Anda di halaman 1dari 10

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2014


Tentang
pengesahan Konvensi on concerning the professional
Framework for attention all safety and health/convention 187,
2016 (Konvensi mengenaic Kerangka kerja peningkatan
keselamatan dan kesehatankerja Konvensi 187, 2006)
dengan rahmat Tuhan Yang Maha esa
presiden Republik Indonesia baru-baru
menimbang: a. bahwa pemerintah Republik Indonesia sebagai
anggota organisasi Ketenagakerjaan internasional
memiliki komitmen yang kuat untuk meningkatkan
keselamatan dan kesehatan kerja sejalan dengan
ketentuan yang telah digariskan oleh organisasi
Ketenagakerjaan internasional dengan tetap
mengedepankan kepentingan dan kebutuhan
hukum nasional.
b. bawah convention concerning the professional
Framework for occupational safety and health care
semiring convention 187, 2006 Konvensi
mengenai Kerangka kerja peningkatan
keselamatan dan kesehatan kerja/konvensi 187
2006 menitipkan beratkan pada upaya negara
anggota organisasi Ketenagakerjaan internasional
untuk mempromosikan Kerangka kerja
keselamatan dan kesehatan kerja melalui
kebijakan sistem dan program nasional dalam
mencapai terwujudnya budaya keselamatan dan
kesehatan kerja nasional;
c. bawah sesuai dengan ketentuan pasal 11 ayat 1
undang-undang Nomor 24 Tahun 2000 Tentang
perjanjian internasional Konvensi tersebut perlu
disahkan dengan peraturan presiden;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a. huruf b. dan huruf c perlu
menetapkan Peraturan Presiden tentang
pengesahan convention concerning the
promotional Framework for occupational safety
and health/ convention 187, 2006 (Konvensi
mengenal Kerangka kerja peningkatan
keselamatan dan kesehatan kerja/konvensi 187,
2006);
Mengingat : 1. pasal 4 ayat (1) undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945;
2. undang-undang Nomor 24 Tahun 2000 Tentang
perjanjian internasional lembaga negara Republik
Indonesia tahun 2000 nomor 185 tambahan
(lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4200);

MEMUTUSKAN
Menetapakan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG
PENGESAHAN CONVENTION CONCERNING
THE PROMOTIONAL FRAMEWORK FOR
OCCUPATIONAL SAFETY AND
HEALTH/CONVENTION 187, 2006 (KONVENSI
MENGENAI KERANGKA KERJA PENINGKATAN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA/KONVENSI 187, 2006).
Pasal 1
(1) Mengesahkan mengesahkan convention concerning the
promotional framework for occupational safety and
health/convention 187, 2006 (konvensi mengenai kerangka kerja
peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja /konvensi 187,
2006) yang telah diadopsi oleh ketenagakerjaan internasional
dalam sidang ketenagakerjaan internasional ke-95 pada tanggal
15 juni 2006 di Jenewa, Swiss.
(2) Naskah asli konvensi sebagaimana di maksud pada ayat (1)
menggunakan Bahasa inggris dan bahasa prancis sebagai
Bahasa resminya.
(3) Salinan naskah asli konvensi sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dan terjemahannya dalam Bahasa Indonesia menjadi
lampiran yang tidak terpisahkan dari peraturan presiden ini.

Pasal 2
Dalam hal terjadi perbedaan penafsiran antara Salinan naskah
asli konvensi dan Salinan naskah terjemahannya dalam Bahasa
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pasal 1, yang
diberlakukan Salinan naskah asli konvensi.

Pasal 3
Peraturan presiden ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar semua orang mengetahuinya, memerintahkan


perundangan peraturan presiden ini dengan penempatannya
dalam lembaga negara republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 24 april 2014

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 24 april 2014

MENTERI HUKUM DAN HAKASASI MANUSIA


REPUBLIK INDONESIA

AMIR SYAMSUDIN
Lembaga negara republik Indonesia tahun 2014 nomor 89

Salinan sesuai dengan asliny


SEKERTARIAT KABINET,
Deputi bidang kesejahteraan rakyat

SISWANTO ROESYIDI
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 22 TAHUN 1993

TENTANG

PENYAKIT YANG TIMBUL KARENA HUBUNGAN KERJA


PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : bahwa untuk lebih meningkatkan perlindungan


terhadap tenaga kerja, undang-undang nomor 3
tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja
menetapkan perlunya pengaturan mengenai
penyakit yang timbul karena hubungan kerja.

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) undang-undang dasar 1945;


2. undang-undang nomor 3 tahun 1992 tentang
jaminan social tenaga kerja;
3. peraturan pemerintah nomor 14 tahun 1993
tentang penyelenggaraan program jaminan
sosial tenaga kerja (lembaga negara tahun 1993
nomor 20, tambahan lembaran negara nomor
3520);

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK


INDONESIATENTANG PENYAKIT YANG TIMBUL
KARENA HUBUNGAN KERJA.

Pasal 1
Penyakit yang timbul karena hubungan kerja adalah penyakit yang
disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja.
Pasal 2
Setiap tenaga kerja yang menderita penyakit yang timbul karena
hubungan kerja berhak mendapat jaminan kecelakaan kerja baik
pada saat masih dalam hubungan kerja maupun setelah hubungan
kerja berakhir.
Pasal 3
(1) Hak atas jaminan kecelakaan kerja bagi tenaga kerja yang
hubungan kerjanya telah berakhir sebagaimana yang di
maksud dalam pasal 2 diberikan, apabila yang dimaksud
diagnosa dokter yang merawat penyakit tersebut di akibatkan
oleh pekerjaan selama tenaga kerja yang bersangkutan
masih dalam hubungan kerja.

(2) Hak jaminan kecelakaan kerja sebagaimana yang dimaksud


dalam ayat (1) diberikan apabila penyakit timbul dalam waktu
paling lama 3 (tiga) tahun terhitung sejak hubungan kerja
tersebut berakhir.
Pasal 4
Penyakit yang timbul karena hubungan kerja sebagaimana
dimaksud dalam pasal 1, sebagaimana tercantum dalam lampiran
kepurusan presiden ini.
Pasal 5
Keputusan presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 27 februari 1993

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA


Ttd
SOEHARTO
LAMPIRAN
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 22 TAHUN 1993
TENTANG
PENYAKIT YANG TIMBUL KARENA HUBUNGAN KERJA
1. Pneumoconiosis yang disebabkan debu mineral pembentuk
jaringan perut (silicosis, antra silicosis, asbestosis) dan
silikotuberkolosis yang silikosisny merupakan faktor utama
penyebab cacat atao kematian.
2. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkhulmoner) yang
disebabkan oleh debu logam keras.
3. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkhulmoner) yang
disebabkan oleh debu kapas, vlas, henep dan sisal
(byssinosis).
4. Asma akibat kerja yang di sebabkan oleh penyebab
sentisisasi dan zat perangsangyang dikenal berada dalam
proses pekerjaan.
5. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar
sebagai akibat penghirupan debu organic.
6. Penyakit yang disebabkan berilium atau persenyawaanya
yang beracun
7. Penyakit yang disebabkan kadimium atau persenyawaanya
yang beracun
8. Penyakit yang disebabkan fasfor atau persenyawaanya yang
beracun
9. Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaanya
yang beracun
10. Penyakit yang disebabkan mangan atau persenyawaanya
yang beracun
11. Penyakit yang disebabkan arsen atau persenyawaanya yang
beracun
12. Penyakit yang disebabkan air raksa atau persenyawaanya
yang beracun
13. Penyakit yang disebabkan timbal atau persenyawaanya yang
beracun
14. Penyakit yang disebabkan flour atau persenyawaanya yang
beracun
15. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida
16. Penyakit yang disebabkan oleh derivate halogen dari
persenyawaan hidrokarbon alifiatik atau aromatic yang
beracun.
17. Penyakit yang disebabkan oleh benzene atau homolognya
yang beracun
18. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dana mina dari
benzena atau monolognya yang beracun
19. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam
nitrat lainnya.
20. Penyakit yang disebabkan oleh alcohol, glikon atau keton.
21. Penyakit yang disebabkan olehgas atau uap penyebab
asfiksa atau keracunan seperti karbon monoksida,
hirogenesianida, hydrogen sulfide, atau derivatnya yang
beracun, amoniak seng, braso dan nikel.
22. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan
23. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-
kelainan otot, urat, tulang persendian, pembuluh darah tepi
syaraf tepi).
24. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang
bertekanan lebih
25. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan
radiasi yang mengion.
26. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh fisik,
kimiawi, atau biologic.
27. Kanker kulit epitolioma primer yang disebabkan oleh ter, pik,
bitumen, minyak mineral, antrasena atau persenyawaan,
produk atau residu dari zat tersebut.
28. Kanker paru atau mesothelioma yang disebabkan oleh asbes.
29. Penyakit infeksi yang disebabkan okeh virus, bakteri atau
parasite yang didapat dalam suatu pekerjaan yang memiliki
resiko kontaminasi khusus
30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau
panas radiasi atau kelembaban udara tinggi
31. Penyakit yang disebabkan bahan kimia lainnya termasuk
bahan obat
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Ttd
SOEHARTO
PERATURAN MENTERI PERBURUHAN
NO. 7 TAHUN 1964
Tentang
SYARAT KESEHATAN, KEBERSIHAN SERTA PENERANGAN
DALAM TEMPAT KERJA
MENTERI PERBURUHAN
Mengingat : bahwa telah tiba waktunya melaksanakan ketentuan
pada pasal 8 “Arbeidsregeling nijverheidsberdrijiven”.
Mengingat : pasal 8 Arbeidsregeling nijverheidsberdrijiven (Stbl.
No. 467).
MEMUTUSKAN
Menetapkan : peraturan menteri perburuan tentang syarat kesehatan,
kebersihan serta penerangan dalam tempat kerja.
Pasal 1
(1) Yang dimaksud dengan tempat kerja ialah setiap tempat
kerja, terbuka atau tertutup atau lazimnya dipergunakan atau
dapat diduga akan dipergunakan untuk melakukan pekerjan,
baik tetap maupunsementara.
(2) Dalam peraturan ini tidak termasuk tempat kerja ialah:
a. Kapal, kapal terbang, kereta api dan alat pengangkutan
lainnya yang dipergunakan untuk pengangkutan umum
b. Rumah sakit, sanatoria,aphotek dan obyek pemeliharaan
atau perawatan atau dibawah pengawasan departemen
kesehatan;
c. Tempat kerja dan bangunan dibawah pengawasan
departemen angkatan darat, departeman angkatan laut,
departemen angkatan udara, dan departemen kepolisian.
(3) Untuk tempat kerja dimaksud dalam ayat (2) d akan diadakan
penetapan oleh kepala pengawasan perburuan.
(4) Yang dimaksud dengan bangunan perusahaan ialah gedung-
gedungtambahan, halaman serta jalan, jembatan atau
bangunan lainnya yang menjadi bagian dari perusahaan
tersebut dan terletak dalam batas halaman perusahaan.
Pasal 2
Setiap bangunan perusahaan harus memenuhi syarat-syarat untuk:
a. Menghindari kemungkinan bahaya kebakaran dan
kecelakaan.
b. Menghindarkan kemungkinan bahaya keracunan, penularan
penyakit atau timbulnya penyakit jabata;
c. Memajukan kebersiahan dan ketertiban
d. Mendapat penerangan yang cukup dan memenuhi syarat
untuk melakukan pekerjaan.
e. Mendapat suhu yang layak dan peredaran udara yang cukup
f. Menghindarkan ganguan debu, gas uap, dan bauan yang
tidak menyenangkan.
Pasal 3
(1) Halaman harus bersih, teratur, rata dan tidak becek dan
cukup luas untuk kemungkinan perluasan.
(2) Jalan dihalaman tidak boleh berdebu.
(3) Untuk keperluan aliran air (riolering) harus cukup saluran
yang kuat dan bersih.
(4) Saluran air yang melintas halaman harus tertutup
(5) Sampah dan terbuang lainnya harus terkumpul pada suatu
tempat yang rapid dan tertutup
(6) Pada waktunya sampah itu harus dibuang ketempat
pembuangan sampah atau dibakar ditempat yang aman.
(7) Tempat pengumpulan sampah tidak boleh menjadi sarang
lalat atau binatang serangga yang lain.
Pasal 4
(1) Gedung harus kuat buatannya dan tidak boleh ada bagian
yang mungkin roboh bouwvaling.
(2) Tangga harus kuat buatanya, aman dan tidak boleh licin dan
harus cukup kuat.
(3) Lantai, dinding, loteng dana tap harus selalu berada dalam
keadaan terpelihara dan bersih.
(4) Dinding dan loteng serta bagia-bagian lainnya harus dikapurr
sedikit sekali dalam lima tahun.
(5) Dinding yang dicat harus dicuci paling sedikit 1 kali setahun,
sehingga selalu terlihat bersih.
(6) Lantai harus dibersihkan pada waktu-waktu tertentu,
sehingga selalu dalam keaadaan bersih.

Anda mungkin juga menyukai