Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS ARTIKEL :

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau disingkat APBN

merupakan pengelolaan uang negara yang diatur oleh Undang – Undang.

Rancangan APBN di usulkan oleh presiden kepada DPR dan DPD. Dari

artikel diatas dapat dilihat alokasi dana APBN digunakan untuk belanja

Negara dan utang serta pembiayaan Negara, diamana untuk belanja

negara ini pengeluaran pemerintah per oktober 2019 mencapai

Rp.1.797,97 triliun 73,1% dari pagu APBN dan belanja meningkat 4,5%.

Realisasi belanja Negara tersebut terdiri dari realisasi belanja pemerintah

pusat, transfer daerah dan dana desa (TKDD). Realisai belanja

pemerintah pusat mengalami peningkatan sebesar 4,7% dari tahun lalu

dan peningkatan realisasi belanja bantuan social sebesar 32,7%, dari sisi

lain TKDD tumbuh sebesar 4,71% atau mencapai Rp. 676,87 atau 81.87

% dari pagu APBN 2019.

Selain itu realisai belanja juga meliputi realisasi belanja subsidi baik

subsidi energy dan subsidi non energy yang sampai bulan Oktober 2019

sebesar 65,2% dari pagu APBN. Sementara dari sisi lain posisi hutang

mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, utang tersebut berasal

dari pinjaman dan surat berharga Negara. Rincian pinjaman yakni

pinjaman luar negeri dan pinjaman dalam negeri, untuk hutang

pinjaman luar negeri mencapai Rp.764,16 triliun dan pinjaman dalam

negeri Rp. 7,38 triliun. Sementara itu realisasi pembiayaan hutang

mencapai Rp384,52 trilliun dengan kondisi seperti ini anggran hingga


akhir oktober mengalami defisit tercatat Rp.289,1 triliun dimana

keseimbangan primer mengalami negative Rp 68,420 triliun.

Berdasarkan artikel diatas alokasi dana APBN sudah sesuai dengan

struktur APBN. Struktur APBN adalah Pendapatan Negara dan Hibah ,

Belanja Negara, Keseimbangan Primer, Surplus/Defisit Anggaran dan

Pembiayaan APBN. Defisit anggran yang dialami bias disebabkan oleh

beberapa factor diantaranya seperti Melemahnya exchange rate juga

dapat menyebabkan kondisi defisit. Dalam beberapa kasus pemerintah

Indonesia meminjam dana dari luar negeri dengan hitungan valuta asing.

Akan tetapi ketika membayar cicilan pokok maupun bunga dihitung

dengan rupiah. Melemahnya rupiah sangat berdampak pada dana yang

dikeluarkan oleh pemerintah. Selain itu ketidak sesuaian dari fungsi

APBN yakni Fungsi dari APBN adalah melakukan perencanaan untuk

menghitung pemasukan serta untuk apa dana-dana tersebut digunakan.

Namun tidak jarang, estimasi yang dilakukan dalam RAPBN tidak sesuai

dengan realisasinya. Jika dana yang dikeluarkan pada realisasi lebih

besar dari rencana maka pemerintah mengalami kondisi defisit.

Kondisi defisit akan menyebabkan pengeluaran dana untuk biaya

pembangunan dan program pemerintah semakin besar yang kemudian

akan dipicu dengan meningkatnya tingkat inflasi. Adanya defisit

anggaran secara tidak langsung akan berpengaruh pada pendapatan riil

masyarakat. sehingga masyarakat akan mengurangi porsi konsumsi dan

tabungannya. enurunan investasi secara tidak langsung akan


mempengaruhi penurunan tingkat kesempatan kerja. Apabila proyek dan

program tidak terlaksana maka akan terjadi pengangguran dan

kehilangan kesempatan kerja.

Ketika pemerintah dalam kondisi defisit, ada beberapa cara untuk

mengatasinya yaitu dari sisi penerimaan dan dari sisi pengeluaran.

o Sisi Penerimaan

Untuk mengatasi defisit, pemerintah bisa melakukan beberapa hal

seperti meminjam dana dari dalam negeri, menerbitkan obligasi,

meminjam dana dari luar negeri hingga meningkatkan

penerimaan pajak sebagai sumber utama penghasilan negara.

o Sisi Pengeluaran

Sedangkan dari sisi pengeluaran, defisit bisa diatasi dengan cara

mengurangi pengeluaran subsidi, penghematan setiap

pengeluaran rutin, mengevaluasi pengeluaran berdasarkan

prioritas dan mengurangi biaya untuk program yang tidak efektif.

Anda mungkin juga menyukai