Anda di halaman 1dari 5

Sebagai penjabaran dari Pasal 26 Ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 tersebut,

saat ini telah diterbitkan 4 (empat) Undang-Undang, yaitu:

1.Undang-Undang (UU) Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan


Republik Indonesia.

2.Undang-Undang (UU) Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi


Kependudukan.

3.Undang-Undang (UU) Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan


Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.

4.Undang-Undang (UU) Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas


Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006Tentang Administrasi Kependudukan.

Kumpulan Peraturan Perundang-undangan, dasar hukum Administrasi Kependudukan


yang harus diketahui tentang penyelenggaran Administrasi Kependudukan dan
Pencatatan Sipil di Indonesia adalah sebagai berikut :

Undang-Undang (UU) :

1.Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

2.Undang-Undang (UU) Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan


Republik Indonesia.

3.Undang-Undang (UU) Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi


Kependudukan.

4.Undang-Undang (UU) Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan


Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.

5.Undang-Undang (UU) Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas


Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006.

Peraturan Pemerintah (PP) :


1.Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

2.Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 102 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 Tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan.

Peraturan Presiden (Perpres) :

1. Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 25 Tahun 2008 Tentang Persyaratan


dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.

2.Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 35 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas


Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009 Tentang Penerapan Kartu Tanda
Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan Secara Nasional.

3.Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 26 Tahun 2009 Tentang Penerapan


Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan Secara Nasional.

Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) :

Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 54 Tahun 2007 Tentang


Pelaksanaan Pengangkatan Anak.

1.Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 18 Tahun 2010


Tentang Pedoman Pengangkatan dan Pemberhentian Serta Tugas Pokok
Pejabat Pencatatan Sipil dan Petugas Registrasi.

2.Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 19 Tahun 2010


Tentang Formulir dan Buku yang Digunakan Dalam Pendaftaran Penduduk dan
Pencatatan Sipil.

3.Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 65 Tahun 2010


Tentang Pedoman Penyusunan Profil Perkembangan Kependudukan. Lampiran
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 65 Tahun 2010 Tanggal 31 Desember
2010 Sistematika, Uraian dan Cara Penghitungan Kuantitas Penduduk,
Kualitas Penduduk, Mobilitas Penduduk, dan Kepemilikan Dokumen
Kependudukan.

4.Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 9 Tahun 2011


Tentang Pedoman Penerbitan Kartu Tanda Penduduk (KTP) Berbasis Nomor
Induk Kependudukan (NIK) Secara Nasional.
5.Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 10 Tahun 2011
Tentang Penerbitan Dokumen Pendaftaran Penduduk Sebagai Akibat Perubahan
Alamat.

6.Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 25 Tahun 2011


Tentang Pedoman Pengkajian, Pengembangan,dan Pengelolaan Sistem
Informasi Administrasi Kependudukan.

7.Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 69 Tahun 2014


Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2011
Tentang Pedoman Penerbitan Kartu Tanda Penduduk (KTP) Berbasis Nomor
Induk Kependudukan (NIK) Secara Nasional.

8.Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 14 Tahun 2015


Tentang Pedoman Pendataan Penduduk Non Permanen.

9.Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 61 Tahun 2015


Tentang Persyaratan, Ruang Lingkup, dan Tata Cara Pemberian Hak Akses
Serta Pemanfaatan Nomor Induk Kependudukan, Data Kependudukan dan Kartu
Tanda Penduduk Elektronik.

10.Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 74 Tahun 2015


Tentang Tata Cara Perubahan Elemen Data Penduduk Dalam Kartu Tanda
Penduduk Ekektronik.

11.Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 76 Tahun 2015


Tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Pejabat yang Menangani Urusan
Administrasi Kependudukan di Provinsi dan Kabupaten/Kota.

12.Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 2 Tahun 2016


Tentang Kartu Identitas Anak.

13.Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 8 Tahun 2016


Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun
2011 Tentang Pedoman Penerbitan Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk
Kependudukan Secara Nasional.

Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 9 Tahun 2016 Tentang


Percepatan Peningkatan Cakupan Kepemilikan Akta Kelahiran.
Kalau tanah dan rumah dicatat oleh negara, apakah alasan tak mencatatkan
anak sebagai manusia. UU No 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan dinilai gagal mengoptimalkan pencatatan kelahiran. Buktinya?

Lebih dari 50 juta atau lebih dari setengah jumlah anak di Indonesia saat ini
tidak memiliki akte kelahiran.

Padahal akte kelahiran adalah bentuk identitas setiap anak yang menjadi
bagian tidak terpisahkan dari hak sipil dan politik warga negara. Hak atas
identitas merupakan bentuk pengakuan negara terhadap keberadaan
seseorang di depan hukum. Akibat banyaknya anak yang tidak memiliki akte
kelahiran, banyak anak kehilangan haknya untuk mendapat pendidikan
maupun jaminan sosial lainnya. Dalam penanganan perkara Anak yang
berhadapan dengan Hukum (ABH), anak juga kerap dirugikan dan kehilangan
haknya karena penentuan usia di proses peradilan berdasarkan akte kelahiran.

Hak identitas bagi seorang anak dinyatakan tegas dalam pasal 5 UU No. 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Pasal tersebut menyebutkan bahwa
“Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status
kewarganegaraan”. Kemudian hal ini juga ditegaskan pada pasal 27 ayat (1)
dan (2) yang menyatakan, ayat (1) “Identitas diri setiap anak harus diberikan
sejak kelahirannya”, dan ayat (2) berbunyi “identitas sebagaimana dimaksud
ayat (1) dituangkan dalam akte kelahirann”. Sementara itu UUD 1945 Pasal 28
D ayat (1) menyatakan bahwa“setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,
perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di
hadapan hukum”. Selain itu UUD 1945 juga memberikan jaminan atas status
kewarganegaraan sebagaimana diatur dalam 28 D ayat (4) yang menyatakan,
“setiap orang berhak atas status kewarganegaraan”.

Selama ini pembuatan akte kelahiran diatur dalam UU No. 23 tahun 2006
tentang Administrasi Kependudukan. Dalam beberapa pasal dalam UU ini
ditegaskan bahwa pencatatan kelahiran diwajibkan kepada warga negara
melului sistem stelsel aktif penduduk. Penduduk yang harus pro aktif
mencatatkan kelahirannya agar bisa memiliki akte kelahiran. Hal ini tercantum
dalam Pasal 3, 4, 27 ayat 1, 29 ayat 1 dan 4, 30 ayat 1 dan 6, 32 ayat 1 dan 2,
90 ayat 1 dan 2 serta penjelasan Umum UU 23 tahun 2006 tentang Administrasi
kependudukan (isi pasal terlampir). Pasal-pasal tersebut mengatur keharusan
setiap warga negara melaporkan kelahirannya sampai sanksi denda bagi siapa
yang melanggar.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) bersama Jaringan Kerja Peduli Akte
Kelahiran (JAKER-PAK) menilai pasal-pasal tersebut bertentangan dengan Pasal
28B ayat (2), Pasal 28D ayat (1), Pasal 28D ayat (4), Pasal 28H ayat (2), Pasal
28I ayat (1), Pasal 28I ayat (2), Pasal 28I ayat (4), Pasal 26 ayat (1) UUD 1945.
Memiliki akte kelahiran adalah hak setiap anak Indonesia. Kewajiban
pencatatan kelahiran seharusnya dibebankan kepada negara dan bukan kepada
warga negara (stelsel aktif negara, bukan stelsel aktif penduduk). Apalagi
selama ini pengurusan akte kelahiran terkendala banyak hal seperti jarak yang
jauh, pengurusan yang berbelit, hingga denda yang tidak mampu dibayar
warga negara.

Untuk itu KPAI bersama Jaringan Kerja Peduli Akte Kelahiran (JAKER-PAK),
akan mengajukan judicial review ke Mahkamah Konstitusi mengenai sejumlah
pasal dalam UU No. 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan yang
mengatur tentang pembuatan akte kelahiran. KPAI dan JAKER-PAK memohon
kepada Mahkamah Konstitusi membatalkan pasal-pasal dalam UU No. 23 tahun
2006 tentang Administrasi kependudukan tersebut dan menyatakan bahwa
pencatatan kelahiran adalah kewajiban negara. Negara yang mestinya aktif
mencatatkan kelahiran warga bukan warga negara (stelsel aktif negara, bukan
stelsel aktif penduduk).

Wujudkan Indonesia ramah anak. Berikan akte kelahiran kepada setiap anak
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai