Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

Penciptaan alam merupakan bukti kekuasaan dan kebesaran Allah Swt.


Kenyataan tersebut membuktikan kemahaluasan ilmu Allah dibandingkan
pengetahuan yang kita miliki. Tidak ada kesulitan bagi Allah untuk mencipta
juga menghancurkan alam semesta ini. Ungkapan kesyukuran atas segala
nikmat alam semesta ini dibuktikan dengan sikap bersahabat dengan alam
yang lebih baik. Ayat-ayat kosmologis dalam Al-Qur’an merupakan petanda
lain dari fakta alam semesta. Keduanya saling menjelaskan satu sama lain.
Makro-kosmos dan mikrokosmos merupakan bukti nyata akan belas kasih-
Nya terhadap manusia di muka bumi.
Hampir semua agama membicarakan tentang asal usul kejadian alam. Para
pakar agama-agama telah mengemukakan pendapatnya dari pemahaman
mereka terhadap kitab sucinya. Tidak ketinggalan dengan para filsuf, baik
sejak zaman Yunani kuno, hingga filsuf muslim telah memberikan
sumbangsihnya terkait asal usul penciptaan alam. Mulai dari Tales yang
berdapat bahwa asal muasal segala sesuatu yang ada di alam semesta ini
berasal dari air. Pendapat yang lain mengatakan, asal dari segala sesuatu
adalah tanah, ada pula yang berpendat berasal dari api.
Terdapat pula pendapat yang menyatakan bahwa asal mula terjadinya alam
semesta ini karena adanya big bang (ledakan besar) pada jutaan tahun lampau.
Pencetus teori big bang ini adalah Stephen Hawking. Menurutnya, jagad
raya (alam semesta) berawal dari adanya suatu massa yang sangat besar dan
panjang dengan berat jenis yang besar pula dan mengalami ledakan dan
dentuman yang sangat dahsyat karena adanya reaksi pada inti massa. Ketika
terjadi ledakan besar itu, bagian-bagian dari massa tersebut berserakan dan
terpental menjauhi pusat dari ledakan. Setelah miliaran tahun kemudian,
bagian-bagian yang terpental tersebut membentuk kelompok-kelompok yang
dikenal sebagai galaksi dalam sistem tata surya.
Para filsuf sebelum al-Ghazali mempunyai pendapat bahwa bahwa alam
itu qadim (tidak mempunyai permulaan), ini merupakan pendapat Aristoteles
dan pengikutnya. Para filosof muslim sebelum al-Ghazali mengatakan bahwa
alam ini qadim.Sebab qadim Tuhan atas alam sama halnya dengan qadim nya
illat atas ma’lulnya (ada sebab akibat), yakni dari zat dan tingkatan, juga dari
segi zaman. Para filosof kala itu beralasan tidak mungkin wujud yang lebih
dahulu, yaitu alam, keluar dari yang qadim (Tuhan), karena dengan demikian
berarti kita bisa membayangkan bahwa yang qadim itu sudah ada, sedangkan
alam belum ada.Menurut al-Ghazali yang qadim (tidak mempunyai
permulaan) hanyalah Tuhan semata. Maka, selain Tuhan haruslah baru
(hadis). Karena apabila terdapat sesuatu yang qadim selain Tuhan, maka dapat
memunculkan paham; apabila yang qadim banyak, berarti Tuhan banyak;
pemikiran ini tentu menimbulkan kemusyrikan yang pelakunya dosa besar
yang tidak dapat diampuni Tuhan; atau masuk golongan Ateisme yang
menyatakan bahwa alam yang qadim tidak perlu adanya pencipta.
Filsof Muslim lain, seperti al-Farabi, dan Ibnu Sina berpendapat
bahwa wujudnya alam bukanlah dan bukanlah diciptakan, Allah memang
prima kausa, penyebab pertama, penggerak pertama, wajib al-Wujud.
Namun, Allah bukanlah pencipta alam, melainkan sebagai penggerak
pertama. Allah menciptakan sesuatu dari bahan yang sudah ada secara
pancaran (emanasi). Dengan demikian, Allah menciptakan alam semenjak
azali alam semenjak azali dengan materi alam berasal dari energi yang
qadim, sedangkan susunan materi yang menjadi alam adalah baru berasal
dari pancaran pikiran akal pertama.
Pendapat al-Farabi dan Ibnu Sina di atas kemudian dikritik keras oleh
al-Ghazali, ia mengemukakan bahwa pemikiran al-Farabi dan Ibnu Sina
tersebut jelas-jelas tidak bisa diterima dalam pandangan Islam. Sebab, dalam
ajaran Islam (yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadits) Allah merupakan
Dzat yang Pencipta (al-Kha>liq), yaitu yang menciptakan sesuatu dari tiada.
Kalau alam dikatakan qadim, tidak bermula, berarti alam bukanlah
diciptakan, dan dengan demikian Tuhan bukanlah Pencipta.
Al-Quran yang diturunkan kepada Rasulullah bukanlah omong kosong,
murni firman dari Allah. Al-Quran sudah menjelaskan bagaimana asal muasal
alam semesta tercipta, dan penelitian abad 19 menunjukkan kesamaan hasil
penelitian dengan yang termaktub dalam Al-Quran yang diturunkan sekitar
610 Masehi. Dalam salah satu teori mengenai terciptanya alam semesta (teori
big bang), disebutkan bahwa alam semesta tercipta dari sebuah ledakan
kosmis sekitar 10- 20 miliar tahun yang lalu yang mengakibatkan adanya
ekspansi (pengembangan) alam semesta. Sebelum terjadinya ledakan kosmis
tersebut, seluruh ruang materi dan energi terkumpul dalam sebuah titik.
Mungkin banyak di antara kita yang telah membaca tentang teori tersebut.
Sekarang, mungkin ada di antara kita yang ingin tahu bagaimana Al-Quran
menjelaskan tentang terbentuknya alam semesta ini. Dalam Quran surat Al-
Anbiya (surat ke-21) ayat 30 disebutkan:

Artinya: “Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui


bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu,
kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan
segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?
(QS. Al-Anbiya: 30)
Al-Qur’an sedikit sekali berbicara tentang kejadian alam
(kosmogini). Mengenai metafisika penciptaan, Al-Qur’an hanya
membicarakan bahwa alam semesta beserta segala sesuatunya hendak
diciptakan oleh Allah di dalamnya tercipta, sesuai dengan firmannya.

Artinya: Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak
(untuk menciptakan) sesuatu, Maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan
kepadanya: “Jadilah!” lalu jadilah ia. (QS. Al-Baqarah: 117)

Disamping sedikit, ayat-ayat itu tersebar di berbagai surat dengan


tema-tema yang parsial. Untuk mengetahui konsep penciptaan alam secara
keseluruhan, maka ilmu alam dengan berbagai cabangnya memiliki andil
yang sangat besar. Perkembangan ilmu astronomi saat ini, harus diakui
telah banyak membantu dalam pembuktian atas postulat-postulat ayat Al-
Qur’an mengenai alam semesta. Akan tetapi lebih dari pada itu, sisi
metafisik dari sebuah pengetahuan haruslah tetap ada. Sains harus
diintegrasikan dengan metafisika, sehingga faktanya yang tak terbantahkan
dapat memperoleh kembali signifikansi spiritual. Maka dalam pembahasan
mengenai penciptaan alam semesta di bawah ini akan dimulai dengan
kajian ayat kemudian dilihat relevansinya dengan sains modern dan
terakhir ditarik kembali pada tataran metafisik
BAB II
Teori IPTEK
IPTEK adalah singkatan dari ‘ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu suatu
sumber informasi yang dapat meningkatkan pengetahuan ataupun wawasan
seseorang dibidang teknologi. Dapat juga dikatakan, definisi IPTEK ialah
merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknologi, baik itu
penemuan yang terbaru yang bersangkutan dengan teknologi ataupun
perkembangan dibidang teknologi itu sendiri. Dibawah ini adalah beberapa
teori tentang penciptaan alam semesta bedasarkan IPTEK.

2.1 Teori Big Bang


Para ahli kosmologi memperkirakan pada 10-4 detik awal
dentuman, alam semesta dipenuhi oleh foton (partikel sinar) berenergi
tinggi, dengan temperatur diatas 1012 0K dan kerapatan lebih dari 50 juta
ton per cm kubik. Pernah dilansir di kompas bahwa Stephen Hawking ahli
astrofisika terkenal mengatakan bahwa setelah mengutak-atik angka secara
matematis, ia dapat menarik kesimpulan bahwa big bang awal berukuran
kira-kira sebesar bola tenis, pendapat mengenai ukuran massa/kerapatan
awal big bang selalu berubah, bila pendapat diatas dihitung maka
kerapatan massa awal alam semesta bisa dihitung, yaitu kurang lebih
volume bola tenis dalam cm kubik, dikalikan dengan 50 juta ton, 3.14 x
5cm x 5cm x 50 juta ton = 3,925 milyar ton.
Awal alam semesta merupakan sop energi yang bolak-balik dari
foton jadi
partikel dan dari partikel berbalik menjadi foton kembali. Sementara hal
ini berlangsung terus, alam semesta mengembang, dengan demikian
frekuensi gelombang sinar gamma menurun, sebagai akibatnya maka
energi fotonnya pun menurun (energi sinar gammanya telah turun dibawah
energi proton atau netron).
Dengan demikian maka sinar gamma tidak mampu memproduksi
proton dan neutron, sehingga partikel bergabung dengan anti partikel dan
mengubah massa menjadi foton, bila tidak ada yang tersisa maka alam
semesta ini hanya terbentuk dari cahaya, tetapi menurut mekanika
kuantum ada sebagian kecil partikel normal yang tersisa (tidak kena anti
partikel), setiap milyar proton yang hancur oleh anti proton, tersisa satu
proton yang tidak mendapatkan anti partikel, demikian seterusnya,
schingga akhirnya kita hidup dalam alam semesta normal yang sangat sulit
menemukan anti partikel.
Dari usia 10-4 detik sampai usia 4 detik, ekspansi big bang
memproduksi pasangan elektron-positron (positron adalah elektron yang
bermuatan positif) yang 1800 kali lebih kecil daripada proton dan netron,
jadi sampai usia empat detik ekspansi big bang memproduksi elektron,
proton dan neutron. Pada usia 3 menit proton dan neutron bergabung
membentuk deuterium, yaitu inti atom hidrogen berat, dan pada menit
berikutnya terjadi reaksi penggabungan lagi (fusi) yang mengubah
deuterium menjadi helium. Sesudah itu untuk sementara atom lebih berat
tak dapat terbentuk. Setelah usia alam semesta mencapai 30 menit, alam
semesta menjadi agak dingin, reaksi nuklir telah terhenti, 25 persen massa
berubah menjadi helium, sedangkan sisanya berbentuk proton, yaitu inti
unsur hidrogen. Unsur-unsur lebih berat belakangan akan terbentuk oleh
nukleo sintesis (pembentukan inti) dalam bintang-bintang besar. Usia
sejuta tahun bagi manusia sangatlah panjang, tetapi bagi alam semesta usia
ini dianggap bagaikan usia bayi, alam semesta masih dipenuhi radiasi,
sinar gamma masih berinteraksi dengan materi, gas terionisasi, sebab suhu
masih terlalu panas bagi nukleus untuk menangkap elektron dan
membentuk atom netral. Lewat sejuta tahun alam semesta telah cukup
dingin (30000 K), sehingga nukleus atom telah mampu mengikat elektron
untuk membentuk atom netral, radiasi juga telah bebas berkelana di
seluruh alam semesta yang sedang berkembang. Sekarang alam semesta
tidak lagi didominasi oleh radiasi, materi telah bebas berkelana dalam
pengaruh gravitasi, alam semesta sekarang didominasi oleh materi. Inilah
rekonstruksi awal pembentukan alam semesta yang dipercaya oleh
“mainstream ” astronomer.

2.2 Teori Keadaan Tetap (Steady Tetap)


Teori ini dikemukakan oleh Fred Hoyle, herman bondi, thomas
Gold ( 1948 ). Teori ini berdasarkan prinsip osmologi sempurna yang
menyatakan bahwa alam semesta, dimana pun dan bilamanapun selalu
sama. Berdasarkan prinsip tersebutlah alam semesta terjadi pada suatu saat
tertentu dimasa yang telah lalu sampai sekarang. Segala sesuatu di alam
semesta ini selalu tetap sama walaupun galaksi-galaksi saling bergerak
menjauhi satu sama lain. Teori ini ditunjang oleh kenyataan, bahwa
galaksi baru mempunyai jumlah yang sebanding dengan galaksi
lama.Dengan kata lain bahwa tiap-tiap galaksi yang terbentuk, tumbuh,
menjadi tua, dan akhirnya mati, jadi, teori ini beranggapan bahwa alam
semesta itu tak terhingga besarnya dan tak terhingga tuanya ( Tanpa awal
dan tanpa akhir).
Dalam teori “keadaan tetap”, kita harus menerima bahwa zat baru
selalu di ciptakan dalam ruang angkasa diantara berbagai galaxy ,
sehingga galaxy baru akan terbentuk guna menggantikan galaxy yang
menjauh. Orang bersepakat bahwa zat yang merupakan asal mula bintang
dan galaxy tersebut adalah hidrogen.

2.3 Teori Mengembang dan Menempat


Teori ini dikenal pula dengan nama teori ekspansi dan kontraksi.
Menurut teori ini, jagat raya terbentuk karena adanya suatu siklus materi
yang di awali dengan masa ekspansi atau mengembang yang di sebakan
oleh adanya reaksi inti hidrogen, pada tahap ini terbentuklah galaksi-
galaksi.
Tahap ini di perkirakan berlangsung selama sekitar 30 miliyar
tahun. Selanjutnya galaksi-galaksi dan bintang yang telah terbentuk akan
meredup, kemudian memampat maka tahap berikutnya adalah tahap
mengembang dan kemudian memampat lagi dan seterusnya.

2.4 Teori Alam Semesta Quantum


Teori ini diciptakan oleh William Lane Craig pada tahun 1966. Dia
mengemukakan bahwa alam semesta ini dibentuk sudah ada selamanya,
dan akan selalu ada untuk selamanya pula. Dalam terori ini ruang dan
hampa pada hakikatnya tidak ada, yang ada hanyalah pertikel-partikel sub
atomik.
BAB III
Proses Alam Semesta

3.1 Proses Alam Semesta Menurut Al-Qur’an


Asal mula alam semesta digambarkan dalam Al Qur'an pada ayat
berikut:
‫ِۖة َو َخلَقَ ُك َّل ش أَي ِۖء‬ٞ َ‫ص ِحب‬ ِۖ ِ ‫ت َو أٱۡل َ أر‬
َ َٰ ُ ‫ َولَ أم ت َ ُكن لَّ ۥه‬ٞ‫ض أَنَّ َٰى يَ ُكونُ لَ ۥه ُ َولَد‬ ِ ‫س َٰ َم َٰ َو‬
َّ ‫﴿بَدِي ُع ٱل‬
)١٠١( .﴾ ‫يم‬ٞ ‫َوه َُو بِ ُك ِل ش أَيءٍ َع ِل‬
“ Dia Pencipta langit dan bumi. bagaimana dia mempunyai anak
padahal dia tidak mempunyai isteri. dia menciptakan segala sesuatu; dan
dia mengetahui segala sesuatu”. (Al Qur'an, 6:101)

Keterangan yang diberikan Al Qur'an ini bersesuaian penuh


dengan penemuan ilmu pengetahuan masa kini. Kesimpulan yang didapat
astrofisika saat ini adalah bahwa keseluruhan alam semesta, beserta
dimensi materi dan waktu, muncul menjadi ada sebagai hasil dari suatu
ledakan raksasa yang tejadi dalam sekejap. Peristiwa ini, yang dikenal
dengan "Big Bang", membentuk keseluruhan alam semesta sekitar 15
milyar tahun lalu. Jagat raya tercipta dari suatu ketiadaan sebagai hasil dari
ledakan satu titik tunggal. Kalangan ilmuwan modern menyetujui bahwa
Big Bang merupakan satu-satunya penjelasan masuk akal dan yang dapat
dibuktikan mengenai asal mula alam semesta dan bagaimana alam semesta
muncul menjadi ada.
Dalam Al Qur'an, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu
astronomi masih terbelakang, mengembangnya alam semesta digambarkan
sebagaimana berikut ini:

)٤٧( .﴾ َ‫س َما ٓ َء بَن أَي َٰنَ َها ِبأ َ أييْد َو ِإنَّا لَ ُمو ِسعُون‬
َّ ‫﴿ َوٱل‬
"Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan
sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya." (Al Qur'an, 51:47)
Kata "langit", sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini, digunakan
di banyak tempat dalam Al Qur'an dengan makna luar angkasa dan alam
semesta. Di sini sekali lagi, kata tersebut digunakan dengan arti ini.
Dengan kata lain, dalam Al Qur'an dikatakan bahwa alam semesta
"mengalami perluasan atau mengembang". Dan inilah yang kesimpulan
yang dicapai ilmu pengetahuan masa kini.
Sejak terjadinya peristiwa Big Bang, alam semesta telah
mengembang secara terus-menerus dengan kecepatan maha dahsyat. Para
ilmuwan menyamakan peristiwa mengembangnya alam semesta dengan
permukaan balon yang sedang ditiup.

Pemisahan Langit dan Bumi


Big Bang adalah teori yang telah dibuktikan secara ilmiah.
Meskipun sejumlahilmuwan berusaha mengemukakan sejumlah teori
tandingan gunamenentangnya, namun bukti-bukti ilmiah malah
menjadikan teori Big Bangditerima secara penuh oleh masyarakat ilmiah.
Satu ayat lagi tentang penciptaan langit adalah sebagaimana berikut:

‫ض كَا َنتَا َر أت ٗقا فَ َفت أَق َٰ َن ُه َم ِۖا َو َجعَ ألنَا ِمنَ أٱل َما ٓ ِء ُك َّل ش أَيءٍ َحي‬
َ ‫ت َو أٱۡل َ أر‬ َّ ‫﴿أ َ َو لَ أم يَ َر ٱلَّذِينَ َكفَ ُر ٓواْ أ َ َّن أ َ َّن ٱل‬
ِ ‫س َٰ َم َٰ َو‬
﴾ َ‫ٍٍٍ أَفَ ََل ي أُؤ ِمنُون‬
)٣٠(
"Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya
langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian
Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu
yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?" (Al Qur'an,
21:30)

Garis Edar
Tatkala merujuk kepada matahari dan bulan di dalam Al Qur'an,
ditegaskan bahwa masing-masing bergerak dalam orbit atau garis edar
tertentu.
)٣٣( ﴾ َ‫ل فِي فَلَك يَ أسبَحُون‬ٞ ‫س َو أٱلقَ َم ِۖ َر ُك‬ َ ‫﴿ َوه َُو ٱلَّذِي َخلَقَ ٱلَّ أي َل َوٱلنَّ َه‬
َّ ‫ار َوٱل‬
َ ‫شمأ‬
"Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan
bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya."
(Al Qur'an, 21:33)
Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah
diam, tetapi bergerak dalam garis edar tertentu:
)٣٨( .﴾ ‫يز أٱلعَ ِل ِيم‬ ُ ‫س ت أَج ِري ِل ُم أستَقَر لَّ َها َٰذَلِكَ ت أَقد‬
ِ ‫ِير أٱلعَ ِز‬ َّ ‫﴿ َوٱل‬
ُ ‫شمأ‬
"Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah
ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui." (Al Qur'an, 36:38).
Fakta-fakta yang disampaikan dalam Al Qur'an ini telah ditemukan
melalui pengamatan astronomis di zaman kita. Menurut perhitungan para
ahli astronomi, matahari bergerak dengan kecepatan luar biasa yang
mencapai 720 ribu km per jam ke arah bintang Vega dalam sebuah garis
edar yang disebut Solar Apex. Ini berarti matahari bergerak sejauh kurang
lebih 17.280.000 kilometer dalam sehari. Bersama matahari, semua planet
dan satelit dalam sistem gravitasi matahari juga berjalan menempuh jarak
ini. Selanjutnya, semua bintang di alam semesta berada dalam suatu
gerakan serupa yang terencana.
Sebagaimana komet-komet lain di alam raya, komet Halley,
sebagaimana terlihat di atas, juga bergerak mengikuti orbit atau garis
edarnya yang telah ditetapkan. Komet ini memiliki garis edar khusus dan
bergerak mengikuti garis edar ini secara harmonis bersama-sama dengan
benda-benda langit lainnya.
Keseluruhan alam semesta yang dipenuhi oleh lintasan dan garis edar
seperti ini, dinyatakan dalam Al Qur'an sebagai berikut:
)٧( .﴾ ‫ت أٱل ُحب ُِك‬
ِ ‫س َما ٓ ِء ذَا‬
َّ ‫﴿ َوٱل‬

"Demi langit yang mempunyai jalan-jalan." (Al Qur'an, 51:7)

Bentuk Bulat Planet Bumi


‫ل يَجأ ِري ِۡل َ َجل‬ٞ ُ‫س َو أٱلقَ َم ِۖ َر ك‬ َ ‫علَى ٱلَّ أي ِۖ ِل َو‬
َّ ‫س َّخ َر ٱل‬
َ ‫شمأ‬ َ ‫ار َويُك َِو ُر ٱلنَّ َه‬
َ ‫ار‬ ِ ِۖ ‫ض بِ أٱل َح‬
َ ‫ق يُك َِو ُر ٱلَّ أي َل‬
ِ ‫علَى ٱلنَّ َه‬ َ ‫ت َو أٱۡل َ أر‬ َّ ‫﴿ َخلَقَ ٱل‬
ِ ‫س َٰ َم َٰ َو‬
)٥( ﴾ ‫يز أٱلغَ َٰفَّ ُر‬
ُ ‫س ًّم ۗى أ َ ََل ه َُو أٱلعَ ِز‬ َ ‫ُّم‬

"Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; dia
menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan
menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu
yang ditentukan. ingatlah dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun."
(Al Qur'an, 39:5) .
Dalam Al Qur'an, kata-kata yang digunakan untuk menjelaskan tentang
alam semesta sungguh sangat penting. Kata Arab yang diterjemahkan
sebagai "menutupkan" dalam ayat di atas adalah "takwir". Dalam kamus
bahasa Arab, misalnya, kata ini digunakan untuk menggambarkan
pekerjaan membungkus atau menutup sesuatu di atas yang lain secara
melingkar, sebagaimana surban dipakaikan pada kepala.

Atap yang Terpelihara

Benda-benda langit yang berlalu lalang di ruang angkasa dapat


menjadi ancaman serius bagi Bumi. Tapi Allah, Pencipta Maha Sempurna,
telah menjadikan atmosfir sebagai atap yang melindungi bumi. Berkat
pelindung istimewa ini, kebanyakan meteorid tidak mampu menghantam
bumi karena terlanjur hancur berkeping-keping ketika masih berada di
atmosfir.

Dalam Al Qur'an, Allah mengarahkan perhatian kita kepada sifat


yang sangat menarik tentang langit:

)٣٢( .﴾ َ‫وظ ِۖا َوه أُم َع أن َءا َٰ َيتِ َها ُمعأ ِرضُون‬
ٗ ُ‫س أق ٗفا َّم أحف‬ َّ ‫﴿ َو َج َع ألنَا ٱل‬
َ ‫س َما ٓ َء‬
"Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang
mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang ada
padanya." (Al Qur'an, 21:32)

Sifat langit ini telah dibuktikan oleh penelitian ilmiah abad ke-20.

Atmosfir yang melingkupi bumi berperan sangat penting bagi


berlangsungnya kehidupan. Dengan menghancurkan sejumlah meteor, besar
ataupun kecil ketika mereka mendekati bumi, atmosfir mencegah mereka
jatuh ke bumi dan membahayakan makhluk hidup.
Energi yang dipancarkan oleh sebuah letusan pada Matahari sungguh amat
dahsyat sehingga sulit dibayangkan akal manusia: Letusan tunggal pada
matahari setara dengan ledakan 100 juta bom atom yang pernah dijatuhkan
di Hiroshima. Bumi terlindungi dari pengaruh merusak akibat pancaran
energi ini.

3.2 Penciptaan Alam Semesta Menurut IPTEK

1. Teori Keadaan Tetap

“Alam semasta sama di manapun atau bilamanapun atau dengan kata lain
alam semesta sama di mana-mana setiap saat.” Hipotesis ini disebut
Kosmologi Keadaan Tetap (Steady-State Cosmology). Namun teori ini
tergoyahkan karena alam semesta cenderung mengembang dan tidak tetap.

2. Teori Osilasi

“Materi alam semesta bergerak saling menjauhi kemudian akan berhenti, lalu
akan mengalami pemampatan demikian seterusnya secara periodik.”Teori ini
mengemukakan bahwa alam semesta sekarang sedang mengembang karena
sebelumnya telah terjadi penyusutan. Dalam proses ini tidak ada materi yang
rusak atau hilang ataupun tercipta, hanya mampat atau merenggang.

3. Teori Dentuman Besar / Big Bang


“Seluruh materi dan energi dalam alam semesta pernah bersatu membentuk
sebuah bola raksasa. Kemudian bola raksasa ini meledak sehingga seluruh
materi mengembang karena pengaruh energi ledakan yang sangat besar.”

Tahapan terjadinya Dentuman Besar :

a. Segera setelah terjadi dentuman besar, alam semesta mengembang dengan


cepat hingga kira-kira 2000 kali matahari.
b. Sebelum berusia satu detik, semua partikel hadir dalam keseimbangan.
Satu detik setelah dentuman, alam semesta membentuk partikel-partikel
dasar, yaitu elektron, proton, neutron, dan neutrino pada suhu 10 miliar
kelvin.
c. Kira-kira 500 ribu tahun setelah terjadi ledakan, lambat laun alam semesta
menjadi dingin hingga mencapai suhu 3000K. Partikel-partikel dasar
membentuk benih kehidupan alam semesta.
d. Gas hidrogen dan helium membentuk kelompok-kelompok gas rapat yang
tak teratur. Dalam kelompok-kelompok tersebut mulai terbentuk
protogalaksi.
e. Antar satu dan dua miliar tahun setelah terjadinya dentuman besar,
protogalaksi-protogalaksi melahirkan bintang-bintang yang lambat laun
berkembang menjadi raksasa merah dan supernova yang merupakan bahan
baku kelahiran bintang-bintang baru dalam galaksi
f. Satu di antara miliaran galaksi yang terbentuk adalah galaksi Bimasakti.
Di dalam galaksi ini terdapat tata surya kita, dengan matahri adalah
bintang yang terdekat dengan bumi.
Kronologi Alam Semesta

Distribusi radiasi CMB meyakinkan ilmuwan bahwa jauh di masa lampau


telah terjadi kesetimbangan termal di alam semesta. Karena alam semesta
terus berkembang hingga kini, masuk akal jika temperatur saat itu
diperkirakan sangat tinggi. Para ilmuwan menggunakan hukum-hukum
fisika untuk memperkirakan sifat-sifat alam semesta di awal terciptanya,
bahkan ekstrapolasi dapat dilakukan hingga mendekati Big Bang. Meski
demikian, karena temperatur saat ledakan (pada usia 0 detik) sangat tinggi,
menuju nilai tak berhingga, hukum-hukum fisika tidak lagi valid di sini.
Dalam matematika keadaan seperti ini dinamakan keadaan singular.
Karena matematika tidak dapat sepenuhnya berurusan dengan bilangan tak
berhingga, hukum-hukum fisika yang diformulasikan dalam matematika
tidak lagi memiliki arti pada kondisi singularitas. Pada awal terciptanya,
alam semesta memiliki ukuran tak berhingga kecil (menuju nol) namun
kerapatan materinya sangat tinggi. Baru setelah 10-43 detik (satu per
sepuluh juta triliun triliun triliun detik) dari ledakan situasi jagad raya
dapat diakses dengan menggunakan teori-teori fisika mutakhir.
Diperkirakan pada saat itu temperatur jagad raya mencapai 1032 K atau
sepuluh triliun triliun kali lebih tinggi dari temperatur inti matahari.
Periode yang dimulai pada usia 0 hingga 10-43 detik dikenal sebagai
periode (masa) Planck yang hingga saat ini masih merupakan misteri bagi
sains. Para ilmuwan mengimpikan sebuah teori yang dapat
menggabungkan teori kuantum dengan teori gravitasi yang diharapkan
dapat menguak apa yang terjadi pada masa Planck. Teori yang dinamakan
teori gravitasi kuantum ini tentulah sangat sulit mengingat bahwa domain
kuantum (daerah dimana efek kuantum dominan) berukuran mikroskopik
maksimal sebesar atom atau molekul, sedangkan gaya gravitasi terlihat
superior pada skala planet atau galaksi. Meski demikian, usaha ke arah
sana sudah banyak dilakukan, misalnya melalui gagasan teori Superstring
yang mempostulasikan ruang dengan dimensi 10 atau 26 pada masa
Planck. Dimensi-dimensi tersebut berkontraksi setelah masa Planck dan
menyisakan hanya 3 dimensi ruang serta satu dimensi waktu saat ini.
Setelah masa Planck alam semesta memasuki masa Penggabungan
Agung (Grand Unification). Pada masa ini semua gaya fundamental
kecuali gaya gravitasi sama kuatnya. Saat itu alam semesta masih belum
berisi apa-apa kecuali sup plasma dengan temperatur lebih dari seratus
ribu triliun triliun Kelvin. Periode ini tidak berlangsung lama dan alam
semesta mengalami inflasi (pengembangan secara cepat) yang diakhiri
dengan pemisahan gaya lemah dan gaya elektromagnetik. Setelah kedua
macam gaya tersebut terbedakan, sup plasma panas berubah menjadi sup
elektron-quark beserta partikel-partikel pembawa gaya elektrolemah yaitu
partikel W dan Z. Partikel-partikel tersebut eksis di alam semesta bersama
anti partikel mereka yang jika bergabung akan bertransformasi menjadi
radiasi dan sebaliknya radiasi yang ada dapat segera berubah menjadi
partikel dan anti-partikel.
Seperseratus ribu detik setelah ledakan temperatur alam semesta turun
menjadi 10 triliun Kelvin atau sekitar seribu kali lebih panas dari
temperatur pusat matahari. Pada saat ini sup quark berkondensasi menjadi
proton dan netron yang merupakan komponen dasar dari nukleus atau inti
atom.
Sekitar tiga menit kemudian temperatur terus menurun menjadi satu
milyar Kelvin. Energi kinetik yang dihasilkan temperatur sebesar ini sudah
tidak mampu lagi menahan gaya nuklir kuat antara proton dan netron yang
selanjutnya bergabung menjadi nucleus-nukleus ringan. Proses ini
dinamakan sebagai proses nukleosintesis. Proton dan netron bergabung
menjadi nukleus deuterium. Deuterium kemudian menangkap sebuah
netron membentuk inti tritium. Selanjutnya Tritium bergabung dengan
sebuah proton menjadi inti Helium. Proses ini berlanjut terus hingga
mencapai inti atom Lithium, namun dengan peluang yang semakin kecil.
Dengan demikian teori Big Bang meramalkan kelimpahan Hidrogen dan
Helium di dalam alam ini. Konfirmasi ramalan ini diperoleh melalui
spektrum bintang-bintang serta galaksi yang dapat diamati dari bumi.
Setelah 3 menit pertama berlalu tidak banyak perubahan yang terjadi
kecuali temperatur terus menurun dan alam semesta semakin besar hingga
usia jagad raya mencapai 300.000 tahun. Di usia ini alam semesta telah
mendingin menjadi 3000 Kelvin, suatu kondisi temperatur yang masih
mampu melelehkan kebanyakan logam yang kita kenal. Walaupun
temperatur ini masih sangat tinggi, energi kinetik yang dimiliki oleh
elektron tidak mampu lagi menahan gaya tarik menarik Coulomb antara
elektron dan nukleus. Elektron kemudian bergabung dengan nukleus
membentuk atom sehingga seluruh sup plasma tadi akhirnya berubah
menjadi atom-atom. Mulai saat ini radiasi tidak lagi bertransformasi
menjadi partikel dan anti-partikel, sehingga dikatakan bahwa alam semesta
mulai terlihat transparan oleh radiasi. Radiasi foton selanjutnya dapat
bergerak bebas bersama mengembangnya alam semesta. Dengan
demikian, radiasi CMB yang teramati oleh para ilmuwan adalah fosil
radiasi yang berasal dari 300.000 tahun setelah terjadinya Big Bang.
Dalam beberapa jam setelah Big Bang pembentukan Helium serta
elemen-elemen ringan lainnya berhenti. Alam semesta terus berkembang
dan mendingin, namun dibeberapa lokasi yang memiliki kerapatan jauh
lebih besar dibandingkan di tempat lain proses pengembangan tersebut
agak lambat akibat gaya tarik menarik gravitasi yang relatif lebih besar.
Bahkan di tempat-tempat tertentu di alam semesta proses pengembangan
berhenti sama sekali dan elemen-elemen yang ada di tempat itu mulai
merapat. Karena gaya gravitasi semakin bertambah, gas-gas Hidrogen dan
Helium mulai berrotasi untuk mengimbangi tarikan gravitasi. Proses ini
selanjutnya melahirkan galaksi-galaksi yang berputar dan memiliki
berbagai macam bentuk seperti cakram dan elips, bergantung pada
kecepatan rotasi serta gaya gravitasinya.
Selanjutnya gas-gas Hidrogen dan Helium dalam galaksi akan pecah
menjadi awan-awan yang lebih kecil dan juga mengalami proses kontraksi
karena masing-masing memiliki gaya gravitasi sendiri. Karena atom-atom
di dalam awan-awan tersebut saling bertumbukan, tarikan gravitasi
mengakibatkan tekanan bertambah dan temperatur terus meningkat yang
pada akhirnya sanggup untuk menyulut reaksi nuklir fusi. Reaksi ini akan
mengubah Hidrogen menjadi Helium dan berlangsung relatif lama karena
persediaan Hidrogen yang berlimpah dan terjadi keseimbangan antara
gaya gravitasi dengan gaya ledakan nuklir. Helium kemudian diubah
menjadi elemen-elemen yang lebih berat melalui proses fusi hingga
menjadi Karbon dan Oksigen.
Tahapan selanjutnya menghasilkan bintang-bintang di dalam galaksi
yang sebagian meledak sambil melemparkan bahan bakar untuk
membentuk bintang-bintang generasi baru. Matahari kita adalah salah
satu contoh dari bintang jenis generasi baru ini. Sebagian kecil pecahan
ledakan yang mengandung element-elemen lebih berat tidak lagi
sanggup untuk menyalakan reaksi fusi nuklir karena elemen-elemennya
relatif sudah stabil dan temperaturnya tidak cukup tinggi. Bagian ini
akhirnya membentuk planet-planet yang mengorbit bintang seperti bumi
kita yang mengorbit matahari. Pada saat bumi terbentuk, sekitar 5
milyar tahun yang lalu, temperaturnya sangat tinggi dan tidak memiliki
atmosfir. Setelah agak lama barulah temperatur bumi menurun dan
atmosfir mulai terbentuk karena adanya emisi gas dari batu-batuan di
atas permukaan bumi. Namun, atmosfir pertama ini bukanlah atmosfir
yang dapat mendukung kehidupan seperti saat ini, karena atmosfir bumi
mula-mula terdiri dari gas-gas beracun seperti Hidrogen Sulfida.
Untungnya beberapa makhluk primitif yang ada saat itu membutuhkan
gas-gas tersebut untuk bernafas dan menghasilkan Oksigen sebagai gas
buangan ke permukaan bumi, sehingga permukaan bumi akhirnya
dipenuhi oleh gas Oksigen. Karena gas Oksigen sendiri merupakan
racun bagi makhluk primitif ini, sebagian besar dari mereka akhirnya
punah secara alami, sedangkan sebagian lagi dapat menyesuaikan diri
dengan mengkonsumsi Oksigen sebagai kebutuhan hidupnya.

BAB IV

Hikmah Dibalik Proses


1. Bukti Keberadaan Allah Yang Maha Pencipta

Bukti dari sebuah kebenaran ialah ada persesuaian antara


perkataan dan kenyataan. Dalam hal ini kalam Allah, yaitu yang
tertuang dalam alqur’an haruslah memiliki keserasian yang
membuktikan keberadaan-Nya.
Menurut Ahmad Khan, al Qur’an secara mutlak tidak
bertentangan dengan hukum alam. Mengenai prinsip ini, sejak awal,
Ahmad Khan telah mendeklarasikan bahwa alam dan Alquran sama-
sama hasil kreasi Allah; alam merupakan hasil kerja-Nya sedangkan
Alquran merupakan kalam-Nya. Atas dasar itu tidak akan ada
kontradiksi antara science modern dengan firman Allah yang terdapat
Alquran. Prinsipnya adalah: “Theword of God (Alquran) must be in
harmony with the work of God (nature)”. Alquran adalah kalam Allah,
sedangkan hukum alam adalah hasil perbuatan-Nya (Nature is the
“Work of God” and the Qur‟ân is the “Word of God”). Atas dasar itu
dapat dipastikan bahwa mustahil terjadi pertentangan antara perkataan
dan perbuatan-Nya sendiri, atau tidak ada kontradiksi antara pernyataan
Alquran dengan sains modern.
Kebenaran ini mengarahkan manusia kepada pemikiran, ketika manusia
berpikir bahwa alam itu ada, secara otomatis dia mengakui akan
keberdaan-Nya.maka tidak logislah seseorang percaya wujud dari
sesuatuyang tidak mutlak. Demikian itu merupakan analogi yang batal.
Jika Allah, menurunkan wahyu-Nya melalui para nabi-Nya, itu
semata-mata untuk kepentingan manusia sendiri dan merupakan wujud
dari kasih saying-Nya. Kepada manusia, agar manusia memperoleh
keselamatan dan kebahagiaan.
Nama-nama dan sifat-sifat Tuhan muncul hanya dalam konteks
hugungan-Nya dengan alam, sedangkan dalam konteks diri-Nya sendiri,
Dia tidak memiliki sifat apa-apa kecuali dzat-Nya. Diperkenalkan sifatsifat
dan nama-nama Tuhan dalam al qur’an tidak lain dari upaya Tuhan untuk
memperkenalkan diri-Nya kepada mahluk-Nya terutama manusia.

2. Tanda –tanda kekuasaan Allah

Teks-teks Islam seringkali melukiskan alam semesta sebagai tanda-


tanda akan keberadaan sang Pencipta. Hal ini merujuk pada banyak ayat-
ayat al Qur’an yang berkaitan dengan kegiatan tulis menulis. Manusia
diciptakan dalam citra Allah dan penguasaan bahasa dalam segenap
dimensinya adalah salah satu sifat menonjol al Qur’an menggunakan
tamsil yang erat kaitanya dalam menjelaskan asal usul Nya sendiri, serta
segala sesuatu yang diciptakan, kitab itu adalah ucapan Allah dan alam
semesta adalah hasil dari ucapan-Nya pada segala sesuatu “jadilah”.
Tidak sepotong ayat pun mengisyaratkan bahwa bumi terguncang
dengan sendirinya, akan tetapi ia “diguncangkan”, maka terjadilah gempa.
Dalam sekian banyak ayat al Qur’an yang berbicara tentang terjadinya
gempa secara faktual, al Qur’an mengunakan akata “kami”. Redaksi ini
apabila menunjukan kepada Allah swt maka ia antara lain, untuk
mengisyaratkan bahwa ada keterlibatan selain Allah pada peristiwa
tersebut. Boleh jadi manusia itu sendiri atau paling tidak hukum-hukum
alam yang telah ditetapkan-Nya.
Kelerasan alam semesta memang merupakan suatu tanda akan
keberadaan Allah dengan segala keseimbangan penciptaan. Kalau
dibayangkan besarnya Matahari yang mencapai satu juta kali lipat
besarnya Bumi, dan dia bergerak di angkasa raya yang begitu luas. Dan ini
pada giliranya menimbulkan rasa kagum kepada-Nya. Karena “Inilah
Pengetahuan Tuhan Yang Maha Perkasa Lagi Maha Mengetahui”.

3. Agar Manusia Berpikir


Sebagai manusia yang dianugrahi akal manusia dituntut untuk
berpikir tentang segala sesuatu yang ada disekelilingnya. Dengan adanya
gejala-gejala alam yang ada di Bumi ini manusia dapat mencermati dan
belajar sehingga bisa mengambil pelejaran dari segla sesuatu yang ada di
Bumi.
Maha besar Allah swt dengan segala firman-Nya;

)١٢( . ﴾ َ‫س َو أٱلقَ َم ِۖ َر َوٱلنُّ ُجو ُم ُم َس َّخ َٰ َر ُۢتُ ِبأَمأ ِر ِٓۦه ِإ َّن فِي َٰذَلِكَ َۡل ٓ َٰيَت ِلقَ أوم يَعأ ِقلُون‬ َ ‫س َّخ َر لَ ُك ُم ٱلَّ أي َل َوٱلنَّ َه‬
َّ ‫ار َوٱل‬
َ ‫شمأ‬ َ ‫﴿ َو‬

“Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan


untukmu. dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan
perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami
(Nya),”

BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Sirajuddin Zar, Filsafat Islam dan Filsafatnya, (Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada, 2004), hlm. 74.
Dedi Supriyadi, Pengantar Filsafat Islam; Konsep, Filosof dan
Ajarannya, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hlm.162.
Hasyimsyah Nasution, MA, Filsafat Islam, (Jakarta: Gaya Media
Pratama, 2002), hlm. 84.

Tjahyadi, Sindung. (2008). Kajian Kritis Terhadap Praanggapan Metafisis-


Epistemologis Kosmologi Stephen Hawking. Jurnal Jaffray, Vol : 6 No. 2
Waheeuddin khan, Islam Menjawab Tantangan Zaman.(Surabaya : Bina
Ilmu,1982),hal. 44.
Musa Asy’arie, Filsafat Islam, Sunah Nabi Dalam Berfikir ,(Yogyakarta : Lesfi,
2002), cet. III, hal. 119.
Mulyadi Kartanegara, Menembus Batas Waktu, Panorama Filsafat Islam,
(Bandung :Mizan, 2005) cet. III, hal. 40.
Sachiko Murata, The Tao Of Islam, Edisi terjemah, (Bandung:
Mizan, 2004),` hal. 73.
M. Quraish Shihab, Lentera hati:kisah dan hikmah kehidupan, (Jakarta: Mizan
Pustaka,1994), hal. 323.
M. Quraish shihab, Tafsir Al-Misbah, hal. 448.

Anda mungkin juga menyukai