Bab 2 Sol
Bab 2 Sol
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Penyakit
2.1.1 Definisi
SOL (Space Occupying Lesion) merupakan generalisasi masalah mengenai adanya
lesi pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. Terdapat beberapa
penyebab yang dapat menimbulkan lesi pada otak seperti kontusio serebri, hematoma,
infark, abses otak dan tumor pada intracranial (Smeltzer & Bare, 2013).
Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak / ganas yang
tumbuh di otak, meningen dan tengkorak. Tumor otak merupakan salah satu tumor
susunan saraf pusat, baik ganas maupun tidak. Tumor ganas disusunan saraf pusat
adalah semua proses neoplastik yang terdapat dalam intracranial atau dalam kanalis
spinalis, yang mempunyai sebagian atau seluruh sifat-sifat proses ganas spesifik
seperti yang berasal dari sel-selsaraf di meaningen otak, termasuk juga tumor yang
berasal dari sel penunjang (Neuroglia), sel epitel pembuluh darah dan selaput otak.
(Fransisca, 2008).
Kranium merupakan tempat yang kaku dengan volume yang terfiksasi maka lesi-
lesi ini akan meningkatkan tekanan intracranial. Suatu lesi yang meluas pertama kali
dengan cara mengeluarkan cairan serebrospinal dari rongga cranium. Akhirnya vena
mengalami kompresi, dangan gangguan sirkulasi darah otak dan cairan serebrospinal
mulai timbul dan tekanan intracranial mulai naik. Kongesti venosa menimbulkan
peningkatan produksi dan penurunan absorpsi cairan serebrospinal dan
meningkatkan volume dan terjadi kembali hal-hal seperti diatas.
2.1.2 Anatomi Fisiologi
Otak, merupakan merupakan bagian dari susunan saraf pusat yang terletak di
cavum cranii. Berat otak saat lahir 350 gram, dan berkembang hingga saat dewasa
seberat 1400-1500 gram.
4
5
• Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari Otak Besar.
Mulai dari sulcus sentralis sampai kapolus centralis, terdiri dari gyrus precentralis,
girus frontalis superior, girus frontalis media, girus frontalis inferior,girus recrus,
dirus orbitalis, dan lobulus paracentralis superior. Lobus ini berhubungan dengan
kemampuan membuat alasan, kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian
masalah, memberi penilaian, kreativitas, kontrol perasaan, kontrol perilaku seksual
dan kemampuan bahasa secara umum.
• Lobus Parietal berada di tengah, mulai dari sulcus centralis menuju lobus
occipitalis dan cranialis dari lobus temporalis, terdiri dari girus post centralis, lobulus
7
Korteks asosiasi limbic di bawah dan dalam antara kedua lobus temporal. Daerah
ini berkaitan dengan motivasi dan emosi.
2) Cerebellum (Otak Kecil
Otak Kecil atau Cerebellum terletak di bagian belakang kepala, dekat dengan
ujung leher bagian atas. Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak,
diantaranya: mengatur sikap atau posisi tubuh, mengkontrol keseimbangan,
koordinasi otot dan gerakan tubuh. Otak Kecil juga menyimpan dan melaksanakan
serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil,
gerakan tangan saat menulis, gerakan mengunci pintu dan sebagainya.
Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan pada sikap dan
koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi, misalnya orang tersebut
tidak mampu memasukkan makanan ke dalam mulutnya atau tidak mampu
mengancingkan baju.
3) Brainstem (Batang Otak)
Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala
bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung atau sumsum tulang
belakang. Bagian otak ini mengatur fungsi dasar manusia termasuk pernapasan,
denyut jantung, mengatur suhu tubuh, mengatur proses pencernaan, dan merupakan
sumber insting dasar manusia yaitu fight or flight (lawan atau lari) saat datangnya
bahaya. Batang otak dijumpai juga pada hewan seperti kadal dan buaya. Oleh
karena itu, batang otak sering juga disebut dengan otak reptil. Otak reptil mengatur
“perasaan teritorial” sebagai insting primitif. Contohnya anda akan merasa tidak
nyaman atau terancam ketika orang yang tidak kita kenal terlalu dekat .
Batang Otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:
• Mesencephalon atau Otak Tengah (disebut juga Mid Brain) adalah bagian
teratas dari batang otak yang menghubungkan Otak Besar dan Otak Kecil. Otak
tengah berfungsi dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakan mata,
pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan pendengaran.
• Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri
badan menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Medulla mengontrol
9
funsi otomatis otak, seperti detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan
pencernaan.
• Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat otak
bersama dengan formasi reticular. Pons yang menentukan apakah kita terjaga atau
tertidur.
4) Limbic System (Sistem Limbik)
Sistem limbik terletak di bagian tengah otak, membungkus batang otak ibarat
kerah baju. Limbik berasal dari bahasa latin yang berarti kerah. Bagian otak ini sama
dimiliki juga oleh hewan mamalia sehingga sering disebut dengan otak mamalia.
Komponen limbik antara lain hipotalamus, thalamus, amigdala, hipocampus dan
korteks limbik. Sistem limbik berfungsi menghasilkan perasaan, mengatur produksi
hormon, memelihara homeostasis, rasa haus, rasa lapar, dorongan seks, pusat rasa
senang, metabolisme dan juga memori jangka panjang.
Bagian terpenting dari Limbik Sistem adalah Hipotalamus yang salah satu
fungsinya adalah bagian memutuskan mana yang perlu mendapat perhatian dan mana
yang tidak. Sistem limbik menyimpan banyak informasi yang tak tersentuh oleh
indera. Dialah yang lazim disebut sebagai otak emosi atau tempat bersemayamnya
rasa cinta dan kejujuran. Carl Gustav Jung menyebutnya sebagai "Alam Bawah
Sadar" atau ketidaksadaran kolektif, yang diwujudkan dalam perilaku baik seperti
10
menolong orang dan perilaku tulus lainnya. LeDoux mengistilahkan sistem limbik ini
sebagai tempat duduk bagi semua.
2.1.3. Etiologi
Gejala terjadinya spesifik sesuai dengan gangguan daerah otak yang terkena.
Menyebutkan tanda-tanda yang ditunjukkan lokal, seperti pada ketidaknormalan
sensori dan motorik. Perubahan pengelihatan dan kejang karena fungsi dari bagian-
bagian berbeda-beda dan otak. Lokasi tumor dapat ditentukan pada bagiannya
dengan mengidentifikasi fungsi yang dipengaruhi oleh adanya tumor.
1) Tumor lobus frontal
Sering menyebabkan gangguan kepribadian, perubahan status emosional dan
tingkah laku dan disintegrasi perilaku mental. Pasien sering menjadi ekstrim yang
tidak teratur dan kurang merawat diri dan menggunakan bahasa cabul.
2) Tumor cerebellum (atur sikap badan / aktifitas otak dan keseimbangan)
Mengatakan pusing, ataksia (kehilangan keseimbangan / berjalan yang
sempoyongan dengan kencenderungan jatuh, otot tidak terkoordinasi dan nigtatius
(gerakan mata berirama tidak sengaja) biasanya menunjukkan gerak horizontal.
3) Tumor korteks motorik
Menimbulkan manifestasi gerakan seperti epilepsy, kejang jarksonian dimana
kejang terletak pada satu sisi.
4) Tumor lobus frontal
Sering menyebabkan gangguan kepribadian, perubahan status emosional dan
tingkah laku dan distulegrasi perilaku mental. Pasien sering menjadi ekstrim yang
tidak teratur dan kurang merawat diri dan menggunakan bahasa cabul.
5) Tumor intra cranial
Dapat menghasilkan gangguan kepribadian, konfusi, gangguan fungsi bicara dan
gangguan gaya berjalan, terutama pada pasien lansia. Tipe tumor yang paling sering
adalah meningioma, glioblastana (tumor otak yang sangat maligna) dan metastase
serebral dari bagian luar.
11
2.1.4. Klasifikasi
Berdasarkan jenis tumor dapat dibagi menjadi :
1) Jinak
a) Acoustic neuroma
b) Meningioma
c) Pituitary adenoma
d) Astrocytoma ( grade I )
2) Malignant
a) Astrocytoma ( grade 2,3,4 )
b) Oligodendroglioma
c) Apendymoma
Berdasarkan lokasi tumor dapat dibagi menjadi :
a) Tumor intradural
(1). Ekstramedular
(2). Cleurofibroma
(3). Meningioma intramedural
(4). Apendimoma
12
(5). Astrocytoma
(6). Oligodendroglioma
(7). Hemangioblastoma
b) Tumor ekstradural : merupakan metastase dari lesi primer.
Hidrocefalus
Gangguan fungsi hipofisis
B1 B2 B3 B4 B5 B6
Breath Blood Brain Bladder Bowel Bone
Bladder
Gangguan
Penekanan Tekanan pada
Tirah baring Gangguan aliran Penekanan Penurunan Fungsi otak aliran darah
pada jaringan jaringan otak
darah dan O2 keotak pada lobus suplai darah menurun dan O2 ke otak
otak
oksipitalis dan O2 ke
otak
Kemampuan Impulse Fungsi otak Peningkatan
Penekanan sistem Peningkatan
batuk Gangguan sensorik menurun tekanan
saraf pernafasan tekanan Gangguan
menurun memori dan intrakranial
intrakranial fungsi
penglihatan motorik
kranial V terganggu Reflek menelan
VII, IX,X, XI, menurun
Akumulasi sekret RR meningkat, Gangguan darah Gangguan
meningkat dijalan nafas cepat dan XII
dan O2 ke otak Penurunan darah dan O2
nafas dangkal Kemampuan Syaraf keotak
penglihatan Kehilangan perkemihan Anoreksia,
fungsi tonus terganggu mual muntah,
Tirah baring
Batuk tidak Penggunaan Perfusi jaringan otot fasial/oral lama
efektif, ronchi, otot pernafasan serebral tidak Resiko
wheezing, efektif Intake nutrisi
cedera inkontensia
Ketidak dan cairan Kelemahan
frekuensi nafas urine
mampuan tidak adekuat Otot
meningkat progresif
Pola nafas tidak berbicara,
efektif menyebut
Gangguan
kata-kata Defisit
pola
Observasi TTV Nutrisi ADL
Bersihan jalan eliminasi
Observasi tingkat di
nafas tidak efektif (Urine) bantu
kesadaran,GCS Kerusakan
Kolaborasi pemberian terapi artikulasi Resiko
ketidakseimb
angan cairan
1. Monitor
?7 NB keadaan
M,8 jalan nafas
2. Lakukan suction sekret tiap 1 Gangguan
jam Komunikasi
Defisit
3. Berikan O2 sesuai indikasi verbal Penekanan perawatan
4. Kolaborasi pemberian terapi jaringan diri
setempat
Ubah posisi tiap 2 jam Gangguan
Jaga kebersihan kulit integritas Gangguan
kulit mobilitas
fisik
2.1.7. Komplikasi
Komplikasi setelah pembedahan dapat disebabkan efek depresif anestesi
narkotik dan imobilitas. Echymosis dan edema periorbital umumnya terjadi setelah
pembedahan intracranial. Komplikasi khusus / spesifik pembedahan intrakranial
tergantung pada area pembedahan dan prosedur yang diberikan, misalnya :
4
16
1) Kehilangan memory
2) Paralisis
3) Peningkatan ICP
4) Kehilangan / kerusakan verbal / berbicara
5) Kehilangan / kerusakan sensasi khusus
6) Mental confusion
Peningkatan TIK yang disebabkan edema cerebral / perdarahan adalah komplikasi
mayor pembedahan intrakranial, dengan manifestasi klinik :
1) Perubahan visual dan verbal
2) Perubahan kesadaran (level of conciousnes/LOC) berhubungan dengan sakit
kepala
3) Perubahan pupil
4) Kelemahan otot / paralysis
5) Perubahan pernafasan
Disamping terjadi komplikasi diatas, ada beberapa juga temuan gangguan yang
terjadi yaitu :
1) Gangguan fungsi neurologis.
Jika tumor otak menyebabkan fungsi otak mengalami gangguan pada serebelum
maka akan menyebabkan pusing, ataksia (kehilangan keseimbangan) atau gaya
berjalan yang sempoyongan dan kecenderunan jatuh ke sisi yang lesu, otot-otot tidak
terkoordinasi dan ristagmus ( gerakan mata berirama tidak disengaja ) biasanya
menunjukkan gerakan horizontal.
2) Gangguan kognitif.
Pada tumor otak akan menyebabkan fungsi otak mengalami gangguan sehingga
dampaknya kemampuan berfikir, memberikan rasional, termasuk proses mengingat,
menilai, orientasi, persepsi dan memerhatikan juga akan menurun.
3) Gangguan tidur dan mood
Tumor otak bisa menyebabkan gangguan pada kelenjar pireal, sehingga hormone
melatonin menurun akibatnya akan terjadi resiko sulit tidur, badan malas, depresi,
dan penyakit melemahkan system lain dalam tubuh.
17
4) Disfungsi seksual
a) Pada wanita mempunyai kelenjar hipofisis yang mensekresi kuantitas
prolaktin yang berlebihan dengan menimbulkan amenurrea atau galaktorea
(kelebihan atau aliran spontan susu )
b) Pada pria dengan prolaktinoma dapat muncul dengan impotensi dan
hipogonadisme.
c) Gejala pada seksualitas biasanya berdampak pada hubungan dan perubahan
tingkat kepuasan.
a) Kaji keluhan nyeri, tingkat, skala, durasi, dan frekuensi nyeri yang dirasakan
klien
b) Observasi keadaan nyeri nonverbal (Misal : ekspresi wajah, gelisah,menangis,
menarik diri, diaforesis, perubaan frekuensi jantung, pernapasan dan tekanan
darah.
c) Anjurkan untuk istirahat dan ciptakan lingkungan yang tenang
d) Berikan kompres panas lembab pada kepala, leher, lengan sesuai kebutuhan
e) Lakukan pemijatan pada daerah kepala / leher / lengan jika pasien dapat
toleransi terhadap sentuhan
f) Sarankana pasien untuk menggunakan persyaratan positif “saya sembuh“ atau
“saya suka hidup ini “
Kolaborasi :
a) Berikan analgetik / narkotik sesuai indikasi
b) Berikan antiemetiksesuai indikasi
4) Perubahan persepsi sensori b.d perubahan resepsi sensoris, transmisi dan
atau integrasi (trauma atau defisit neurologis), ditandai denagg disorientasi,
perubaan respon terhadap rangsang, inkoordinasi motorik, perubahan pola
komunikasi, distorsi auditorius dan visual, penghidu, konsentrasi buruk,
perubahan proses pikir, respon emosiaonal berlebihan, perubahan pola perilaku.
Kriteria Hasil : pasien dapat dipertahanakan tingkat kesadaran dan fuingsi
persepsinya, mengakui perubahan dalam kemampuan dan adanya keterlibatan
residu, mendemonstrasikan perubahan gaya hidup.
Intervensi :
a) Kaji secar teratur perubahan orientasi, kemampuan bicara, afektif, sensoris
dan proses pikir
b) Kaji kesadaran sensoris seperti respon sentuan , panas / dingin, benda tajam
atau tumpul, keadaran terhadap gerakan dan letak tubuh, perhatkian adanya
masalah penglihatan
c) Observasi repon perilaku
d) Hilangkan suara bising / stimulus yang berlebihan
24
DAFTAR PUSTAKA