Pokok bahasan :
Sasaran : Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap Mayapada Hospital Kuningan
1. LATAR BELAKANG
Inhalasi adalah alat pengobatan dengan cara memberi obat untuk dihirup agar dapat
langsung masuk menuju paru-paru sebagai organ sasaran obatnya. Alat ini biasanya
digunakan dalam proses perawatan penyakit saluran pernafasan yang akut maupun kronik,
misalnya pada penyakit asma. Inhalasi adalah pengobatan dengan cara memberikan obat
dalam bentuk uap kepada si sakit langsung melalui alat pernapasannya ( hidung ke paru-
paru).
Terapi inhalasi merupakan teknik pemberian obat yang praktis dan langsung ke
target organ. Terapi inhalasi menghantarkan obat dalam berbagai bentuk dan ukuran. Banyak
alat ( devices) dikembangkan dalam terapi inhalasi.
Inhalasi memberikan pengiriman obat yang cepat melewati permukaan luas dari
saluran nafas dan epitel paru-paru, yang menghasilkan efek hampir sama cepatnya dengan
efek yang dihasilkan oleh pemberian obat secara intravena. Cara pemberian ini digunakan
untuk obat-obat berupa gas ( misalnya, beberapa obat anestetik) atau obat yang dapat
didispersi dalam suatu eorosol. Rute tersebut terutama efektif dan menyenangkan untuk
penderita-penderita dengan keluhan-keluhan pernafasan ( misalnya, Asma atau penyakit
paru obstruktif kronis) karena obat yang diberikan langsung ke tempat kerjanya efek
samping sistemik minimal.
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
“PENGGUNAAN SUPPOSITORIA”
Pokok bahasan :
Sasaran : Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap Mayapada Hospital Kuningan
1. LATAR BELAKANG
Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dalam bentuk , yang
diberikan melalui rectal, vaginal atau uretra. Bentuk dan ukurannya harus sedemikian rupa
sehingga dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam lubang atau celah yang diinginkan tanpa
meninggalkan kejanggalan begitu masuk, harus dapat bertahan untuk suatu waktu tertentu.
Pokok bahasan :
Sasaran : Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap Mayapada Hospital Kuningan
1. LATAR BELAKANG
Hidung mempunyai tugas menyaring udara dari segala macam debu yang masuk ke
dalam melalui hidung. Tanpa penyaringan ini mungkin debu ini dapat mencapai paru-paru.
Bagian depan dari rongga hidung terdapat rambut hidung yang berfungsi menahan butiran
debu kasar, sedangkan debu halus dan bakteri menempel pada mukosa hidung. Dalam rongga
hidung udara dihangatkan sehingga terjadi kelembaban tertentu.
Mukosa hidung tertutup oleh suatu lapisan yang disebut epitel respirateris yang teridiri
sel-sel rambut getar dan sel “leher”. Sel-sel rambut getar ini mengeluarkan lendir yang
tersebar rata sehingga merupakan suatu lapisan tipis yang melapisi mukosa hidung dimana
debu dan bakteri ditahan dan melekat. Debu dan bakteri melekat ini tiap kali dikeluarkan ke
arah berlawanan dengan jurusan tenggorokan. Yang mendorong adalah rambut getar hidung
dimana getarannya selalu mengarah keluar. Gerakannya seperti cambuk, jadi selalu
mencambuk keluar, dengan demikian bagian yang lebih dalam dari lapisan bulu getar ini
selalu bersih dan “steril”. Biasanya pada pgi hari hal ini dapat dicapai.
Dengan penjelasan sepintas tersebut di atas dapat dengan mudah dipahami, bahwa
segala sesuatu yang masuk ( khususnya obat ) ke dalam hidung secara sengaja tidak boleh
menghalangi fungsi dari rambut getar sebagaimana dijelaskan di atas.
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
Pokok bahasan :
Sasaran : Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap Mayapad Hospital Kuningan
1. LATAR BELAKANG
Tetes mata adalah sediaan steril yang berupa larutan atau suspensi yang digunakan
dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata di sekitar kelopak mata dari bola mata
(saccus conjungtival). Tetes mata dapat mengandung bahan-bahan antimikroba seperti
antibiotik, bahan antiinflamasi seperti kortikosteroid, obat miotik seperti fisotigmin sulfat
atau obat midriatik seperti atropin sulfat.
2. TUJUAN
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
Pokok bahasan :
Sasaran : Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap Mayapada Hospital Kuningan
1. LATAR BELAKANG
Tetes telinga merupaka cairan untuk pengobatan saluran pendengaran eksternal dan
kadang-kadang telingah tengah serta kebanyakan memiliki efek lokal. Tetes telinga umumnya
berbentuk larutan, emulsi atau suspensi dari satu atau lebih zat aktif dalam cairan yang cocok
untuk penggunaan pada meatus auditori (rongga telinga) tanpa tekanan berbahaya pada
gendang telinga namun pada pembuatan guttae auriculares, biasanya bentuk yang paling
sering digunakan adalah larutan. Bagian luar telinga yang tertutup kulit, mudah terkena
kondisi dermatologi, maka guttae auriculares paling banyak berbentuk larutan.
Tetes telinga mengandung cairan pembawa, bila tidak dinyatakan lain cairan pembawa
yang digunakan bukan air. Cairan pembawa yang digunakan harus memiliki kekentalan yang
sesuai agar obat mudah menempel pada dinding telinga, biasanya berupa gliserin dan
propilenglikol. Selain itu bisa juga menggunakan etanol, heksilenglikol, dan minyak lemak
nabati. Tetes telinga juga mengandung zat aditif seperti pengawet, antioksidan, buffer, agen
viskositas atau surfaktan.