Anda di halaman 1dari 20

Suhu merupakan ukuran energi gerak partikel, suhu juga

menyatakan ukuran hangat atau dinginnya suatu objek. Pada


dasarnya profil suhu perairan secara vertikal akan berbeda-beda
tergantung letak lintang masing-masing serta pola harian cuaca,
musim dan iklim di tempat tersebut. Bagaimana distribusi suhu
secara vertikal dan apa faktor yang menyebabkannya akan
dijelaskan di artikel ini. 
Penyebab Perbedaan Profil Vertikal Suhu Perairan
Seperti yang kita ketahui bahwa suhu vertikal di perairan dibagi
menjadi tiga lapisan yaitu lapisan permukaan/ tercampur (mixed
surface layer), lapisan termoklin (thermoklin layer) dan lapisan
dalam (deep layer).
Setiap lapisan tersebut dapat mengalami perubahan karena
berbagai faktor, yang sangat berpengaruh terhadap stratifikasi
suhu perairan adalah interaksi antara atmosfer dan laut. Berikut
akan diuraikan mengenai penyabab perbedaan profil vertikal
perairan.
Lapisan tercampur (mixed layer)

Permukaan laut merupakan bagian laut yang memiliki kontak


langsung dengan atmosfer. Moomentum flux Udara laut, panas
dan periaran yang tawar merupakan gaya eksternal utama yang
bekerja pada permukaan lautan. Fitur yang sangat menonjol
pada profil vertikal suhu di permukaan adalah lapisan tercampur
(mix layer).

Suhu air di permukaan dipengaruhi oleh kondisi meteorologi,


Faktor –faktor yang berperan di sini antara lain :
1. hujan,
2. penguapan,
3. kelembaban udara,
4. suhu udara,
5. kecepatan angin,
6. dan intensitas cahaya matahari.
Faktor-faktor meteorologi di atas di tampilkan pada gambar
berikut :

Oleh sebab itu suhu pada daerah permukaan mengikuti pola


musimanan. Misalnya pada teluk Jakarta ditemukan suhu rata-
rata musiman bervariasi antara 28-30°C. Dalam setahun terdapat
dua kali maksimum masing-masing terjadi pada Musim
Pancaroba Awal Tahun sekitar bulan April-Mei dan sekali lagi
pada Musim Pancaroba Akhir Tahun sekitar bulan November.
Hal ini terjadi karena pada musim pancaroba angin biasanya
lemah dan laut sangat tenang hingga proses pemanasan pada
permukaan dapat terjadi dengan lebih kuat. Pada Musim Barat
Desember – Februari, suhu turun mencapai minimum yang
bertepatan pula dengan angin yang kuat dan curah hujan yang
tinggi.
Secara alami suhu di permukaan relatif hangat, karena mendapat
radiasi matahari pada siang hari. Angin yang bertiup di lautan
mengendalikan ketebalan lapisan tercampur, lapisan ini
memiliki temperatur yang konstan, dan nilai ini akan berubah
paa kedalaman tertentu. Besarnya jarak suhu berubah-ubah,
namun biasanya suhu pada bagian bawah/dasar lapisan
tercampur hanya berkisar 0.02-0,1° lebih dingin dari suhu
permukaan. Dengan catatan bahwa pada lapisan tercampur nilai
suhu adalah konstan.

Karena adanya pengaruh arus pasang surut, lapisan ini menjadi


lebih tebal lagi. Dilapisan dangkal, lapisan ini dapat terus terjadi
hingga dasar perairan.

Lapisan tercampur pada daerah tropis dan lintang sedang


memiliki kedalaman 10-200 meter. Kedalaman lapisan ini akan
bervariasi dari hari ke hari atau dari musim ke musim, yang
diwakili oleh dua proses :

1. Heat budget yang melalui permukaan yang panas dan permukaan


air yang dingin. Perubahan temperatur mengubah densitas secara
kontras antara lapisan tercampur dan perairan dalam. Semakin
besar kontras, maka akan lebih banyak tenaga yang dibutuhkan
untuk mencampur lapisan di bagian bawah dan visa-versa.
2. Turbulensi pada lapisan tercampur, mencampur panas ke bagian
bawah lapisan. Turbulensi bergantung pada kecepatan angin dan
intensitas pecahan gelombang.  Turbulensi dapat mengaduk
lapisan serta dapat mencampur perairan sampai pada lapisan
thermoklin.

Pada daerah lintang sedang, lapisan tercampur akan lebih tipis


akhir pada musim panas ketika angin akan sangat lemah dan
terjadi pemanasan pada lapisan permukaan. Pada saat
pemanasan sangat kuat, ketebalan lapisan hanya beberapa meter.

Sumber : Introduction of Oceanography, hal 82


Sumber : Introduction of oceanography, hal 77

Perairan yang hangat akan berlokasi di sekitar equator dan


perairan yang lebih dingin akan berada pada daerah kutub.
Deviasi dari zonal sangat kecil. Daerah equator di lintang
40°memiliki perairan yang cenderung lebih dingin pada bagian
timur. Pada bagian utara dari lintang ini, perairan yang lebih
dingin berada pada bagian barat.
Anomali temperatur permukaan laut pada sepanjang lautan
sangat kecil. Kurang dari 1.5°C. Kecuali pada daerah Pasifik
dengan selisih yang dapat mencapai 3°C.
Jarak tahunan pada temperatur permukaan tertinggi terdapat
pada daerah lintang rendah, terutama pada baian barat samudera.
Pada bagian barat, udara dingin bertiup dari pegunungan es dan
mendinginkan lautan. Proses pendinginan di lautan lebih
dominan dari proses heat budget. Pada daerah tropis, range
/jarak suhu biasanya kurang dari 2°C.
Suhu permukaan laut (SPL) rata-rata ditentukan oleh pergantian
panas antara laut dan atmosfer. Jika pemanasan matahari lokal
adalah satu-satuanya penentu suhu permukaan laut, maka nilai
SPL di seluruh dunia akan konstan, dengan nilai tertinggi di
daerah kutub dan terendah di daerah kutub. Namun sebaran suhu
permukaan mendekati distribusi suhu yang ditampilakan pada
gbr. (4). Hal itu terjadi karena dua alasan sebagai berikut :
1. Arus meridional yang kuat mentransport massa air yang hangat
ke dalam WBC (Western Boundary Layer) pada sepanjang
pantai timur benua. Contohnya adalah Gulf-Stream  di utara
Samudera Atlantik dan Arus Kurosiho di Utara Samudera
Pasifik. Perairan yang dingin ditransport ke daerah equator
sepanjang pantai barat benua.
2. Daerah-daerah upwelling pada pesisir perairan, misalnya di
lepas pantai Peru dan Chili atau Nambia. Suhu permukaan
menjadi dingin, akibat adanya pengangkatan massa air yang
dingin dari kedalaman beberapa ratus meter.
Sumber: Elemen of Oceanografi hal 253.

Di daerah subtropis kedalaman lapisan tercampur bervarias


antara 20-50 meter saat musim panas, dan pada musim
dingin,kedalaman mencapai 70-120 meter. Pada daerah sub
polar lapisan tercampur yang terbentuk dapat mencapai
beberapa ratus meter selama musim dingin.

Lapisan termoklin (thermoklin layer)


Daerah tipis dimana terjadi perubahan suhu yang cepat di bawah
lapisan tercampur disebut sebagai lapisan termoklin musiman.
Lapisan ini berkaitan dengan pergantian temperatur, biasanya
akan muncul pada panas dan akan menghilang di musim dingin.
Di daerah khatulistiwa, perubahan panas atau dingin perairan,
tidak akan cukup untuk menghilangkan thermoklin musiman ini.

Di bawah lapisan tercampur, temperatur air menurun cepat


dengan kedalaman, kecuali di lintang tinggi atau biasa disebut
sebagai lapisan termoklin. Jarak/ kisaran kedalaman dimana
terjadi perubahan temperatur yang besar disebut thermoklin.
Karena densitas berhubungan erat dengan temperatur,
thermoklin juga tergantung pada lapisan dimana gradien
densitas, yang disebut pycnoklin (lapisan perbatasan yang relatif
tipis yang merupakan transisi antara massa air yang satu dengan
yang lainnya. Lapisan ini sering disebut juga sebagai
discontinuity layer, karena lapisan ini mencegah percampuran
antara massa air yang ada di atas dan di bawahnya. Suhu di
bawah lapisan tercampur sudah tidak dipengaruhi oleh kondisi
meteorologi, tetapi lebih ditentukan oleh kedalaman ambang
(sill depth) dan sirkulasi lapisan dalam.
Bentuk termoklin sedikit bervariasi sesuai dengan musim.
Termoklin ini disebut termoklin musiman. Termoklin permanen
memanjang di bawah termoklin musiman hingga pada
kedalaman 1500-2000 meter. Pada daerah lintang tinggi, lapisan
yang terjadi di bawah lapisan termoklin permanen mungkin
lebih dingin dan tawar.

Lapisan dalam (deep layer)


Umumnya pada lapisan dalam suhu homogen, dan informasi
yang diperoleh dari lapisan ini sangat minim. Namun, lapisan
dalam dapat berkurang jika lapisan di atasnya bertambah, dan
akan bertambah jika lapisan termoklin berkurang.

Faktor yang mempengaruhi temperatur di laut

Suhu dan salinitas merupakan parameter oseanografi yang penting dalam mempelajari

sirkulasi dan asal usul massa air. Kedua parameter ini serta tekanan menentukan

densitas antara dua tempat akan menghasilkan perbedaan tekanan yang kemudian

memicu aliran massa air dari tempat yang bertekanan tinggi ke tempat bertekanan

rendah.

Di samping itu, dengan menggabungkan suhu dan salinitas dalam suatu diagram

(dikenal sebagai diagram T-S) kita dapat melacak asal usul massa air tersebut.

Contoh diagram TS dapat dilihat pada gambar di bawah ini :


Sebaran Vertikal Suhu

Berdasarkan sebaran suhu secara vertikal, perairan terbagi atas tiga lapisan yaitu

(Steward, 2006):

 Lapisan homogen (surface layer) pada permukaan perairan


 Lapisan diskotinuitas atau biasa disebut lapisan termoklin (thermocline layer)
di tengah
 Lapisan dingin/lapisan dalam (deep layer) dibagian bawah

Temperatur Lautan

Dua properti air laut yang terpenting adalah temperatur dan salinitas (konsentrasi
garam terlarut), karena keduanya mempengaruhi densitas yang merupakan faktor utama yang
membangkitkan pergerakan vertikal air laut. Densitas air laut normal akan bertambah terhadap
kedalaman. Jika densitas permukaan air lebih tinggi daripada densitas air di bawahnya maka
terjadi kondisi gravitasi tidak stabil dan air permukaan akan turun/tenggelam. Di daerah kutub,
densitas permukaan air dapat bertambah dengan dua cara: pertama dengan pendinginan
langsung baik jika es bersentuhan dengan air atau jika angin dingin melewati es; kedua dengan
pembentukan es laut yang mengekstrak air dan melepaskan air laut dengan salinitas tinggi
dan densitas yang bertambah. Arus dingin yang berat pada sirkulasi dalam terjadi akibat
turunnya air yang berat di daerah kutub. Di lintang rendah, air asin yang berat dihasilkan oleh

penguapan yang berlebihan yang mendapat bantuan dari angin yang kuat seperti pada musim
dingin di Mediterranean.

Radiasi Matahari

Radiasi matahari didominasi oleh ultraviolet, panjang gelombang visible dan panjang


gelombang yang mendekati infra merah (Bagian 2.3). Rerata radiasi hanya sekitar 70% yang
mencapai bumi yang menembus atmosfer. Sekitar 30% (rerata) dikembalikan ke angkasa oleh
awan dan partikel debu. 70% tersebut adalah: 17% diserap atmosfer; 23% sampai ke permukaan
sebagai difusi cahaya siang hari; 30% sampai ke permukaan sebagai sinar matahari langsung.
Sebagian besar radiasi ultraviolet diserap dalam lapisan ozon (langit yang tidak berawan terlihat
biru karena sebaran panjang gelombang pendek oleh molekul-molekul gas atmosfer.

Radiasi yang benar-benar sampai ke permukaan bumi, yang disebut insolasi, tidak semuanya
diserap. Persentasi insolasi yang dikembalikan oleh permukaan disebut albedo permukaan
tersebut. Gelombang dan ripple dapat meningkatkan albedo air, tetapi umumnya lebih sedikit
dari pada permukaan daratan. Waktu dalam hari juga mempengaruhi albedo (terutama air, es
atau salju) karena semakin pendek sudut datang radiasi maka semakin besar jumlah yang akan
dikembalikan. Beberapa radiasi yang dikembalikan dari permukaan bumi diserap atmosfer dan
kemudian memanaskannya. Permukaan juga dipanaskan oleh radiasi yang diserap dan
sebaliknya membalikkan kembali radiasi infra merah dan gelombang panjang (mikrowave).
Variasi diurnal (harian) temperatur di darat biasanya diukur dalam derajat tetapi di lautan
jumlahnya tidak lebih dari beberapa derajat kecuali di perairan yang sangat dangkal

DISTRIBUSI TEMPERATUR PERMUKAAN

Intensitas insolasi tergantung terutama pada sudut dimana sinar matahari mengenai
permukaan dan distribusi temperatur di permukaan bumi yang bervariasi terhadap lintang dan
musim karena sumbu bumi mengikuti orbitnya mengitari Matahari. Insolasi tetap tinggi di
daerah ekuator untuk bulanbulan yang lain pada tahun tersebut. Pada tengah hari matahari
berada tepat di atas kepala di sepanjang Tropis Cancer dan Capricorn pada soltice Juni dan
Desember, sehingga lintang menengah menerima insolasi maksimum pada musim panas dan
insolasi minimum pada musim dingin. Di kutub terdapat insolasi hanya selama setengah tahun,
dimana cerah seharian penuh pada musim panas dan gelap seharian penuh pada musim dingin.
Sebelum perkembangan teknologi satelit, sulit untuk mengamati perubahan temperatur
permukaan laut suatu daerah yang luas secara musiman. Dengan adanya satelit dengan sensor
infra merah, memungkinkan pengukuran perubahan temperatur permukaan laut musiman dan
tahunan dalam skala global. Sensitivitas dan ketepatan pada sensor adalah dalam orde ±0,1 oC
atau lebih baik dan ketepatannya bertambah tiap waktu dengan adanya koreksi untuk faktor-
faktor seperti kondisi permukaan laut (halus atau kasar) dan jumlah air yang menguap ke
atmosfer (uap air diserap radiasi infra merah). Informasi dapat diperoleh dengan berbagai cara
dan untuk bermacam tujuan oseanografi yang penting seperti variasi temperatur permukaan
laut dan bukannya harga absolutnya. Hal yang perlu diingat adalah bahwa informasi ini hanya
untuk permukaan laut. Peralatan yang berbasis satelit tidak atau belum dapat
menemukan hubungan struktur temperatur dengan kedalaman lautan.

Transfer Panas dan Air di Sepanjang Batas Udara-Laut

Temperatur permukaan laut tergantung pada insolasi, dan penentuan jumlah panas yang
kembali diradiasikan ke atmosfer: Semakin panas permukaan maka semakin banyak radiasi
baliknya. Panas juga ditransfer di sepanjang permukaan laut melalui konduksi dan konveksi
serta pengaruh penguapan.

Konduksi dan konveksi.

Jika permukaan laut lebih panas dari udara di atasnya maka panas dapat ditransfer dari
laut ke udara. Biasanya permukaan laut lebih panas dari udara diatasnya sehingga terdapat
sejumlah panas yang hilang dari laut melalui konduksi. Kehilangan tersebut relatif tidak penting
untuk total panas lautan dan pengaruhnya dapat diabaikan kecuali untuk pencampuran
konvektif oleh angin yang memindahkan udara hangat dari permukaan laut.

Penguapan
            Penguapan (transfer air ke atmosfer sebagai uap air) adalah mekanisme utama dimana
laut kehilangan panasnya yaitu sekitar beberapa magnitud dibandingkan yang hilang melalui
konduksi dan pencampuran konvektif. Persamaan pengaturnya adalah: (laju kehilangan panas)
= (panas laten penguapan) x (laju penguapan)

Penguapan, kondensasi dan presipitasi bukanlah satu-satunya mekanisme transfer air di


sepanjang lapisan udara-laut. Seperti cairan, permukaan luar laut dicirikan oleh kekuatan
intermolekul yang menyebabkan tegangan permukaan. Tegangan permukaan air laut lebih
lemah dibanding tegangan permukaan air tawar sehingga air laut lebih mudah pecah menjadi
busa bila diganggu oleh gelombang permukaan. Angin yang kuat dapat menyebabkan busa dan
merusak permukaan lapisan dan juga menyimpan gelembung-gelembung udara.

DISTRIBUSI TEMPERATUR TERHADAP KEDALAMAN

Pengukuran temperatur di permukaan laut dan di bawahnya tidak dapat dilakukan sebelum
adanya termometer di awal abad ke-17. Pertama kali pengukuran temperatur, dilakukan pada
sampel air yang diambil dalam wadah besi atau kanvas dari air permukaan. Diketahui bahwa
temperatur berkurang terhadap kedalaman tetapi pengukuran yang tepat untuk temperatur
bawah permukaan hanya dapat dilakukan bila termometer dilindungi dari tekanan permukaan
dan mampu merekam temperatur in situ yang diciptakan pada pertengahan abad ke-19, tidak
lama sebelum pelayaran HMS Challenger. Sekarang, temperatur air laut diukur
dengan termistor dan rekaman yang kontinu secara vertikal dan lateral sudah menjadi prosedur
rutin dalam oseanografi.

Panjang gelombang yang lebih pendek/rendah yang dekat warna biru dalamn spektrum visibel,
menembus lebih dalam dibandingkan panjang gelombang yang lebih tinggi/jauh. Radiasi infra
merah adalah yang pertama diserap diikuti merah dst. Energi total yang diterima pada
kedalaman yang tertentu diwakili oleh daerah di bawah kurva pada perbandingan daerah di
bawah kurva untuk 100 m dan air permukaan menunjukkan hanya 1/50 dari energi datang yang
mencapai 100 m. Semua radiasi infra merah diserap dalam daerah satu meter dari permukaan
dan hampir setengah total energi matahari tersebut diserap dalam 10 cm daerah permukaan.
Penetrasi juga tergantung pada transparansi air yang tergantung pada jumlah materi yang
tersuspensi.

Konduksi terjadi sangat lambat sehingga hanya sebagian kecil panas yang dipindahkan ke
bawah melalui proses ini. Mekanisme utama adalah pencampuran olakan (turbulen) oleh angin
dan gelombang yang menghasilkan lapisan permukaan tercampur (atau disebut juga
lapisan campur) dengan ketebalan 200-300 m atau lebih di lintang tengah, di laut terbuka pada
musim dingin dan minimum setebal 10 m atau kurang di daerah perairan pantai yang
terlindung di musim panas.

Pada kedalamann antara 200-300 m dan 1000 m, temperatur akan turun dengan cepat. Daerah
ini dikenal sebagai termoklin permanen, dibawah 1000 m menuju lantai (dasar) laut tidak
mengalami variasi musiman dan temperatur turun perlahan antara 0oC dan 3oC. Kisaran yang
kecil tersebut tidak berubah di laut dalam baik terhadap geografi dan musiman karena
dipengaruhi oleh temperatur dingin, air berat yang tenggelam dari kutub dan mengalir ke
Ekuator.

ENERGI DARI TERMOKLIN - SUATU DIGRESI SINGKAT

Termoklin permanen ditemukan hampir di semua lautan dan di lintang rendah terdapat
perbedaan temperatur sebesar 20 oC dan kadangkadang lebih. Masalah tapping energi dari
gradien temperatur di air laut adalah skala. Prinsip Ocean Thermal Energy Conversion
(OTEC) sama dengan yang digunakan dalam alat pendingin, air conditioner dan pompa panas.
Konsep awalnya adalah dengan memompa air permukaan yang hangat pada temperatur 25 oC
ke dalam peubah panas untuk menguapkan cairan volatil (seperti amonia) yang akan
mengembang dan menggerakkan turbin dan menghasilkan listrik. Dalam waktu yang sama air
dingin dengan temperatur 4 oC dari bawah termoklin akan dipompa ke atas supaya uap
terkondensasi dalam peubah panas yang terpisah dan memulai siklus lagi. Di beberapa pusat
tenaga (Gambar 2.10(a)), air laut yang hangat akan menguap sendiri dalam kondisi hampa dan
uapnya digunakan untuk menggerakkan turbin. Pusat tenaga paling baik dibangun di daerah
lintang rendah dimana terdapat kontras termal antara permukaan dan air-dalam besar dan
sedikit perubahan musiman. Orang Jepang dan Amerika telah memajukan teknologi ini dan
membangun pusat tenaga kecil yang menggerakkan 50-100 kW. Dengan skala ini, daerah yang
sesuai adalah pulau-pulau kecil di Pasifik Selatan. 

Sebaran suhu secara vertikal di perairan Indonesia dapat dibedakan menjadi tiga

lapisan yakni, lapisan hangat di bagian permukaan dimana pada lapisan ini gradien

suhu berubah secara perlahan, lapisan termoklin di tengah dimana suhu gradien suhu

berubah secara cepat terhadap kedalaman, dan lapisan dingin di bagian bawah lapisan

termoklin dimana suhu air laut konstan sebesar 4°C (Nontji, 1987). 
Suhu permukaan laut di Indonesia umumnya berkisar antara 28 - 31 ºC yang

merupakan ciri perairan tropis. Variasi suhu tahunan rata-rata cenderung kurang dari

2 ºC. Soegiarto dan Birowo (1975), mengemukakan bahwa suhu permukaan di perairan

Indonesia berkisar antara 28-30 oC dan di daerah upwelling suhunya dapat turun

mencapai 25 oC dan secara horisontal suhu permukaan laut di perairan Indonesia

memiliki variasi tahunan yang rendah, namun variasi tersebut masih menunjukkan

perubahan musiman. Perubahan ini dipengaruhi oleh posisi matahari dan pengaruh

massa air di daerah lintang tinggi.

Faktor yang mempengaruhi sebaran suhu

Suhu air laut dipengaruhi oleh cuaca, kedalaman air, gelombang, waktu pengukuran,

pergerakan konveksi, letak ketinggian dari muka laut (altitude), upwelling, musim,

konvergensi, divergensi, dan kegiatan manusia di sekitar perairan tersebut serta

besarnya intensitas cahaya yang diterima perairan. Suhu suatu perairan dipengaruhi

oleh radiasi matahari; posisi sinar matahari; letak geografis; musim; kondisi awan;

serta proses interaksi antara air dan udara, seperti aliran panas (heat), penguapan,

dan hembusan angin.

King (1963) menyatakan bahwa perubahan suhu terhadap kedalaman bergantung pada

empat faktor, yaitu variasi jumlah panas yang diserap, efek konduksi panas,

perpindahan massa air oleh arus, dan pergerakan vertikal dari air. Variasi dari
keempat faktor ini menyebabkan sulit untuk menyeragamkan perubahan suhu tahunan

terhadap kedalaman.

Menurut Nontji (2005), adanya radiasi matahari yang tinggi pada siang hari,

menyebabkan lapisan permukaan perairan memiliki suhu dengan massa air hangat,

sedangkan berdasarkan pada kedalaman suhu akan semakin menurun dan akan

mengalami penurunan yang sangat cepat pada kisaran kedalaman antara 50-300

meter.

Nilai suhu berdasarkan kedalaman akan semakin berkurang  disebabkan karena

intensitas cahaya matahari. Massa air permukaan hangat yang disebabkan oleh adanya

pemanasan yang terjadi secara terus-menerus sepanjang tahun. Pemanasan tersebut

mengakibatkan terbentuknya stratifikasi di dalam kolom perairan yang disebabkan

oleh adanya gradien suhu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu permukaan laut adalah  presipitasi (akibat

curah hujan yang menyebabkan turunnya suhu permukaan laut), evaporasi (akibat

aliran bahang dari udara menyebabkan naiknya suhu permukaan), kecepatan angin,

intensitas cahaya matahari, dan faktor-faktor fisika yang terjadi di dalam kolom

perairan.

Pengaruh Cahaya Terhadap Warna dan Lapisan Kedalaman Laut


Cahaya matahari merupakan gabungan cahaya dengan panjang gelombang dan spektrum warna yang
berbeda-beda (Sears, 1949; Nybakken, 1998; alpen,1990). Bagian-bagian yang berbeda spektrum
tampak menimbulkan warna yang berbeda. Panjang gelombang untuk warna-warna  yang berbeda juga
berbeda.

Cahaya matahari terdiri dari tujuh warna (merah, oranye, kuning, hijau, biru, nila, violet). Masing-masing
warna memiliki panjang gelombang masing-masing. Hal ini berpengaruh pada kemampuan cahaya untuk
menembus air.

Panjang Gelombang Warna

400 – 440 nm Violet

440 – 480 nm Biru

480 – 560 nm Hijau

560 – 590 nm Kuning

590 – 630 nm Oranye

630 – 700 nm Merah

Tabel 1. Panjang gelombang Dari Cahaya Tampak (visible light)

Cahaya warna merah mampu terserap pada kedalam kurang dari 20 meter, lebih dari itu warna merah
tidak lagi nampak. Disinilah muncul kegelapan warna merah. Sebagai contoh, ada seorang penyelam
yang terluka dan berdarah di kedalaman 25 meter maka darah yang terlihat bukan lagi berwarna merah
melaikan warna hitam. Ini dikarenakan warna merah sudah tidak mampu menembus kedalaman
tersebut.

Cahaya warna oranye terserap pada kedalaman sekitar 30 meter, setelah ada kegelapan warna merah
maka dibawahnya ada kegelapan warna oranye. Cahaya warna kuning dapat terserap pada kedalam
sekitar 50 meter. Cahaya warna hijau dapat terserap pada kedalaman sekitar 100 meter. Pada
kedalaman 200 meter cahaya warna biru terserap dan begitu seterusnya.
gambar : kedalaman cahaya menembus air laut

sumber : http://wong168.wordpress.com

Dengan demikian, terciptalah kegelapan warna cahaya matahari di lautan secara berlapis-lapis, yang
disebabkan air menyerap warna pada kedalaman yang berbeda-beda. Kegelapan di laut dalam semakin
bertambah seiring kedalaman laut, hingga didominasi kegelapan pekat yang dimulai dari kedalaman
lebih dari 200 meter. Lalu cahaya tidak dapat masuk sama sekali pada kedalaman mulai dari 1000 meter
dan kegelapannya berlapis-lapis. Tembusan cahaya berbanding terbalik dengan bertambahnya
kedalaman.

Plankton, biota laut lainnya serta zat organic terlarut yang dalam istilah Jerman disebut gelbstoff. Materi
– materi inilah yang menyebabkan penyerapan cahaya matahari sehingga hanya menyisakan warna
“dark blue” pada lautan. Selain penyerapan atau adsorpsi cahaya, warna laut juga disebabkan oleh
penghamburan cahaya oleh makhluk – makhluk mikro di laut seperti fitoplankton (tumbuhan sangat
kecil) dan zooplankton (hewan sangat kecil). Semua faktor tersebutlah yang menyebabkan warna laut
menjadi biru cerah kehijauan di daerah perairan laut tropis termasuk di Indonesia. Cahaya matahari
yang berlimpah dan iklim panas sangat baik bagi pertumbuhan plankton, dan hal ini lebih menguatkan
lagi untuk pembentukan warna cerah kehijauan di laut. Pantulan dari langit sebenarnya juga berperan
tetapi hanya berperan kecil.

Air yang jernih tampak berwarna biru karena, panjang gelombang yang pendek (seperti biru) lebih
sedikit diserap dan lebih banyak dihamburkan. Tetapi kita tidak dapat melihat warna biru pad air di
dalam gelas karena lapisan air yang terdapat di segelas air tidak cukup untuk untuk menyerap warna
cahaya yang diterima.
Lapisan Kedalaman Laut

         Zona Euphotic


Merupakan zona yang berhubungan langsung dengan cahaya pada lapisan ini cahaya yang masuk pada
kedalaman air cukup untuk dipakai proses fotosintesis. Kedalaman cahaya ini dipengaruhi oleh musim
dan kekeruhan. Zona ini berada pada permukaan hingga kedalaman dimana intensitas cahaya jatuh ke
satu persen dari permukaan. Kedalaman pada zona ini sangat bervariasi, pada danau yang keruh zona ini
hanya beberapa centimeter saja dan bisa mencapai 200 meter pada laut terbuka. Sekitar 90%
kehidupan biota brada pada zona ini.

         Zona Disphotic

Zona ini membentang dari dasar zona euphotic hingga 200 m. Walaupun terdapat cahaya pada zona ini
namun cahaya yang masuk tidak cukup untuk fotosintesis. Zona euphotic dan zona disphotic bertepatan
dengan zona epipelagis.

         Zona Aphotic

Zona ini merupakan zona terdalam di laut. Pada lapisan ini cahaya tidak dapat masuk sama sekali.
Lapisan laut yang gelap ini disebut juga zona tengah malam. Zona aphotic sendiri berasal dari bahasa
Yunani yang berarti tidak ada cahaya. Kedalaman zona ini dipengaruhi oleh kekeruhan atau kejernihan
air. Pada air yang jernih kedalamannya bisa lebih panjang dibandingkan dengan air yang keruh. Rata-rata
kedalaman laut sekitar 13000 kaki atau 4000 meter. Pada zona ini setiap meningkatnya kedalaman
tekanan semakin bertambah dan suhu semakin menurun mendekati beku. Zona aphotic dibagi menjadi
dua yaitu bathyal dan abyssal. Zona bathyal memanjang dari kedalaman 1000 hingga 4000 meter
dibawah permukaan laut. Terletak diantara mesopelagic dan abyssopelagic. Suhu rata-rata pada
kedalaman ini sekitar 4 derajat celcius. contoh mahluk yang hidup di zona bathyal yaitu, cumi-cumi, paus
besar, gurita, spons, branchiopoda, bintang laut.

Zona abyssal meluas dari 2000 meter kebawah. Pada zona ini tidak terdapat cahaya, sehingga tidak
dapat berlangsung fotosintesis sehingga tidak terdapat tanaman dan organismefotosintesis lainnya.
Contoh makhluk yang hidup di zona ini yaitu cumi-cumi raksasa, black swallower, tripod fish, angeler
fish. Pada zona ini suhu bisa mencapai 2 – 3 derajat celcius dan miskin nutrisi.

Dibawah zona abyssal adalah zona hadal jarang dihuni dan diatas abysal adalah bathyal ketiganya
termasuk pada wilayah laut dalam. Di atas kontinental masing-masing ada zona euphotic dan disphotic.
Zona bathyal sebagian terletak pada disphotic dan sebagian di aphotic.

Anda mungkin juga menyukai