Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KEJANG DEMAM

SEWAKTU (KDS)
DI RUANGAN AR-RAHMAH
RS ISLAM IBNUSINA PEKANBARU

Disusun Oleh :
Kelompok IV

Desi febrianti, S. Kep 180403130


Nurhasnah, S. Kep 180403140
Rawiza, S. Kep 180403141
Sigit Hariadi, S. Kep 180403145
Sutra Dewi, S. Kep 180403146

Pembimbing Lapangan : Ns. Otrina, S. Kep


Pembimbing Akademik : DR.Ns.Rifa Yanti, S.Kep.M. Biomed

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AL INSYIRAH PEKANBARU
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya
sehingga dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul Asuhan keperawatan
pasien dengan Kejang demam sewaktu di ruangan Arrahmah Rumah sakit Ibnu
Sina Pekanbaru. Dalam penyusunan Makalah ini tidak terlepas dari adanya
bimbingan, arahan dan dukungan dari berbagai pihak yang ikut membantu
terselesaikannya penulisan makalah ini, dan Pada kesempatan ini, perkenankan
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus
kepada Ibu Ns.Otrina, S. Kep sebagai perseptor mentor Klinik,DR.Ns.Rifa Yanti,
S.Kep.M. Biomed, Ibu NS.Ul Ahdazumar, S.Kep Sebagai manejer keperawatan
RS Ibnu Sina Pekanbaru, Ibu Nurhasnah, S.Kep sebagai kepala ruangan di
ruangan Arrahmah
Semoga Allah SWT membalas semua pihak yang telah memberikan
bantuan dan dukungannya dalam menyelesaikan penulisan makalah ini. Tentu saja
Makalah Asuhan Keperawatan pasien kejang demam ini jauh dari sempurna,
sehingga memerlukan saran dan masukan dari berbagai pihak, Semoga makalah
ini memberi manfaat untuk kemajuan pelayanan keperawatan Rumah Sakit Islam
Ibnu Sina pekanbaru.

Pekanbaru, desember 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………. i

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………… 1

A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Tujuan ..................................................................................................... 2
1. Tujuan Umum ................................................................................. 2
2. Tujuan Khusus................................................................................. 2
BAB II KONSEP DASAR ………………………………………………… 3

1. Konsep Dasar Penyakit........................................................................... 3


A. Defenisi ........................................................................................... 3
B. Faktor predisposisi/penyebab .......................................................... 3
C. Fatofisiologi..................................................................................... 6
D. Klasifikasi ........................................................................................ 7
E. Gejala Klinis .................................................................................... 8
F. Pemeriksaan Diagnostik .................................................................. 9
G. Penatalaksanaan Medis.................................................................... 10
H. Komplikasi ...................................................................................... 11
II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ...................................................... 12
A. Pengkajian ....................................................................................... 12
B. Diagnosa Keperawatan .................................................................... 14
C. Rencana Asuhan Keperawatan ........................................................ 15

BAB III TINJAUAN KASUS …..................……………………………………. 23

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................... 44

A. Kesimpulan ............................................................................................ 44
B. Saran ...................................................................................................... 44

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

mengalami kejang demam seperti ini sangat tidak di inginkan oleh orang

tua manapun.Insiden kejang demam ini dialami oleh 2% - 4% pada anak usia

antara 6 bulan hingga 5 Tahun (ME. Sumijati 2000 ) dengan durasi kejang selama

beberapa menit. Namun begitu, walaupun terjadi hanya beberapa menit, bagi

orang tua Anak merupakan hal yang penting artinya bagi keluarga, selain sebagai

penerus keturunan, anak pada akhirnya sebagai generasi penerus bangsa. Oleh

karena itu tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih –

lebih bila anaknya rasanya sangat mencemaskan, menakutkan dan terasa

berlangsung sangat lama, jauh lebih lama disbanding yang sebenarnya.

Kejang demam merupakan salah satu kelainan neurologis yang paling

sering dijumpai pada bayi dan anak. Dari penelitian oleh beberapa pakar

didapatkan bahwa sekitar 2,2%-5% anak pernah mengalami kejang demam

sebelum mereka mencapai umur 5 tahun. Penelitian di jepang bahkan

mendapatkan angka kejadian (inseden) yang lebih tinggi, mendapatkan angka

9,7% (pada pria 10,5% dan pada wanita 8,9% dan Tsuboi mendapatkan angka

sekitar 7%. (Maeda DKK, 2016)

Di Asia lebih kira-kira 20% kasus merupakan kejang demam komplek.Akhir-

akhir ini kejang demam diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu kejang demam

sederhana yang berlangsung kurang dari 15 menit dan umum, dan kejang demam
komplek yang berlangsung lebih dari dari 15 menit, fokal atau multifel (lebih dari

1 kali kejang demam dalam 24 jam) (Arif Manajer, 2000).

Menurut data pasien tiga bulan terakhir yang dirawat diruang Ar-Rahmah

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina P.baru di mana bulan Agustus sebanyak 86 pasien,

bulan September sebanyak 90 orang dan pada bulan Oktober sebanyak 101 orang

dan dari jumlah keseluruhan pasien lebih kurang 50% anak-anak yang berusia 6

bulan hingga 5 tahun dan sekitar 30 % mengalami kasus kejang demam. Kejang

demam bisa diakibatkan oleh infeksi ekstrakranial seperti ISPA, radang telinga,

campak, cacar air. Dalam keadaan demam, kenaikan suhu tubuh sebesar 10C pun

bisa mengakibatkan kenaikan metabolisme basal yang mengakibatkan

peningkatan kebutuhan oksigen jaringan sebesar 10 – 15 % dan otak sebesar 20

%. Apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka anak akan kejang. Umumnya

kejang tidak akan menimbulkan dampak sisa jika kejang tersebut berlangsung

kurang dari 5 menit tetapi anak harus tetap mendapat penanganan agar tidak

terjadi kejang ulang yang biasanya lebih lama frekuensinya dari kejang pertama.

Timbulnya kejang pada anak akan menimbulkan berbagai masalah seperti resiko

cidera, resiko terjadinya aspirasi atau yang lebih fatal adalah lidah jatuh ke

belakang yang mengakibatkan obstruksi pada jalan nafas.

Kejang demam merupakan kedaruratan medis yang memerlukan

pertolongan segera. Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat sangat

diperlukan untuk menghindari cacat yang lebih parah, yang diakibatkan bangkitan

kejang yang sering. Untuk itu tenaga perawat/paramedis dituntut untuk berperan

aktif dalam mengatasi keadaan tersebut serta mampu memberikan asuhan

keperawatan kepada keluarga dan penderita, yang meliputi aspek promotif,


preventif, kuratif dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan serta

memandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosial-

spiritual.

Dengan melihat latar belakang tersebut, masalah atau kasus ini dapat

diturunkan melalui upaya pencegahan dan penanggulangan optimal yang

diberikan sedini mungkin pada anak. Dan perlu diingat bahwa maslah

penanggulangan kejang demam ini bukan hanya masalah di rumah sakit tetapi

mencakup permasalahan yang menyeluruh dimulai dari individu anak tersebut,

keluarga, kelompok maupun masyarakat.

B. Tujuan

1. Tujuan umum:

Untuk memperoleh informasi mengenai penyakit kejang demam pada

anak.

2. Tujuan khusus:

Untuk mengetahui;

a. Definisi penyakit kejang demam pada anak.

b. Etiologi penyakit kejang demam pada anak

c. Manifestasi klinik penyakit kejang demam pada anak .

d. Patofisiologi penyakit kejang demam pada anak.

e. Komplikasi penyakit kejang demam pada anak.

f. Pemeriksaan diagnostik penyakit kejang demam pada anak .

g. Penatalaksanaan penyakit kejang demam pada anak.

h. Asuhan keperawatan yang harus diberikan pada klien dengan kejang

demam.
BAB II

KONSEP DASAR MEDIS

A. Definisi Kejang Demam

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu

38oC. Yang disebabkan oleh suatu proses ekstranium, biasanya terjadi pada usia 3

bulan-5 tahun. Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

suhu tubuh (suhu mencapai >38C). kejang demam dapat terjadi karena proses

intracranial maupun ekstrakranial. Kejang demam terjadi pada 2-4% populasi

anak berumur 6 bulan sampai dengan 5 tahun (Amid dan Hardhi, NANDA NIC-

NOC, 2013).

Kejang demam merupakan gangguan transien pada anak yang terjadi

bersamaan dengan demam. Keadaan ini merupakan salah satu gangguan

neurologik yang paling sering dijumpai pada anak-anak dan menyerang sekitar

4% anak. Kebanyakan serangan kejang terjadi setelah usia 6 bulan dan biasanya

sebelum usia 3 tahun dengan peningkatan frekuensi serangan pada anak-anak

yang berusia kurang dari 18 bulan. Kejang demam jarang terjadi setelah usia

5 tahun. (Dona L.Wong, 2008)

B. Etiologi Kejang Demam

1. Faktor-faktor prenatal

2. Malformasi otak congenital

3. Faktor genetika

4. Penyakit infeksi (ensefalitis, meningitis)

5. Demam

6. Gangguan metabolisme
7. Trauma

8. Neoplasma, toksin

9. Gangguan sirkulasi

10. Penyakit degeneratif susunan saraf.

11. Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal.

C. Patofisiologi Kejang Demam

Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi

dipecah menjadi CO2dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari

permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan

normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan

sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion

klorida (Cl–). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan

konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebalikya.

Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka

terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari

neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan

bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.Keseimbangan

potensial membran ini dapat diubah oleh :

a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular

b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran

listrik dari sekitarnya

c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan


Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan

metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada

anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan

dengan orang dewasa yang hanya 15 %. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh

dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang

singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas

muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas

ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan

“neurotransmitter” dan terjadi kejang. Kejang demam yang berlangsung lama

(lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen

dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia,

hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi

artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang

disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme

otak meningkat

D. Nursing Pathway

Infeksi bakteri Rangsang mekanik dan biokimia.

Virus dan parasit gangguan keseimbangan cairan&elektrolit

perubahan konsentrasi ion

Reaksi inflamasi di ruang ekstraseluler

Resiko Infeksi

Proses demam

Ketidakseimbangan kelainan
neurologis

Hipertermia potensial membran


perinatal/prenatal

ATP ASE
Resiko kejang berulang

difusi Na+ dan K+

Pengobatan perawatan

Kondisi, prognosis, lanjut kejang resiko cedera

Dan diit

Defisit pengetahuan keluarga kurang dari lebih dari 15 menit

15 menit

perubahan suplay

Tidak menimbulkan Darah ke otak

gejala sisa

resiko kerusakan sel

Neuron otak

Gangguan Perfusi jaringan cerebral

E. Tanda dan gejala klinis Klinis Kejang Demam

Ada 2 bentuk kejang demam (menurut Lwingstone), yaitu:

1. Kejang demam sederhana (Simple Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala

klinis sebagai berikut :

a. Kejang berlangsung singkat, < 15 menit

b. Kejang umum tonik dan atau klonik

c. Umumnya berhenti sendiri

d. Tanpa gerakan fokal atau berulang dalam 24 jam


2. Kejang demam komplikata (Complex Febrile Seizure), dengan ciri-ciri

gejala klinis sebagai berikut :

a. Kejang lama > 15 menit

b. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang

parsial

c. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.

F. Klasifikasi Kejang Demam

A. Kejang demam sederhana

1) Dikeluarga penderita tidak ada riwayat epilepsi

2) Sebelumnya tidak ada riwayat cedra otak oleh penyakit apapun

3) Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan –

6 tahun

4) Lamanya kejang berlangsung < 20 menit

5) Kejang tidak bersifat tonik klonik

6) Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang

7) Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurologi atau

abnormalitas perkembangan

8) Kejang tidak berulang dalam waktu sngkat

9) Tanpa gerakan focal dan berulang dalam 24 jam (H. Nabiel Ridha,

2014)

B. Kejang demam kompleks

Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai

kejang parsial simpleks. Dapat mencangkup otomatisme atau gerakan


otomatik; mengecap-ecapkan bibir, mengunyah, gerakan mencongkel

yang berulang-ulang pada tangan, dan gerakan tangan lainnya. Dapat

tanpa otomatisme tatapan terpaku. (Cecily L.Betz dan Linda A.Sowden,

2002)

G. Pemeriksaan Penunjang Kejang Demam

1. Elektro encephalograft (EEG)

Untuk pemeriksaan ini dirasa kurang mempunyai nilai prognostik. EEG

abnormal tidak dapat digunakan untuk menduga kemungkinan terjadinya epilepsi

atau kejang demam yang berulang dikemudian hari. Saat ini pemeriksaan EEG

tidak lagi dianjurkan untuk pasien kejang demam yang sederhana. Pemeriksaan

laboratorium rutin tidak dianjurkan dan dikerjakan untuk mengevaluasi sumber

infeksi.

2. Pemeriksaan cairan cerebrospinal

Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya meningitis,

terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Pada bayi yang masih kecil

seringkali gejala meningitis tidak jelas sehingga harus dilakukan lumbal pungsi

pada bayi yang berumur kurang dari 6 bulan dan dianjurkan untuk yang berumur

kurang dari 18 bulan.

3. Darah

a. Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N < 200

mq/dl)

b. BUN: Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan

indikasi nepro toksik akibat dari pemberian obat.

c. Elektrolit : K, Na
Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang

Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl )

Natrium ( N 135 – 144 meq/dl )

4. Cairan Cerebo Spinal : Mendeteksi tekanan abnormal dari CCS tanda

infeksi, pendarahan penyebab kejang.

5. Skull Ray :Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya

lesi

6. Tansiluminasi : Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB

masih terbuka (di bawah 2 tahun) di kamar gelap dengan lampu khusus

untuk transiluminasi kepala.

H. Penaktalaksanaan Medis

1. Pengobatan

a. Pengobatan fase akut

Obat yang paling cepat menghentikan kejang demam adalah

diazepam yang diberikan melalui interavena atau indra vectal.

Dosis awal : 0,3 – 0,5 mg/kg/dosis IV (perlahan-lahan).

Bila kejang belum berhenti dapat diulang dengan dosis yang sama

setelah 20 menit.

b. Turunkan panas

Anti piretika : parasetamol / salisilat 10 mg/kg/dosis.

Kompres air PAM / Os

c. Mencari dan mengobati penyebab

Pemeriksaan cairan serebro spiral dilakukan untuk menyingkirkan

kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam


yang pertama, walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan

pungsi lumbal hanya pada kasus yang dicurigai sebagai meningitis,

misalnya bila aga gejala meningitis atau bila kejang demam

berlangsung lama.

d. Pengobatan profilaksis

Pengobatan ini ada dalam cara : profilaksis intermitten /

saat demam dan profilaksis terus menerus dengan antikanulsa

setiap hari. Untuk profilaksis intermitten diberikan diazepim secara

oral dengan dosis 0,3 – 0,5 mg/hgBB/hari.

e. Penanganan sportif

1) Bebaskan jalan napas

2) Beri zat asam

3) Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit

4) Pertahankan tekanan darah

2. Pencegahan

a. Pencegahan berkala (intermitten) untuk kejang demam sederhana. Beri

diazepam dan antipiretika pada penyakit-penyakit yang disertai demam.

b. Pencegahan kontinyu untuk kejang demam komplikasi

Dapat digunakan :

Penobarbital : 5-7 mg/kg/24 jam dibagi 3 dosis

Fenitorri : 2-8 mg/kg/24 jam dibagi 2-3 dosis

Diazepam : (indikasi khusus)


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KEJANG DEMAM

A. Pengkajian Keperawatan

1. Anamnesa

a. Aktivitas atau Istirahat

Keletihan, kelemahan umum

Keterbatasan dalam beraktivitas, bekerja, dan lain-lain

b. Sirkulasi

Iktal : Hipertensi, peningkatan nadi sinosis

Posiktal : Tanda-tanda vital normal atau depresi dengan penurunan nadi dan

pernafasan

c. Intergritas Ego

Stressor eksternal atau internal yang berhubungan dengan keadaan dan atau

penanganan

Peka rangsangan : pernafasan tidak ada harapan atau tidak berdaya Perubahan

dalam berhubungan

d. Eliminasi

1) Inkontinensia epirodik

2) Makanan atau cairan

3) Sensitivitas terhadap makanan, mual atau muntah yang berhubungan dengan

aktivitas kejang

e. Neurosensori

1) Riwayat sakit kepala, aktivitas kejang berulang, pinsan, pusing riwayat

trauma kepala, anoreksia, dan infeksi serebal


2) Adanya area (rasangan visual, auditoris, area halusinasi)

3) Posiktal : Kelamaan, nyeri otot, area paratise atau paralisis

f. Kenyamanan

1) Sakit kepala, nyeri otot, (punggung pada periode posiktal)

2) Nyeri abnormal proksimal selama fase iktal

g. Pernafasan

1) Fase iktal : Gigi menyetup, sinosis, pernafasan menurun cepat peningkatan

sekresi mulus

2) Fase posektal : Apnea

h. Keamanan

1) Riwayat terjatuh

2) Adanya alergi

i. Interaksi Sosial

Masalah dalam hubungan interpersonal dalam keluarga lingkungan sosialnya

2. Pemeriksaan Fisik

a. Aktivitas

1) Perubahan tonus otot atau kekuatan otot

2) Gerakan involanter atau kontraksi otot atau sekelompok otot

b. Integritas Ego

1) Pelebaran rentang respon emosional

c. Eleminasi

Iktal : penurunan tekanan kandung kemih dan tonus spinter

Posiktal : otot relaksasi yang mengakibatkan inkonmesia

d. Makanan atau cairan


1) Kerusakan jaringan lunak (cedera selama kejang)

2) Hyperplasia ginginal

e. Neurosensori (karakteristik kejang)

1) Fase prodomal : Adanya perubahan pada reaksi emosi atau respon

efektifitas yang tidak menentu yang mengarah pada fase area.

2) Kejang umum

Tonik – klonik : kekakuan dan postur menjejak, mengenag peningkatan

keadaan, pupil dilatasi, inkontineusia urine

3) Fosiktal : pasien tertidur selama 30 menit sampai beberapa jam, lemah kalau

mental dan anesia

4) Absen (patitmal) : periode gangguan kesadaran dan atau makanan

5) Kejang parsial

Jaksomia atau motorik fokal : sering didahului dengan aura, berakhir 15

menit tdak ada penurunan kesadaran gerakan ersifat konvulsif

f. Kenyamanan

Sikap atau tingkah laku yang berhati-hati

Perubahan pada tonus otot

Tingkah laku distraksi atau gelisah

g. Keamanan

Trauma pada jaringan lunak

Penurunan kekuatan atau tonus otot secara menyeluruh

B. Diagnosa Keperawatan

1. Hipertermi Berhubungan dengan proses penyakit


2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan kerusakan sel neuron otak
3. Resiko tinggi cedra berhubungan dengan spasme otot ektermitas
4. Risiko infeksi b/d penurunan imunitas tubuh
5. Kurang pengetahuan keluarga tentang cara penanganan kejang berhubungan
dengan kurangnya informasi

C. Rencana Keperawatan

No Dx Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

1. Hipertermi Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor suhu tubuh sesering mungkin

berhubungan keperawatan selama 2. Monitor warna kulit

dengan proses 2x24 jam diharapkan 3. Monitor tekanan darah, nadi dan RR

infeksi tidak terjadi hipertermi 4. Monitor penurunan tingkat kesadaran

atau peningkatan suhu 5. Tingkatkan sirkulasi udara dengan

tubuh dengan kriteria membatasi pengunjung

hasil: 6. Berikan cairan dan elektrolit sesuai

a. Suhu tubuh dalam kebutuhan

rentan normal (36,5- 7. Menganjurkan menggunakan pakaian

37oC) yang tipis dan menyerap keringat

b. Nadi dalam rentan 8. Berikan edukasi pada keluarga tentang

normal 80-120x/menit kompres hangat dilanjutkan dengan

c. RR dalam rentan kompres dingin saat anak demam

normal 18-24x/menit 9. Kolaborasi dengan dokter dalam

d. Tidak ada perubahan pemberian obat penurun panas

warna kulit dan tidak

ada pusing.

2. Gangguan perfusi Setelah diberikan asuhan 1. Monitor TD, nadi, suhu dan RR

jaringan cerebral keperawatan selama 2. Catat adanya penginkatan TD


berhubungan 2x24 jam diharapkan 3. Monitor jumlah dan irama jantung

dengan kerusakan pasien tampak tidak 4. Monitor tingkat kesadaran

neuromuskular lemah, tidak pucat, kulit 5. Monitor GCS

otak tidak kebiruan dengan

kriteria hasil:

a. TD sistole dan

diastole dalam batas

normal 80-100/60

mmHg

b. RR normal 20-30

x/menit

c. Nadi normal 80-90

x/menit

d. Suhu normal 36-37

derajat celcius

e. GCS 456

3. Resiko tinggi Setelah dilakukan 1. Sediakan lingkungan yang aman

cedra tindakan keperawatan untuk pasien

berhubungan selama 2x24 jam 2. Identifikasi kebutuhan dan keamanan

dengan spasme diharapkan masalah tidak pasien

otot ekstermitas menjadi aktual dengan 3. Menghindarkan lingkungan yang

kriteria hasil: berbahaya

a. Tidak terjadi 4. Memasang side rail tempat tidur

kejang 5. Menyediakan tempat tidur yang


b. Tidak terjadi nyaman dan bersih

cedra 6. Membatasi pengunjung

7. Memberikan penerangan yang cukup

8. Menganjurkan keluarga untuk

menemani pasien

9. Mengontrol lingkungan dari

kebisingan

10. Edukasi tentang penyakit kepada

keluarga.

4. Risiko infeksi b/d Setelah dilakukan askep 1. Batasi pengunjung


penurunan 3x 24 jam infeksi 2. Bersihkan lingkungan pasien secara
imunitas tubuh terkontrol, status imun benar setiap setelah digunakan pasien
adekuat 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah
KRITERIA HASIL : merawat pasien, dan ajari cuci tangan
a. Bebas dari tanda yang benar
dangejala infeksi. 4. Anjurkan pada keluarga untuk selalu
b. Keluarga tahu tanda- menjaga kebersihan klien
tanda infeksi. 5. Tingkatkan masukkan gizi yang cukup
c. Angka leukosit 6. Tingkatkan masukan cairan yang cukup
normal (9000– 7. Anjurkan istirahat
12.000/mm3) 8. Ajari keluarga cara
menghindari infeksi serta tentang tanda
dan gejala infeksi dan segera untuk
melaporkan keperawat kesehatan
9. Pastikan penanganan aseptic semua
daerah IV (intra vena)
10. Kolaborasi dalam pemberian therapi
antibiotik yang sesuai, dan anjurkan
untuk minum obat sesuai aturan.
.
5. Setelah di lakukan

tindakan keperawatan

selama 2x24 jam

keluarga mengerti

maksud dan tujuan

dilakukan tindakan

perawatan selama kejang.

kriteria hasil :

b. Keluarga

mengerti cara

penanganan

kejang dengan 1. Informasi keluarga tentang kejadian

c. Keluarga kejang dan dampak masalah, serta

tanggap dan beritahukan cara perawatan dan

Kurangnya dapat pengobatan yang benar.

pengetahuan melaksanakan 2. Informasikan juga tentang bahaya yang

keluarga tentang peawatan dapat terjadi akibat pertolongan yang

penanganan kejang. salah.

penderita selama d. Keluargamenge 3. Ajarkan kepada keluarga untuk

kejang rti penyebab memantau perkembangan yang terjadi

berhubungan tandayang dapat akibat kejang.

dengan kurangnya menimbulkanke 4. Kaji kemampuan keluarga terhadap

informasi. jang. penanganan kejang.


BAB III

Laporan Kasus Dengan Pasien KDS Diruangan Ar Rahmah

RSI Ibnu Sina Pekanbaru

Format Pengkajian Pada Anak Sakit

Program Studi Ilmu Keperawatan

A. Identitas
1. Identitas Anak
a. Nama Anak : An. I
b. Tempat/tgl lahir (Usia) : 18 Juni 2017
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : Belum sekolah
f. Tanggal masuk RS : 15 November 2019
g. Diagnosa Medis : KDS
2. Identitas Orang Tua
Nama Ayah : Dery Putra Nama Ibu : Fitri Yaftrianti
Umur : 33 Tahun Umur : 30 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : S 2 (PAI)
Pekerjaan : Karyawan Swasta Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Kruing 7 No 5 Pandau Alamat : Jl. Kruing 7 No 5 Pandau
Permai Permai

B. Riwayat Kesehatan Saat Ini


1. Keluhan saat ini :
Ibu klien mengatakan anak masih demam suhu 38,70 C, RR : 22 x/menit, N :
100x/menit, kejang tidak ada lagi, anak tidak mau makan dan minum,
mukosa bibir tampak kering, anak cenderung tidur.
2. Alasan masuk RS :
Pasien baru masuk diruang IGD tanggal 15 November 2019 jam 07.30 wib
dengan keluhan kejang jam 04.00 wib dirumah 1 x selama 2 menit, suhu tubuh
38.30 C, muntah tidak ada, batuk tidak ada, badan lemas, anak tidak mau
makan dan minum
C. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1. Riwayat kelahiran ( anak usia ˂ 5 th)
a. Prenatal :
Usia kehamilan ibu
GPA :G2 P2 A0
Masalah selama kehamilan : tidak ada masalah selama masa
kehamilan
Pemeriksaan kehamilan : √ teratur
b. Neo Natal
1. Jenis persalinan : √ Normal
2. Komplikasi persalinan : √ Tidak ada komplikasi
c. Post natal
Kondisi bayi saat lahir : √ Normal

2. Riwayat penyakit
a. Penyakit yang pernah dialami : ISPA, Kejang berulang semenjak umur
1,5 th
b. Riwayat kecelakaan : tidak pernah
c. Riwayat operasi : tidak pernah
d. Riwayat hospitalisasi : tidak pernah dirawat sebelumnya
e. Riwayat pengobatan : pasien minum obat sesuai dengan
keluhan saja, tidak ada minum obat rutin untuk penyakit tertentu

3. Riwayat imunisasi
√ lengkap : BCG, DPT, Hepatitis B, Polio, Campak
4. Riwayat alergi
Jenis alergi : tidak ada
5. Riwayat kesehatan keluarga : tidak ada penyakit herediter yang spesifik
6. Genogram

Keterangan :

Laki-laki

Perempuan

Klien

D. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : lemah
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah :- Pernapasan : 22 x.menit
Nadi : 100 x/menit Suhu : 38,7 0 C
4. Pemeriksaan status gizi
Berat badan : 9,5 kg lingkar dada : 51 cm
Tinggu badan : 80 cm lingkar perut : 54 cm
Lingkar kepala : 46 cm lingkar atas : 15 cm
Status gizi : √ Normal
5. Kepala
Warna rambut : √ hitam
Tektur rambut : √ halus
Benjolan : √ tidak ada
Nyeri tekan : √ tidak ada
Kebersihan : √ bersih
6. Wajah
Bentuk wajah : √ simetris
7. Mata
Palpebra : tidak ada edema/radang
Sclera : Normal
Konjungtiva : tidak anemis
Discharge :
8. Hidung
Bentuk hidung : √ normal pernapasan cuping hidung : √ tidak
Kondisi hidung : √ kotor
Polip : √ ada
9. Telinga
Posisi : √ simetris
Lubang telinga : √ tidak terdapat serumen
Benjolan/lesi : √ tidak
Nyeri tekan : √ tidak
10. Mulut
Mukosa bibir : √ kering
Bibir : √ normal
Mulut berbau : √ ada
Kondisi gigi : √ kotor
Gusi : √ tidak tampak peradangan
Kondisi lidah : √ kotor
11. Leher dan tenggorokan
Nyeri tekan : √ tidak ada
Nyeri telan : √ tidak ada
Kelenjer thyraoid : √ normal
Kaku kuduk : √ tidak ada
12. Thorax dan pernapasan
Inspeksi
 Bentuk dada : √ simetris
 Irama pernapasan : √ regular
 Retraksi dada : √ tidak ada
 Pola napas : teratur (normal)
 Alat bantu napas : √ spontan
Palpasi

 Vocal fremitus :
 Ada/tidak nyeri/masa : tidak terdapat masa dan tidak terdapat
nyeri tekan
Perkusi : redup
13. Jantung
Palpasi
Iktus kordis : tidak tampak iktus kordis
Perkusi
Pembesaran jantung : tidak
Auskultasi
Bunyi jantung : suara jantung normal
14. Abdomen
Inspeksi
 Asites : √ tidak ada
 Distensi : tidak
Auskultasi
 Bising usus : 9-12x/menit
Perkusi : tympani
Palpasi
Ada/tidak nyeri/massa : tidak terdapat masa atau nyeri tekan pada
abdomen
15. Genitelia dan anus
Vagina/penis : √ normal
Kepatenan anus : √ patent
Defekasi : √ anus, frekuensi 1 x/hari, konsistensi lunak,
karakteristik padat
Urin : √ spontan, frekuensi 4-7 x/hari
16. Ekstremitas
Ekstremitas atas
 Kekuatan otot kanan/kiri : 4-4
 Tonus otot kanan/kiri : 4-4
Ekstremitas bawah
 Kekuatan otot kanan/kiri : 4-4
 Tonus otot kanan/kiri : 4-4
17. Integumentum
Warna kulit : normal
Luka : tidak ada
18. Sirkulasi
Perubahan warna kulit : normal
CRT : ˂ 3 detik
Akral : hangat
19. Status neurologis
GCS :E :3 M:6 V:5
Peradangan selaput otak
 Kaku kuduk : tidak ada
 Kernig sign : tidak ada
 Refleks brudzinksi : normal
 Refleks lasegu : normal
E. Data Psikologis
1. Status psikologis : √ cendrung tidur dan rewel
2. Status psikososial
Hubungan dengan keluarga : √ baik
F. Riwayat tumbuh kembang
Tumbuh gigi, usia : 4 bulan merangkak : 8 bulan
Duduk, usia : 8 bulan berjalan, usia : 13 bulan

Pengkajian tumbuh kembang anak


Motorik kasar Motorik halus Bicara Sosial
Merangkak dan Senyum umur 4 Mengoceh umur Orang
duduk umur 8 bln,memegang 6 bulan, bicara tua/keluarga besar
buln,berdiri umur benda dengan umur 1,4 th
10 bulan,berjalan telunjuk dan ibu
umur 13 bulan. jari umur 1 th,
mencoret coret
umur 1,1 th.

G. Test diagnostik
Laboratorium : ada USG :-
MRI : -
Hemoglobin : 12,2 mg/dl EKG :-
Leukosit : 13.020 EEG :-
Thrombosit : 493.000 Foto Rotgen :-
Hematokrit : 36, 3 CT Scan :-
H. Terapi saat ini :
Infus RL 27 cc/jam/kg BB
Paracetamol Infus 4 x 100 mg
Cefotaxim 2x250 mg
stesolit syr 3 x 1 cth
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN

1 DS : Aktivitas otot Peningkatan suhu


 Ibu klien mengatakan meningkat tubuh
anaknya demam
 Ibu klien mengatakan
anaknya sulit minum Mentabolisme
DO : meningkat
 K/U lemah
 Badan teraba hangat
 Mukosa bibir Peningkatan suhu tubuh
merah/kering
 Nadi kuat dan cepat
 Tugor kulit normal
 TTV : Demam
N 100 x/I, S 38,7 0C,
R 22 x/i
 Lidah kotor

2 DS : Kejang Resiko cedera fisik


 Ibu mengatakan suhu
tubuh anak belum turun
 Ibu mengatakan takut Parsial
terjadi kejang berulang
pada anak
 Ibu mengatakan anak Komplek
sering tidur dan susah
untuk makan dan
minum Kesadaran menurun
DO :
 Klien tampak lemah
 Klien tampak tidur saja Resiko cedera
 Klien susah untuk
minun
 TTV :
N 100 x/I, S 38,7 0C,
R 22 x/i
3 DS : Aktivitas otot Resiko deficit
 Ibu mengatakan anak meningkat volume cairan
susah untuk makan dan
minum
 Ibu mengatakan anak Metabolisme meningkat
makan dan minum
sedikit
DO : Suhu tubuh meningkat
 Klien minum lebih
kurang 200 cc/8 jam
 Klien menghabiskan Intake kurang
diit 3-5 sendok setiap
makan
 Mukosa bibir klien
tampak kering
 TTV :
N 100 x/I, S 38,7 0C,
R 22 x/i

Diagnosa Keperawatan

1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) b/d proses infeksi dan penyakit


2. Resiko cedera fisik b/d kurangnya koordinasi otot /kejang
3. Resiko devisit volume cairan b/d intake cairan tidak adekuat
Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


keperawatan (NOC) (NIC)
1 Peningkatan suhu Thermoregulation : Fevertreadment :
tubuh (hipertermi)  Suhu tubuh dalam  Monitor suhu
b/d proses infeksi rentang normal sesering mungkin
dari penyakit  Nadi dan RR normal  Monitor warna dan
 Tidak ada perubahan suhu kulit
warna kulit  Monitor nadi dan
Tujuan dapat teratasi setelah RR
dilakukan intervensi  Berikan cairan intra
keperawatan 2 x 24 jam vena adekuat
dengan kriteria hasil :  Tingkatkan
a.Hemodynamic dalam batas sirkulasi udara
normal  Kolaborasi
b.Penigkatan suhu pemberian
tubuh/demam tidak terjadi antipiretik
Suhu tubuh dalam rentan  Berikan pengobatan
normal (36,5-37oC) untuk mengatasi
c.Nadi dalam rentan normal penyebab demam
80-120x/menit  Komunikasi efektif
d.RR dalam rentan normal dengan keluarga
dank lien
18-24x/menit
e.Tidak ada perubahan
warna kulit dan tidak ada
pusing.

2 Resiko cedera fisik Vital saigh status : Vital sigh monitor :


b/d kurangnya  Temperature dalam  Monitor adanya
koordinasi otot batas normal hipertermi
/kejang  Knowlage : personal  Catat trend an
syfety : fluktuasi
 Mampu menjelaskan peningkatan suhu
langkah-langkah  Monitor suhu dan
pencegahan resiko respirasi
 Mampu menjelaskan Environment management
langkah-langkah  Sediakan
kedaruratan saat di lingkungan yang
rumah aman untuk klien
Tujuan dapat teratasi setelah  Identivikasi
dilakukan intervensi kebutuhan
keperawatan 2 x 24 jam keamanan klien
dengan kriteria hasil : sesuai dengan
 Tidak terjadi cedera kebutuhan fisik dan
fisik fungsi kognitif klien
dan riwayat
penyakit klien
terdahulu
 Anjurkan keluarga
menemani klien
 Memindahkan
barang-barang yang
dapat
membahayakan
 Pasang pagar
pengaman
 Beri lebel resiko
jatuh
 Monitor lingkungan
terhadap terjadinya
perubahan status
keselamatan
 Identifikasi resiko
biologis lingkungan
dan prilaku
sehubungan timbale
balik
 Pertimbangan
krtieria yang
berguna dalam
mempersentasikan
area untuk
mengurangi factor
resiko (misalnya
tingkat kesadaran
dan motivasi)
 Rencana monitor
resiko kesehatan
jangka panjang
 Lakukan pencega
 han jatuh
3 Resiko devisit Fluit balance dan hydration : Fluid management :
volume cairan b/d  Mempertahankan urin  Timbang popok
intake cairan tidak out put sesuai dengan pembalut kapan
adekuat usia dan berat badan perlu
 Pertahankan catatan
intake out put yang
akurat kapan perlu
Tujuan dapat teratasi Resiko  Monitor status
devisit volume cairan setelah hidrasi (
dilakukan intervensi kelembaban
keperawatan 2 x 24 jam membrane mukosa,
dengan kriteria hasil : nadi adekuat
 Monitor vital sigh
 TTV dalam batas  Monitor masukan
normal makanan dan cairan
 Tidak ada tanda-tanda kapan perlu hitung
dehidrasi intake kalori harian
 Elastisitas turgor kulit  Monitor therapy IV
baik adekuat
 Membrane mukosa  Monitor status
lembab nutria
 Tidak ada rasa haus  Berikan cairan per
yang berlebihan oral
 Berikan pengganti
naso gastric sesuai
out put
 Motivasi keluarga
untuk memberikan
makanan dan
minuman pada anak
 Monitor pemberian
cairan infus

Catatan Perkembangan (Implementasi) tanggal 16/11/2019

Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi


Tgl Keperawatan Keperawatan (SOAP)
1 Peningkatan 08.00  Mengontrol TTV 00
Jam 16. wib
16/11/19 suhu tubuh Wib pasien S:
(hipertermi)  Meotivasi pasien  Ibu mengatakan
b/d proses untuk makan dan anak masih
infeksi dari minum yang demam
penyakit adekuat  Ibu mengatakan
anak masih sulit
10.00  Mengontrol cairan makan dan
Wib infuse minum
 Menganjurkan ibu
untuk teknik O:
kanguru dan skin to  Kulit teraba
skin hangat
 Menganjurkan ibu  TTV :
untuk memberikan S : 37,70 C
pakaian yang N : 98 x /Menit
longgar pada anak RR : 20 x/Menit
 Meningkatkan A:
sirkulasi udara  Hipertermi
belum teratasi
12.00  Mengontrol TTV P: Monitor
Wib  Memotivasi anak perubahan tanda vital
untuk makan dan  Berikan repid
minum spong jika
 Memberi terapi terjadi
paracetamol inf peningkatan
100 mg iv suhu tubuh
 Dorong
14.00  Mengevaluasi konsumsi cairan
Wib kondisi umum yang adekuat
pasien  Monitor
 Melibatkan ibu penurunan
dalam pemantauan tingkat
demam anak kesadaran
 Menganjurkan anak  Beri obat dan
untuk istirahat cairan melalui
 Memberikan intra vena
stesolid syr 1 cth sesuai dengan
instruksi dokter
16.00  Mengonttol TTV  Libatkan orang
Wib  Mengontrol cairan tua dalam
infus perawatan anak

2 Resiko 08.00  Memonitor TTV S:


16/11/19 cedera fisik Wib  Mengidentifikasi  Ibu mengatakan
kebutuhan masih demam
keamanan pasien tapi tidak ada
 Melakukan kejang lagi.
penilaian resiko  Ibu mengatakan
jatuh pada pasien anak cenderung
sering tidur
10.00  Anjurkan orang tua karna meminum
wib untuk selalu obat stesolid syr
mendampingi O:
pasien  Anak tampak
selalu di
 Melakukan edukasi dampingi orang
protokol resiko tua
jatuh tinggi pada  Tidak tampak
orang tua. ada cidera
 Menyediakan terjadi pada
lingkungan yang anak
aman dan nyaman  TTV
untuk klien S : 37,7 0 C
 Memindahkan N : 98 x /Menit
barang yang dapat RR : 20 x/Menit
membahayakan A:
klien 
 Memasang pagar Cidera tidak
pengaman terjadi
 Memberi label
tanda segitiga P:
resiko jatuh  Monitor
 Mengatur tempat perubahan suhu
tidur dengan dan kejadian
ketinggian yang kejang berulang
serendah mungkin  Sediakan
tempat tidur
12.00  Mengontrol TTV yang rendah
wib dan sesuai
 Monitor penurunan dengan
kesadaran pada kebutuhan
pasien pasien
 Anjurkan orang
14.00  Merencanakan tua untuk selalu
wib monitor resiko mendampingi
kesehatan jangka anak
panjang (discart
Planing)
 Monitor pengaruh
obat anti depresan
terhadap
keseimbangan
pasien

16.00  Mengontrol kondisi


wib umum pasien
 Mengontrol
keamanan
lingkungan pasien

3 Resiko 08.00  Memonitor status S:


16/11/19 devisit wib hidrasi anak  Ibu
volume  Mengontrol TTV mengatakan
cairan b/d  Memantau makan anak masih
intake cairan dan minum anak sulit makan
tidak adekuat yang sudah di danminum
dan status berikan  Ibu
hipermetabol  Memonitor mengatakan
ik pemberian therapy anak minum
cairan infuse sedikit tapi
adekuat sering
 Bekerjasama
dengan orang tua O:
untuk mencatat  Anak tampak
makanan dan lemah
minuman yg bisa di  Anak makan
habis kan pasien dan hanya
menghabiskan
10.00  Memastikan tetesan re rata 3-5
wib infuse tidak macet sendok makan
(lancar) dari porsi diit
 Memotivasi setiappenyajian
keluarga untuk nya
memberikan  Anak
makanan dan menghabiskan
minuman pada minun 200 ml
anak dalam 8 jam
 Output urin 4
12.00  Mengontrol TTV kali miksi (120
wib  mengevaluasi cc) dalam 8
haluaran urin jam
pasien  Infus berjalan
 Memberi kan diit lancar 27 cc/
pasien dalam jam
keadaan hangat dan  Mukosa mulut
menarik kering

14.00  Mengkaji penyebab A:


wib anak tidak mau  Deficit cairan
makan dan minum tidak terjadi
 Mengkaji makanan
dan minuman yang P:
di sukai anak  Monitor intake
 Memotifasi orang out put
tua untuk aktif  Monitor
menyodor kan Pemberian
makanan dan cairan infuse
minuman pada yang adekuat
anak dalam porsi  Libat kan ortu
kecil tapi sering. dalam
memotifasi
16.00  Memonitor status makan dan
wib hidarasi anak minum anak
 Mengontrol TTV  Observasi
 Mengevaluasi pengeluaran
makan dan minum abnormal jika
serta kenginan atau terjadi
selera makan anak.

Implementasi Keperawatan tanggal 17/11/2019

Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi


Tgl Keperawatan Keperawatan (SOAP)
17/11/19 Peningkatan 08.00  Mengontrol TTV Jam 16.00 wib
suhu tubuh Wib pasien S:
(hipertermi)  Meotivasi pasien  Ibu
b/d proses untuk makan dan mengatakan
infeksi dari minum yang suhu tubuh
penyakit adekuat anak sudah
mulai turun
10.00  Menberi kompres  Ibu
Wib hangat mengatakan
 Mengontrol cairan anak masih
infuse sulit makan
 Menganjurkan ibu tapi sudah
untuk mulai minum
melonggarkan sedikit sedikit
pakaian anak dan sering
 Meningkatkan
sirkulasi udara O:
 Kulit teraba
12.00
 Mengontrol TTV hangat
Wib  Memberikan  TTV :
therapy anti piretik S : 36,7 0 C
paracetamol infuse N : 90 x /Menit
100 mg RR : 20
 Memotivasi anak x/Menit
untuk makan dan
minum A:
 Hipertermi
14.00  Mengevaluasi teratasi
Wib kondisi umum P:
pasien  Monitor
 Melibatkan ibu perubahan
dalam melanjutkan tanda vital
pengkompresan  Berikan repid
pada anak spong jika
 Menganjurkan terjadi
anak untuk peningkatan
istirahat suhu tubuh
 Menganjurkan ibu  Dorong
untuk teknik konsumsi
kanguru dan skin cairan
to skin  Monitor
penurunan
16.00  Mengonttol TTV tingkat
Wib  Mengontrol cairan kesadaran
infus  Beri obat dan
cairan melalui
intra vena
sesuai dengan
instruksi
dokter
 Persiap kan
pasien untuk
perawatan di
rumah
(dischage
planing )
2 Resiko 08.00  Memonitor TTV S:
17/11/19 cedera fisik Wib  Mengidentifikasi  Ibu
kebutuhan mengatakan
keamanan pasien anak masih
 Anjurkan orang demam tapi
tua untuk selalu tidak ada
mendampingi kejang lagi.
pasien  Ibu
mengatakan
10.00  Menyediakan anak sudah
wib lingkungan yang mulai aktif lagi
aman dan nyaman O :
untuk klien  Anak tampak
 Memindahkan selalu di
barang yang dapat dampingi
membahayakan orang tua
klien  Tidak tampak
 Memasang pagar ada cidera
pengaman terjadi pada
 tempat tidur di atur anak
dengan ketinggian  TTV
yang serendah S : 36,7 0 C
mungkin N : 90 x /Menit
RR : 20
12.00  Mengontrol TTV x/Menit
wib  Merencanakan A:
monitor resiko 
kesehatan jangka Cidera tidak
panjang (discart terjadi
Planing)
P:
14.00  Monitor  Monitor
wib penurunan perubahan
kesadaran suhu dan
 Monitor pengaruh kejadian
obat anti depresan kejang
terhadap berulang
keseimbangan  Sediakan
pasien tempat tidur
yang rendah
dan sesuai
16.00  Mengontrol dengan
wib kondisi umum kebutuhan
pasien pasien
 Mengontrol  Anjurkan
keamanan orang tua
lingkungan pasien untuk selalu
 Mengontrol ttv mendampingi
pasien anak
3 Resiko 08.00  Memonitor status S:
17/11/19 devisit wib hidrasi anak  Ibu
volume  Mengontrol TTV mengatakan
cairan b/d  Memantau makan anak sudah
intake cairan dan minum anak mulai mau
tidak adekuat yang sudah di minun sedikit
dan status berikan sedikit
hipermetabol  Memonitor  Ibu
ik pemberian therapy mengatakan
cairan infuse anak minum
adekuat sedikit tapi
 Bekerjasama sering
dengan orang tia
untuk mencatat O:
makanan dan  Anak tampak
minuman yg bisa mulai aktif
di habis kan pasien  Anak
menghabiskan
10.00  Memastikan re rata ½ porsi
wib tetesan infuse makan setiap
tidak macet penyajian
(lancar) makan dari RS
 Memotivasi  Anak
keluarga untuk menghabiskan
memberikan minum minun
makanan dan 380 dalam 8
minuman pada jam
anak  Infus berjalan
lancar 27 cc/
12.00  Mengontrol TTV jam
wib  mengevaluasi  Out put urin 5
haluaran urin kali ( 280 cc)
pasien dalam 8 jam
 Memberi kan diit  Mukosa mulut
pasien dalam lembab
keadaan hangat
dan menarik A:
 Deficit cairan
14.00  Memotifasi orang tidak terjadi
wib tua untuk aktif
menyodor kan P:
makanan dan  Monitor intake
minuman pada out put
anak dalam porsi  Monitor
kecil tapi sering. Pemberian
cairan infuse
 Menganjur kan yang adekuat
pasien istirahat  Libat kan ortu
tidur dalam
memotifasi
makan dan
minum anak
16.00  Memonitor status
wib hidarasi anak
 Mencatat intake
output pasien
 Mengontrol TTV
 Mengevaluasi
makan dan minum
serta kenginan
atau selera makan
anak.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kejang demam adalah suatu keadaan dimana bangkitan kejang yang

terjadi karena peningkatan suhu tubuh (suhu rectal > 380 C yang sering di jumpai

pada usia anak dibawah lima tahun.

Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang sering dijumpai pada

saat seorang bayi atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat.

Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam. Anak akan terlihat aneh untuk

beberapa saat, kemudian kaku, kelojotan dan memutar matanya. Anak tidak

responsif untuk beberapa waktu, napas akan terganggu, dan kulit akan tampak

lebih gelap dari biasanya. Setelah kejang, anak akan segera normal kembali.

Kejang biasanya berakhir kurang dari 1 menit, tetapi walaupun jarang dapat

terjadi selama lebih dari 15 menit.

Oleh karena itu, sangat penting bagi para orang tua untuk melakukan

pemeriksaan sedini mungkin pada anaknya agar hal-hal yang tidak di inginkan

dapat diketahui secara dini sehingga kejang demam dapat dicegah sedini

mungkin.
B. Saran

1. Untuk RSI Ibnusina

Agar selalu dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik

khususnnya dalam peroses pemberian asuhan keperawatan serta selalu

memberi perawatan yang intensif khususnya pada penderita kejang demam.

2. Untuk mahasiswa

Mahasiswa harus lebih memperdalam ilmu pengetahuan serta keterampilan

dengan cara terus membaca dan berlatih agar kualitas asuhan yang diberikan

pada klien lebih baik.

3. Untuk Pihak Akademik

Pihak Akademik diharapkan dapat menyediakan buku sumber yang lebih

lengkap untuk mempermudah mahasiswa mencari literatur yang diperlukan

dalam meningkatkan ilmu pengetahuannya.terutama buku sumber yang

berkaitan dengan kasus kejang demam.


DAFTAR PUSTAKA

Amid dan Hardhi, 2013. Diagnosis keperawatan, NANDA NIC-NOC, EGC,


Jakarta

Carolin, Elizabeth J. 2012. Buku Saku Patofisiologi. EGC: Jakarta.

Carpenito, L.J.,2015, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, EGC,


Jakarta.

Hidayat, Azis Alimul. (2015). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Edisi:1.


Jakarta: Salemba medika.

Judith M. Wilkinson, ( 2016) Diagnosis keperawatan NANDA NIC-NO, Edisi


:10.EGC ,Jakarta

Maeda, Dkk. Lp kejang demam. 12 mai 2018.


https://www.scribd.com/doc/240209755/LP-Kejang-Demam

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


(2007). Ilmu Kesehatan Anak. Edisi: 11. Jakarta: Infomedika

Syaifudin (2006). Anatomi Fisiologi untuk mahasiswa keperawatan. Editor:


Monica Ester. Edisi: 3. Jakarta: ECG

Hidayat, Azis Alimul. (2015). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Edisi:1.


Jakarta: Salemba medika.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


(2007). Ilmu Kesehatan Anak. Edisi: 11. Jakarta: Infomedika

Anda mungkin juga menyukai