Anda di halaman 1dari 9

1

BAB I

PENGANTAR

1.1 Latar Belakang

Kota Surabaya merupakan ibukota Provinsi Jawa Timur, tempat

berpusatnya pemerintahan daerah, politik, perdagangan, industri, pendidikan, dan

kebudayaan sehingga tidak mengherankan bila Surabaya memiliki daya tarik

tersendiri bagi orang-orang yang berasal dari luar kota Surabaya untuk berimigrasi

ke kota tersebut. Mereka datang dengan berbagai motif dan yang paling dominan

adalah motif ekonomi dengan tujuan mencari kehidupan yang lebih baik. Kondisi

seperti inilah yang memicu timbulnya heterogenitas masyarakat di Kota Surabaya.

Masyarakat Surabaya tergolong masyarakat yang memiliki heterogenitas

cukup tinggi yang secara horizontal ditandai dengan keanekaragaman latar

belakang, seperti pendidikan dan profesi pekerjaan, perbedaan suku bangsa,

perbedaan agama, dan perbedaan budaya. Secara vertikal ditandai dengan adanya

perbedaan yang mencolok antara golongan kaya dan golongan miskin. Kehidupan

sosial budaya masyarakat Surabaya juga diwarnai oleh nilai-nilai agama dan adat

istiadat yang diyakini dan dianut serta dijadikan pedoman hidup oleh masyarakat.

Dalam kehidupan sehari-hari, pada saat-saat tertentu terjalin hubungan yang

harmonis antar individu tetapi pada saat-saat yang lain hubungan antar individu

sering diwarnai ketegangan-ketegangan. Kondisi masyarakat yang demikian

berpotensi untuk menimbulkan konflik baik konflik horizontal maupun konflik

vertikal karena perbedaan kemauan dan kepentingan antara individu yang satu

1
2
 

dengan yang lainnya. Apabila masyarakat Surabaya tidak mampu mencegah atau

mengelola konflik dan perbedaan-perbedaan yang timbul maka akan sulit untuk

mempersatukan tujuan bersama. Kondisi masyarakat yang demikian akan

membahayakan ketahanan sosial budaya masyarakat Surabaya itu sendiri. Namun

bila perbedaan-perbedaan tersebut disikapi dengan cara yang bijaksana akan

membawa nilai positif, seperti kesadaran tiap-tiap individu untuk menjalin

kerjasama dan menanamkan nilai-nilai kebersamaan, jiwa toleransi, dan

solidaritas sosial sehingga mampu menghargai setiap perbedaan-perbedaan yang

ada secara tulus, komunikatif, dan keterbukaan tanpa rasa saling curiga yang

menjadi dasar pijakan dan pandangan hidup dalam menjalani kehidupan bersama.

Aktivitas prostitusi merupakan realita sosial yang selalu menjadi topik

hangat untuk diperdebatkan oleh masyarakat Surabaya. Keberadaannya selalu

menghadirkan pro dan kontra di kalangan masyarakat termasuk munculnya

perbedaan-perbedaan pemikiran dan pandangan dalam upaya penanganan dan

penanggulangannya yang seringkali memicu terjadinya konflik sosial. Konflik

sosial dapat menimbulkan konsekuensi-konsekuensi yang meningkatkan

kemampuan orang untuk melibatkan diri di dalam kegiatan-kegiatan pemecahan

masalah dengan hasil-hasil yang memuaskan. Namun tidak boleh dilupakan pula

bahwa banyak konflik yang bersifat destruktif dan dapat menuntun pada

terjadinya perpecahan yang menghancurkan ketahanan suatu masyarakat sehingga

cara-cara yang digunakan anggota-anggota masyarakat untuk mengenali,

memecahkan dan menanggulangi konflik merupakan hal yang sangat penting

untuk kelangsungan kehidupan suatu masyarakat (Ahmadi,2009:281-282).

1
3
 

Praktik prostitusi telah ada dan tumbuh seiring dengan perjalanan

peradaban manusia. Meskipun tidak ada catatan sejarah yang dapat memastikan

secara akurat, aktivitas prostitusi diduga mulai tumbuh ketika manusia sebagai

individu mulai hidup berkelompok dan menjadi makhluk sosial dalam menjalani

kehidupan. Seiring dengan mulai dikenalnya aktivitas jual beli (barter) dan

perbudakan dalam peradaban manusia, aktivitas perzinahan yang dilakukan secara

komersial dan menjadikan wanita sebagai “barang komoditi” mulai tumbuh dan

berkembang. Dalam catatan sejarah Kode Hammurabi pada abad ke-18 SM,

tertulis ketentuan-ketentuan bahwa seorang pelacur, yaitu kelompok wanita yang

tidak memiliki pendamping laki-laki (tidak termasuk untuk para janda) berhak

menerima hasil kebun, jagung, susu sapi dan minyak dari setiap laki-laki yang

menidurinya (Prastya dan Darma,2011:1-2).

Seiring berjalannya waktu, aktivitas prostitusi tidak selalu berjalan mulus

tanpa masalah karena tidak hanya menimbulkan gejolak ekonomi tetapi juga

menghadirkan masalah sosial yang dinilai bertentangan dengan norma-norma

sosial yang berlaku dalam pola tatanan kehidupan suatu kelompok masyarakat

sehingga muncullah respons dari berbagai negara dan kerajaan di seluruh dunia

untuk membuat berbagai peraturan dan kebijakan yang berusaha mengatur

aktivitas prostitusi di seluruh penjuru dunia, salah satunya peraturan yang

dikeluarkan Raja Spanyol yang berkuasa pada tahun 590 M tentang larangan

praktik prostitusi di daerah kekuasaannya dengan menetapkan hukuman cambuk

sebanyak 300 kali untuk setiap perempuan yang terbukti bersalah menjual jasa

seksual (Prastya dan Darma,2011:4). Meskipun banyak peraturan, perundangan,

1
4
 

dan kebijakan dibuat oleh pemerintah dari berbagai negara di dunia untuk

mengatur aktivitas prostitusi, kenyataannya aktivitas prostitusi tetap ada hingga

saat ini, termasuk di Indonesia.

Perkembangan aktivitas prostitusi di Indonesia sejalan dengan peradaban

bangsa Indonesia itu sendiri. Pelacuran di Indonesia dimulai sejak jaman kerajaan,

jaman penjajahan dan terus berkembang sampai saat ini dengan berbagai bentuk

wajah. Bahkan diera modern sekarang ini, aktivitas prostitusi di Indonesia baik

prostitusi secara terselubung maupun secara terang-terangan sangat mudah

ditemukan di daerah-daerah dengan konsentrasi modal dan industri serta

kepadatan penduduk yang tinggi.

Memasuki abad ke-21, kehidupan di dunia tidak ada yang bisa lepas dari

gelombang globalisasi termasuk Indonesia. Percepatan proses globalisasi terutama

ditopang oleh berbagai kemajuan dalam bidang teknologi informasi dan

komunikasi dengan menawarkan berbagai kemudahan bagi kehidupan manusia

diberbagai bidang, salah satunya teknologi internet. Saat ini, internet melalui situs

jejaring sosial Facebook telah memikat pengguna internet di Indonesia dengan

jumlah pengguna sekitar 20% dari total penduduk Indonesia, dan menempatkan

Indonesia pada peringkat empat dunia yang paling banyak mengakses situs ini

setelah Amerika, Brazil, dan India. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa selain

memberikan manfaat yang cukup signifikan bagi kehidupan masyarakat

Indonesia, situs jejaring sosial Facebook telah menciptakan wajah baru dalam

perkembangan dunia prostitusi di Indonesia. Maraknya prostitusi online melalui

situs jejaring sosial Facebook telah menambah variasi bentuk wajah dunia

1
5
 

prostitusi yang selama ini hanya dikenal dengan cara konvensional mulai bergeser

ke cara-cara yang lebih canggih, rapi, dan susah terendus. Mereka tidak lagi

mangkal di tempat-tempat lokalisasi pelacuran maupun tempat-tempat

terselubung, seperti panti pijat atau salon-salon kecantikan untuk menanti

pelanggan tetapi cukup memanfaatkan akun Facebook dengan cara memajang

foto gadis-gadis remaja lengkap dengan biodata dan deskripsi postur tubuhnya.

Bisnis prostitusi online melalui Facebook tidak selalu dijalankan oleh

jaringan sindikat yang terorganisir. Banyak gadis remaja yang menjual diri atas

kemauannya sendiri dan tidak masuk dalam sindikat manapun. Dalam beberapa

kasus prostitusi yang telah terjadi di dunia maya, pihak berwajib berhasil

membongkar sindikat prostitusi online dengan menangkap pelaku dan otak dari

bisnis ini bahkan situsnya pun telah ditutup namun kenyataannya sampai saat ini

bisnis prostitusi online bukannya menghilang malah semakin menjamur. Praktik

prostitusi di Indonesia yang semakin menjamur baik yang dilakukan secara

konvensional maupun secara online melalui media sosial dipicu oleh kemajuan

teknologi yang memberikan kemudahan dalam mengakses informasi dan

berkomunikasi antara manusia dengan jutaan manusia lainnya di seluruh penjuru

dunia namun tidak dimanfaatkan secara benar oleh penggunanya.

Kemajuan teknologi yang melanda Indonesia membawa perubahan-

perubahan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Perubahan-perubahan yang

serba cepat tanpa diimbangi kemampuan dari individu untuk menyesuaikan diri

menyebabkan individu menerjang norma-norma yang berlaku umum dengan

melakukan tindakan yang menyimpang, salah satunya terjerumus dalam aktivitas

1
6
 

prostitusi. Berkaitan dengan uraian di atas, maka peneliti ingin melakukan

penelitian mengenai “Pengaruh Sikap Masyarakat terhadap Keberadaan

Lokalisasi Prostitusi Dolly dan Maraknya Prostitusi Online melalui Jejaring Sosial

Facebook serta Implikasinya pada Ketahanan Sosial Budaya: Studi pada

Masyarakat Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur”.

1.2 Permasalahan Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, dapat diambil

beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana sikap masyarakat terhadap keberadaan lokalisasi prostitusi Dolly

di Surabaya?

2. Bagaimana sikap masyarakat terhadap maraknya prostitusi online melalui

jejaring sosial Facebook di Surabaya?

3. Adakah pengaruh sikap masyarakat terhadap keberadaan lokalisasi prostitusi

Dolly dan maraknya prostitusi online melalui jejaring sosial Facebook serta

implikasinya pada ketahanan sosial budaya Kota Surabaya?

1.3 Keaslian Penelitian

Berdasarkan studi literatur yang telah dilakukan peneliti, penelitian

tentang kajian prostitusi telah banyak ditulis dan diteliti, antara lain:

Novitasari dalam penelitian tesisnya yang berjudul Norma Sosial yang

Diadopsi Anak di Kompleks Lokalisasi Dolly Surabaya, bertujuan untuk

mengetahui realitas kehidupan anak-anak yang tinggal di kompleks lokalisasi

Dolly, dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dan teknik purposive

sampling. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa anak-anak yang tinggal

1
7
 

di kompleks lokalisasi Dolly mendiskripsikan pelacuran yang terjadi di Dolly

adalah sebuah bisnis haram yang menjual wanita untuk memuaskan hasrat

pelanggannya. Anak-anak yang tinggal di kompleks lokalisasi Dolly juga

memandang para pekerja seks komersial yang mengenakan pakaian terbuka

bahkan seksi dengan biasa saja atau sesuatu yang wajar karena bagi mereka

keberadaan lokalisasi dan pelacuran yang mereka amati dalam kehidupan sehari-

hari adalah sebuah realitas kehidupan dan sudah menjadi bagian dari pengalaman

empiris anak-anak yang tinggal di sana. Selain itu, anak-anak yang tinggal di

kompleks lokalisasi Dolly cenderung melakukan penyimpangan baik melalui

ucapan maupun tindakan, seperti mengucapkan kata-kata kasar, kata-kata yang

tidak sopan.

Tesis dengan judul Potret Pelacur Jalanan di Kota Pasuruan Jawa Timur

ditulis oleh Suladi, bertujuan untuk mengetahui alasan wanita-wanita yang tinggal

di kota tersebut melacurkan diri dan untuk mendapatkan gambaran mengenai

pelacur jalanan di kota tersebut. Dengan metode observasi partisipasi yang

dilakukan selama tiga bulan didapatkan hasil penelitian bahwa ada beberapa

alasan yang menyebabkan wanita-wanita di Kota Pasuruan menjadi pelacur

jalanan, yaitu beban hidup karena dikhianati suami atau dari keluarga yang

berantakan, adanya anggapan bahwa profesi sebagai pelacur merupakan profesi

yang diterima bahkan dibutuhkan, kondisi ekonomi, dan ikut-ikutan teman yang

lebih dulu menjalani profesi pelacur. Budaya yang masih melembaga di

masyarakat dan ketidakadilan gender mengakibatkan wanita berada pada posisi

yang tak berdaya ketika mereka dihimpit beban hidup.

1
8
 

Tesis lain yang membahas kajian prostitusi ditulis oleh Satyawan dengan

judul Persepsi Stakeholder terhadap Lokalisasi Villa Garden di Kabupaten

Karimun. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan

melakukan wawancara secara mendalam kepada para responden di lokasi

penelitian untuk mengetahui persepsi mereka terhadap keberadaan lokalisasi Villa

Garden di sekitar pemukiman mereka. Berdasarkan hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa masyarakat sekitar tidak merasa terganggu dengan keberadaan

lokalisasi Villa Garden maupun kegiatan yang dilakukan oleh para pekerja seks

komersial karena faktor historis sehingga dianggap lebih baik ditempatkan pada

suatu tempat tertentu daripada bebas berkeliaran menjadi freelance yang

berdampak lebih luas kepada masyarakat. Selain itu, lokalisasi Villa Garden

banyak memberi sumbangan bagi pemasukan daerah terutama dari pajak yang

dihasilkan oleh perhotelan serta keberadaan pekerja seks komersial yang

ditempatkan pada suatu tempat khusus seperti Villa Garden mampu meredam

tindak kriminal.

Berbeda dari penelitian-penelitian di atas, penelitian ini meneliti gejala-

gejala yang dapat mempengaruhi ketahanan sosial budaya Kota Surabaya,

mengingat Surabaya merupakan kota besar kedua setelah Jakarta dan ibukota

Provinsi Jawa Timur yang sarat dengan hingar bingar kehidupan metropolis, pusat

pemerintahan daerah, pusat aktivitas perdagangan dan industri. Oleh karena itu

penelitian dengan mengangkat judul “Pengaruh Sikap Masyarakat terhadap

Keberadaan Lokalisasi Prostitusi Dolly dan Maraknya Prostitusi Online melalui

Jejaring Sosial Facebook serta Implikasinya pada Ketahanan Sosial Budaya: Studi

1
9
 

pada Masyarakat Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur” merupakan penelitian

yang belum pernah dilakukan dan diyakini bahwa penelitian ini dapat

dipertanggungjawabkan keasliannya.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui sikap masyarakat terhadap keberadaan lokalisasi prostitusi

Dolly di Surabaya.

2. Untuk mengetahui sikap masyarakat terhadap maraknya prostitusi online

melalui jejaring sosial Facebook di Surabaya.

3. Untuk mengetahui pengaruh sikap masyarakat terhadap keberadaan lokalisasi

prostitusi Dolly dan maraknya prostitusi online melalui jejaring sosial

Facebook serta implikasinya pada ketahanan sosial budaya Kota Surabaya.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Dari segi akademik, diharapkan dapat memberikan sumbangan akademik

untuk menambah varian kajian dan pemahaman teoritik yang lebih

komprehensif tentang sudut pandang masyarakat terhadap masalah prostitusi

dikaitkan dengan aspek kehidupan sosial budaya masyarakat.

2. Dari segi praktis, diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pemerintah

dan berbagai pihak yang memperhatikan dan peduli terhadap masalah

prostitusi guna mencari solusi atau mengambil keputusan yang bijaksana dan

tepat dalam menangani permasalahan tersebut di Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai