Anda di halaman 1dari 9

KELOMPOK 2

MENGAPA KITA HARUS


BEKERJA SAMA DENGAN
SESAMA MANUSIA ???
Manusia adalah mahluk sosial dimana,persaudaraan dan
persahabatan sesama manusia.
Dalam melakukan interaksi antara sesama manusia, baik dalam
bentuk hubungan ekonomi, politik,
kebudayaan, agama dan lain-lain maka selalu diharapkan
hubungan yang terbentuk adalah hubungan
yang baik dan saling menguntungkan dalam suasana penuh
kedamaian. Perbedaan
antara manusia yang dapat berupa perbedaan suku, bangsa,
bahasa, adat istiadat
merupakan fitrah dari manusia, seperti yang difirmankan Allah
swt dalam surat al-Hujurat ayat 13 yang berbunyi :
Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakanmu dari
seorang laki-laki dan seor
ang perempuan dan menjadikanmu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku, supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantaramu di sisi Allah ialah
orang yang paling takwa diantaramu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal
Di dalam kerjasama terdapat nilai-nilai
yang sosial yaitu:
1. Menghargai pendapat orang lain
Di dalam kerjasama sangat penting untuk mendengar masukan
dari rekan kerja kita, dengan masukan-masukan itu kita dapat
memperbaiki atau menambah apa yang kiranya perlu diperbaiki,
sehinngga kita akan lebih capat dalam mengerjakan pekerjaan.

Az- zumar ayat 18, artinya: yaitu mereka yang mendengarkan


perkataaanmu lalu mengikuti apa yang paling baik di
antaranya, mereka itulah orang-orang yang telah diberi
petunjuk oleh Allah dan mereka itulah orang-orang yang
mempunyai akal sehat.

ayat ini menjelaskan pentingnya menghargai pendapat orang


lain yang berbeda dengan kita, meskipun pada akhirnya kita
memilih pendapat yang terbaik.

2. Tanggungjawab
Di dalam melakukan sesuatu antar rekan memiliki
tanggungjawab kepada pekerjaan dan rekannya yang lain untuk
memberi konstribusi dalam menyelesaikan pekerjaannya, untuk
mendapatkan hasil yang maksimal dan menyelesaikan
pekerjaannya dengan tepat waktu.

An-Naml ayat 18

“Hingga apabila mereka (rombongan Nabi Sulaiman) sampai di


lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut,
masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak
oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak
menyadari” (QS.an-Naml:18)
Ayat diatas membahas tentang seekor semut yang berseru
kepada teman-temannya untuk berlindung dari bahaya. Ayat ini
mengajarkan kepada kita tentang sikap tanggung jawab
terhadap sesama manusia untuk saling mengingatkan dalam
kebaikan dan keselamatan.

3. Kebersamaan
Orang yang bekerjasama akan merasa dirinya memiliki rasa
kebersamaan, tidak akan memutuskan sesuatu dengan sepihak
karena mereka sadar bahwa mereka adalah tim, sesuatu yang
dilakukan dan dihasilkan itu adalah keputusan bersama
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah,
dan janganlah kamu bercerai-berai”. [Ali Imran: 103]

4. Kepedulian
Kerjasama akan menumbuhkan sikap peduli untuk membantu
rekannya yang mengalami kesusahan dalam mengerjakan
pekerjaannya, peduli antar sesame yang sedang mengalami
kesusahan
Kerjasama yang baik akan menghasilkan hasil yang baik,
seseorang didunia ini tidak bisa hidup sendiri, karena pada
hakikatnya manusia itu saling membutuhkan. Kerjasama yang
baik adalah kerjasama yang mengutamakan komunikasi yang baik
antar tim, komunikasi yang baik ini menjadi faktor utama karena
di dalam kerjasama dibutuhkan shering pendapat atau
pertukaran pendapat antar tim.

“Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu ni’mat yang


banyak. Maka dirikanlah sholat karena Tuhanmu; dan
berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci
kamu dialah yang terputus ”. (Q.S.Al-Kautsar : 1 -3)
Kandungan Surah
Dalam ayat tersbut perintah sholat diikuti dengan
perintah berqurban (menyembelih hewan untuk berqurban den
ga tujuan mendekatkan diri kepada Allah swt.).Qurban
merupakan ibadah yang memiliki dua dimensi yaitu ibadah
kepada Allah dan ibadah sosial.Qurban dikatakan ibadah
kepada Allah karena merupakan wujud ketaatan dan
keikhlasan kepada-Nya.Sedangkan nilai sosialnya karena
sebagian daging kurban dibagikan kepada masyarakat, fakir
miskin utamanya.

UNTUK URUSAN APA SAJA


YANG TERKAIT DENGAN
SESAMA MANUSIA ???
Hubungan Manusia Dengan Manusia
Dalam Islam
Allah SWT telah melebihkan manusia atas segala makhluk
yang lain. Dimana manusia diciptakan dari himpunan dua
unsur yaitu tanah dan ruh Allah, diciptakan sebaik-baik
kejadian dan dibekali dengan akal dan sarana-sarana
penyempurna yang lain agar benar-benar siap menjadi
makhluk yang paling mulia. Sebagaimana juga telah
ditaklukkan dan ditundukkan makhluk-makhluk yang lain
untuk memenuhi kebutuhan dan keperluannya. Semua ini
dimaksudkan agar kemungkinan manusia mengemban
amanah sebagai khalifah dan hamba yang beribadah dan
memakmurkan bumi sesuai dengan petunjuk Tuhannya.
Firman Allah SWT: “Dan telah Kami muliakan anak cucu
Adam dan Kami membawa mereka didaratan dan dilautan dan
Kami beri mereka rizki dari hal-hal yang baik dan Kami telah
lebihkan mereka atas kebanyakan dari makhluk yang kami
ciptakan”. (QS. Al-Isra:70).

Untuk menjaga kemuliaan dan kedudukan universal manusia


sebagai satu kesatuan, maka Islam meletakkan kaidah-kaidah
yang akan menjaga hakekat kemanusiaan tersebut dalam
hubungan antar individu atau antar kelompok.

Asas Pertama: Saling menghormati dan memuliakan


Sebagaimana Allah telah memuliakan manusia, menjadi
keharusan setiap manusia untuk saling menghormati dan
memuliakan, tanpa memandang jenis suku, warna kulit,
bahasa dan keturunannya. Bahkan Islam mengajarkan untuk
menghormati manusia walaupun telah menjadi mayat.
Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW berdiri khusyu’
menghormati jenazah seorang yahudi. Kemudian seseorang
berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya dia jenazah
yahudi”. Nabi SAW bersabda: “Bukankah dia juga adalah
seorang berjiwa ?”. (HR. Imam Muslim).

Asas Kedua: Menyebarkan kasih sayang


Ini merupakan eksplorasi dari risalah Islam sebagai ajaran
yang utuh, karena dia datang sebagai rahmat untuk seluruh
alam. Maka Nabi SAW bersabda: “Tidak akan terlepas kasih
sayang kecuali dari orang-orang yang hina”.

Asas Ketiga: Keadilan


Seluruh ajaran dan syari’at samawi terbangun diatas tiang
keadilan dan keseimbangan. Maka keadilan manjadi
komponen utama dari sya’riat utama para Nabi dan Rasul.
Dan dalam sya’riat terakhir; Islam, gambaran tentang keadilan
lebih rinci dan kuat. Menegakkan keadilan merupakan
keharusan diwaktu aman bahkan dalam keadaan perang
sekalipun. Dan Islam menjadikan berlaku adil kapada musuh
sebagai hal yang mendekatkan kepada ketaqwaan (QS. Al-
Maidah:8). Untuk merealisasikan hal ini, Islam tidak hanya
menyuruh berbuat adil, tapi juga mengharamkan kezaliman
dan melarangnya sangat keras.

Asas Keempat: Persamaan


Asas ini adalah cabang dari tiang sebelumnya yaitu keadilan.
Persamaan sangat ditekankan khususnya dihadapan hukum.
Faktor yang membedakan antara satu orang dengan yang lain
adalah taqwa dan amal shaleh, (iman dan ilmu). (QS. Al-
Hujurat:13).

Asas Kelima: Perlakuan yang sama


Kaidah umum baik menyangkut individu maupun kelompok
menghendaki adanya perlakuan yang sama atau lebih baik.
Membalas suatu kebaikan dengan kebaikan yang sama atau
lebih baik adalah tuntutan setiap masyarakat yang
menginginkan hubungan harmonis antar anggota-anggotanya.
Maka Allah SWT menentukan hal tersebut dalam salah satu
firman-Nya (QS. Al-Isra:7).
Asas Keenam: Berpegang teguh pada keutamaan
Asas ini sering dinyatakan dengan taqwa, ihsan dan kebaktian
dibanyak tempat dalam Al-Qur’an. (misalnya dalam Surah Al-
Baqarah:177 dan 194, Al-Mukminun:96, Fushshilat:34). Dan
diantara fenomena berpegang kepada keutamaan; berlemah
lembut, memaafkan, berlapang dada, bersabar, ringan tangan,
menolong dan lain-lain. Dan yang paling jelas dan tampak
sekali kebaikannya adalah membalas suatu kejahatan dengan
yang lebih baik (QS. Fushshilat:34).

Asas Ketujuh: Kebebasan (merdeka)


Dalam asas inilah betapa jelas sekali Allah memuliakan
manusia dan menghormati kemauannya, fikirannya dan
perasaannya dan membiarkannya menentukan nasibnya
sendiri apa yang berkaitan dengan petunjuk dan kesesatan
dalam keyakinan, dan membebankan kepadanya akibat
perbuatannya dan muhasabah dirinya.

Hanya kebebasan bukanlah maknanya melepaskan diri dari


segala ketentuan dan ikatan karena menuruti hawa nafsu,
sehingga seseorang bisa bisa melanggar hak-hak orang lain.
Kalau demikian halnya yang terjadi adalah kekacauan dan
kerusakan. Maka Syaikh Muhammad Abu Zahrah
mengatakan: “Sesungguhnya kebebasan yang hakiki dimulai
dengan membebaskan jiwa dan nafsu mengikuti syahwat dan
menjadikannya tunduk kepada akal dan hati”. Apalagi sampai
menjadikan hawa nafsu sebagai tuhan (QS. Al-Jatsiyah:23).

Asas kedelapan: Berlapang dada dan toleransi (tasamuh)


Telah banyak pembicaraan tentang toleransi yang
menjadikannya sedikit menyimpang dari makna yang
sebenarnya. Sebetulnya makna tasamuh adalah sabar
menghadapi keyakinan-keyakinan orang lain, pendapat-
pendapat mereka dan amal-amal mereka walaupun
bertentangan dengan keyakinan dan batil menurut pandangan,
dan tidak boleh menyerang dan mencela dengan celaan yang
membuat orang tersebut sakit dan tersiksa perasaannya, dan
tidak boleh memakai sarana-sarana pemaksaan untuk
mengeluarkan mereka atau melarang mereka dari
mengemukakan pendapat atau melakukan amalan-amalan
mereka.

Dan asas ini terkandung dalam banyak ayat Al-Qur’an


diantaranya, “Dan janganlah kalian mencela orang-orang yang
berdo’a kepada selain Allah, yang menyebabkan mereka
mencela Allah dengan permusuhan dengan tanpa ilmu.
Demikianlah Kami menghiasi untuk setiap umat amalan
mereka, lalu Dia mengabarkan kepada apa yang mereka
lakukan”. (QS. Al-An’am:108)

Asas Kesembilan: Saling tolong menolong


Tabiat manusia adalah makhluk sosial, karena tak ada seorang
pun yang mampu hidup sendiri, tanpa bergaul dengan
saudaranya. Dengan bermuamalah antar manusialah akan
sempurna pemanfaatan dan kegunaan. Disana banyak sekali
kebutuhan seorang individu yang tak akan mampu
dipenuhinya sendiri. Bahkan Islam tidak sekedar
mengesahkan asas ini sebagai asas dalam hubungan antar
manusia, tapi lebih jauh lagi Islam menentukan bahwa hamba
selamanya bergantung kepada pertolongan Allah SWT, dia
mengakui hal ini atau pun tidak mengakuinya. Dan Islam
mengaitkan pertolongan ini dengan saling tolong menolong
hamba antar mereka. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Dan
Allah selalu menolong seseorang selama orang tersebut selalu
menolong saudaranya”. (HR. Muslim).
Asas Kesepuluh: Menepati janji
Menepati janji mencakup seluruh janji dalam hal yang baik.
Dia merupakan jaminan untuk kelangsungan unsur
kepercayaan dalam saling tolong menolong antar manusia.
Bila hal ini hilang dari suatu masyarakat, maka bisa jadi
masyarakat akan hancur dan rusak.

Melanggara janji merupakan satu tanda dari kemunafikan.


Nabi SAW bersabda: “Tanda orang munafik itu ada tiga; bila
berbicara dia berbohong, bila berjanji dia melanggarnya dan
bila diberi amanat dia mengkhianatinya”.

Inilah sepuluh asas diantara asas-asas hubungan kemanusiaan


yang ditawarkan oleh Islam. Walaupun pada sepuluh hal ini,
tapi dengan melaksanakan sepuluh asas ini saja sudah dapat
dibangun masyarkat yang kuat, berbarakah dan penuh
keharmonisan, kebahagiaan dan kedamaian.

Anda mungkin juga menyukai