coup, sedangkan lesi di seberang impact disebut lesi kontusio
countrecoup. Ada pula lesi intermediate, yaitu lesi yang berada di antara lesi kontusio coup dan
countrecoup (Mardjono & Sidharta, 2010).
C.