Anda di halaman 1dari 2

Banyak KAP Kena Sanksi, Ada Masalah Standar Akuntansi

Menurut saya, dari kasus ini dapat di simpulkan KAP saat ini telah melanggar kode etik dan
ingkar dari tanggung jawab yang seharusnya menjadi pedoman dalam melaksanakan tugasnya dan
bukan untuk dilanggar. Di dalam kasus ini, KAP yang seharusnya bisa bersikap menjunjung tinggi
independensi dan profesionalisme tidak dilakukan. Pentingnya peran profesi Akuntan khususnya
Akuntan Publik di pasar modal guna melindungi kepentingan publik. Tantangan Akuntan Publik
yakni menjaga kualitas dan kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat dalam memberikan
informasi mengenai kondisi keuangan suatu perusahaan.
Kecurangan yang dilakukan telah banyak melanggar prinsip etika profesi akuntan diantaranya
yaitu melanggar prinsip integritas dan perilaku profesional. KAP tidak dapat memelihara dan
meningkatkan kepercayaan publik sebagai KAP dan tidak berperilaku profesional serta konsisten
dengan reputasi profesi dalam mengaudit laporan keuangan dengan melakukan penyamaran data.
Selain itu juga melanggar prinsip standar teknis karena tidak melaksanakan jasa profesionalnya
sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan.

Kasus Dugaan Korupsi Anggaran APBD Kota Malang, Perlu transparansi Anggaran

Tertutupnya lembaga publik yang terkait dengan anggaran membuat spekulasi berbagai pihak
dan menyimpang dari tujuan awal dibentuknya lembaga public. Yang mana sebagian besar
spekulasi tersebut adalah pikiran negatif terhadap lembaga publik dan membuat nama lembaga
publik tersebut tercoreng dan tidak mendapat kepercayaan dari masyarakat, kemudian berujung
pada divonis bersalah lembaga publik tersebut dengan menutup akses informasi kepada publik dan
banyaknya jumlah sengketa informasi yang terjadi. Dan penialaian dari masyarakatlah pada
akhirnya yang menentukan keberhasilan sebuah lembaga publik dalam melaksanakan tugasnya.
Seharusnya, transparansi dalam lembaga publik lebih ditingkatkan dan memberikan pelayanan
yang optimal bagi masyarakat sesuai dengan tujuan dibentuknya lembaga publik ini. Transparansi
yang dimaksudkan adalah adanya keterbukaan informasi yang diperlukan bagi masyarakat
sehingga akses informasi kepada masyarakat dapat dengan mudah, tetapi tetap transparansi ini
haruslah sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Selain itu, dengan transparansi lembaga
publik tentunya mendapat sambutan baik dari masyarakat yangmana dapat merubah image dari dari
lembaga yang kaku menjadi lembaga yang terbuka dan memihak kepada masyarakat sesuai dengan
tujuan awal dibentuknya lembaga ini. Dirasa perlu adanya penindak lanjutan pemeriksaan kepada
semua lembaga publik demi terlaksanakannya tujuan awalnya dan dapat berlangsung secara baik,
efektif, dan efisien. Serta tata kelola good governance yang baik dalam melayani masyarakat.
Ada Kasus Suap, BPK Diminta Audit Ulang Laporan Keuangan Kemendes

Berdasarkan kasus yang terjadi pada kasus Kemendes PDTT dapat disimpulkan bahwa telah
terjadi adanya pelanggaran kode etik profesi akuntansi diantaranya sebagai berikut:
1. Kepentingan Publik: Akuntan Publik tersebut tidak menghormati kepercayaan publik karena diduga
menyuap anggota BPK.

2. Integritas: Dari sudut pandang etika profesi, auditor tampak tidak bertanggungjawab karena
auditor BPK tersebut dalam mengungkapkan kecurangan pada kliennya dengan
menggunakan jebakan imbalan uang. Selain itu, Auditor juga tidak punya integritas ketika
dalam benaknya sudah ada pemihakan pada salah satu pihak, yaitu pemberi kerja dengan
berkesimpulan bahwa telah terjadi korupsi
3. Objektivitas: Pada kasus ini, auditor telah memihak salah satu pihak dengan membuat
Laporan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Ketika prinsip objektivitas ditiadakan, maka
kinerja auditor tersebut sangat pantas diragukan. Sebagai seorang auditor BPK seharusnya
yang dilakukan adalah bahwa dengan standar teknik dan prosedur pemeriksaan, auditor BPK
harus bisa secara cermat, objektif, dan benar mengungkapkan bagaimana bisa Terindikasi
predikat WTP.
4. Kompetensi dan Kehati-hatian Professional: Auditor dianggap tidak mampu
mempertahankan pengetahuan dan keterampilan professional dikarenakan dalam
menjalankan tugasnya auditor tersebut sampai melakukan upaya manipulasi laporan yang
padahal bermasalah.
5. Perilaku Profesional: Dalam kasus ini kembali lagi kepada tanggung jawab moral seorang
auditor di seluruh Indonesia, termasuk dari BPK harus sadar dan mempunyai kemampuan
teknis bahwa betapa berat memegang amanah dari rakyat untuk meyakinkan bahwa dana
atau uang dari rakyat yang dikelola berbagai pihak telah digunakan sebagaimana mestinya
secara benar, akuntabel, dan transparan, maka semakin lengkap usaha untuk memberantas
korupsi di negeri ini.
6. Standar Teknis: Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan
standar teknis dan standar profesional yang relevan. Dalam hal ini seorang akuntan dituntut
untuk melakukan penyusunan laporan keuangan harus sesuai dengan standar teknis yang
berlaku, yakni sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Namun pada kenyataannya
dalam kasus Kemendes PDTT, dapat dinyatakan adalah bahwa tindakan kedua belah pihak,
pihak ketiga (auditor), maupun pihak Kemendes PDTT, sama-sama tidak etis. Tidak etis
seorang auditor melakukan komunikasi kepada pihak yang diperiksa atau pihak penerima
kerja dengan mendasarkan pada imbalan sejumlah uang sebagaimana terjadi pada kasus.

Kantor Akuntan Publik, Mana Tanggung Jawabmu

Pada kasus tersebut prinsip etika profesi yang dilanggar adalah tanggung jawab prolesi, dimana
seharusnya melakukan pertanggung jawaban sebagai profesional yang senantiatasa menggunakan
pertimbangan moral dan profesional dalam setiap kegiatan yang dilakukannya. Selain itu
seharusnya tidak melanggar prinsip etika profesi yang kedua,yaitu kepentingan publik, yaitu dengan
cara menghormati kepercayaan publik. Kemudian tetap memelihara dan meningkatkan kepercayaan
publik sesuai dengan prinsip integritas. Seharusnya tidak melanggar juga prinsip obyektivitas yaitu
dimana setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam
pemenuhan kewajiban profesionalnya, dan melanggar prinsip kedelapan yaitu standar teknis Setiap
anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar
proesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai
kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan
dengan prinsip integritas dan obyektivitas.

Anda mungkin juga menyukai