Anda di halaman 1dari 3

DEMAM

No. Dokumen :
SOP No. Revisi :
Tanggal terbit :
Halaman :

RUMAH SAKIT KOMBESPOL dr. Farid Amansyah, Sp.PD-FINASM


BHAYANGKARA
TK II MAKASSAR

TINJAUAN UMUM Suhu tubuh manusia dipertanankan pada kisaran < 37,2C pada pagi hari
(DEFINISI, dan s 37,8ỌC pada sore hari. Pusat termo- regulator terdapat di
PATOGENESIS hipotalamus. Demam adalah pening- katan suhu tubuh normal akibat
SINGKAT, peningkatan hypothalamic set point. Hiperpireksia, adalah peningkatan
KLASIFIKASI suhu tubuh > 41,5°C, dapat terjadi akibat infeksi, biasanya berhubungan
dengan perdarahan perdarahan Susunan Saraf Pusat. Hipertermia, adalah
peningkatan suhu tubuh yang tidak terkontrol tanpa perubahan
hypothalamic set point, dan tidak berhubungan dengan adanya pirogen.
Pada pasien dengan kelainan genetik tertentu, anestesi inhalasi (misalnya
halotan), dapat menyebabkan hipertermia, disebut hiper- termia
malignan; demikian juga obat-obat neuroleptik (misalnya haloperidol)
dapat menyebabkan hipertermia malignan neuroleptik.
Demam terjadi karena pelepasan pirogen eksogen dari dalam leukosit
yang sebelumnya terangsang oleh pirogen! eksogen dari nikroorganisme
atau hasil reaksi imunologik. yang tidak berdasarkan infeksi. Di dalam
hipotalamus pirogen merangsang penglepasan asam arakidonat dan
meningkatkan sintesis prostaglandin E2 yang dapat menyebabkan
pireksia.

Fever of unknown origin (FUO) :


1. FUO klasik, yaitu demam pada pasien rawat jalan pada 3
kunjungan atau 3 hari perawatan tanpa penyebab yang jelas atau
1 minggu pemeriksaan penunjang diagnostik invasif pada pasien
rawat jalan tanpa asil yang bermakna, dengan suhu > 38,3°C pada
beberapa kali pemeriksaan dan lama demam > 3 minggu.
Penyebabnya :
a. Infeksi, misalnya TB ekstrapulmonal, EBV, CMV, HIV, abses
tersembunyi, endokarditis, infeksi jamur,
b. Neoplasma, misalnya limfoma, keganasan hemato- a. b. logik
lainnya, hepatoma, kanker sel ginjal
c. Lain-lain, misalnya penyakit reumatik inflamatif (SLE, RA,
JRA), penyakit granulomatosa (hepeutis granulomatosa,
sarkoidosis, penyakit Crohn), emboli paru, demam obat,
hereditary fever syndrome dll.
2. FUO nosokomial, yaitu demam > 38,3° C pada beberapa kali
pemeriksaan pada pasien yang dirawat inap di rumah sakit, tanpa
tanda-tanda infeksi pada waktu masuk rumah sakit, dengan
minimai 3 hari pemeriksaan dan 2 hari kultur tidak memberikan
hasil yang bermakna.
3. FUO neutropenik, yaitu demam > 38,3° C pada beberapa kali
pemeriksaan dengan minimal 3 hari pemeriksaan dan 2 hari
kultur tidak memberikan hasil yang bermakna, pada pasien
denganneutrofil < 500/µL atau diprediksi akan mencapai <
500/µL dalam 1-2 hari kemudian.
4. FUO berhubungan dengan infeksi HIV, yaitu yaitu demam >
38,3°C pada beberapa kali pemeriksaan dalam waktu 4 minggu
atau > 3 hari pada pasien rawat inap tanpa penyebab yang jelas
pada penderita terinfeksi HIV.
PENDEKATAN a. Anamnesis (riwayat penyakit, kondisi epidemiologis) dan
DIAGNOSIS pemeriksaan fisik diagnostik. Pengukuran suhu tubuh secara oral
atau rectal, pengukuran suhu tubuh secara aksila kurang
dianjurkan.
b. Laboratorium: Hb, leukosit, trombosit, Hitung jenis, urin rutin,
feses rutin. pemeriksaan elektrolit, kadar glukosa, blood urea
nitrogen, kreatinin tes faal hepar. Bila demam disertai batukharus
dileikukan pemeriksaan sputum (pengecatan Gram, BTA, kultur).
Pemeriksaan kultur darah, urin, cairan serebro- spinal disesuaikan
dengan keadaan klinis pasien. Pada penderita dengan dugaan
Demam Berdarah Dengue harus dilakukan pemeriksaan Serologi
Dengue. Pada penderita dengan dugaan Demam Tifoid, harus
diperiksa Kultur darah (biakan empedu), uji widal (peningkatan
titer uji widal > 4 kali lipat setelah satu minggu), IgM Salmonela.
Pada Lento- spirosis akan didapatkan leukositosis, peningkatan
amylase, lipase, CK, gangguan fungsi hati, gangguan fungsi
ginjal, Serologi Leptospira (posi- tif: titer >1/100 atau
peningkatan >4x pada titer ulangan). Pada pasien yang diduga
demam akibat penyakit autoimun (misalnya RA, SLE, JRA dll),
harus diperiksa autoantibodi sesuai dengan keadaan klinisnya.
c. Pemeriksaan pencitraan atas indikasi, misalnya foto toraks atau
CT scan toraks pada pasien demam dengan batuk; CT scan
abdomen atau pelvis, CT scan atau MRI otak.
d. Biopsi terbuka atau biopsi jarum, bila didapatkan limfadenopati
atau massa yang dicurigai sebagai penyebab demam
DIAGNOSIS 1. Infeksi, misalnya Demam Berdarah Dengue, Demam Tifoid,
BANDING Leptospirosis, Malaria. Infeksi Saluran Kencing. Hepatitis.
TORCH, Infeksi HIV
2. Berbagai penyebab FUO (lihat FUO)
3. Demam akibat obat
4. Demam dibuat-buat (factitous fever)
TERAPI NON  Tirah baring,
FARMAKOLOGI  Kompres dingin
 Cairan dan makanan (cair, lunak atau padat) ter- yantung pada
komplikasi organ yang terlibat.
 Stop obat penyebab (pada demam akibat obat)
TERAPI  Simtomatis (antipiretik parasetamol bila demam)
FARMAKOLOGIK  Cairan intravena: Ringer laktat, Ringer asetat, Koloid/ plasma
ekspander sesuai klinis pasien.
 Antimikroba : disesuaikan dcngan penyebab demam
 Pada penyakit autoimun atau penyakit granulorma- tosa, mungkin
dibutuhkan steroid.
KOMPLIKASI  DBD: Renjatan, perdarahan, KID.
 Demam Tifoid: Intestinal : perdarahan intestinal, perforasi usus,
ileus paralitik, pankreatitis
 Leptospirosis: gagal ginjal, pankreatitis, miokarditis, perda- rahan
masif, meningitis aseptik
ALGORITME

PROGNOSIS Bonam ( sesuai klinis pasien)


REFERENSI 1. Bambang Setyohadi. Demam: Definisi dan Patogenesis.
Dalam: Muchlis Achsan dkk (ed). Kegawatdaruratan Penyakit
Dalam (Emergency in internal medicine). Pusat Penerbitan
EIMED Jakarta 2016
2. Nelwan RHH. Demam: Tipe dan Pendekatan. Dalam: sudoyo
A dkk (ed). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Pusat Penerbitan
IPD FK UI Jakarta 2014

Anda mungkin juga menyukai