OLEH:
REGU 14
ANGGOTA REGU:
1. M. BAGAS LAIL R 11/320029/TK/38959
2. IMRON SYAIFULLAH 11/318959/TK/38109
3. ADITYA SAPUTRA 11/320252/TK/38991
4. DWI WAHYUNINGRUM 11/319256/TK/38386
5. DASITA MEYGAN PRATIWI 11/319442/TK/38570
LAMPIRAN
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Materi Pekerjaan
Pekerjaan regu dalam Kemah Kerja meliputi:
1. Pemeriksaan dan koreksi alat
2. Peninjauan lapangan
3. Pengukuran dan pengolahan jaring kontrol horizontal perapatan dengan metode
poligon
3
4. Pengukuran dan pengolahan jaring kontrol vertikal
5. Pengukuran dan perhitungan detil situasi
6. Penggambaran peta situasi secara digital
7. Pengujian peta
8. Editing dan finalisasi peta situasi
Lokasi Kemah Kerja ini adalah di Desa Kedung Galih, Kecamatan Pengasih,
Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan waktu pelaksanaan
Kemah Kerja dimulai dari penyegaran pada tanggal 20 Januari 2014, pekerjaan lapangan
pada tanggal 27 Januari 2014, dan kegiatan studio pada tanggal 8 Februari 2014 sampai
pada tanggal 21 Februari 2014.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Koreksi dan penggunaan alat ukur
Total station adalah merupakan teknologi alat yang menggabungkan secara elektronik
antara teknologi theodolite dengan teknologi EDM (Electronic Distance Measurement).
EDM merupakan alat ukur jarak elektronik yang menggunakan gelombang
elektromagnetik sebagai gelombang pembawa sinyal pengukuran dan dibantu dengan
sebuah reflektor berupa prisma sebagai target (Alat pemantul Gelombang agar kembali ke
EDM)
1. Sentering
Sentering adalah sumbu I (sumbu vertikal) alat total station segaris dengan garis gaya
berat yang melalui titik tempat berdiri alat (paku atau titik silang diatas patok di tanah)
(Basuki, 2006).
2. Sumbu I vertikal
Komponen yang digunakan untuk mengatur sumbu I agar vertikal adalah nivo kotak,
nivo tabung dan ketiga sekrup penyetel ABC (levelling screw) (Basuki, 2006). Saat
pengukuran sumbu I harus benar-benar vertikal karena kesalahan ini tidak dapat
dihilangkan dengan merata-rata pengamatan biasa dan luar biasa. Cara mengaturnya dapat
dilakukan dengan :
a. Pendekatan dengan bantuan nivo kotak.
b. Penghalusan dengan mengatur gelembung nivo tabung.
Total station juga harus berada dalam kondisi yang baik agar tidak terjadi kesalahan
sistematik. Adapun syarat tersebut antara lain :
1. Sumbu II tegak lurus sumbu I atau sumbu II mendatar.
Pabrik membuat sumbu II tegak lurus sumbu I alat di pasaran sekarang. Walaupun
terdapat kesalahan tetapi akan tereliminir karena koreksi yang berlawanan tanda pada
pembidikan biasa dan luar biasa (Basuki, 2006).
2. Garis bidik/kolimasi tegak lurus sumbu II.
Kesalahan garis bidik yang tidak tegak lurus sumbu II disebut kesalahan kolimasi
(Basuki, 2006). Kesalahan ini akan hilang dengan merata-rata hasil pengamatan biasa dan
luar biasa yang dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :
a. Bidikkan teropong pada posisi biasa ke sebuah titik yang telah dipasang reflektor
kemudian tekan Measure dan catat bacaan sudut horizontal, misal = B. Teropong
5
dibuat luar biasa dan bidikkan kembali pada titik semula dan baca sudut
horizontalnya, misal = LB.
b. Hitung besarnya kesalahan kolimasi dengan rumus :
(B-LB) /2 = 180⁰
c. Cara Koreksi : klik tombol Menu – Calibrate. Arahkan teropong pada kondisi biasa
(F1) ke titik yang sudah dipasang prisma reflektor. Kemudian tekan Measure.
Tunggu sampai tulisan “Do Not Touch!” berubah menjadi “ Turn To F2” kemudian
ubah teropong pada kondisi luar biasa kemudian bidik kembali titik , klik Measure.
Maka akan muncul ACV dan ACH, jika nilai ACH tersebut sudah lebih kecil atau
sama dengan nilai ketelitian alat maka dianggap sudah terkoreksi.
3. Kesalahan indeks vertikal sama dengan nol atau tidak ada kesalahan indeks vertikal.
Kesalahan indeks vertikal terjadi apabila saat garis bidik teropong betul-betul
mendatar, pembacaan lingkaran vertikal tidak tepat pada angka 0°/90°/180°/270°. Cara
mencari kesalahan indeks vertikal adalah sebagai berikut :
a. Bidikkan teropong pada posisi biasa ke sebuah titik dan baca lingkaran vertikal, misal
= B. Teropong dibuat luar biasa dan bidikkan kembali pada titik semula dan baca
lingkaran vertikalnya, misal = LB. Misal sudut miring yang terbentuk sebenarnya =
h.
b. Hitung besaran kesalahan indeks vertikal dengan rumus :
B-LB = 360
c. Cara mengkoreksi : Sama seperti koreksi kesalahan kolimasi, klik tombol Menu –
Calibrate. Arahkan teropong pada kondisi biasa (F1) ke titik yang sudah dipasang
prisma reflektor. Kemudian tekan Measure. Tunggu sampai tulisan “Do Not Touch!”
berubah menjadi “ Turn To F2” kemudian ubah teropong pada kondisi luar biasa
kemudian bidik kembali titik , klik Measure. Maka akan muncul ACV dan ACH, jika
nilai ACH tersebut sudah lebih kecil atau sama dengan nilai ketelitian alat maka
dianggap sudah terkoreksi.
B. Kerangka kontrol horizontal
Pengukuran awal dari pekerjaan pemetaan adalah pengadaan titik kerangka dasar
pemetaan (TKDP) yang cukup merata di daerah yang akan dipetakan. Titik ini akan
dijadikan ikatan dari detil yang merupakan obyek dari unsur permukaan bumi yang
digambarkan dalam peta.
6
Poligon berasal dari kata poli yang berarti banyak dan gonos yang berarti sudut (Basuki,
2006). Sehingga harfiah artinya “sudut banyak”. Namun arti yang sebenarnya adalah
rangkaian titik-titik secara berurutan, sebagai kerangka dasar pemetaan.
Rumus umum penentuan koordinat ;
misal titik 2 yang diikat pada titik 1 yang sudah diketahui αimuthnyadan diketahui
koordinatnya adalah :
𝑋2 = 𝑋1 + 𝑑12 sin 𝛼12 𝑌2 = 𝑌1 + 𝑑12 sin 𝛼12
dimana: X,Y = koordinat d = jarak α = αimut
Poligon dibagi menjadi dua jenis berdasarkan posisi titik awal dan titik akhir, yaitu poligon
terbuka dan poligon tertutup Poligon Terbuka. Poligon terbuka adalah poligon yang titik
awal dan akhirnya tidak menjadi satu atau terpisah. Poligon ini dibagi menjadi dua jenis,
yaitu Poligon Terbuka Terikat Sempurna dan Poligon Terbukat Terikat Sepihak.
a. Jenis-jenis poligon yang kami gunakan
Keterangan Gambar
A, B : titik yang diketahui koordinatnya (x,y,z)
1, 2, 3, 4 : titik poligon
AB : Αimuth (sudut arah) titik – titik poligon
S0, S1, S2, S3, S4 : sudut ukuran
dA1’, d12’, d23’, d34’, d4A : jarak ukuran
8
Dimana n adalah banyaknya poligon
2. Syarat absis
∑ d sin α = 0
∑ d cos α = 0
1. Pengukuran Seri
Cara pengukuran seri adalah cara pengukuran sudut yang sering digunakan untuk
menentukan titik kontrol pemetaan dengan melakukan pengukuran lebih dari satu kali
(seri) dengan ilustrasi gambar 2.5. Untuk seri tunggal, pelaksanaannya seperti pengukuran
sudut tunggal yang dilakukan berulang-ulang. Sedangkan untuk seri rangkap, pengukuran
dilakukan dengan posisi teropong biasa dan luar biasa.
9
Maka dengan bacaan biasa dan luar biasa akan didapatkan 4 bacaan sudut dan 2 ukuran
sudut.
Besar sudut ukuran : β (B = biasa) = R2 – R1
β (LB = luar biasa ) = R2’ – R1’
𝛽 (𝐵) + 𝛽(𝐿𝐵)
𝛽=
2
Jika lebih dari satu seri rangkap maka cara tersebut tinggal diulang, tetapi pada seri
berikutnya posisi dari skala lingkaran horizontalnya diubah dengan menambah 90° atau
besaran lain.
C. Pengukuran Kerangka Kontrol Vertikal
Beda tinggi titik-titik kerangka dasar pemetaan dapat ditentukan dengan pembuatan
Kerangka Kontrol Vertikal (KKV). Kerangka kontrol vertikal digunakan sebagai kontrol
pengukuran beda tinggi yang bertujuan untuk menggambarkan kenampakan situasi tinggi
permukaan tanah. Beda tinggi di atas permukaan bumi dapat ditentukan dengan berbagai
cara, antara lain:
1. Sipat datar (spirit levelling)
2. Takhimetrik (Tachymetric levelling)
3. Trigonometrik (Trigonometric levelling)
4. Barometrik (Barometric levelling)
Pada pengukuran kali ini yang digunakan adalah metode trigonometri.
1. Trigonometrik
Pada pengukuran ini untuk menghitung kerangka kontrol vertikal menggunakan
metode trigonometrik.
2. Metode Trigonometrik (target lebih tinggi)
SD tt
B
V
h
ta
D
Gambar 2.7. Pengukuran trigonometri teropong ke atas
10
∆H = ta +V-tt
VD = SD sinh
HB = HA +∆H
Keterangan :
SD : Slope Distance (jarak miring)
Z : Sudut Zenith
h : healing
ta : tinggi alat
tt : tinggi target
V : Vertical Distance ( jarak vertikal)
ta SD
V
A
∆H
tt
∆H = tt +V-ta
V = - SD sinh
HB = HA +∆H
Keterangan :
SD : Slope Distance (jarak miring)
Z : Sudut Zenith
h : healing
ta : tinggi alat
tt : tinggi target
V : Vertical Distance ( jarak vertikal)
11
D. Penggambaran detil
Peta situasi merupakan peta yang menggambarkan permukaan bumi dalam bentuk
sebenarnya. Ciri utama peta ini adalah adanya penggambaran garis kontur sekaligus detil
planimetris pada peta. Peta situasi sering digunakan untuk perencanaan awal suatu proyek
seperti perencanaan dan pembangunan, pertambangan,dan lain sebagainya. Ketelitian yang
dibutuhkan untuk peta situasi relatif tinggi.
Kontur merupakan garis yang menerangkan ketinggian suatu daerah. Kontur terdiri
dari mayor dan minor. Garis antara kontur mayor lebih renggang dibanding garis antara
kontur minor. Hal ini dikarenakan intervalnya berbeda.
1. Surpac
Dengan software surpac maka editing peta akan dilakukan dengan mudah. Permukaan
tanah (DTM) akan dapat diketahui bentuknya, sehingga kita dapat mengetahui model
kontur yang ada di daerah yang kita ukur. Dalam sofware surpac juga dapat dilakukan
smoothing kontur, untuk membuat kontur terlihat lebih halus.
12
3. ArcGIS
Penggunaan software ArcGIS dalam hal ini untuk membuat tampilan peta agar terihat
lebih indah dan membuat layout peta. Fitur yang lengkap memudahkan kita dalam
penggambaran peta.
13
BAB III
PELAKSANAAN
B. Langkah Kerja
a. Pemeriksaan dan koreksi alat
1. Membuat surat peminjaman alat ke Laboratorium Ukur Tanah.
2. Memeriksa kondisi alat dan kelengkapannya.
3. Melakukan pengecekan lanjut meliputi:
i. Kevertikalan sumbu I
ii. Kondisi garis kolimasi
iii. Posisi indeks vertikal
iv. Kondisi konstanta jarak vertikal
b. Peninjauan lapangan
1. Melakukan survey pada area yang akan dipetakan.
2. Menentukan kedudukan titik-titik poligon perapatan.
3. Menentukan kedudukan titik-titik poligon cabang.
4. Memasang patok.
14
5. Membuat sketsa area pengukuran.
c. Pengukuran dan pengolahan jaring kontrol horizontal perapatan dengan metode
poligon
1. Melakukan pengukuran αimuth lokal pada titik poligon perapatan pertama.
2. Menggunakan koordinat lokal (1000, 1000, 100) pada titik poligon
perapatan pertama.
3. Melakukan pengukuran sudut horizontal dan jarak pada tiap-tiap titik
poligon perapatan dengan aturan satu seri rangkap.
4. Mencatat data ukuran yang dirasa perlu untuk backup pada formulir
ukuran.
5. Membuat sketsa pada setiap pengukuran.
6. Mendownload data hasil ukuran.
7. Mengolah data hasil ukuran titik poligon perapatan dengan
mengaplikasikan table boudith.
d. Pengukuran dan pengolahan jaring kontrol vertikal
1. Melakukan pengukuran sudut vertikal dan jarak (tegak maupun slope).
2. Membuat sketsa area pengukuran.
3. Mencatat data ukuran yang dirasa perlu untuk backup pada formulir
ukuran.
4. Mendownload data hasil ukuran.
5. Mengolah data hasil ukuran dengan cara menghitung beda tinggi dan
ketinggian dari setiap titik dengann metode trigonometrik
e. Pengukuran dan perhitungan detil situasi
1. Melakukan pengikatan poligon perapatan pada jaring kontrol utama.
2. Melakukan pengukuran detil pada setiap titik poligon perapatan.
3. Untuk detil yang sulit terlihat dari titik poligon perapatan, dilakukan
pengukuran dari titik poligon cabang.
4. Pengukuran detil meliputi pengukuran sudut, jarak, dan koordinat.
5. Pengukuran detil meliputi jalan, jembatan, bangunan, sawah, sungai, dan
spot height.
6. Membuat sketsa detil-detil yang di ukur di setiap pengukuran.
7. Mendownload data hasil pengukuran.
8. Mengolah data hasil ukuran dengan cara plotting pada program aplikasi
Surpac.
15
f. Penggambaran peta situasi secara digital
1. Merapikan keseluruhan data hasil pengukuran dengan aplikasi Microsoft
Excel.
2. Melakukan input data pada program aplikasi Surpac.
3. Melakukan pengolahan data-data hasil plotting.
i. Menampilkan titik untuk spot height.
ii. Menyambungkan garis untuk bangunan dan batas objek (jalan, sungai,
jembatan, dll).
iii. Menampilkan kontur mayor dan minor.
iv. Menghilangkan kontur yang berada di dalam objek datar (bangunan).
4. Membuat layout peta sederhana.
5. Mencetak peta hasil pengukuran untuk uji peta.
g. Pengujian peta
1. Mempersiapkan peta yang akan diuji dan peralatan pengukuran.
2. Menuju lokasi pengujian.
3. Mendirikan alat di salah satu titik poligon perapatan.
4. Mengukur beberapa jenis objek terpilih untuk pengujian, meliputi orientasi,
jarak dan ketinggian.
5. Melakukan pengolahan hasil pengukuran dengan cara plotting pada aplikasi
Surpac.
6. Mencocokkan hasil pengujian dengan hasil pengukuran awal.
7. Membuat laporan hasil pengujian.
h. Editing dan finalisasi peta situasi
1. Melengkapi kekurangan peta
2. Memperbaiki layout peta.
3. Membuat laporan akhir kemah kerja.
4. Menggunakan bantuan dengan software Surpac 62, AutoCAD 2009 dan
ArcGIS10
16
C. Perhitungan Data
a. KerangkaKontrol Horizontal
Dari hasilpengukuran di lapangan makadidapat data sudut horizontal, sudut vertikal,
jarak horizontal, jarak vertikal dan jarakmiring. Dengan data sudut dan jarak horizontal kita
dapat menghitungkoordinat 2D (X, Y) dari titik poligon perapatan.
Metodeperhitungannyadengan menggunakan tabel bowdithuntuk poligon tertutup.
Tahapan menghitung:
1) Memasukkan data suduthorizontal(sudut dalam)dan jarak horizontal.
2) Menghitungjumlah sudut horizontal (Σβ) dan jumlah jarak horizontal(Σd).
3) Menghitungsyarat sudut = (n-2) x180
Kontrol α12= α41 + 180 –(sdt 4b1 2+(α14–α14b) hasilnya wajib sama.
17
7) Menghitungdsin(α)danΣdsin(α)(Σdsin=Σfx) Menghitungfx(koreksidsin):
−∑𝑑𝑠𝑖𝑛α
fx = tanda – karena fx=positif
10
8)Menghitungdcos(α)dan Σdcos(α)(Σdcos(α)=Σfy)
Menghitungfy(koreksidcos(α)) :
−∑𝑑𝑐𝑜𝑠α
fy = tanda – karena fy=positif
10
9)Menghitungdsin(α)dan dcos(α)terkoreksi :
Dsinα = dsinα+fx
Dcosα = dcosα + fy
Fl = √𝑓𝑥 2 + 𝑓𝑦 2
Fs = fl : Σd
Toleransi 1 : 10.000
Membandingkan fs dengan toleransi.
12)Menghitungkoordinat 2D (X, Y) : Diketahui. KoordinatBM1(awal)
X = Xawal + dsinα terkoreksi
Y = Yawal + dcosα terkoreksi
PA
GE
3
Sudut Horizontal d sin a
Titik Jarak
D M S Asal Koreksi Terkoreksi αimuth(a) asal koreksi terkoreksi
radian D M S DD
1 93 37 7 93.61861111 -0.0004 93.6182 93 37 5.57
212.197556 147.856 -78.784 0.000 -78.784
2 155 14 57 155.2491667 -0.0007 155.249 155 14 54.63
187.446063 140.824 -18.250 0.000 -18.250
3 90 28 25 90.47361111 -0.0004 90.4732 90 28 23.62
97.9192906 77.876 77.133 0.000 77.133
4 88 16 22.5 88.27291667 -0.0004 88.2725 88 16 21.15
6.19183263 64.583 6.966 0.000 6.966
5 277 33 36.5 277.5601389 -0.0012 277.559 277 33 32.26
103.750794 81.2 78.873 0.000 78.873
6 165 45 48 165.7633333 -0.0007 165.763 165 45 45.47
89.5134235 89.724 89.721 0.000 89.721
7 60 49 12.5 60.82013889 -0.0003 60.8199 60 49 11.57
330.333304 70.745 -35.015 0.000 -35.016
8 168 10 16 168.1711111 -0.0007 168.17 168 10 13.43
318.503702 68.6335 -45.475 0.000 -45.475
9 211 22 20 211.3722222 -0.0009 211.371 211 22 16.77
349.875027 85.558 -15.041 0.000 -15.041
10 128 42 17.5 128.7048611 -0.0005 128.704 128 42 15.53
298.579342 68.47 -60.127 0.000 -60.127
1 93 37 7 93.61861111 -0.0004 93.6182 93 37 5.57
d cos a koordinat
titik
asal koreksi terkoreksi x y z
Tahapan menghitung:
1) Diketahui tinggialat(Ta), tinggi target(Tt),jarak vertikal (Va) dan
jarak horizontal (d) serta jarak miring = slope (s)
2) Menghitungbedatinggiantaratempat berdiri alat dengan tempat berdiri
target (untuk pulangdanpergi).
Δh = Va + Ta –Tt ( untuk target lebih tinggi )
Δh = Va - Ta + Tt ( untuk target lebih rendah )
Va= tan d atau Va = sin slope
𝛥ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑔𝑖± 𝛥ℎ 𝑝𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔
Rerata =
2
𝑑
5) Menghitungtinggi koreksi beda tinggi (fh) = ∑𝑑 x rerata
PA
GE
3
Pulang hasil
Titik target t alat HU RT2 DH va t target delta h koreksi Hasil Titik ∆H
-
10 9 1.424 0.057917 85.558 0.086485 1.417 0.093485 0.00095 0.092539362 1 ke 2 0.753712
-
9 8 1.448 -0.36903 68.634 -0.44206 1.547 -0.54106 0.00076 -0.54181926
- -
8 7 1.388 -0.41097 70.743 -0.50744 1.503 -0.62244 0.00078 0.623217439 2 ke 3 2.685037
-
7 6 1.508 0.543889 89.724 0.851744 1.507 0.852744 0.00099 0.851752408
6 5 1.513 1.949722 81.201 2.764262 1.462 2.815262 -0.0009 2.814364111 3 ke 4 -0.7889
-
5 4 1.473 0.594722 64.584 0.670397 1.42 0.723397 0.00071 0.722683056
-
4 3 1.428 0.569583 77.879 0.774229 1.416 0.786229 0.00086 0.785367855 4 ke 5 -0.7167
- -
3 2 1.599 -1.14944 140.824 -2.82553 1.471 -2.69753 0.00156 2.699089208
- -
2 1 1.466 -0.3175 147.858 -0.81935 1.403 -0.75635 0.00163 0.757986248 5 ke6 -2.81859
- -
1 10 1.494 -0.50861 68.472 -0.60784 1.53 -0.64384 0.00076 0.644594637
ketelitian pulang 0.009899 0 6 ke 7 -0.85203
Pergi
titik target t alat HELLING DH va t target delta h koreksi Hasil 7 ke 8 0.616051
-
1 2 1.416 0.305 147.857 0.787088 1.452 0.751088 0.00165 0.749438678
-
2 3 1.464 1.144167 140.824 2.812555 1.604 2.672555 0.00157 2.670984584 8 ke 9 0.566027
- -
3 4 1.599 -0.72139 77.876 -0.98056 1.41 -0.79156 0.00087 0.792426867
- -
4 5 1.415 -0.6025 64.581 -0.655 1.47 -0.71 0.00072 0.710720318 9 ke 10 -0.06426
- -
5 6 1.473 -1.97417 81.2 -2.79891 1.496 -2.82191 0.00091 2.822816903
-
6 7 1.513 -0.54361 89.724 -0.85131 1.513 -0.85131 -0.001 0.852310004 10 ke 1 0.619651
-
7 8 1.493 0.403056 70.745 0.497674 1.381 0.609674 0.00079 0.608885207 ∆H 0
-
8 9 1.434 0.486111 68.6335 0.579 1.422 0.591 0.00077 0.590234481
- -
9 10 1.448 0.003333 85.555 0.004977 1.488 -0.03502 0.00095 0.035976868
-
10 1 1.424 0.511667 68.47 0.611472 1.44 0.595472 0.00076 0.59470801
ketelitian pergi 0.009988 0
D. Penggambaran Peta
Membuat folder sebagai default directory.
PA
GE
3
Plot titik ke surpac.
PA
GE
3
Editing
1. Penyambungan detil.
PA
GE
3
Pembuatan DTM (Digital Terrain Model)
1. Memilih menu Surface – DTM File Function – Create DTM from String File.
2. Memasukkan nama file berformat *.srt yang ingin dibuat DTM-nya.
Sungai :
PA
GE
3
Sawah:
PA
GE
3
Lokasi file layer kontur
minor
PA
GE
3
Smoothing contour
PA
GE
3
Mengubah string menjadi satu layer
2. Memilih menu Edit – String – Renumber range, kemudian ketikkan nomor string yang
akan diganti.
PA
GE
3
Save data
1. save str:
3. Save dxf:
PA
GE
3
4. Save shp untuk melanjutkan di ArcGIS ( dari layer tiap string detil).
PA
GE
3
6. Buka arcGIS.
PA
GE
3
Ekstrak kontur
1.
2.
3.
PA
GE
3
6. Masukkan data shp per layer
PA
GE
3
Mengganti warna dan ketebalan layer
PA
GE
3
LAYOUT
GRID
PA
GE
3
PA
GE
3
PA
GE
3
FRAME
HASIL
PA
GE
3
Informasi tepi
PA
GE
3
Hasil
Membuat indeks
PA
GE
3
Menyesuaikan indeks
PA
GE
3
Membuat peta menjadi 4 bagian
PA
GE
3
PA
GE
3
Eksport map untuk di print
Hasil akhir
PA
GE
3
BAB IV
PEMBAHASAN
5 Pengolahan
6 Penggambaran
7 Uji Peta
Waktu perencanaan
Keterangan:
Waktu realisasi
α12 = α14 + γ
γ = 3600 – (θ + β)
= α14 + 1800 – (θ + β)
γ = 3600 – (1690 18’ 8.85” + (250 38’ 24.44” – 210 30’ 0.09”))
PA
GE
3
= 3600 – 1730 26’ 33.2”
Kontrol:
Hitungan Αimuth Pengikatan (Αimuth14 dan Αimuth14b)dari data koordinat yang telah
diperoleh:
= 0.47998
= 0.3939
PA
GE
3
Kesalahan Sudut
n = 10
Jumlah sudut = 1440 º 0’ 22’’
Syarat sudut = ( n-2 ) *180º
= (10 - 2) *180º
= 1440º
Kesalahan sudut (fα) = 1440º-1440º 0’ 22’’
= 0º 0’22”
Syarat kesalahan penutup sudut ≤ 2.k”√n
k = pembacaan terkecil piringan horizontal (2 sekon)
n = jumlah titik
2.k”√n = 2*2”√13
= 0º 0’31.62277”
Karena 0º 0’22” < 0º 0’31.62277”
maka pengukuran sudut horizontal poligon masuk toleransi
Kesalahan linier Poligon
Absis (fx)
fx = (d∑d )*∑d Sin α
∑fx = 0.001
Ordinat (fy)
fy = (d∑d )*∑d Cos α
∑fy = 0.041
fl = √(𝑓𝑥 2 + 𝑓𝑦 2 )
= 0.0408783
∑d = 895.4695m
Kesalahan linear poligon = 1: ( ∑d/fl)
= 1 : 21905,74217
Toleransi = 1 : 10.000
Karena 1 : 21905,74217> 1 : 10.000 maka pengukuran kerangka kontrol horizontal
masuk toleransi.
PA
GE
3
C. Evaluasi Perhitungan Data Kerangka Kontrol Vertikal (KKV)
Toleransi = 12mm * √𝐷
= 11,3555 mm
Selisih jarak pergi = 9 mm , selisih jarak pulang= 9 mm
Selisih jarak pergi-pulang = 9mm
Karena 9mm <11,3555 mm maka data ukuran KKV masuk toleransi
PA
GE
3
Solusi menjaga kesehatan dengan istirahat cukup dan mengkonsumsi
multivitamin.
a. Kesimpulan
1. Pemetaan situasi memerlukan data yang akurat baik kkv maupun kkh.
2. Proses pengukuran membuthkan control yang lebih ekstra hati-hati dalam setiap
prosesnya, salah satu contoh yaitu dalam pengambilan cress dan toe serta spot high
harus memperhatikan kemiringan daerah agar ukurannya teliti sehingga terbentuk
kontur yang rapi dan mendekati benar.
3. Banyak hal yang mempengaruhi ketelitian ukuran termasuk kondisi alat yang masih
terdapat kesalahan sistematik. Maka hal yang terpenting adalah kesalahan tersebut
harus dikalibrasi dahulu sebelum alat tersebut digunakan.
4. Hasil perhitungan KKH didapat kesalahan penutup sudut 21” dengan toleransi
sebesar 30”, jadi kesalahan penutup sudut masuk toleransi. Untuk kesalahan linear
poligon fl sebesar 0.01535 m dan ∑d sebesar 1152.101 m sehingga hasil ketelitian
sebesai 1 : 75075.213 dengan toleransi sebesar 1:10000, maka KKH masuk toleransi.
5. Hasil perhitungan KKV didapat Δh rerata sebesar 9 mm dengan toleransi sebesar
12mm*√𝐷 sebesar 11 mm, maka KKV masuk toleransi
b. Saran
1. Untuk penentuan titik poligon perapatan harus memperhatikan jarak dan situasi detil
karena jika tidak akan banyak kendala yang akan mempengaruhi efisiensi waktu
pengukuran seperti banyaknya polygon cabang.
2. Perhitungan αimut orientasi harus 2 arah agar memiliki kontrol
3. Peralatan yang digunakan diperiksa terlebih dahulu untuk meminimalisir kesalahan
yang terjadi saat melakukan pengukuran di lapangan.
4. Perlu adanya konsultasi yang teratur dengan dosen pembimbing supaya kegiatan
Kemah Kerja ini berjalan sesuai tujuan.
5. Kekompakan tim akan menjadi kunci keberhasilan
PA
GE
3
DAFTAR PUSTAKA
Basuki, Slamet. 2006. Ilmu Ukur Tanah. Jurusan Teknik Geodesi Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.
Tim Kemah Kerja UGM. 2009. Buku Panduan Kemah Kerja. Jurusan Teknik Geodesi
Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.
Regu 5,2013. Laporan kemah kerja jurusan teknik geodesi semester ganjil tahun
akademik 2012/2013: Yogyakarta
PA
GE
3
LAMPIRAN
PA
GE
3
c. Deskripsi Titik-Titik Kerangka Peta
PA
GE
3
Titik tersebut berada di Desa Kedung Galih di X: 408991.448
7 ujung jalan setapak menuju Sungai Serang bagian Y: 9133085.645
selatan. Z: 49.395
Titik tersebut berada di Desa Kedung Galih di X: 408956.432
8 tengah perkebunan warga, kurang lebih 70 meter Y: 9133147.112
utara titik 7. Z: 50.011
Titik tersebut berada di Desa Kedung Galih di X: 408910.957
9 tengah perkebunan warga, kurang lebih 60 meter Y: 9133198.515
barat laut titik 7. Z: 50.577
Titik tersebut berada di Desa Kedung Galih di X: 408895.916
10 tengah perkebunan warga, kurang lebih 60 meter Y: 9133282.736
barat titik 7. Z: 50.512
PA
GE
3
d. Data Lapangan dan Hasil Kerja
PA
GE
3