BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
keturunan sehingga menghasilkan janin yang tumbuh didalam rahim seorang wanita
(Waryono, 2010). Kehamilan bisa terjadi ketika adanya pertemuan antara sel telur
(ovum) dan sel sperma (spermatozoa) di ampula tuba yang sering dikenal dengan tahap
fertilisasi (Sutanto & Fitriana 2015). Kehamilan, melahirkan, dan menjadi seorang ibu
tahap transisi lain dalam fase kehidupan, pengalaman itu dapat pula menimbulkan rasa
cemas, sehingga respons yang terjadi dapat berupa kebahagiaan, maupun sebaliknya
(Elvira, 2016).
menggelisahkan karena ada perasaan takut dan cemas mengenai hal-hal yang buruk
yang dapat menimpa dirinya terutama pada saat proses persalinan (Sani, 2012). Secara
psikologis, ibu yang sedang hamil biasanya mengalami ketakutan, kecemasan, dan
berbagai emosi lain yang muncul secara tiba-tiba (Hawari, 2009). Perubahan psikologis
yang terjadi pada usia kehamilan trimester I, hal ini sering disebabkan karena
ketidaknyamanan fisik, misalnya tubuh yang dulu langsing kini membesar, sehingga
dapat menurunkan rasa percaya diri pada ibu hamil. Pada trimester III ibu hamil tidak
bisa untuk bergerak secara leluasa, mulai memikirkan persalinan dan khawatir pada
kehilangan kendali akibat adanya penilaian yang subjektif dari proses komunikasi
interpersonal yang dapat diartikan sebagai sebuah perasaan kekhawatiran yang tidak
jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya
(Kusumawati dan Hartono, 2011). Gejala cemas bisa berbeda-beda pada setiap individu
dan gangguan cemas lebih banyak terjadi pada wanita (30,5%) dari pada pria (19,2%)
(Sadock, 2015). Gejala cemas dapat berupa pusing, gemetaran, jantung berdebar,
perasaan ketakutan, merasa terancam dan gelisah (Nasir dan Muhith, 2011).
Kecemasan dapat menganggu aktivitas kehidupan sehari-hari pada ibu hamil dan
kehamilan merupakan salah satu sumber stressor kecemasan terutama pada ibu hamil
Kecemasan pada ibu hamil merupakan reaksi ibu hamil terhadap perubahan diri
dan lingkungannya yang membuat perasaan tidak senang atau tidak nyaman yang
disebabkan oleh prasangka akan bahaya atau frustasi yang membahayakan, membuat
rasa tidak aman, keseimbangan atau kehidupan seorang individu atau kelompok
sosialnya (Mandagi, 2013). Setiap ibu hamil memiliki respon terhadap tingkat
karena tidak semua ibu hamil menyadari bahwa aspek fisik dan psikis adalah dua hal
World Health Organization (WHO) (2016) mengatakan ada sebanyak 13% ibu
hamil yang mengalami kecemasan di dunia dan lebih tinggi angkanya di negara-negara
berkembang yakni sebanyak 15,6%. Di Indonesia dari 373.000 ibu hamil ada sekitar
proses persalinan. Provinsi riau menjadi urutan ke 17 dari 34 provinsi yang mengalami
3
gangguan mental emosional, dan prevalensi ini naik dibandingkan tahun 2013, yakni
bahwa jumlah ibu hamil adalah 5.355.710 orang. Sedangkan untuk Provinsi Riau tahun
2016 jumlah ibu hamil adalah 168.336 orang. Provinsi Riau terdiri dari 12 kabupaten
dan diantara kabupaten tersebut jumlah ibu hamil terbanyak terdapat di Kota
Pekanbaru dengan jumlah ibu hamil 25.377 orang pada tahun 2017 (Dinkes Kota
Pekanbaru, 2017). Puskesmas Harapan Raya tahun 2019 dari bulan Januari-Juli jumlah
sedang sebanyak 1 orang (14,3%) dan tingkat kecemasan berat sebanyak 5 orang
sedang sebanyak 8 orang (28,6%), dan tingkat kecemasan ringan sebanyak 17 orang
mengalami tingkat kecemasan berat sebanyak 0 orang (0%), tingkat kecemasan ringan
sebanyak 3 orang (37,5%), dan tingkat kecemasan sedang sebanyak 5 orang (62,5%).
Penelitian lain yang dilakukan Anastasia (2013) dengan judul tingkat kecemasan
primigravida trimester III dalam menghadapi persalinan di BPM Sang Timur Klaten
menghadapi persalinan yang berada dalam kategori tidak ada kecemasan sebanyak 2
4
orang (6,7%), kecemasan ringan 9 orang (30%), kecemasan sedang 12 orang (40%),
Kecemasan dan kekhawatiran pada ibu hamil jika tidak segera ditangani akan
membawa dampak dan pengaruh terhadap fisik dan psikis ibu maupun calon bayi
(Ibrahim, 2012). Kecemasan selama kehamilan akan berdampak pada kualitas tidur
ibu hamil, sehingga bisa berdampak buruk terhadap kesejateraaan janin dan ibu yang
akan mengakibatkan bayi lahir prematur dan bahkan bisa terjadi keguguran. Hal ini
terjadi karena dalam proses tidur ada pengaruh hormon melatonin (Komalasari, 2012).
tubuh dan jika ibu hamil mengalami gangguan pada hormon ini dapat menyebabkan
kondisi kesehatan ibu hamil menjadi menurun emosi gampang meledak, kurang
bersemangat dalam melakukan aktivitas, depresi dan stress yang akan berdampak
farmakologis dan non farmakologis (Sari, 2013). Penatalaksanaan terapi nyeri secara
obatan selama masa kehamilan sangat beresiko karena pada periode organogenesis
sedang berlangsung sehingga resiko terjadi cacat janin lebih besar. Sehingga pada fase
ini ibu hamil perlu berhati-hati karena dalam plasenta obat mengalami proses
biotransformasi, sebagai upaya perlindungan dan dapat terbentuk senyawa yang reaktif,
pertumbuhan. Obat yang diberikan selama kehamilan harus sesuai dengan kebutuhan
ibu hamil tanpa menghasilkan komplikasi yang tidak diinginkan. Beberapa obat dapat
selama trimester pertama, obat dapat menyebabkan cacat lahir (teratogenesis), dan
risiko terbesar adalah pada kehamilan 3-8 minggu. Selama trimester kedua dan ketiga,
dengan cara non farmakologis. Terapi non farmakologis dapat dilakukan antara lain
dengan endorphin massage, hormon endorphin yang diproduksi tubuh bisa mengurangi
stres dan mengurangi kecemasan (Kartikasari & Nuryanti, 2016). Selain endorphin
massage ada juga terapi non farmakologis yang bisa dilakukan untuk mengurangi
kecemasan antara lain yoga, meditasi, distraksi dan relaksasi otot progresif (Soewondo,
2012).
sistemik (selama 5-7 detik) diikuti oleh relaksasi (selama 10-12 detik) (Sundram et al,
2016). Edmund Jacobson melakukan penelitian dan dilaporkan dalam sebuah buku
Progressive Relaxation yang diterbitkan oleh Chicago University Press pada tahun
1938 dimana salah satu tujuan relaksasi untuk mengurangi ketegangan otot (Jacobson,
1938 dalam Peciuliene et al, 2015). Selama intervensi ibu hamil dianjurkan untuk
mengambil napas dalam dan tahan selama kondisi ketegangan otot lalu buang napas
saat keadaan relaksasi. Teknik ini akan membantu ibu hamil untuk mendapatkan
mengalami kecemasan berat sebelum dilakukan teknik relaksasi dan setelah dilakukan
teknik relaksasi sebanyak 42,5 % berada pada kecemasan sedang dan 57,1 % berada
6
pada kecemasan ringan. Berdasarkan analisa data membuktikan bahwa ada pengaruh
teknik relaksasi terhadap penurunan kecemasan ibu inpartu kala1 fase latin.
intranatal kala 1, sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi otot progresif dari
sebelumnya cemas ringan 3 orang (6,5%), cemas sedang sebanyak 21 orang (45,7%)
dan cemas berat sebanyak 22 orang (47,8%). Setelah dilakukan terjadi penurunan
kecemasan sebanyak 23 orang (50,0%) cemas ringan dan sebanyak 23 orang (50,0%)
cemas sedang. Penelitian lain yang dilakukan oleh Sutira (2017) mengatakan bahwa
sesudah dilakukan relaksasi otot progresif sebelumnya dari cemas ringan sebanyak 2
orang (10%), cemas sedang 6 orang (30%) dan cemas berat 12 orang (60%). Setelah
dilakukan terjadi penurunan sebanyak 13 orang (65%) cemas ringan, dan sebanyak 7
orang (35%) cemas sedang. Kedua penelitian tersebut membuktikan bahwa terdapat
penurunan tingkat kecemasan yang signifikan antara sebelum dan sesudah dilakukan
kecemasan ibu pre operasi section secarea diruang bersalin mengatakan tingkat
kecemasan pre test pada kelompok eksperimen dengan mean 39,62 dan kelompok
kontrol dengan mean 40,08 dan setelah dilakukan post test tingkat kecemasan pada
kelompok eksperimen berkurang dengan mean 25,85 dan tingkat kecemasan pada
kelompok kontrol dengan mean 37,23. Terdapat perbedaaan yang cukup signifikan
antara tingkat kecemasan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Penelitian lain
oleh Praptini (2014) yang berjudul pengaruh relaksasi otot progresif terhadap tingkat
responden (55%), dan setelah dilakukan latihan relaksasi otot progresif sebanyak 6
kali (3 hari setiap pagi dan sore) didapatkan tidak ada responden yang mengalami
Penelitian yang dilakukan oleh Utami (2016) dengan judul efektifitas latihan
kanker ovarium, didapatkan hasil latihan PMR efektif menurunkan mual muntah
kemoterapi pasien kanker ovarium dengan intensitas mual pada kelompok eksperimen
menurun dari 7,93 menjadi 3,93 dan intensitas muntah pada kelompok eksperimen
B. Rumusan Masalah
ampula tuba dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (Sarwono, 2011). Ibu hamil
sering mengalami masalah pada sistem muskuloskeletal, yakni merasakan nyeri pada
daerah punggung terutama punggung bagian bawah, bila nyeri punggung ini tidak
diatasi maka bisa mengganggu aktivitas sehari-hari. Untuk itu, penatalaksanaan non
farmakologis yang dapat dilakukan salah satunya dengan cara relaksasi otot progresif.
Berdasarkan paparan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Adakah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
relaksasi otot progresif dibidang kesehatan terutama pada ibu hamil trimester III
9
keperawatan.
Penelitian ini dapat menjadi ilmu dan informasi terutama tentang manfaat relaksasi
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu bentuk latihan fisik yang
persalinan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi dan data dasar
bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan relaksasi otot progresif terhadap
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Konsep Kehamilan
a. Definisi
didalam rahim seorang wanita. Kehamilan dimulai pada saat masa fertilisasi
hingga lahirnya janin, usia kehamilan normal sekitar 40 minggu dan tidak
melebihi 43 minggu terhitung mulai dari haid pertama haid terakhir (Kuswanti,
atau penyatuan sel sperma dari laki-laki dan sel ovum dari perempuan di ampula
tuba setelah terjadi fertilisasi dilanjutkan dengan proses implantasi atau nidasi.
Kehamilan merupakan masa dimana seorang wanita membawa embrio atau fetus
Usia kehamilan terhitung mulai dari Haid Pertama Haid Terakhir (HPHT),
dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan terbagi menjadi tiga periode
yang sering dikenal dengan istilah trimester. Pada masa trimester I usia
kehamilan 1-12 minggu, pada masa ini organ akan mulai terbentuk dan
berkembang. Pada masa trimester II usia kehamilan 13-27 minggu, dimana pada
masa ini merupakan tahap lanjutan dari proses tumbuh kembang organ pada janin
dan pada masa trimester III usia kehamilan 28 sampai dengan persalinan atau 28-
persiapan kelahiran karena pada masa ini janin telah siap hidup di dunia luar
ibu hamil dan terjadi akibat adanya perubahan psikologi dan fisiologi pada masa
Menurut Dewi & Sunarsih (2011) ada beberapa tanda dan gejala yang
sering dialami wanita hamil. Berikut beberapa tanda dan gejala yang
menunjukkan kehamilan:
a) Amenorea
atau datang bulan, namun hal ini tidak terjadi pada wanita yang sedang
hamil dikarenakan adanya pertemuan antara sel telur dan sel sperma
dirahim seorang wanita. Sehingga pada seorang wanita yang hamil tidak
terjadi haid.
dirasakan oleh 50% wanita hamil. Mual dan muntah ini terjadi karena ada
12
gravidarium).
Sering buang air kecil ini terjadi karena bertambahnya berat janin
dan rahim mulai membesar hal ini bisa menekan kandung kemih sehingga
ibu hamil cenderung sering buang air kecil. Tanda ini sering terjadi pada
Susah buang air besar terjadi karena kerja dari hormon progesteron
e) Membesarnya payudara
akan tampak lebih besar, areola dan sekitar puting susu juga akan terlihat
lebih gelap.
f) Pigmentasi kulit
a) Perut membesar
dari rahim
c) Tanda Hegar
yaitu adanya uterus segmen bawah rahim menjadi lebih lunak, terutama
daerah ismus.
d) Tanda Chadwick
Perubahan ini terjadi pada organ serviks dan vagina yang menjadi
(livide).
14
e) Tanda Piscaseck
Adanya tempat yang tidak terisi pada rongga uterus karena embrio
Tanda ini khas untuk uterus dalam masa kehamilan. Ketika uterus
dalam atau palpasi dalam uterus yang tadinya lunak akan menjadi keras
adalah air kencing pertama pada pagi hari. Tes ini dapat menentukan
Pada saat kehamilan sering terjadi perubahan pada tubuh ibu hamilyang
ketidaknyamanan ini bisa membuat perubahan anatomi dan fisiologi pada ibu
hamil yang bekaitan dengan aspek emosional dalam masa kehamilan (Walsh,
2010).
dan fisiologi pada saat kehamilan yang sering dialami wanita hamil. Berikut
1) payudara
progesterone dan estrogen, namun air susu belum keluar. Pada saat kehamilan
akan terbentuk lemak sehingga ukuran payudara wanita yang sedang hamil
kehamilan 12 minggu keatas dari puting susu akan keluar cairan berwarna
2) Sistem reproduksi
bertambah panjang dan hipertropi sehingga terasa lebih lunak. Pada kehamilan
5 bulan rahim teraba seperti berisi cairan ketuban, dinding Rahim tipis
16
sehingga bagian janin dapat diraba melalui dinding perut, terbentuk segmen
kebiruan (livide) yang sering disebut dengan istilah Chadwick sign. Kebiruan
pembuluh darah, selain itu vagina juga bisa mengalami edematous dan
3) Sistem kardiovaskular
output dimana ini bisa terjadi karena penurunan darah arterial, tekanan
wajah dan terutama terlihat pada ekstrimitas bawah ibu hamil seperti kaki
4) Sistem perkemihan
Penumpukan urine terjadi didalam ureter bagian bawah dan penurunan tonus
Pada akhir kehamilan ketika kepala janin mulai turun ke pintu atas
panggul keluhan sering kencing akan timbul kembali karena kandung kemih
mulai tertekan.
5) Sistem respirasi
menjadi meningkat. Ibu hamil bernapas lebih dalam tetapi frekuensi napasnya
usia kehamilan memasuki trimester III akan terjadi kompensasi desakan rahim
6) Sistem integumen
Perubahan sistem integumen yang sering terjadi pada ibu hamil yaitu
alba, papilla mamae, aerola mamae, pipi (chloasma gravidarium), linea nigra,
7) Sistem gastrointestinal
dan muntah atau Morning sicknes yang bisaanya terjadi mulai sejak awal
namun ada beberapa kasus dapat berlanjut sampai kehamilan trimester II dan
III. Mual pada saat kehamilan masih dapat dikatakan normal karena adanya
perubahan hormonal.
8) Sistem endokrin
korpus luteum.
9) Sistem muskuloskeletal
Berat uterus dan janin bisa menyebabkan perubahan pada garis bentuk
tubuh dan titik pusat gaya gravitasi. Lengkung tulang belakang akan berubah
waktu kelahiran banyak ibu hamil yang memperlihatkan tubuh yang khas
seperti lordosis. Jaringan ikat pada persendian panggul akan melunak untuk
Sikap tubuh lordosis merupakan keadaan yang khas pada ibu hamil
karena kompensasi posisi uterus yang membesar dan menggeser daya berat ke
belakang lebih tampak pada masa trimester III yang menyebabkan rasa sakit
bagian belakang karena meningkatnya beban berat dari janin dalam kandungan
yang dapat mempengaruhi bentuk tubuh ibu. Usia kehamilan yang semakin
seperti daerah kaki dan pergelangan kaki ibu hamil dan tidak jarang dapat
kehailan, yaitu:
1) Trimester I
normal. Pada awal kehamilan wanita terkadang merasa senang dan sedih,
biasanya juga sering disebabkan karena rasa mual, sering kencing, dan lelah.
20
Trimester pertama adalah saat yang special karena seorang ibu akan
terjadi pada wanita hamil akan selalu diperhatikan dengan seksama dan juga
akan mengalami ketakutan karena akan ada perubahan pada tubuhnya. Wanita
hamil akan merasa khawatir akan perubahan terhadap bentuk tubuh dan
2) Trimester II
yakni ketika wanita merasa nyamn dan bebas dari segala ketidaknyamanan
yang dialami saat hamil. Trimester kedua dibagi menjadi 2 fase yakni pra
quickening (sebelum adanya gerakan janin yang dirasakan ibu) dan pasca
quickening (setelah adanya gerakan janin yang dirasakan ibu). Pada fase ini
wanita hamil akan mengevaluasi kembali semua aspek hubungan yang ia jalani
dengan ibunya.
Kurang lebih 80% wanita mengalami kemajuan yang nyata dalam hubungan
kedua wanita hamil relative terbebas dari segala ketidaknyamanan fisik dan
3) Trimester III
kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran bayi sebagai
makhluk yang terpisah sehingga ia menjadi tidak sabar menanti kehadiran sang
bayi dan rasa cemas yang kadfang timbul karena bayi dapat lahir kapanpun.
kehidupannya sendiri apakah bayinya dapat lahir secara normal atau malah
abnormal dan juga terkait proses persalinan dan kelahiran, apakah bayinya
mampu keluar karena perutnya sudah membesar atau organ vitalnya akan
mengalami cidera akibat tendangan bayi. Rasa cemas dan takut akan proses
persalinan dan kelahiran meningkat, yang menjadi perhatian yaitu rasa sakit,
nantinya. Proses persalinan harus dijelaskan pada ibu hamil agar ia dapat
2. Konsep Cemas
a. Definisi Cemas
dan pengalaman subjektif dari seseorang. Emosi dan ketegangan yang memuncak
sebuah perasaan kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan
dan cemas) yang merupakan respons terhadap ancaman yang akan datang yang
dianggap bahaya. Hal tersebut merupakan perasaan yang ditekan kedalam alam
sadar bila terjadi peningkatan akan adanya bahaya dari dalam (Ibrahim,2012).
b. Etiologi cemas
baik.
2) Faktor Presipitasi
Tanda dan gejala kecemasan menurut Nasir dan Muhith (2011) adalah:
1) Perasaan ketakutan
2) Perasaan kekhawatiran
3) Merasa terancam
4) Gugup
5) Terganggu berkonsentrasi
12) Berkeringat
19) Kurang percaya diri, tidak bisa tenang saat duduk berbicara cepat
24
d. Tingkat Kecemasan
1) Cemas ringan
a) Respon fisik: ketegangan otot ringan, sadar akan lingkungan, rileks atau
b) Respon kognitif: lapang persepsi luas, terlihat tenang, percaya diri, perasaan
2) Cemas sedang
individu lebih fokus pada hal-hal penting saat itu dan mengesampingkan hal
punggung.
3) Cemas berat
Keadaan cemas berat ini lapang pandang sangat sempit, dan cenderung
hanya memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang penting.
Seseorang tidak mampu berpikir berat lagi dan membutuhkan lebih banyak
4) Tingkat panik
sehingga individu tidak dapat menahan diri dan tidak dapat melakukan apa-
a) Respon fisik: ketegangan otot sangat berat, agitasi motorik kasar, pupil
ternganga.
Skema 1
Rentang respon kecemasan (Tarwoto & Wartonah, 2010)
1) Umur
Umur yang lebih muda lebih mudah menderita stress dari pada umur tua,
2) Keadaan fisik
Penyakit adalah salah satu faktor yang menyebabkan kecemasan, orang yang
terdiagnosa penyakit akan lebih mudah mengalami kecemasan dari pada yang
3) Sosial budaya
yang hidup teratur dan mengikuti peraturan akan sukar mengalami kecemasan.
Namun pada orang yang hidup tidak teratur maka akan sering mengalami
4) Tingkat pendidikan
terhadap memberikan respon tentang sesuatu yang datang baik dari dalam
maupun dari luar. Orang memiliki pendidikan tinggi akan berespon lebih
kecemasan.
5) Tingkat pengetahuan
Menurut Safari dan Saputra (2009) secara teori kecemasan terjadi dengan
diawali oleh pertemuan individu dengan stimulasi yang berupa keadaan yang
langsung atau tidak langsung hasil pengamatan atau pengalaman tersebut diolah
melalui proses kognitif dengan skemata (pengetahuan yang telah dimiliki individu
terhadap situasi tersebut yang sebenarnya mengancam atau tidak mengancam dan
untuk dapat membuat penilaian (hasil kognitif) sehingga respon yang akan
dirinya.
29
Skema 2
Proses terjadinya kecemasan
Stimulus
Skemata
Pengalaman kecemasan
Tidak mampu menerima yangsubjektif
Gangguan bawah sadar
pesan dan memberhentikan
pesan
Ganggaun sel saraf Kesiagaan otomatis
Koping individu
Gytus periatalis
Dapat mengendalika diri
g. Skala Kecemasan
seseorang termasuk di kategori ringan, sedang, berat atau berat sekali digunakan
alat ukur yang dikenal dengan nama Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). Skala
simpton pada individu yang mengalami kecemasan. Alat ukur ini terdiri dari 14
yang lebih spesifik. Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score)
antara 0-4, yang artinya nilai 0 berarti tidak aga gejala, nilai 1 gejala ringan, nilai 2
Tabel 1
Alat Ukur Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)
No Pertanyaan 0 1 2 3 4
1. Perasaan Ansietas
a. Cemas
b. Firasat Buruk
c. Takut Akan Pikiran Sendiri
d. Mudah Tersinggung
2. Ketegangan
a. Merasa Tegang
b. Lesu
c. Tak Bisa Istirahat Tenang
d. Mudah Terkejut
e. Mudah Menangis
f. Gemetar
g. Gelisah
3. Ketakutan
a. Pada Gelap
b. Pada Orang Asing
c. Ditinggal Sendiri
d. Pada Binatang Besar
e. Pada Keramaian Lalu Lintas
f. Pada Kerumunan Orang
Banyak
4. Gangguan Tidur
a. Sukar Masuk Tidur
b. Terbangun Malam Hari
c. Tidak Nyenyak
d. Bangun dengan Lesu
e. Mimpi Buruk
31
f. Mimpi Menakutkan
5. Gangguan Kecerdasan
a. Sukar Konsentrasi
b. Daya Ingat Buruk
6. Perasaan Depresi
a. Hilangnya Minat
b. Berkurangnya Kesenangan
Pada Hobi
c. Sedih
d. Bangun Dini Hari
e. Perasaan Berubah-Ubah
Sepanjang Hari
7. Gejala Somatik (Otot)
a. Sakit dan Nyeri di Otot-Otot
b. Kaku
c. Kedutan Otot
d. Gigi Gemerutuk
e. Suara Tidak Stabil
8. Gejala Somatik (Sensorik)
a. Tinitus
b. Penglihatan Kabur
c. Muka Merah atau Pucat
d. Merasa Lemah
e. Perasaan ditusuk-Tusuk
9. Gejala Kardiovaskuler
a. Takhikardia
b. Berdebar
c. Nyeri di Dada
d. Denyut Nadi Mengeras
e. Perasaan Lesu/Lemas Seperti
Mau Pingsan
f. Detak Jantung Menghilang
(Berhenti Sekejap)
10. Gejala Respiratori
a. Rasa Tertekan atau Sempit Di
Dada
b. Perasaan Tercekik
c. Sering Menarik Napas
d. Napas Pendek/Sesak
11. Gejala Gastrointestinal
a. Sulit Menelan
b. Perut Melilit
c. Gangguan Pencernaan
d. Nyeri Sebelum dan Sesudah
Makan
e. Perasaan Terbakar di Perut
f. Rasa Penuh atau Kembung
g. Mual
h. Muntah
i. Buang Air Besar Lembek
j. Kehilangan Berat Badan
k. Sukar Buang Air Besar
(Konstipasi)
32
a. Definisi
oleh Jacobson (1938) dan masih digunakan secara luas sampai saat ini. Perhatian
relaksasi otot progresif bertujuan untuk mendapatkan relaksasi pada otot. Proses
relaksasi dilakukan melalui dua cara, yaitu dengan memberikan tegangan pada
otot yang terjadi ketika sadar. Relaksasi otot progresif dilakukan dengan
dapat disimpulkan bahwa relaksasi otot progresif merupakan salah satu teknik
relaksasi yang dapat memberikan efek rileks. Relaksasi otot progresif dilakukan
5) Menurunkan sesak
yang dapat diberikan kepada ibu hamil trimester III untuk meningkatkan relaksasi
relaksasi pada otot melalui dua cara, yaitu memberikan tegangan pada suatu
(2015). Relaksasi otot progresif bisa dilakukan kapan saja, tanpa ada pembatasan
35
waktu sehingga dapat memberikan efek relaks jika gerakkan dilakukan dengan
bertahap gerakkan yang dilakukan bisa dibagi dalam 2 atau 3 sesi sesuai kondisi
1) Persiapan
Persiapan alat dan lingkungan : kursi, bantal, laptop, pengeras suara, serta
menggunakan bantal di bawah kepala dan lutut atau duduk di kursi dengan
kepala ditopang.
2) Prosedur
dengan cara menggenggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan. Pasien
Gerakan kedua adalah untuk melatih otot-otot bisep. Gerakan ini diawali
pundak sehingga otot-otot bisep akan menjadi tegang. Lakukan penegangan otot
Gerakan ini dilakukan dengan cara menekuk kedua lengan ke belakang dan
37
kedua telinga. Fokus perhatian gerakan ini adalah kontras ketegangan yang terjadi
ditujukan untuk melemaskan otot-otot wajah. Otot-otot wajah yang dilatih adalah
otot-otot dahi, mata,mulut dan rahang. Gerakan untuk dahi dapat dilakukan
dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai otot-ototnya terasa dan kulitnya
dialami oleh otot-otot rahang dengan cara mengatupkan rahang, diikuti dengan
40
lahan dan rasakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan rileks.
bagian depan. Gerakan ini dilakukan dengan cara membawa kepala kemuka atau
fleksi, kemudian klien diminta untuk menekuk leher sampai dagu menyentuh
perlahan-lahan dan rasakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan rileks.
punggung dan otot perut. Gerakan ini dilakukan dengan cara mengangkat tubuh
kemudian rileks. Pada saat rileks letakkan kembali tubuh ke kursi, sambil
paha, gerakan ini dapat dilakukan dengan cara mengangkat kaki dari lantai dan
meluruskan kaki , pada ujung kaki diekstensikan atau tekuk kebagian dalam dan
lahan dan rasakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan rileks.
betis gerakan ini dapat dilakukan dengan cara mengangkat kaki dari lantai, pada
43
ujung kaki difleksikan atau tekuk kebagian luar dan rasakan ketegangan selama
B. Kerangka konsep
Kerangka konsep merupakan suatu kaitan atau hubungan antara konsep satu
dengan konsep yang lainnya dari masalah yang diteliti. Kerangka konsep berguna
yang akan dibahas dari konsep teori dan ilmu yang dipakai sebagai panduan dari
Skema 3
Pengaruh relaksasi otot progresif terhadap tingkat kecemasan
C. Hipotesa penelitian
atau patokan duga, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut.
Setelah melalui pembuktian dari hasil penelitian, maka hipotesis ini dapat benar atau
salah, ditolak atau gagal ditolak (Setiadi, 2013). Menurut Ruslan (2013) hipotesis
adalah sebuah kesimpulan atau pendapat yang sifatnya masih sementara yang perlu
diuji kebenarannya.
b. Hipotesis Alternatif
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
penelitian (Setiadi, 2013). Desain penelitian mengarah pada jenis atau macam penelitian
yang dipilih untuk mencapai tujuan penelitian, serta berperan sebagai alat dan pedoman
untuk mencapai tujuan penelitian. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan
kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan. Pada kedua kelompok perlakuan diawali
Tabel 2
Rancangan penelitian
Kelompok Pre-test Intervensi Post-test
Kelompok eksperimen 01 X 02
Kelompok kontrol 01 - 02
Sumber: notoatmodjo (2012)
Keterangan:
01: Pengukuran tingkat kecemasan pada ibu hamil trimester III saat pre-test pada
02: Pengukuran tingkat kecemasan pada ibu hamil trimester III saat post-test pada
1. Lokasi penelitian
karena berdasarkan data yang didapatkan oleh peneliti dari Dinas Kesehatan Kota
Pekanbaru tahun 2017 jumlah ibu hamil diwilayah kerja Puskesmas Harapan Raya
2. Waktu penelitian
seminar hasil penelitian yaitu dari bulan Juli sampai Desember 2019. Dapat dilihat
Tabel 3
rencana kegiatan dan waktu penelitian
Waktu Pelakanaan
Kegiatan
Juli Agustus September Oktober
Novembe Desembe
r r
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan
judul
Penyusunan
proposal
Seminar
Proposal
Izin Penelitian
Pengumpulan
Data
Pengolahan
data
Penyusunan
Laporan
Seminar Hasil
47
1. Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek atau objek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
Menurut Ruslan (2013) populasi bisa diukur dengan suatu objek dan benda-
benda alam yang lain, populasi juga meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang
dimiliki oleh suatu subjek atau objek. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh ibu
2. Sampel
Menurut Suprapto (2017) sampel merupakan bagian dari unit yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan penelitian tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari
yang digunakan adalah teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel
dari populasi yang sesuai dengan kriteria peneliti berdasarkan tujuan ataupun
Besar sampel yang digunakan yaitu 34 orang. Jumlah ini telah memenuhi
syarat jumlah sampel minimum yang harus dipenuhi dalam penelitian eksperimental
(Ruslan, 2013). Serta ditambah dengan antisipasi drop out sesuai dengan rumus
n
n'=
n−f
48
30
n'=
(1−0,1)
Keterangan :
Semua responden yang diambil sebagai sampel dipilih sesuai dengan kriteria
a. Ibu hamil dengan usia kehamilan >28 minggu yang ada diwilayah kerja
a. Ibu hamil yang memiliki riwayat penyakit kronis yang mengakibatkan kecemasan
D. Etika penelitian
Etika dalam penelitian merupakan salah satu hal yang penting dalam
langsung dengan manusia. Etika penelitian harus sangat diperhatikan karena manusia
mempunyai hak asasi yang harus dihormati dalam kegiatan penelitian. Masalah etika
yang harus diperhatikan peneliti dalam melakukan penelitian menurut Hidayat (2011),
diantaranya yaitu:
penelitian yang akan dilakukan, meliputi topik penelitian, tujuan penelitian serta
dalam penelitian. Tujuan dari informed consent itu sendiri adalah untuk memberikan
informasi kepada responden mengenai maksud dan tujuan penelitian serta responden
dapat mengetahui dampak dari penelitian yang dilaksanakan. Jika subyek bersedia,
jaminan dalam penggunaan subyek penelitian dengan cara tidak memberikan atau
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode
pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
4. Kerahasiaan (Confidentiality)
lainnya. Semua informasi yang telah terkumpul akan dijamin kerahasiaannya oleh
peneliti.
5. Prinsip manfaat
50
Pada penelitian ini, responden berhak untuk memperoleh manfaat dari latihan
relaksasi otot progresif yang dilakukan. Prosedur relaksasi otot progresif yang
menimbulkan efek samping dan resiko cedera yang bisa merugikan responden.
E. Definisi operasional
Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang akan
pembaca dalam memahami atau mengartikan makna penelitian tersebut (Setiadi, 2013).
Untuk lebih jelasnya definisi operasional dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4
Definisi operasional
Variabel Definisi operasional Alat ukur Skala Hasil ukur
Relaksasi Gerakan relaksasi otot Lembar Nominal 1. Dilakukan
otot progresif progresif dilakukan observasi 2. Tidak dilakukan
selama 10-15 menit
Kecemasan Cemas yang dirasakan ibu Hamilton Rasio Skor kecemasan
hamil trimester III Anxiety 1. Tidak ada
sebelum dan sesudah Rating kecemasan (<14)
diberikan perlakuan Scale 2. Ringan (14-20)
relaksasi otot progresif 3. Sedang (21-27)
(HARS).
pada kelompok 4. Berat (28-41)
eksperimen dan tanpa 5. Berat Sekali (42-
perlakuan pada kelompok 56)
kontrol
Jenis instrumen atau alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini berupa kuesioner demografi, standar operasional prosedur (SOP) relaksasi otot
1. Kuesioner demografi
SOP relaksasi otot progresif berisi prosedur pelaksanaan metode relaksasi otot
progresif yang bertujuan untuk melihat tahapan dan teknik dari pelaksanaan
Pada penelitian ini penulis menggunakan kuisioner yang sudah baku yaitu kuisioner
agar penelitian dapat berjalan dengan lancer sehingga tujuan dapat tercapai. Prosedur
1. Tahap Persiapan
mendapatkan persetujuan dari pembimbing dan izin penelitian dari pihak Fakultas
2. Tahap Pelaksanaan
inklusi dan eksklusi 1 hari sebelum pemberian perlakuan relaksasi otot progresif
dengan mendatangi Puskesmas Harapan Raya untuk meminta data dan alamat ibu
hamil trimester III agar bisa mengunjungi rumah calon responden serta menanyakan
52
hak-hak responden dan dampak yang akan diperoleh responden jika berpartisipasi
dalam penelitian ini. Pada tahap ini peneliti akan melakukan pengukuran tingkat
kecemasan ibu hamil sebelum (pre test) dan sesudah (post test) baik itu pada
kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Pada tahap ini peneliti mengajak
1 teman yang berperan sebagai asisten. Sebelum diajak turun menemui responden
asisten sudah diberi tahu oleh peneliti tentang konsep, tujuan, manfaat serta setiap
perlakuan relaksasi otot progresif asisten akan mengamati setiap gerakan yang
3. Tahap Akhir
menggunakan uji statistik yang sesuai dengan data dan diakhiri dengan penyusunan
Skema 4
Tahap Pelaksanaan Pengumpulan Data
Pengumpulan data
Pelaksanaan
Pelaksanaan
- Menyiapkan ruangan yang membuat ibu nyaman
Mengingatkan wanita hamil untuk
dan relaks
melakukan kegiatan atau cara yang biasa
- Peneliti mencontohkan terlebih dahulu dari setiap
dilakukan untuk mengurangi kecemasan
gerakan relaksasi otot progresif
yang ibu hamil alami
- Ibu hamil akan melakukan gerakan relaksasi otot
progresif, peneliti menjadi instruktur dan 1
asisten peneliti mengawasi setiap gerakan yang Post test
dilakukan wanita hamil saat melakukan relaksasi Setelah 3 hari responden kembali mengisi
otot progresif kuisioner HARS untuk mengukur tingkat
- Ibu hamil melakukan relaksasi otot progresif kecemasan ibu hamil (post test) kemudian
mulai dari gerakan pertama sampai gerakan peneliti melakukan pengecekan untuk
ketiga belas selama 10-15 menit melengkapi isi kuisioner
Post test
Setelah 3 hari melakukan relaksasi otot progresif
responden kembali mengisi kuisioner HARS untuk
mengukur tingkat kecemasan ibu hamil (post test)
kemudian peneliti melakukan pengecekan untuk
melengkapi isi kuisioner
H. Pengolahan data
1. Pengolahan data
a. Editing
skala nyeri pada ibu hamil sebelum dan sesudah diberikan intervensi/perlakuan.
b. Coding
c. Entry
d. Cleaning
55
e. Processing
f. Analyzing
I. Analisis data
1. Analisis univariat
2. Analisis bivariat
mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara dua variabel yakni variabel
independen dan variable dependen, atau bisa juga digunakan untuk mengetahui
apakah ada perbedaan yang signifikan antara dua atau lebih kelompok (sampel).
Uji hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah Dependent sample t