FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL....................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................................... iv
ABSTRAK........................................................................................................................... v
BAB 1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................................ 1
B. Masalah penelitian.......................................................................................................... 3
C. Tujuan Khusus............................................................................................................... 3
D. Urgensi Penelitian........................................................................................................... 4
BAB 5. PEMBAHASAN.................................................................................................. 25
BAB 6. PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................................. 31
B. Rekomendasi............................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
A. Latar Belakang
Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2015). Prevalensi kasus DM
didunia meningkat setiap tahun, International Diabetes Federation (IDF) melaporkan
Indonesia menduduki peringkat ke tujuh untuk prevalensi pasien diabetes tertinggi di
dunia dengan jumlah 10 juta kasus (IDF, 2017) dan di Pekanbaru, DM berada pada
peringkat ke-3 setelah ISPA dan hipertensi (Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, 2017).
Tingginya prevalensi DM, disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat seperti pola
makan yang tidak baik, jarang berolahraga, mengalami obesitas, dan tingginya kadar
kolesterol dalam tubuh (Russel, 2011). Seiring dengan meningkatnya prevalensi DM akan
mengakibatkan peningkatan komplikasi DM. Komplikasi DM terdiri dari 2 yaitu
mikrovaskuler (bisa terjadi retinopati, nefropati, neuropati) dan makrovaskuler yang
menyebabkan aterosklerosis. Ateroklerosis menyebabkan penyakit jantung koroner,
hipertensi, stroke, dan gangguan sirkulasi ke perifer; kaki dan tangan (Krisnatuti, Yenrina
& Rasjmida 2014).
Gangguan sirkulasi ke perifer kaki dan tangan merupakan komplikasi mikrovaskuler
yang banyak dialami pasien DM. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Yuhelma, Hasneli dan Nauli (2015) dalam penelitian yang berjudul “Identifikasi dan
analisis komplikasi makrovaskuler dan mikrovaskuler pada pasien Diabetes Melitus”
berdasarkan hasil rasio Odds Ratio sebagian responden usia dewasa akhir mengalami
komplikasi makrovaskuler (44,6%) dan mikrovaskuler (80%).
Salah satu manifestasi klinis komplikasi mikrovaskuler adalah tangan sering
mengalami kebas (parastesi), kaku, dingin, tangan terasa menebal, rasa sakit di tangan,
seperti ditusuk-tusuk jarum, seperti tersengat listrik, tidak bisa membedakan suhu panas
dan dingin dan mati rasa pada tangan dan kaki. Hal ini disebabkan karena kompliasi DM
sehingga mengalami penurunan sensitivitas tangan dan kaki yang akan mengakibatkan
injury pada pasien DM.
Komplikasi DM dapat dicegah dengan pengendalian DM yang baik. Salah satu
upaya nya adalah dengan melakukan pijat refleksi. Pijat refleksi yang dilakukan pada
telapak tangan dan kaki pasien DM terutama di area organ yang bermasalah, akan
memberikan rangsangan pada titk-titik saraf yang berhubungan dengan pankreas agar
menjadi aktif sehingga menghasilkan insulin melalui titik-titk saraf yang berada di
telapak kaki. Contoh alat pijat refleksi tersebut diantaranya adalah senam kaki dengan
Koran (Setiawan, 2011), olahraga kaki “TEMPURA” (Hasneli, 2014), senam kaki
BOTIK” (Oktaviah, Hasneli, dan Agrina, 2014).
Penelitian Hasneli, Y. (2015) “Pengaruh pijat refleksi APIYU terhadap sensitivitas
& peredaran darah kaki & tangan pasien diabetes melitus tipe 2”, didapatkan hasil bahwa
terapi pijat refleksi dapat berpengaruh dalam membantu memperbaiki peredaran darah
yang terganggu dan dapat meningkatkan sensitivitas tangan dan kaki pada pasien DM.
Penelitian lain terkait pijat refleksi yang dilakukan oleh Silva, Chaves, L Carvalho, Iunes,
dan E Carvalho (2015) membuktikan bahwa pijat refleksi bermanfaat dalam menurunkan
angka kejadian kerusakan kaki pada pasien diabetes mellitus tipe 2, dan merupakan terapi
yang dapat dilakukan terus menerus karena mudah dan ekonomis.
Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi penurunan sensitivitas kaki
pada pasien DM, namun ternyata masih sedikit upaya untuk pencegahan akibat
menurunnya sensitivitas tangan pada pasien DM. Oleh karena itu diciptakan inovasi baru
dalam upaya mengatasi penurunan sensitivitas tangan yaitu SATASIMA (Sarung Tangan
Refleksi Manual). Produk SATASIMA ini akan dilakukan penelitian oleh mahasiswa
kepada pasien DM dengan menggunakan metode pembelajaran experimental.
Metode pembelajaran eksperimental merupakan suatu metode pembelajaran yang
bertujuan supaya mahasiswa mampu mencari dan menemukan sendiri masalah yang
sedang dihadapi, menemukan bukti kebenaran dari teori yang telah didapatkan. Penelitian
ini tidak hanya terkait SATASIMA, namun diharapkan mahasiswa mampu menganalisis
gejala neuropati dan mengukur tingkat sensitivitas tangan pada pasien DM sebelum dan
sesudah diberikan terapi refleksi karena data yang diperoleh secara umum dari
wawancara terhadap 11 orang pasien di wilayah kerja Puskesmas Rejosari, Pekanbaru
didapatkan data bahwa semua pasien mengalami gejala neuropati pada tangan dengan
berbagai keluhan yaitu kesemutan dan kebas/ mati rasa dan diantara mereka tidak
mengetahui bahwa gejala komplikasi pada tangan dapat diberikan terapi refleksi yang
dapat meningkatkan sensitivitas tangan pada pasien DM dan menurunkan gejala klinis
neuropati.
B. Masalah Penelitian
Komplikasi diabetes mellitus dapat terjadi pada penderita diabetes yaitu
komplikasi makrovaskuler dan mikrovaskuler. Salah satu komplikasi mikrovaskuler
adalah gangguan neuropati yang sering terjadi pada ekstremitas atas dan bawah.
Gejala neuropati pada ekstremitas atas (tangan) seperti tangan sering mengalami kebas
(parastesi), kaku, dingin, tangan terasa menebal, rasa sakit di tangan, serasa seperti
ditusuk-tusuk jarum, seperti tersengat listrik, tidak bisa membedakan suhu panas dan
dingin dan mati rasa pada tangan. Hal ini dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman
pada penderita DM dan dapat terjadi injury seperti luka, luka bakar dll. Gejala
neuropati biasanya akan timbul setelah 3 tahun menderita DM dan lebih cepat lagi jika
penderita adalah lansia. Banyak cara yang dilakukan dalam upaya menurunkan gejala
neuropati pada kaki, namun masih sedikit intervensi untuk mengatasi gejala neuropati
tangan.
Berdasarkan fenomena di atas peneliti tertarik untuk membuat inovasi baru
dalam upaya mengatasi gejala neuropati ekstremitas atas pada penderita diabetes
khususnya untuk penderita berusia diatas 45 tahun yang tinggal sendiri, sehingga tidak
ada anggota keluarga yang merawat seperti memberikan masase pada tangan dan kaki
untuk mengurangi gejala neuropati. Inovasi baru tersebut dinamakan SATASIMA
(Sarung Tangan Refleksi Manual). Penelitian tentang SATASIMA dilakukan oleh
mahasiswa kepada pasien DM dengan menggunakan metode eksperimental dibawah
pengawasan dan bimbingan peneliti dan juga melakukan penelitian tentang gambaran
gejala neuropati ekstremitas atas (tangan) pada pasien DM sehingga diharapkan
mahasiswa mampu untuk menganalisis gejala neuropati dan mampu melakukan terapi
pijat SATASIMA pada penderita DM. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah tentang gambaran gejala neuropati pada ekstremitas atas (tangan) dan pengaruh
SATASIMA dalam mengatasi gejala neuropati pada penderita DM.
C. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menganalisis gejala komplikasi neuropati diabetik di ekstremitas
atas pada pasien DM tipe 2 dengan menggunakan experimental method learning
2. Mahasiswa mengidentifikasi tingkat sensitivitas tanganpasien DM tipe 2.
3. Mahasiswa mampu membandingkan sensitivitas tangan pasien DM tipe 2 pada
kelompok eksperimen sebelum dan sesudah dilakukan pijat refleksi ‘SATASIMA’
dengan menggunakan experimental method learning.
4. Mahasiswa mampu membandingkan sensitivitas tangan pasien DM tipe 2 pada
kelompok eksperimen yang dilakukan pijat refleksi ‘SATASIMA’ dengan kelompok
kontrol yang tidak mendapatkan pijat refleksi ‘SATASIMA’ dengan menggunakan
experimental method learning.
5. Mahasiswa mampu mengukur sensitivitas tangan pasien DM tipe 2 pada kelompok
eksperimen setelah diberikan pijat refleksi ‘SATASIMA’.
A. Tinjauan Teori
1. Teori Diabetes Melitus (DM)
a. Definisi
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis yang terjadi baik saat pankreas
tidak menghasilkan cukup insulin atau bila tubuh tidak dapat secara efektif
menggunakan insulin yang dihasilkan.Insulin adalah hormon yang mengatur gula
darah. Hiperglikemia, atau peningkatan kadar gula darah, merupakan efek umum
diabetes yang tidak terkontrol dan seiring berjalannya waktu menyebabkan
kerusakan serius pada banyak sistem tubuh, terutama saraf dan pembuluh darah
(World Health Organization, 2016).
b. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis DM adalah poliuria, polidipsia, poliphagia, Letih, lesu,
Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya, Lemah badan,
kesemutan, gatal, pandangan kabur, disfungsi ereksi pada pria, dan pruritus vulva
pada wanita (Buckman & McLaughin,2010).
c. Komplikasi
1) Komplikasi makrovaskuler
Peningkatan risiko penyakit jantung koroner dan infark miokard sebesar 2-3
kali lipat. Pasien DM tiga kali lipat lebih berpeluang mengalami stroke dan 15
kali lipat lebih berpeluang mengalami amputasi tungkai bawah dari pada
mereka yang tidak mengalami DM.
2) Komplikasi mikrovaskuler
Kelainan pembuluh darah kecil (mikroangiopati diabetikum) menyebabkan
gagal ginjal, hampir selalu berhubungan dengan retinopathy, dan gangren pada
kulit serta kaki.
3) Komplikasi neuromuscular
Sampai 50% pasien DM yang sudah berlangsung mengalami komplikasi
neuromukular. Salah satu jenis komplikasi ini yang umum terjadi pada pasien
DM adalah Neuropathy perifer yang merupakan keluhan baal, dan rasa seperti
terbakar yang lebih berat pada malam hari (Rubenstein, D., Wayne, D., &
Bradley, J, 2007).
b. Pemeriksaan Neuropati
Cara pemeriksaan neuropati yaitu menggunakan uji monofilament. Uji
monofilament merupakan pemeriksaan yang sangat sederhana dan cukup sensitif
untuk mendiagnosis pasien yang memiliki risiko terkena ulkus karena telah
mengalami gangguan neuropathy sensoris perifer. Hasil tes dikatakan tidak normal
apabila pasien tidak dapat merasakan sentuhan nilon monofilamen.Bagian yang
dilakukan pemeriksaan monofilamen adalah di sisi plantar (area metatarsal, tumit
dan dan di antara metatarsal dan tumit) dan sisi dorsal (Wijonarko, 2009).
Gambar 1.
Gambar Cara Memeriksa Sensitivitas Tangan dengan Monofilame
3. Pijat Refleksi
a. Definisi
Pijat refleksi merupakan suatu cara penyembuhan penyakit melalui pijat urat
saraf untuk mempelancar peredaran darah melalui titik pusat saraf yang
bersangkutan (berhubungan) dengan organ-organ tubuh tertentu (Mahendra &
Ruhito, 2009). Pijat refleksi tangan merupakan salah satu perawatan tubuh
terutama bagian telapak tangan yang dapat dilakukan dengan santai oleh diri kita
sendiri maupun orang lain.
Refleksi tangan adalah terapi penekanan yang melibatkan penerapan
pemusatan tertentu yang dikenal sebagai titik-titik akupuntur yang terletak di
telapak tangan untuk mencegah dan mengobati penyakit yang berdasarkan pada
zona saraf atau titik-titik santai yang menghubungkan telapak tangan sampai ke
ujung kepala dan ke ujung kaki, dan mencakup organ penting lainnya. Fungsi pijat
titik-titik refleksi tangan untuk melancarkan peredaran darah, terapi tambahan
untuk orang stroke, membantu penyembuhan diabetes, rematik, kolesterol, sakit
kepala, pegal-pegal pada tubuh (Mangoenprasodjio & Hidayati, 2005).
Rangsangan yang diberikan dari sesi refleksiologi yang baik akan membuat
rileks dan melancarkan peredaran darah. Lancarnya peredaran darah karena dipijat,
memungkinkan darah mengantar lebih banyak oksigen dan nutrisi ke sel-sel tubuh,
sekaligus membawa lebih banyak racun untuk dikeluarkan.
B. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap
konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Setiadi, 2013). Kerangka konsep
diharapkan memberikan gambaran dan mengarahkan asumsi mengenai variabel-variabel
yang akan diteliti serta hubungan variabel satu dengan yang lainnya. Variabel yang
diamati terdiri dari variabel independent atau variabel bebas dan variabel dependent atau
variabel terikat. Variabel bebas pada penelitian ini adalah intervensi terapi pijat
SATASIMA dan variabel terikat adalah tingkat sensitivitas tangan sebelum dan sesudah
diberikan intervensi serta tingkat kemampuan mahasiswa dalam melakukan terapi
SATASIMA dengan menggunakan Experimental Method learning.
Kelompok Eksperimen
Kelompok Kontrol
Input Output
A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah model atau metode yang digunakan peneliti untuk melakukan
suatu penelitian berdasarkan tujuan dan hipotesis sehingga memberikan arah terhadap
jalannya penelitian (Dharma, 2015). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang
menggunakan desain penelitian quasy experiment. Tujuan penelitian eksperimental
adalah untuk memilih kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, memberikan
treatment atau mengontrol variabel-variabel pengaruh dan mengontrol variabel-variabel
pengganggu dan imbuhan.
F. Etika Penelitian
Penelitian keperawatan merupakan penelitian yang berhubungan langsung dengan
manusia, maka harus memperhatikan etika penelitiannya (Notoatmodjo, 2012; Hidayat,
2012). Berikut etika penelitian yang digunakan:
1. Lembar persetujuan (Informed consent)
Lembar persetujuan merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan
responden/subjek penelitian yang disetujui responden dengan adanya bukti tanda
tangan responden di informed consent. Tujuannya adalah untuk mendapatkan
informasi tentang tujuan peneliti melakukan penelitian. Peneliti memberikan
kebebasan kepada subjek untuk memberikan informasi atau tidak memberikan
informasi (berpartisipasi). Hal tersebut merupakan bentuk rasa menghormati harkat
dan martabat subjek penelitian.
2. Tanpa nama (Anonymity)
Pada kuisioner tidak mencantumkan nama responden tetapi hanya
mencantumkan inisial saja untuk memberikan jaminan dalam penggunaan subjek
penelitian. Begitu pula pada lembar permohonan responden dan data demografi
hanya mencantumkan inisial nama pasien saja.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Masalah ini adalah masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan
hasil penelitian, seperti informasi maupun hal-hal yang berkaitan dengan responden.
Peneliti dalam penelitian ini tidak menyampaikan kepada orang lain tentang
informasi apapun yang telah didapat dari responden.
4. Kebaikan (Beneficience)
Penelitian ini meminimalkan kekerasan dan memaksimalkan manfaat dari
penelitian yaitu terkait produk SATASIMA yang dapat meningkatkan sensitivitas
tangan penderita DM tipe 2 tanpa efek samping. Hak-hak responden yang
terkandung dalam prinsip ini juga diperhatikan oleh peneliti.
5. Keadilan (Justice)
Peneliti memperlakukan semua subjek penelitian secara adil saat sebelum,
selama, dan sesudah keikutsertaan responden dalam penelitian tersebut. Sebagai
contoh adalah pemberian produk SATASIMA dan leaflet yang berisikan terkait
prosedur penggunaan SATASIMA kepada kedua kelompok responden yaitu
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
BAGAN PENELITIAN
Luaran Penelitian: Tercipta sarung tangan sebagai alat pijat refleksi tangan dalam upaya meningkatkan
sensitivitas tangan pada pasien DM yang diberi nama SATASIMA (Sarung Tangan Refleksi Manual).
Terciptanya pemahaman/kemampuan mahasiswa terkait menganalisis diabetic neurophaty dan
pemberian terapi SATASIMA dengan menggunakan experimental method learning
Indikator Pencapaian: mahasiswa mampu mengukur sensitivitas tangan pasien DM yang diukur
menggunakan monofilament dan gejala diabetic neurophaty yang dikaji dengan menggunakan
kuesioner 10 item.
LANGKAH-LANGKAH
PENELITIAN SEBAGAI BERIKUT:
Penderita DM tipe II
Tabel 1
Distribusi Karakteristik Responden dan Uji Homogenitas
Kelompok Kelompok
Eksperimen Kontrol (N=40) Jumlah
Karakteristik p value
(N=40)
N % N % N %
Umur
45-55 12 60,0 10 50,0 22 55,0
0,465
56-65 7 35,0 10 50,0 17 42,5
66-75 1 5,0 0 0,0 1 2,5
Jenis Kelamin
Perempuan 14 70,0 16 80,0 30 75,0 0,157
Laki-laki 6 30,0 4 20,0 10 25,0
Pendidikan
Tabel 2 dapat dilihat bahwa pada kelompok eksperimen nilai mean sensitivitas
tangan kanan responden sebelum dilakukan intervensi yaitu 7,68 dengan standar deviasi
1,92 dan setelah dilakukan intervensi yaitu 8,13 dengan standar deviasi 2,09. Nilai
mean sensitivitas tangan kanan responden tanpa dilakukan intervensi pada kelompok
kontrol untuk pre test adalah 6,93 dengan standar deviasi 2,14 dan post test nya adalah
sebesar 7,16 dengan standar deviasi 1,75.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata responden pada kelompok
eksperimen sebelum dilakukan intervensi pada tangan kanan memiliki tingkat
sensitivitas tangan lebih rendah bernilai 7,68 dan setelah dilakukan intervensi lebih
tinggi dengan nilai 8,13, sedangkan pada kelompok kontrol semua responden juga
mengalami peningkatan sensitivitas tangan kanan yaitu dari 6,93 menjadi 7,16 namun
tidak signifikan seperti pada kelompok eksperimen.
Tabel 2 juga dapat dilihat bahwa pada kelompok eksperimen nilai mean
sensitivitas tangan kiri responden sebelum dilakukan intervensi yaitu 7,75 dengan
standar devisiasi 1,96 dan setelah dilakukan intervensi yaitu 8,05 dengan standar
devisiasi 1,97, sedangkan nilai mean sensitivitas tangan kiri responden tanpa diberikan
intervensi pada kelompok kontrol untuk pre test adalah 6,50 dengan standar deviasi
1,72 dan post test adalah 6,45 dengan standar deviasi 1,20.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata responden pada kelompok
eksperimen sebelum dilakukan intervensi memiliki rata-rata tingkat sensitivitas tangan
kiri lebih rendah yaitu bernilai 7,75 dan setelah dilakukan intervensi lebih tinggi dengan
nilai 8,05, sedangkan pada kelompok kontrol semua responden mengalami penurunan
tingkat sensitivitas tangan kiri yaitu dari 6,50 menjadi 6,45.
3. Gambaran Pre Test dan Post Test Gejala Neuropati pada Ekstremitas Atas (Tangan)
pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Tabel 3
Gambaran Pre Test dan Post Test Gejala Neuropati Ekstremitas Atas (tangan) pada
Kelompok Eksperimen
B. Analisis Bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk menilai perbedaan tingkat sensitivitas tangan
responden pada kelompok eksperimen dan kontrol serta melihat pengaruh SATASIMA
terhadap tingkat sensitivitas tangan penderita DM. Hasil penelitian dikatakan berpengaruh
jika p value < α (0,05) Uji normalitas dilakukan sebelum data dilakukan uji statistik untuk
melihat bahwa data terdistribusi normal dan layak diujikan.
Tabel 5
Uji Normalitas Data Sensitivitas Tangan Pre Test dan Post Test pada Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Variabel N p value
Kelompok eksperimen tangan kanan
Pre test 20 0,000
Post test 20 0,001
Kelompok kontrol tangan kanan
Pre test 20 0,245
Post test 20 0,003
Kelompok eksperimen tangan kiri
Pre test 20 0,017
Post test 20 0,008
Kelompok kontrol tangan kiri
Pre test 20 0,334
Post test 20 0,827
Tabel 5 menunjukkan uji normalitas data dari uji Shapiro-Wilk didapatkan hasil pada
kelompok eksperimen pretest dan post test sensitivitas tangan kanan dan kiri data tidak
terdistribusi normal dengan p value 0,000 & 0,001 pada sensitivitas tangan kanan dan
0,017 & 0,008 pada sensitivitas tangan kiri sehingga < α (0,05). Kelompok kontrol untuk
tingkat sensitivitas tangan kanan tidak terdistribusi normal dengan nilai p value pre test
dan post test 0,245 dan 0,003, sedangkan untuk kelompok kontrol tingkat sensitivitas
tangan kiri terdistribusi normal dengan p value pre test dan post test adalah 0,334 dan
0,827 yang berarti p value < α (0,05).
Uji statistik yang digunakan untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap kelompok
eksperimen pre test dan post test dilakukan intervensi pada tangan kanan dan kiri serta
kelompok kontrol tidak diberi perlakuan pada tangan kanan yaitu menggunakan uji
Wilcoxon, sedangkan kelompok kontrol pada tangan kiri menggunakan uji Dependent T
Test. Perbedaan tingkat sensitivitas tangan kanan dan kiri yang dilakukan intervensi pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang tidak dilakukan intervensi yaitu
menggunakan uji Mann Whitney. Pengolahan data yang dilakukan menggunakan program
komputer dan didapatkan hasil sebagai berikut.
1. Uji homogenitas tingkat sensitivitas tangan kanan dan tangan kiri pre test kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol
Tabel 6
Uji Homogenitas Tingkat Sensitivitas Tangan Kanan dan Tangan Kiri Pre Test
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Tabel 6 dari uji statistik didapatkan nilai mean tingkat sensitivitas tangan kanan
dan kiri sebelum dilakukan intervensi pada kelompok eksperimen adalah 7,68 dan
7,75 dengan standar deviasi 1,92 dan 1,96. Pada kelompok kontrol adalah 6,93 dan
9,50 dengan standar deviasi 2,14 dan 1,72. Hasil analisa didapatkan nilai p value
0,336 dan 0,683 > α (0,05). Jadi pre test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
pada sensitivitas tangan kanan dan tangan kiri adalah homogen.
2. Uji Homogenitas Tingkat Sensitivitas Tangan Kanan dan Tangan Kiri Post Test
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Tabel 7
Uji Homogenitas Tingkat Sensitivitas Tangan Kanan dan Tangan Kiri Post Test
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Tabel 7 dari uji statistik didapatkan nilai mean tingkat sensitivitas tangan
kanan dan kiri setelah dilakukan intervensi pada kelompok eksperimen adalah 8,13
dan 8,05 dengan standar deviasi 2,09 dan 1,97. Pada kelompok kontrol adalah 7,16
dan 6,45 dengan standar deviasi 1,75 dan 1,20. Hasil analisa didapatkan nilai p value
0,359 dan 0,079 > α (0.05). Jadi post test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
pada sensitivitas tangan kanan dan tangan kiri adalah homogen.
3. Perbedaan Sensitivitas Tangan Kanan dan Tangan Kiri Pre Test dan Post Test pada
Kelompok Eksperimen setelah Melaksanakan Terapi SATASIMA.
Tabel 8
Perbedaan Sensitivitas Tangan Kanan dan Tangan Kiri Pre Test dan Post Test pada
Kelompok Eksperimen setelah Melaksanakan Terapi SATASIMA
4. Perbedaan Sensitivitas Tangan Kanan dan Kaki Tangan Pre Test dan Post Test pada
Kelompok Kontrol tanpa Melaksanakan Terapi SATASIMA
Tabel 9
Perbedaan Sensitivitas Tangan Kanan dan Tangan Kiri Pre Test dan Post Test pada
Kelompok Kontrol tanpa Melaksanakan Terapi SATASIMA
Variabel N Mean SD p value
Kelompok kontrol Tangan kanan
Pre test 20 6,93 2,14 0,674
Post test 20 7,16 1,75
Variabel N Mean SD P value
Kelompok kontrol Tangan kiri 20 6,50 1,72
Pre test 20 6,45 1,20 0,953
Post test
Berdasarkan tabel 9 kelompok kontrol tangan kanan yang dilakukan uji Wilcoxon
dan tangan kiri yang dilakukan uji Dependent T Test didapatkan mean sensitivitas
tangan kanan responden sebelum dan sesudah tanpa diberikan intervensi adalah 6,93
dan 7,16 dengan standar devisiasi 2,14 dan 1,75 sedangkan tangan kiri yaitu 6,50 dan
6,45 dengan standar deviasi 1,72 dan 1,20. Hasil analisa didapatkan nilai p value
tangan kanan 0,674 > α (0,05) dan tangan kiri 0,953 > α (0,05). jadi dapat disimpulkan
tidak ada perbedaan antara mean sensitivitas tangan kanan dan tangan kiri sebelum dan
setelah tanpa melaksanakan terapi SATASIMA.
Tabel 10 menunjukkan post test sensitivitas tangan kanan dan tangan kiri pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol didapatkan perbedaan yang signifikan
yaitu p value 0,023 < α (0,05) pada tingkat sensitivitas tangan kanan dan p value 0,001
< α (0,05) pada tingkat sensitivitas tangan kiri. Hal ini menunjukkan bahwa adanya
pengaruh yang signifikan dari pemberian terapi SATASIMA terhadap tingkat
sensitivitas tangan penderita DM.
BAB V
PEMBAHASAN
A. Pembahasan Penelitian
Analisis univariat merupakan analisis yang digunakan untuk menjelaskan gambaran
karakteristik responden yang terdiri dari umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir,
pekerjaan, lama menderita DM, obat yang dikonsumsi dan pembahasan tentang
sensitivitas tangan responden sebelum dan sesudah melaksanakan terapi SATASIMA
pada kelompok eksperimen dan kontrol. Analisis data bivariat digunakan untuk melihat
perbedaan sensitivitas tangan pada kelompok eksperimen dan kelompok konntrol.
1. Analisis Univariat
a. Umur
Hasil penelitian didapatkan karakteristik responden menurut umur dengan
rentang usia yaitu 45-55 tahun berjumlah 22 responden (55 %), 56-65 tahun
berjumlah 17 responden (42,5%) dan usia 66-75 tahun berjumlah 1 responden
(2,5%). Hasil penelitian ini sesuai dengan Penelitian yang di lakukan oleh
Rabrusun (2014) yang menunjukkan bahwa pada umur ≥ 45 tahun mempunyai
risiko 1,69 kali lebih besar mengalami kejadian DM Tipe 2 dibandingkan dengan
umur < 45 tahun.
Umur merupakan salah satu faktor risiko alami. Faktor umur
mempengaruhi kesehatan seseorang. Umur yang semakin bertambah juga akan
menyebabkan kemampuan mekanisme kerja bagian-bagian organ tubuh
seseorang semakin menurun (Nilawati dkk, 2008). Aktivitas sel beta untuk
menghasilkan insulin menjadi berkurang dan sensitivitas sel-sel jaringan
menurun sehingga tidak menerima insulin (Hasdianah, 2012).
b. Jenis Kelamin
Hasil penelitian diperoleh sebagian besar berjenis kelamin perempuan yaitu
sebanyak 30 responden (75%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Andraini (2017) yang dilakukan di Puskesmas Rejosari Kota Pekanbaru Riau,
diperoleh data bahwa jumlah responden yang menderita DM kebanyakan adalah
perempuan dibandingkan laki-laki, dengan jumlah perempuan adalah 76,7% dan
laki-laki 23.3%.
Article review oleh Fatimah (2015) mengemukakan bahwa kejadian DM
pada wanita lebih tinggi dibandingkan laki-laki karena secara fisik wanita
memiliki peluang peningkatan IMT (Indeks Masa Tubuh) lebih besar. Persentase
timbunan lemak badan pada wanita yanglebih besar dibandingkan dengan laki-
laki menjadi salah satu faktor yang dapat menurunkan sensitivitas terhadap kerja
insulin pada otot dan hati, hal ini dapat terjadi salah satunya karena aktifitas fisik
pada wanita juga lebih ringan dari pada pria dimana responden pada penelitian
ini rata-rata bekerja sebagai ibu rumah tangga.
c. Pendidikan
Hasil penelitian didapatkan karakteristik responden menurut pendidikan
mayoritas adalah SMA yaitu sebanyak 16 responden (40%) dan yang paling
sedikit adalah PT yaitu sebanyak 3 responden (7,5%). Sutrisno (2011)
mengemukakan bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang, semakin tinggi pendidikan seseorang,
maka akan semakin mudah pula dalam menerima informasi yang pada akhirnya
makin banyak pula pengetahuan yang mereka miliki. Sebaliknya jika pendidikan
rendah, maka akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap
penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
Menurut asumsi peneliti pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang akan
mempengaruhi sikap dalam mengambil keputusan untuk mempertahankan status
kesehatannya. Pendidikan yang baik akan menghasilkan sikap yang baik pula
sehingga lebih terbuka dalam menerima informasi dan saran, khususnya tentang
penatalaksanaan diabetes melitus yang terkait dengan terapi SATASIMA
terhadap tingkat sensitivitas tangan penderita DM
d. Pekerjaan
Karakteristik pekerjaan kelompok responden eksperimen dan kontrol
mayoritasnya adalah IRT (Ibu Rumah Tangga) yaitu 26 responden (65%).
Penelitian yang dilakukan oleh Rondonuwu, Rompas, dan Bataha (2016) juga
menunjukan hasil yang sama yaitu distribusi responden menurut pekerjaan
menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki pekerjaan sebagai IRT
yaitu sebanyak 13 responden (40,6%).
American Diabetes Association (2011) menyatakan bahwa aktivitas fisik
memiliki manfaat yang besar karena kadar glukosa dapat terkontrol melalui
aktivitas fisik serta dapat mencegah terjadinya komplikasi. Salah satu komplikasi
terjadi pada tangan dan kaki yaitu neuropati, yang berpengaruh terhadap
sensitivitas tangan dan kaki sebagai tanda yang berpengaruh terhadap gejala
terjadinya komplikasi.
Sudoyo (2009) mengemukakan pada aktivitas fisik akan terjadi peningkatan
aliran darah, menyebabkan lebih banyak jala-jala kapiler yang terbuka hingga
lebih banyak tersedia reseptor insulin dan reseptor tersebut menjadi lebih aktif.
e. Obat oral DM yang dikonsumsi
Karakteristik obat oral DM yang dikonsumsi pada kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol didapatkan bahwa sebagian besar adalah obat Metformin
yaitu sebanyak 29 responden (72,5%). Hal ini sejalan dengan penelitian Sari
(2014) di RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru dimana dari 96 responden terdapat
53 orang (55,2%) yang mengkonsumsi obat oral antihiperglikemik oral
Metformin.
Menurut Nita, Yuda, dan Nugraheni (2012) efek utama dari Metformin
adalah menurunkan “Hepatic Glucose Output” dan menurunkan kadar glukosa
puasa. Metformin merupakan obat lini pertama yang digunakan untuk pasien
DM tipe 2 yang baru didiagnosis. Metformin tidak merangsang sekresi insulin
sehingga tidak menyebabkan hipoglikemia ataupun peningkatan berat badan
(Perkeni, 2015). Berdasarkan pengalaman responden dari penelitian yang
sebagian besar mengkonsumsi Metformin, mereka mengatakan tidak terdapat
keluhan setelah mengkonsumsi obat, tidak mengalami peningkatan berat badan
bahkan tidak mengalami hipoglikemik.
f. Lama Menderita DM
Karakteristik lamanya menderita DM pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol didapatkan bahwa sebagian besar adalah 1-5 tahun yaitu 32
responden (80 %). Hal ini sejalan dengan penelitian Andi (2012) Dimana dari 14
responden terdapat 13 orang yang lama menderita DM <10 tahun, dan hanya 1
orang yang lama menderita DM ≥ 10 tahun.
Penelitian yang dilakukan oleh Reid dan Walker (2009) menunjukkan ada
kaitan antara lama menderita DM dengan kualitas hidup penderitanya. Lamanya
menderita DM dan terapi yang dilakukan dapat menyebabkan terganggunya
psikologis, fungsional, kesehatan, dan kesejahteraan pasien. Keadaan
hiperglikemi yang secara terus menerus dan dalam jangka waktu yang lama
dapat menyebabkan timbulnya komplikasi. Komplikasi yang timbul berupa
komplikasi makrovaskuler dan mikrovaskuler sehingga dapat menyebabkan
terganggunya fisiologis penderitanya dan menyebabkan kualitas hidupnya
berkurang.
g. Gambaran pre test dan post test gejala neuropati responden
Responden dalam penelitian mayoritas mengalami gejala neuropati pada
tangan akibat komplikasi mikrovaskuler dari diabetes mellitus. Sebelum
dilakukan terapi SATASIMA, rata-rata responden sering dan selalu mengalami
gejala seperti kesemutan, mati rasa/kebas, sulit membedakan suhu panas dan
dingin, tangan kering, terasa dingin, dan nyeri seperti ditusuk-tusuk. setelah
diberikan intervensi, terjadi penurunan jumlah responden yang memilih
menjawab “selalu” dan “sering”. Hal tersebut karena responden telah
mendapatkan terapi pijat tangan yaitu SATASIMA sehingga gejala neuropati
yang dirasakan berkurang. Namun pada kelompok kontrol yang tidak
mendapatkan terapi pijat tangan yaitu SATASIMA, gejala neuropati yang
dirasakan masih tetap sama pada saat pre test dimana mayoritas juga selalu
mengalami gejala neuropati ekstremitas atas (tangan) bahkan mengalami
peningkatan gejala .
2. Analisa Bivariat
a. Perbandingan sensitivitas tangan kanan dan kiri sebelum dan sesudah
melaksanakan terapi SATASIMA pada kelompok eksperimen
Uji statistik dengan menggunakan uji Wilcoxon diperoleh mean sensitivitas
tangan kanan dan kiri responden sebelum diberikan intervensi yaitu 7,68 dan 7,75
dengan standar deviasi 1,92 dan 1,96, dan sesudah diberikan intervensi didapatkan
8,13 dan 8,05 dengan standar deviasi 2,09 dan 1,97. Hasil analisis data diperoleh p
value 0,040 dan 0,009 < α (0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
signifikan peningkatan sensitivitas tangan kanan dan tangan kiri pada kelompok
eksperimen.
Kebiasaan maupun perilaku masyarakat seperti kurang menjaga kebersihan
tangan akan berisiko terjadi perlukaan pada daerah tangan maupun jari-jari tangan.
Keadaan tangan yang terluka dan tidak ditangani secara tepat dapat berkembang
menjadi suatu tindakan pemotongan amputasi tangan. Adanya luka dan masalah
lain pada tangan merupakan penyebab utama kesakitan morbiditas,
ketidakmampuan disabilitas, dan kematian mortalitas pada seseorang yang
menderita diabetes melitus (Soegondo, 2009).
b. Perbandingan sensitivitas tangan kanan dan kiri sebelum dan sesudah tanpa
melaksanakan terapi SATASIMA pada kelompok kontrol
Uji statistik untuk kelompok kontrol yaitu uji Wilcoxon pada tangan kanan
dan uji Dependent T Test pada tangan kiri didapatkan mean sensitivitas tangan
kanan dan tangan kiri responden pre test tanpa diberikan intervensi yaitu 6,93 dan
6,50 dengan standar deviasi 2,14 dan 1,72. Nilai mean post test yaitu 7,16 dan
6,45 dengan standar deviasi juga 1,75 dan 1,20. Hasil analisa data diperoleh p
value 0,674 dan 0,953 > α (0,05). Jadi, dapat disimpulkan tidak ada perbedaan
antara mean sensitivitas tangan kanan dan tangan kiri sebelum dan setelah tanpa
melaksanakan terapi SATASIMA.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Agustina, Hasneli,
dan Novayelinda (2012) tentang pelatihan Senam Kaki Alat Pijat Kayu
(SENAYU) terhadap sensitivitas kaki pasien DM yang menyatakan bahwa tidak
ada perbedaan median sensitivitas kaki kanan dan kaki kiri pada kelompok kontrol
sebelum dan sesudah tanpa diberikan intervensi.
Perlakuan yang dilakukan yaitu dengan melakukan kegiatan yang biasa
dilakukan responden untuk mengatasi gejala neuropati pada tangan seperti rasa
kesemutan, rasa tertusuk, kaku, rasa kebas/mati rasa, dan sulit membedakan suhu
panas dan suhu dingin. Berdasarkan hasil wawancara mayoritas responden pada
penelitian ini membiarkan masalah yang dirasakan dan ada juga dengan cara
memijat tangan secara manual untuk mengurangi gejala neuropati yang dirasakan.
Kegiatan yang biasa dilakukan responden tersebut tidak meningkatkan sensitivitas
kaki dibandingkan dengan responden yang melakukan terapi SATASIMA.
c. Perbandingan sensitivitas tangan kanan dan tangan kiri sesudah melaksanakan
terapi SATASIMA pada kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol
Hasil uji Mann Whitney didapatkan hasil mean post test tangan kanan dan
tangan kiri pada kelompok eksperimen adalah 8,13 dan 8,05 dengan standar
deviasi 2,09 dan 1,97, sedangkan pada kelompok kontrol nilai mean sensitivitas
tangan post test 7,16 dan 6,50 dengan standar deviasi 1,75 dan 1,20. Hasil uji
statistik diperoleh pada kelompok eksperimen dan kontrol untuk sensitivitas
tangan kanan adalah p value 0,023 < α (0,05). Sedangkan p value pada tangan kiri
pada kedua kelompok yaitu 0,001 < α (0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa
adanya pengaruh yang signifikan pemberian terapi SATASIMA (Sarung Tangan
Refleksi Manual) terhadap tingkat sensitivitas tangan penderita diabetes mellitus.
Pada tangan kiri diperoleh p value lebih signifikan dibandingkan dengan p
value pada tangan kanan. Hal tersebut disebabkan karena mayoritas masyarakat
Indonesia menggunakan tangan kanan dalam bekerja sehingga tingkat sensitivitas
tangan kanan menjadi lebih rendah dibandingkan tangan kiri.
Melakukan terapi pijat refleksi seperti SATASIMA pada pasien diabetes
mellitus sangat diperlukan untuk meningkatkan sensitivitas tangan. Hal ini sesuai
dengan penelitian Lisnawati, Hasneli, dan Hasanah (2015) bahwa terdapat
perbedaan tingkat sensitivitas tangan dan kaki antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol setelah diberikan terapi pijat refleksi pada pasien DM tipe 2
dengan p value = 0,001.
Adanya perbedaan ataupun pengaruh yang bermakna tingkat sensitivitas
tangan pada kelompok eksperimen karena proses terapi refleksi tangan yang
dilakukan. Teknik akupresur dan penggunaan sarung tangan tebal dalam
penelitian SATASIMA membuat aliran darah ke perifer (ujung-ujung jari tangan)
menjadi lancar karena terjadinya vasodilatasi pembuluh darah akibat penggunaan
sarung tangan tebal yang berfungsi menghangatkan tangan sehingga gejala
neuropati pada tangan dapat teratasi.
Selain itu kelompok eksperimen sangat antusias dalam menjalankan proses
penelitian SATASIMA. Mereka sangat menyukai terapi tangan yang dilakukan.
Mayoritas responden mengatakan tangan terasa lebih enak setelah dilakukan terapi
SATASIMA. Kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol sangat kooperatif
dalam menjalankan penelitian karena hal tersebut didukung oleh latar belakang
pendidikan responden.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian tentang pengaruh SATASIMA terhadap tingkat sensitifitas tangan
penderita DM tipe 2 dan analisis gejala neuropati yang dilakukan oleh mahasiswa
menggunakan experimental method learning telah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
Rejosari, Pekanbaru dari tanggal 21 Maret - 24 April 2019. Didapatkan hasil bahwa
mayoritas yang menderita DM tipe 2 umur yang terbanyak adalah 45-55 tahun 22
responden (55 %), jenis kelamin perempuan 30 responden (75 %), pendidikan terakhir
SMA 16 responden (40 %), pekerjaan IRT 26 responden (65 %), lama menderita DM 1-5
tahun 32 responden (80 %), dan obat oral diabetes yang dikonsumsi adalah Metformin
sebanyak 29 responden (72,5 %).
Hasil uji Wilcoxon pada kelompok eksperimen tangan kanan dan tangan kiri sebelum
dan sesudah menggunakan SATASIMA didapatkan hasil p value 0,04 dan 0,009 < α
(0,05), jadi dapat disimpulkan ada pengaruh pemberian SATASIMA terhadap
peningkatan sensitifitas tangan penderita DM tipe 2. Pada kelompok kontrol dilakukan
uji Wilcoxon pula dimana didapatkan hasil p value 0,162 > α (0,05). Jadi dapat
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara kadar gula darah pre test dan post test
pada kelompok kontrol tanpa mengkonsumsi rebusan daun paitan.
Hasil uji Mann Whitney pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
menunjukkan post test sensitivitas tangan kanan dan tangan kiri pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol didapatkan perbedaan yang signifikan yaitu p value
0,023 < α (0,05) pada tingkat sensitivitas tangan kanan dan p value 0,001 < α (0,05) pada
tingkat sensitivitas tangan kiri. Hal ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang
signifikan dari pemberian terapi SATASIMA terhadap tingkat sensitivitas tangan
penderita DM.
Berhasilnya penelitian tersebut menunjukkan bahwa telah mampu nya mahasiswa
dalam memberikan terapi SATASIMA kepada penderita DM dengan baik dan benar
serta mahasiswa mampu menganalisis gejala neuropati pada pasien DM yang
ditunjukkan dari data-data neuropati sebanyak 40 responden pre test dan post test
pemberian terapi SATASIMA dengan hasil yang didapatkan adalah terjadi pengurangan
keluhan gejala neuropati setelah dilakukan terapi pada kelompok eksperimen dan tidak
terdapat perbedaan yang bermakna untuk kelompok kontrol.
B. Rekomendasi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi penelitian lebih dalam lagi
untuk peneliti selanjutnya tentang pengobatan alternatif dengan terapi SATASIMA pada
penderita DM berdasarkan aktivitas penderita. Saat melakukan penelitian, untuk faktor
perancu yaitu asupan diet, aktivitas fisik, agar dapat dikontrol dan dibahas lebih detail di
pembahasan karena faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi kadar gula darah yang
nantinya akan mempengaruhi tingkat sensitivitas tangan penderita DM.
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, D. (2017). Pengaruh program diet DM-Disc terhadap indeks massa tubuh (IMT)
pasien diabetes mellitus tipe 2. Pekanbaru. Program Studi Ilmu Keperawatan.
Universitas Riau.
Agustina, E., Hasneli, Y., & Novayelinda, R. (2017). Efektifitas pelatihan senam kaki alat
pijat kayu (Senayu) terhadap sensitivitas kaki pasien diabetes mellitus tipe 2. Vol. 4,
No. 1. Pekanbaru. Jom PSIK. Diperoleh tanggal 08 juni 2019 dari
http://jom.unri.ac.id/index.php/JOMPSIK/article
American Diabetes Association (ADA). (2011). Diagnosis and classification of diabetes
mellitus. Diabetes care.
Buckman, R. & Donelly, R. (2015). Buku pegangan diabetes. Edisi 4. Jakarta: Bumi Medika.
Budiman. 2011. Penelitian Kesehatan. Bandung: Refika Aditama.
Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru. 2017. Rekapan Penyakit Diabetes Mellitus Kota
Pekanbaru.
Fatimah, R.N. (2015). Diabetes Melitus tipe 2.Vol. 4.Lampung.J Majoriti. Diperoleh tanggal
29 Juli 2018 darijuke.kedokteran.unila.ac.idindex.phpmajorityarticledownload615619
Haerani, H. 2018. Penerapan Metode Pembelajaran Eksperimen Terhadap Peserta Didik.
Hasneli, Y. N. 2016. Pengaruh Pijat Kaki Titik 17 Dan Mendengarkan Murrotal Al-Quran
Terhadap Kadar Glukosa Darah Pasien Diabetes Tipe 2.Pekanbaru.
Hidayat, A.A.A. (2012). Riset keperawatan dan teknik penulisan ilmiah (edisi 2). Jakarta:
Salemba Medika.
Krisnatuti, D., Yenrina, R., & Rasjmida, D. 2014. Diet Sehat Untuk Pasien Diabetes Mellitus.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Lisnawati, R., Hasneli, Y., & Hasanah, O. (2017). Perbedaan sensitivitas tangan dan kaki
sebelum dan sesudah dilakukan terapi pijat refleksi pada penderita diabetes mellitus
tipe 2. Vo.2 No 2. Diperoleh pada 7 Mei 2019 dari
https://media.neliti.com/media/publications/185064-ID-perbedaan-sensitivitas-tangan-
dan-kaki-s.pdf
Mahendra, B. & Ruhito, F. 2009. Pijat Kaki untuk Kesehatan. Jakarta: Penebar Plus+.
Nita, Y. Yuda, A., & Nugraheni. (2012). Gambaran pengetahuan pasien tentang diabetes
mellitus dan obat anti diabetes oral. Diperoleh pada tanggal 28 April 2019 dari
http://jfionline.org/index.php/jurnal/article/view/97
Oktaviah, Hasneli, dan Agrina. 2014. Senam Kaki Diabetik Dengan Menggunakan Bola
Plastik Efektif Terhadap Peningkatan Sensitivitas Kaki Pada Pasien Dm Tipe 2.
Rabrusun, A.N. (2015). Hubungan antara umur dan indeks massa tubuh dengan kejadian
diabetes mellitus tipe 2 di poliklinik interna BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado. Diperoleh pada tanggal 28 April 2019 dari http://fkm.unsrat.ac.id/wp-
content/uploads/2015/02/asmi.pdf
Reid, M.K.T & Walker, S.P. (2009). Quality of life in carribbean youth with diabetes. West
Indian Med J, 58 (3): 250-256. Diperoleh tanggal 28 April 2019 dari
http://carribean.scielo.org/scielo.php?pid=S0043-
31442009000300011&script=sci_arttext&tlng=en
Rondonuwu, R.G., Rompas, S., & Bataha, Y. (2016). Hubungan antara perilaku olahraga
dengan kadar gula darah penderita diabetes mellitus di wilayah kerja psukesmas
wolang kecamatan langowan timur. Vol.4 No.1. Sam Ratulangi. Diperoleh pada
tanggan 08 mei 2019 dari httpsmedia.neliti.commediapublications110128-ID-
hubungan-antara-perilaku-olahraga-dengan.pdf
Rubenstein, D., Wayne, D., & Bradley, J. 2007. Lecture notes: Kedokteran klinis (Annisa
Rahmalia, Penerjemah.)(6thed). Jakarta: Erlangga.
Setiadi. 2013. Konsep dan Praktek Penulisan Riset Keperawatan (Edisi 2). Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Silva, N. C. M., Chaves, E. C. L., Carvalho, L. C., Iunes, D. H., & Carvalho, E. C. 2015.
Foot Reflexology In Feet Impairment Of People With Type 2 Diabetes Mellitus:
Randomized Trial. Diperoleh tanggal 12 Januari 2016 dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4623722/pdf/0104-1169-rlae-23-04-
00603.pdf
Soegondo. (2009). Melawan diabetes dengan banyak beraktivitas. Diperoleh pada tanggal 08
Mei 2019 dari http://www.indodiabetes.com
Sudoyo, Aru W, dkk. (2009). Buku ajar ilmu penyakit dalam; diabetes mellitus di Indonesia.
Edisi ke-V (jilid 2). Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI.
Tandra, H. 2007. Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes. Surabaya:
EGC.
Wahyuni, S. 2014. Pijat Refleksi untuk Kesehatan. Jakarta Timur: Dunia Sehat.
Wijonarko. 2009. Manajemen Ulkus Kaki Diabetik. Diperoleh tanggal 5 November 2012 dari
http://www.scribd.com/document_downloads/direct/52979103?
extension=docx&ft=1360888014<=1360891624&uahk=ExDt7JZNo2Ynu8XW/
+F+z59foPk.
World Health Organization. 2016. Global report on diabates, diperoleh tanggal 15 Oktober
2018 dari http://www.who.int/diabetes/global-report/en
II. Sewa
Item Bahan Volume Satuan Biaya Total
(Rp) (Rp)
Sewa ruang 2 Paket 1.000.000 2.000.000
pertemuan
Sub Total 2.000.000
III. Perjalanan
Item Bahan Volume Satuan Biaya Total
(Rp) (Rp)
Transportasi 8 orang 200.000 1.600.000
anggota
Tiket Pesawat 1 orang 2.300.000 2.300.000
III. Honorarium
Item Bahan Volume Satuan Biaya Total
(Rp) (Rp)
Melakukan 8 orang 300.000 2.400.000
Penelitian
Sub Total Rp. 2.400.000
III. Lain-lain
Item Bahan Volume Satuan Biaya Total
(Rp) (Rp)
Makanan 8 orang 40.000 320.000
anggota/snak
makanan/snak 152.000
Publikasi jurnal 1 manuskrip 500.000 500.000
Penginapan/hotel 1 orang 500.000 500.000
Oral Presentasi 1 orang 750.000 750.000
\materai 30 buah 6000 180.000
Sub Total Rp. 2.402.000
Total Keseluruhan Rp. 20.000.000
*Tuliskan sumber pendanaan: PDM, SKW, Pemula, Fundamental, Hibah Bersaing, Hibah
Pekerti, Hibah Pascasarjana, Hikom, Stranas, Kerjasama Luar Negeri dan Publikasi
Internasional, RAPID, Unggulan Stranas, atau sumber lainnya.
D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat
Juta
No Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Sumber
16
1 2018 Sosialisasi pemberian ASI ekslusif yang benar DIPA
Anggota Peneliti 1
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Bayhakki, M.Kep, Sp.KMB, PhD
2 Jenis Kelamin Laki-laki
3 Jabatan Fungsional Lektor Kepala / IIId
4 NIP/NIK/Identitas lainnya 198001212003121002
5 NIDN 0021018002
6 Tempat, Tanggal Lahir Pekanbaru, 21 Januari 1980
7 E-mail ba_i_hq@yahoo.com
8 Nomor Telepon/HP 081365240097
9 Alamat Kantor Kampus UNRI Gobah Gedung G Jl. Pattimura 9
10 Nomor Telepon/Faks 0761-31162
11 Lulusan yang Telah Dihasilkan S-1 = 15 orang; S-2 = 0 orang; S-3 = 0 orang
12 Nomor Telepon/Faks 0761-589258
1. Keperawatan Medikal Bedah
2. Sistem Perkemihan
13 Mata Kuliah yang Diampu
3. Keperawatan Gawat Darurat
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Prince of Songkla
Nama Perguruan
Universitas Indonesia Universitas Indonesia University,
Tinggi
Thailand
Bidang Ilmu Keperawatan Keperawatan Keperawatan
Tahun Masuk-Lulus 1998-2003 2005-2008 2010-2013
Judul Hubungan antara Dampak Bladder Living with End
Training Menggunakan
intensitas kunjungan
Modifikasi cara Kozier Stage Renal Disease
keluarga terhadap
pada pasien pascabedah and Hemodialysis
motivasi lansia
Skripsi/Tesis/Disertasi ortopedi yang terpasang of Muslims in
melakukan aktifitas
kateter urin di ruang Pekanbaru,
harian di panti tresna
rawat bedah RSCM Indonesia
werdha Jakarta
Jakarta
Nama Rr. Tutik Sri Haryati, Krisna Yetti, SKp, Assist. Prof. Urai
Pembimbing/Promotor SKp, M.Kes M.App.Sc Hatthakit, PhD, RN
C. Pengalaman Penelitian
(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)
Pendanaan
Jml
No. Tahun Judul Penelitian
Sumber* (Juta
Rp)
Efektifitas konsumsi ekstrak ikan gabus terhadap peningkatan
1 2009 kadar albumin darah pasien dengan sindrom nefrotik dan sirosis PSIK 6
hepatis
Efektifitas Kasus Pemicu (Trigger Case) pada Mata Kuliah
2 2010 Keperawatan Medikal Bedah di Program Studi Ilmu Mandiri 2
Keperawatan Universitas Riau
Faktor-faktor Yang Berkontribusi Terhadap Penyakit Kulit
PNBP
3 2010 (Integument) Pada Masyarakat di Daerah Pesisir Sungai Siak 5
UNRI
Pekanbaru
Identifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) Pada Kelompok
4 2013 Berisiko Tinggi Mengalami Penyakit Ginjal Tahap Akhir di PSIK 3
Pekanbaru
Pembuatan Mobile Infusion Bag Bagi Pasien yang Terpasang
5 2015 DIKTI 52
Infus/Terapi Intravena
Pembuatan Mobile Infusion Bag Bagi Pasien yang Terpasang
6 2016 DIKTI 50
Infus/Terapi Intravena (tahun ke dua)
* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian DIKTI maupun dari sumber
lainnya.
D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat
Pendanaan
No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Jml
Sumber*
(Rp)
1 2014 Pelatihan Pengukuran Indeks Massa Tubuh
(IMT) Dalam Rangka Pencegahan Penyakit DIPA
10.000.000
Ginjal Tahap Akhir Di PuskesmasPelalawan UR
Kabupaten Pelalawan Riau
2 2015 Pelatihan Pembuatan Perangkap Nyamuk
Sederhana Dalam Rangka Pencegahan Penyakit DIPA
10.000.000
Akibat Nyamuk Di Desa Parit Baru Kabupaten BLU UR
Kampar, Riau
3 2016 Pelatihan Pemeriksaan Fisik Ginjal Dalam
Rangka Pencegahan Penyakit Ginjal Di PSIK UR 3.000.000
Masyarakat Desa Parit Tarantang, Kampar
* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema pengabdian kepada masyarakat DIKTI
maupun dari sumber lainnya.
E. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal
No. Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal Volume/Nomor/Tahun
Perbedaan Tingkat Toleransi Perubahan
Jurnal Ilmu
1 Irama Sirkadian Perawat Tanpa Kerja Shift Vol.4,No.02,Mei 2009
Keperawatan
Malam, dengan Dua dan Tiga Shift Malam
Efektifitas Kasus Pemicu (Trigger Case) Jurnal Keperawatan
pada Mata Kuliah Keperawatan Medikal Profesional Vol.2,No.2,Desember
2
Bedah di Program Studi Ilmu Keperawatan Indonesia 2010
Universitas Riau
Efektifitas Minuman Jahe dalam Jurnal Ners
3 Mengurangi Emesis Gravidarum pada Ibu Indonesia Vol.1 No.2,Maret 2011
Hamil Trimester I
Hubungan Kemampuan Keluarga Merawat
Jurnal Ners Vol.2 No.1,September
4 Klien Pasca Stroke Dengan Kekambuhan
Indonesia, 2011
Klien Pasca Stroke
Live Experiences of Patients On Nephrology
5 Vol.39 No.4, 2012
Hemodialysis: A Meta-Synthesis Nursing Journal
Meaning of Living With End Stage Renal
Malaysian Journal
6 Disease and Hemodialysis of Muslims in Vol 7 Issue 1, Juli 2015
of Nursing
Pekanbaru: Indonesia: A Qualitative Study
Pekanbaru, 28 januari 2019
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Erika, S.Kp, M.Kep.,Sp.Mat
2 Jabatan Fungsional Lektor
3 Jabatan Struktural -
4 NIP/NIK/Identitas lainnya 197008092001122001
5 NIDN 0009087005
6 Tempat dan Tanggal Lahir Pekanbaru, 9 Agustus 1970
7 Alamat Rumah Jalan Gelatik No. 8 Sukajadi- Pekanbaru
9 Nomor Telepon/Faks/ HP 08127523843
1 Alamat Kantor Kampus PSIK UR Jl Patimura No. 9 Pekanbaru
0
1 Nomor Telepon/Faks (0761) 31162
1
1 Alamat e-Mail rika_hardi@yahoo.com
2
1 Lulusan yang Telah Dihasilkan S-1= 150 orang; S-2= -Orang; S-3= - Orang
3
1. Keperawatan Maternitas
2.Manajemen Keperawatan
14. Mata Kuliah yang Diampu
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Universitas Universitas Prince of Songkla
Nama Perguruan Tinggi
Indonesia Indonesia University, Thailand
Keperawata Keperawatan Keperawatan Maternitas
Bidang Ilmu
n Maternitas
Tahun Masuk-Lulus 1998 2005 2018
Judul Skripsi/Thesis/Disertasi Faktor- Faktor-faktor Development and
faktor yang yang Psychometric Evaluation of
mempengar mempengauh a Self-Efficacy in
uhi ibu i konsep diri Performing the Maternal
melakukan perempuan Role Scale inFirst-Time
senam hamil menopause Pregnant Adolescents in
Indonesia
(SEPMRS-Indonesia)
Lampiran 3.
Susunan Organisasi Dan Pembagian Tugas Tim Peneliti
NO PENELITI JABATAN TUGAS
1 Yesi Hasneli Ketua Melakukan study pendahuluan ke Puskesmas
0028127310 Memeriksa tingkat sensitivitas tangan, memeriksa
kadar gula darah dan mengajar terapi pijat tangan
SATASIMA pada responden
2 Bayhakki Anggota Mengurus surat izin penelitian
0021018002 Memeriksa tingkat sensitivitas tangan, memeriksa
kadar gula darah dan mengajar terapi pijat tangan
SATASIMA pada responden
3 Surya Wahyuni Mahasiswa Membantu memeriksa tingkat sensitivitas tangan,
1511113150 memeriksa kadar gula darah dan mengajar terapi pijat
tangan SATASIMA pada responden
4 Efriza Resti R Mahasiswa Membantu memeriksa tingkat sensitivitas tangan,
1511110269 memeriksa kadar gula darah dan mengajar terapi pijat
tangan SATASIMA pada responden
5 Veti Erpianti Mahasiswa Membantu memeriksa tingkat sensitivitas tangan,
1511117706 memeriksa kadar gula darah dan mengajar terapi pijat
tangan SATASIMA pada responden
6 Resi Hardianti Mahasiswa Membantu memeriksa tingkat sensitivitas tangan,
1511123873 memeriksa kadar gula darah dan mengajar terapi pijat
tangan SATASIMA pada responden
Lampiran 4.
Kelompok Eksperimen/Kontrol
Kode Responden
Petunjuk pengisian:
Isilah untuk pertanyaan yang disediakan.Berilah tanda check-list (√) pada kotak yang
Inisial : ………………
Metformin
dll: …………….
Skala
No. Pertanyaan
SL SR KD J TP
1. Merasa lemah pada otot tangan
2. Merasa Kesemutan di tangan
3. Merasa kebas/mati rasa di tangan
4. Merasa panas dan terbakar di tangan
5. Merasa nyeri atau seperti ditusuk-tusuk di
tangan
6. Merasa kaku di tangan
7. Merasa gatal pada tangan
8. Tangan terasa dingin
9. Kulit tampak kering
10. Merasa kesulitan membedakan suhu panas dan
suhu dingin
Keterangan :
SL : Selalu
SR : Sering
KD : Kadang-kadang
J : Jarang
TP : Tidak Pernah
N KETERANGAN FOTO
O
1 Mengukur sensitivitas tangan dengan
Monofilament dan kadar gula darah
dengan Glucometer.
Rendam tangan dengan air hangat 2
menit dan keringkan dengan handuk.
Oleskan minyak zaitun atau minyak
kutus-kutus ke tangan sampai jari-jari