Anda di halaman 1dari 8

SKILL LAB

RESUSITASI BAYI BARU LAHIR

Seorang bayi laki-laki dilahirkan oleh seorang ibu dengan usia kehamilan 37 minggu.
Saat lahir bayi hanya merintih dan menggeliat, dan pada tubuhnya tampak air ketuban
berwarna kehijauan. Dokter anak dan perawat yang menolong persalinan ibu,
berdasarkan kondisi bayi, memutuskan untuk segera melakukan resusitasi pada bayi
laki-laki yang baru dilahirkan.

Pertanyaan:
1. Apakah yang dimaksud dengan resusitasi?
2. Apa tujuan dilakukan resusitasi pada bayi tersebut?

1
RESUSITASI BAYI BARU
LAHIR

A. Pendahuluan
Bayi baru lahir akan mengalami transisi dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin, 90%
diantaranya melalui masa transisi ini tanpa masalah, 10% memerlukan bantuan untuk memulai
pernafasan saat lahir dan 1% memerlukan resusitasi lengkap untuk mempertahankan hidupnya.

Resusitasi pada bayi maupun orang dewasa adalah sama yaitu ABC resusitasi yaitu memastikan
bahwa jalan nafas terbuka dan bersih, terjadi pernafasan, baik spontan maupun dengan bantuan
dan memastikan bahwa sirkulasi darah yang teroksigenasi sudah adekuat.

B. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan instruksional umum
Mahasiswa setelah melakukan praktikum (skill lab) resusitasi bayi baru lahir,
diharapkan mampu mendemonstrasikan cara melakukan resusitasi yang tepat dan benar.

2. Tujuan instruksional khusus


a) Mahasiswa memahami konsep dasar pernafasan pada bayi.
b) Mahasiswa mampu mengidentifikasi kondisi bayi yang memerlukan resusitasi.
c) Mahasiswa mampu mengidentifikasi alur atau tahapan resusitasi pada bayi baru lahir.
d) Mahasiswa mampu mendemonstrasikan cara melakukan resusitasi bayi baru lahir
yang tepat.

C. Landasan Teori
1. Pernafasan pada bayi
Oksigen sangat penting untuk kehidupan sebelum atau sesudah kelahiran. Sebelum lahir,
seluruh kebutuhan oksigen bayi terpenuhi dari mekanisme difusi pada plasenta yang berasal
dari ibu ke janin.
a) Intrauterin
Sebelum lahir, hanya sebagian kecil darah janin yang dialirkan ke paru janin, oleh karena
itu paru janin tidak berfungsi sebagai sumber oksigen, mengeluarkan karbondioksida dan
keseimbangan asam basa. Paru janin berkembang selama dalam uterus, namun
alveoli masih terisi cairan (bukan udara) dan pembuluh darah (arteriol) yang ada di
paru mengalami konstriksi sehingga tekanan oksigen rendah.
Hampir seluruh darah dari jantung kanan tidak dapat melalui paru karena konstriksi
pembuluh darah janin sehingga darah masuk ke duktus ateriosus kemudian ke aorta dan
ke seluruh tubuh.

b) Masa Transisi
Masa transisi merupakan masa peralihan dari intrauterin ke ekstrauterin, yaitu saat
seorang bayi dilahirkan. Saat bayi dilahirkan, bayi tidak lagi berhubungan dengan plasenta
dan akan bergantung pada paru sebagai sumber utama oksigen. Oleh karena itu cairan di
paru khususnya alveoli harus diserap, sehingga paru akan terisi udara yang mengandung
oksigen, pembuluh darah di paru akan berelaksasi, dan aliran ke alveoli akan meningkat
sehingga oksigen dapat diserap untuk diedarkan ke seluruh tubuh bayi.

Pada akhir masa transisi bayi menghirup udara dan menggunakan paru-parunya untuk
mendapatkan oksigen. Tangisan pertama dan tarikan nafas yang dalam, cukup kuat untuk
mendorong keluar cairan dari jalan nafas bayi. Saat oksigen adekuat dalam pembuluh
darah bayi, kulit bayi akan berubah dari abu-abu/kebiruan menjadi kemerahan.

2
Masa transisi normal pada bayi baru lahir akan memakan waktu sekitar 10 menit dan
mencapai kadar oksigen sampai 90% atau lebih. Penutupan duktus arteriosus secara
sempurna memakan waktu 12 – 24 jam setelah persalinan dan relaksasi pembuluh darah
paru secara sempurna terjadi sampai beberapa bulan kemudian.

Kesulitan yang mungkin terjadi pada masa transisi, antara lain:


 Bayi tidak bernafas dengan baik, sehingga tidak mampu menyingkirkan cairan atau
benda asing (mekoneum) dari alveoli. Akibatnya paru tidak terisi udara dan oksigen
tidak dapat diserap oleh aliran darah di paru sehingga terjadi hipoksemia.
 Kehilangan banyak darah, buruknya kontraktilitas jantung atau bradikardi akibat
hipoksemia dan iskemia akan menghambat peningkatan tekanan darah (hipotensi
sistemik).
 Kekurangan oksigen atau kegagalan peningkatan tekanan udara di paru, akan
menyebabkan pembuluh darah arteriol tetap konstriksi, sehingga terjadi penurunan
aliran darah dan pasokan oksigen ke paru.

Pada saat tubuh kekurangan pasokan oksigen, tubuh akan mengurangi pasokan oksigen ke
bagian tubuh yang lain namun tetap mempertahankan oksigen ke jantung dan otak agar
tetap stabil. Penyesuaian aliran darah ini akan menolong kelangsungan fungsi organ-organ
vital.

Tanda-tanda bahaya yang harus diperhatikan pada keadaan ini antara lain:
 Tonus otot buruk
 Depresi pernafasan
 Bradikardi
 Penurunan tekanan darah
 Tachipnea
 Sianosis

2. Resusitasi bayi baru lahir


Pernafasan merupakan tanda vital pertama yang berhenti ketika bayi baru lahir kekurangan
oksigen. Setelah periode awal pernafasan yang cepat, maka periode selanjutnya disebut periode
apnea primer. Rangsangan, seperti mengeringkan atau menepuk telapak kaki, akan
menimbulkan pernafasan.
Bila kekurangan oksigen terus berlangsung, bayi akan melakukan beberapa usaha bernafas
megap-megap dan kemudian masuk ke periode apnea sekunder. Selama apnea sekunder,
rangsangan saja tidak akan menimbulkan pernafasan dan bayi memerlukan bantuan
pernafasan berupa resusitasi. Resusitasi dilakukan saat kelahiran bayi.
a) Peralatan resusitasi, yang diperlukan antara lain:
1) Perlengkapan penghisap: balon penghisap (bulb syringe), penghisap mekanik dan
tabung.
2) Peralatan balon dan sungkup: balon resusitasi neonatus, sungkup ukuran bayi (aterm &
preterm) dengan tepi bantalan, dan sumber oksigen dengan pengatur.
3) Lain-lain: sarung tangan, alat pemancar panas atau sumber panas lainnya,
jam/stopwatch, kain hangat/kering (2), stetoskop ukuran bayi, bengkok dan tempat
kain kotor.

3
Peralatan resusitasi ini harus diperiksa kepatenannya sebelum digunakan dan harus
dalam kondisi siap pakai.

b) Alur/tahapan resusitasi pada bayi baru lahir dapat di lihat pada diagram berikut:

DIAGRAM ALUR RESUSITASI BAYI BARU LAHIR

4
Perawatan Rutin
90% bayi baru lahir merupakan bayi bugar tanpa faktor resiko dan bersih dari cairan amnion. Bayi -bayi
ini tidak perlu dipisahkan dari ibunya untuk mendapatkan langkah awal resusitasi. Pengaturan suhu
tubuh dapat dilakukan dengan meletakkan bayi di dada ibu, dikeringkan dan ditutupi dengan selimut
kering.
Jalan nafas atas dapat dibersihkan dengan membersihkan mulut dan hidung bayi, dan sambil melakukan
hal ini, pengamatan yang terus menerus terhadap usaha bernafas, frekuensi jantung dan warna kulit tetap
dilakukan untuk menentukan perlunya tindakan tambahan.

Perawatan Suportif (Observasi)


Bayi yang memiliki resiko prenatal dan intranata, dengan mekonium pada air ketuban atau pada kulit,
gangguan pada usaha nafas, sianosis akan memerlukan pengawasan yang lebih ketat saat lahir. Bayi-bayi
ini harus dievaluasi dan ditangani di bawah alat pemancar panas serta mendapatkan langkah awal yang
benar. Bayi dengan kondisi ini tetap memiliki resiko perburukan yang berhubungan dengan masalah
perinatal dan harus sering dievaluasi selama masa neonatal dini.

Perawatan Lanjut (Pasca Resusitasi)


Bayi yang mendapatkan Ventilasi Tekanan Posistif (VTP) atau tindaan lebih lanjut memerlukan dukungan
terus menerus, memiliki risiko gangguan yang berulang dan berisiko tinggi untuk mendapatkan penyulit
pada masa transisi yang abnormal. Bayi dengan kondisi seperti ini, pada umumnya harus ditangani
dalam ruangan yang dapat melakukan pengawasan dan pemantauan terus menerus, bila perlu ke unit
perawatan intensif.

Ventilasi Tekanan Positif (VTP)


Ventilasi paru merupakan langkah paling utama dan paling efektif pada resusitasi kardio -pulmoner.
Ventilasi Tekanan Positif (VTP) dilakukan apabila:
 Apnea / megap-megap
 Frekuensi jantung < 100 x/menit walaupun bayi bernafas.
 Sianosis sentral, walaupun telah mendapat oksigen aliran bebas 100%.

VTP dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu ventilasi yaitu:


1) Balon mengembang sendiri, terisi spontan setelah diremas, menyedot gas (oksigen dan udara) ke
dalam balon.
2) Balon tidak mengembang sendiri, akan terisi hanya bila ada gas yang berasal dari sumber gas
bertekanan mengalir ke dalam balon.
3) T-piece Resucitator, juga bekerja hanya bila ada gas yang berasal dari sumber gas bertekanan
mengalir ke dalamnya.

Ada karakteristik penting pada alat bantu ventilasi yang harus diperhatikan agar VTP efektif, diantaranya:
 Ukuran sungkup yang sesuai, idealnya sungkup harus menutupi dagu, mulut dan hidung
serta dapat melekat dengan baik pada wajah.
 Mampu mengalirkan oksigen sampai kadar 100%, karena bayi yang membutuhkan
ventilasi tekanan positif saat lahir selalu dimulai dengan oksigen kadar tinggi.
 Mampu mengatur tekanan puncak, tekanan ekpirasi akhir dan waktu inspirasi. Jumlah
tekanan positif yang dibutuhkan bayi bervariasi tergantung pada keadaan paru bayi baru lahir, dan
apabila tekanan ini berlebihan maka akan melukai paru. Alat ventilasi hendaknya mempunyai alat
tekanan yang dapat membantu memonitor jumlah tekanan puncak dan tekanan ekspirasi akhir
yang diberikan.
 Ukuran balon yang memadai, volume balon yang dianjurkan adalah 200 – 750 ml. Bayi
aterm hanya membutuhkan 15 -25 ml setiap 1 kali ventilasi (5-8 mL/kg). Balon yang lebih besar
akan sulit untuk menghasilkan volume yang kecil, sedangkan balon yang terlalu kecil tidak akan
menghasilkan waktu inspirasi yang lama.
 Mempunyai alat pengaman, bertujuan untuk mengurangi komplikasi yang disebabkan oleh
tekanan ventilasi yang tinggi. Alat ventilasi harus mempunyai alat penganman tertentu
untuk mencegah atau membatasi bila tanpa sengaja kita memberikan tekanan yang terlalu tinggi.

VTP diberikan dengan frekuensi 40-60 x/menit (1 VTP = 1 – 1,5 detik). VTP efektif apabila ada
peningkatan frekuensi jantung dengan cepat, perbaikan warna kulit dan tonus otot, terdengar suara nafas
(dengan stetoskop) dan ada gerakan dada yang adekuat.
5
Kompresi Dada
Kompresi dada, sering disebut cardiac massage, harus mulai dilakukan jika frekuensi jantung < 60
x/menit setelah dilakukan ventilasi tekanan posistif yang efektif. Namun kompresi dada hanya sedikit
bermakna bila paru-paru tidak diberi oksigen. Oleh karena itu diperlukan 2 orang untuk melakukan
kompresi dada yang efektif dan ventilasi. Orang yang melakukan ventilasi adalah orang yang sama untuk
memantau frekuensi jantung dan suara nafas selama VTP.

Kompresi dada dilakukan dengan menekan tulang dada sedalam 1/3 diameter anteroposterior dada.
Posisi kompresi pada 1/3 bawah tulang dada yang terletak antara tulang dada sifoid dan garis khayal
yang menghubungkan kedua puting susu.
Tehnik kompresi dada:
 Tehnik ibu jari, kedua ibu jari digunakan untuk menekan sternum, sementara kedua tangan
melingkari dada dan jari-jari tangan menyokong tulang belakang.
 Tehnik dua jari, ujung jari tengah dan jari telunjuk dari satu tangan digunakan untuk menekan tulang
dada, sementara tangan yang lain digunakan untuk menopang bagian belakang bayi, kecuali jika bayi
diletakkan pada permukaan yang keras.

Selama resusitasi kardio-pulmoner, kompresi dada harus disertai dengan ventilasi tekanan positif.
Kegiatan ini harus terkoordinasi, dengan 1 ventilasi setelah 3 kompresi (30 ventilasi, 90 kompresi per
menit). Untuk memastikan rasio kompresi dan ventilasi yang tepat, penekan mengucapkan “satu – dua –
tiga – pompa ..”
Jadi 1 siklus terdiri atas 3 kompresi + 1 ventilasi, dan dalam 1 menit (60 detik) kira-kira ada 120
kegiatan. Setelah 30 detik kompresi dada dan ventilasi, periksa frekuensi jantung:
 > 60 x/menit : hentikan kompresi, lanjutkan ventilasi dengan kecepatan 40 – 60 x pompa/menit.
 > 100 x/menit : hentikan kompresi dan hentikan ventilasi secara bertahap jika bayi bernafas
spontan.
 < 60 x/menit : lakukan intubasi (jika belum) dan berikan epinefrin (IV).

Daftar Pustaka:
American Academy of Pediatric. (2006). Panduan Resusitasi Neonatus, Edisi V (terjemahan oleh Seno Aji, dkk).
Jakarta: Perkumpulan Perinatologi Indonesia (PERINASIA).

6
FORMAT PENILAIAN UJIAN SKILL LAB
RESUSITASI BAYI BARU LAHIR

Mahasiswa : Penguji :
NPM : Tanggal :

NO KEGIATAN BOBOT NILAI BOBOT x NILAI


1 2 3
Persiapan
1. Siapkan alat – alat resusitasi (pastikan dalam
kondisi siap pakai)
2. Cek catatan medis ibu untuk mengkaji riwayat
antepartum

Pelaksanaan
1. Dekatkan alat-alat
2. Cuci tangan
3. Pakai sarung tangan
4. Nilai bayi segera setelah lahir :
a) Apakah bayi cukup bulan?
b) Apakah air ketuban jernih?
c) Apakah bayi bernafas/menangis?
d) Apakah tonus otot baik

5. Lakukan tindakan perawatan bayi berdasarkan


jawaban dari penilaian bayi
a) Bila semua jawaban YA  lakukan
PERAWATAN RUTIN:
Berikan kehangatan
Bersihkan jalan nafas
Keringkan

b) Bila salah satu jawaban TIDAK  lakukan


LANGKAH AWAL:
Berikan kehangatan
Posisikan, bersihkan jalan nafas
Keringkan, rangsang, posisi lagi
Beri oksigen bila perlu

6. Nilai keberhasilan tindakan :


Usaha bernafas
Frekuensi Jantung (FJ)
Warna kulit

7. Lakukan tindakan perawatan berdasarkan


penilaian keberhasilan tindakan:
a) Bila bayi bernafas, FJ > 100, kulit
kemerahan  lakukan PERAWATAN
SUPORTIF
Memberi kehangatan
Membersihkan jalan nafas
Mengeringkan

b) Bila APNEA atau FJ < 100  berikan


Ventilasi Tekanan Posistif (VTP)

7
8. Nilai keberhasilan VTP:
a) Bila bayi bernafas, FJ > 100, kulit
kemerahan  lakukan PERAWATAN
LANJUT:
 Memberi kehangatan
 Membersihkan jalan nafas
 Mengeringkan
 Observasi

b) Bila FJ< 60 atau FJ > 60  berikan


VTP dan lakukan kompresi dada.

9. Nilai keberhasilan VTP dan kompresi dada:


Bila FJ < 60 lakukan lagi VTP dan kompresi
dada serta berikan epinefrin.
JUMLAH

Nilai = ……………………………

Keterangan:
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan tapi tidak tepat
2 = Dilakukan dengan tepat

Penguji,

( ..............................................)

Anda mungkin juga menyukai