Disusun Oleh :
Kelompok IV
An Nisa Rushtika Kersana 220110090033
Winni Puji Astuti 220110100038
Denti Mardianti 220110100039
Nur Asiyah 220110100040
Iswari Nastiti 220110100043
Nia Sonia 220110100044
Dea Arista 220110100047
Ermawati 220110100048
Elga Kristi Ginting 220110100050
Evi Noviyani 220110100051
Ria Octavyani 220110100052
Desy Mayangsari 220110100053
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Permasalahan
Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini mengenai KEP, dimana
terdapat kasus seorang klien berusia 9 tahun dengan keluhan sering BAB dan
berbagai tanda dan gejala lainnya yang menunjukan klien tersebut KEP.
Makalah ini berisi anatomi dan fisiologi digestive, pembahasan kasus dan
penjelasan mengenai KEP (konsepKEP, penatalaksanaanKEP, patofisiologi
KEP, dan asuhan keperawatan klien dengan KEP).
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah KEP adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
digestive system in nursing dan memperbanyak ilmu kita tentang anatomi
dan fisiologi digestive dan materi KEP mulai dari konsep KEP,
penatalaksanaan KEP, patofisiologi KEP, dan asuhan keperawatan klien
dengan KEP.
KASUS
Kasus KEP
An. A, seorang anak perempuan berusia 9 tahun dirawat di rumah sakit dengan
keluhan sering BAB sekitar 5-6 kali sehari, terutama sejak dua minggu
terakhir.Pasien baru dibawa ke rumah sakit karena tidak memiliki biaya untuk
berobat. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan : BB 20kg, TB 135cm, rambut kusam
dan kering, kulit kering dan garis yang dalam, tampak pendiam, mata sayu dan
sembab, perut buncit, kaki bengkak, suhu rabaan dingin, pada palpasi terdapat
pembesaran hepar 1-2 cm. Hasil pemeriksaan lab menunjukkan : Hb.8,7 . Gula
darah sewaktu 52 gr%, K = 3mEq/l, Mg = 1 mEq/l.
Selama dilakukan pengkajian oleh perawat, klien selalu melihat pada ibunya dan
mimik muka seperti mau menangis. Menurut ibunya, klien sering cengeng, tidak
mau bergaul dengan teman sebaya dan tidak punya keinginan apapun.
Klien dalam 3 bulan terakhir ini tidak bersekolah lagi karena kesulitan berjalan
akibat kelelahan, dan sulit berkonsentrasi. Klien tinggal di daerah padat penduduk,
dan rumahnya seluas 42 m2. Ayah klien bekerja tidak tentu, tetapi sering menjadi
buruh di pasar. Sedangkan ibunya tidak bekerja, hanya sesekali menerima cucian
orang lain.
Step 1
-
Step 2
1. Apa yang menyebabkan hepar membesar? (Evi)
2. Apa ada hubungan antara perut buncit dengan pembesaran hepar? (Ria)
3. Metode apa dalam pendekatan pada pasien? (Erma)
4. Penyebab BAB sering? (Elga)
5. Diagnosa medis dan diagnose keperawatan? (Desi)
6. Hasil normal lab? (Erma)
7. Faktor risiko penyakit ini? (Wini)
8. Cara perawat meningkatkan citra diri pasien? (Ria)
9. Psikologi yang normal untuk 9 tahun? Bagaimana perawat menanganinya?
(Dea)
10. Tindakan apa supaya nutrisi tercukupi? (Elga)
11. Bagaimana pendidikan kesehatan terhadap ibu pasien? (Wini)
12. Penyebab lain dari sulit berjalan selain sulit berkonsentrasi? (Evi)
13. Apakah ada hubungan dengan pekerjaan ayahnya? (Nur)
14. Mengapa kakinya bengkak? Ada hubungan system ini? (Iswari)
Step 3
1. Nutrisi sulit diserap → tidak ada generasi sel → sel rusak → dirombak ke
hepar → penumpukan di hepar → pembesaran hepar (Iswari)
BAB tidak lancar → zat toksik → di netralkan di hepar → pembesaran
hepar (Nur Asiyah)
2. Hepar bengkak → perut buncit (Nia)
3. Pendekatan lewat orang tua, penyebab menangis harus dikaji takutnya ada
nyeri (Dea)
Dikasih hal-hal yang dia suka (Wini)
4. Faktor ekonomi (makanan seadanya), faktor lingkungan (tidak higienis)
(Evi)
Faktor lingkungan (dikaji lebih lanjut oleh ibunya ( Annisa)
5. Diagnosa medis → diare (Wini)
Diagnosa keperawatan → BAB 5-6 kali/hari → kurang vol cairan
berhubungan dengan HB ↓ (Wini)
6. Na : mengikat air → kadar Na meningkat
K : tidak mengikat air → 3 mEq/l → kurang (Annisa)
7. –
8. Mencoba dekati pasien (trust) → memberi semangat (Evi)
Perawat menggali kelebihan pasien (Nur asiyah)
Ibu memberi asupan makanan, minuman → KDM terpenuhi (Annisa)
Faktor lingkungan dijaga kebersihannya (Dea)
9. Masih sekolah → diare harus ditangani (Nia)
Mengajak temannya untuk menengok (faktor pendukung)
Perawat memberi dukungan (Desy)
10. Diberi cairan infuse/elektrolit (Ria)
11. –
Step 4
Step 5
LO
1. Faktor risiko penyakit ini? (Wini)
2. Pendidikan kesehatan kepada ibu pasien? (Wini)
BAB II
PEMBAHASAN
Lambung
Lambung merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti
kandang keledai, terdiri dari 3 bagian yaitu kardia, fundus dan antrum. Makanan
masuk ke dalam lambung dari kerongkonan melalui otot berbentuk cincin
(sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter
menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik
untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung
menghasilkan 3 zat penting :
lendir
asam klorida (HCl)
prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap
kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah
kepada terbentuknya tukak lambung.
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh
pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan
sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang
merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum
melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika
penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti
mengalirkan makanan.
Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang
diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang
melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan
makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang
mencerna protein, gula dan lemak.
Pankreas
Pankraes merupakan suatu organ yang terdiri dari 2 jaringan dasar :
Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan
Pulau pankreas, menghasilkan hormon
Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan
hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna
protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam
bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif.
Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga
melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi
duodenum dengan cara menetralkan asam lambung.
Hati
Hati merupakan sebuah organ yang besar dan memiliki berbagai fungsi,
beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan.
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan
pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke
dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya
masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-
pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah.
Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah
diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum.
Berikut ini adalah organ dan sistem pengendalian ganda oleh saraf simpatik dan
juga saraf parasimpatik.
Sistem Pencernaan dimulai dari mulut dan berakhir di anus. Banyak saraf yang
bekerja pada sistem pencernaan mulai dari mengunyah sampai defekasi. Berikut
ini adalah penjelasannya.
1. Mulut
Didalam mulut makanan dikunyah lalu dibentuk bolus-bolus kecil sehingga
dapat ditelan. Dalam mengunyah diperlukan gigi untuk membuat makan menjadi
lebih kecil dan juga air liur untuk mempermudah penelanan. Gigi-gigi atas
disarafi oleh Nervus Trigeminus bagian nervus maksilaris. Sedangkan gigi-gigi
bawah disarafi oleh Nervus trigeminus bagian Nervus Mandibularis. Gerakan
mengunyah juga melibatkan rahang atas dan bawah yang disarafi sama seperti
gigi. Rahang atas oleh nervus maksilaris dan rahang bawah oleh nervus
mandibularis.
Dimulut juga terjadi gerakan menelan dengan bantuan lidah serta air liur. Air liur
yang ada disekresikan oleh saraf otonom yaitu saraf parasimpatis. Sedangkan
gerak lidah mendorong lobus sehingga masuk kedalam esofagus dan terjadi proses
menelam dihantarkan melalui saraf otak ke V, IX, X, dan XII serta bebeapa nervus
servikalis Superior.
2. Esofagus
Didalam esophagus makanan yang bebentuk bolus tidak dicerna baik secara
kimiawi maupun mekanik. Didalam esophagus hanya terjadi gerakan peristaltic
untuk mendorong makanan sampai ke lambung. Gerakan peristaltic ini disarafi
oleh nervus Vagus.
3. Lambung
Didalam lambung makanan yang berbentuk bolus di cerna secara kimiawi.
Dengan sekresi kelenjar-kelenjar di sistem pencernaan untuk membantu kerja
lambung dalam mencerna makanan. Sekresi itu diatur oleh saraf otonom yaitu
saraf parasimpatik. Didalam usus juga terjadi gerakan peristaltic yang juga diatur
oleh saraf otonom, yaitu saraf parasimpatik. Nervus vagus juga ikut mempersarafi
kegiatan (kerja) lambung. Selain saraf parasimpatis saraf simpatik juga
mempersarafi lambung yaitu bagian fleksus simpatis dengan serabut bernama
fleksus seliaka.
4. Usus
Usus tidak jauh berbeda dengan lambung. Nervus vagus masih mempersarafi
absorbsi yang ada di usus setelah makanan di cerna didalam lambung. Usus juga
disarafi oleh saraf simpatis bagian fleksus simpatikus.
5. Pankreas dan hepar
Pankreas dan hepar disarafi oleh sistem saraf parasimpatis bagian nucleus
dorsalis nervus X juga oleh bagian fleksus simpatikus, saraf simpatis.
6. Kolon Asenden
Pusat yang mempersarafi Kolon Asenden adalah bagian sakral II, III, dan IV
dari saraf parasimpatik yang masuk didalam saraf otonom.
7. Anus
Saraf simpatis sakral adalah bagian yang memepersarafi anus (rectum). Saraf
ini termasuk dalam saraf otonom bagian saraf parasimpatis. Begitu juga defekasi.
Defekasi juga diatur oleh saraf yang sama yang memepersarafi bagian anus.
2.2Konsep Penyakit
2.2.1 Definisi
Marasmus-kwashiorkor atau kurang energi protein adalah keadaan
kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein
dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan
Gizi (AKG).
2.2.2 Etiologi
Secara langsung
1. Anak kurang mendapat asupan gizi seimbang dalam waktu yang
cukup lama.
2. Anak menderita penyakit infeksi, akibatnya asupan gizi tidak bisa
dioptimalkan oleh tubuh.
Secara tidak langsung
1. Tidak cukupnya persediaan pangan di rumah tangga.
2. Pola asuh kurang memadai.
3. Sanitasi/ kesehatan lingkungan kurang baik.
4. Akses pelayanan kesehatan yang terbatas.
5. Rendahnya tingkat pendidikan dan pendapatan yang menyebabkan
kemiskinan.
Penyebab lainnya
a. Peranan diet
Menurut konsep klasik, diet yang mengandung cukup energi tetapi
kurang protein akan menyebabkan anak menjadi penderita
kwashiorkor, sedangkan diet kurang energi walaupun zat-zat gizi
esensialnya seimbang akan menyebabkan anak menjadi menderita
marasmus(solihin, 2000)
b. Peranan faktor sosial
Pantangan untuk menggunakan bahan makanan tertentu yang sudah
turun temurun dapat mempengaruhi terjadinya penyakit KEP. Faktor
sosial lain yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit KEP adalah
Perceraian pada wanita yang mempunyai banyak anak dan
suami merupakan pencari nafkah tunggal
Para pria dengan penghasilan kecil mempunyai banyak istri dan
anak, sehingga tidak dapat memberi cukup makan anggota
keluarganya
Para ibu mencari nafkah tambahan pada waktu-waktu tertentu,
anak-anak terpaksa ditinggal dirumah sehingga jatuh sakit dan
mereka tidak mendapat perhatian semestinya.
Para ibu mencari nafkah tambahan pada waktu-waktu tertentu,
anak-anak terpaksa ditinggal dirumah sehingga jatuh sakit dan
mereka tidak mendapat perhatian semestinya.
Para ibu setelah melahirkan kembali kepekerjaan tetap
sehingga harus meninggalkan bayinya dari pagi sampai sore
c. Peranan kepadatan penduduk
Meningkatnya jumlah penduduk yang cepat tanpa diimbangi dengan
bertambahnya persediaan bahan makanan yang memadai merupakan
sebab utama krisis pangan.
d. Peranan Infeksi
Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Malnutrisi,
walaupun dalam keadaan ringan, mempunyai pengaruh negatif pada
daya tahan tubuh terhadap infeksi. Ada kesinergisan antara malnutrisi
dengan infeksi.
e. Peranan Kemiskinan
KEP merupakan masalah negara-negara miskin dan terutama
merupakan problema bagi golongan termiskin dalam masyarakat
negara tersebut.
Status Gizi
Indeks BB / U
> +2 SD Gizi Lebih
-2 SD s/d +2 SD Gizi Baik
-3 SD s/d -2 SD Gizi Kurang
< -3 SD Gizi Buruk
Klasifikasi Status gizi berdasarkan Indikator TB/U yang disajikan dalam Z-Skor
Status Gizi
Indeks
TB/U
-2 SD s/d +2 SD Normal
> -2 SD Pendek
Klasifikasi Status gizi berdasarkan Indikator BB/TB yang disajikan dalam Z-Skor
Status Gizi
Indeks BB / TB
> +2 SD Gemuk
-2 SD s/d +2 SD Normal
-3 SD s/d -2 SD Kurus
< -3 SD Sangat Kurus
2.2.5 Komplikasi
1. Pada penderita gangguan gizi sering terjadi gangguan asupan vitamin dan
mineral. Karena begitu banyaknya asupan jenis vitamin dan mineral yang
terganggu dan begitu luasnya fungsi dan organ tubuh yang terganggu maka
jenis gangguannya sangat banyak. Pengaruh KEP bisa terjadi pada semua
organ sistem tubuh. Beberapa organ tubuh yang sering terganggu adalah
saluran cerna, otot dan tulang, hati, pancreas, ginjal, jantung, dan
gangguan hormonal.
2. Anemia gizi adalah kurangnya kadar Hemoglobin pada anak yang
disebabkan karena kurangnya asupan zat Besi (Fe) atau asam Folat. Gejala
yang bisa terjadi adalah anak tampak pucat, sering sakit kepala, mudah
lelah dan sebagainya. Pengaruh sistem hormonal yang terjadi adalah
gangguan hormon kortisol, insulin, Growht hormon (hormon
pertumbuhan) Thyroid Stimulating Hormon meninggi tetapi fungsi tiroid
menurun. Hormon-hormon tersebut berperanan dalam metabolisme
karbohidrat, lemak dan tersering mengakibatkan kematian.
3. Mortalitas atau kejadian kematian dapat terjadi pada penderita KEP,
khususnya pada KEP berat. Beberapa penelitian menunjukkan pada KEP
berat resiko kematian cukup besar, yaitu sekitar 55%. Kematian ini
seringkali terjadi karena penyakit infeksi (seperti Tuberculosis, radang
paru, infeksi saluran cerna) atau karena gangguan jantung mendadak.
Infeksi berat sering terjadi karena pada KEP sering mengalami gangguan
mekanisme pertahanan tubuh. Sehingga mudah terjadi infeksi atau bila
terkena infeksi beresiko terjadi komplikasi yang lebih berat hingga
mengancam jiwa.
4. Nekrosis pada mukosa mulut (stomatitis gangrainase)
5. Gangguan jantung
6. Anemia gizi
7. Penurunan IQ
8. Hepatomegali karena gangguan dalam pembentukan lipoprotein
9. Asites
10. Gangguan pertahanan tubuh
11. Diare
12. Atrofi otot
2.2.6 Pencegahan
Pencegahan dari KEP pada dasarnya adalah bagaimana makanan yang seimbang
dapat dipertahankan ketersediannya di masyarakat. Langkah-langkah nyata yang
dapat dilakukan untuk pencegahan KEP adalah :
Mempertahankan status gizi anak yang sudah baik tetap baik dengan
Nilai normal :
6. Kalium (K)
Kalium merupakan elektrolit tubuh yang terdapat pada cairan vaskuler
(pembuluh darah), 90% dikeluankan melalui urin, rata-rata 40 mEq/L atau
25 -120 mEq/24 jam wa laupun masukan kalium rendah.
Nilai normal :
Nilai normal :
8. Kalsium (Ca)
Merupakan elektrolit dalam serum, berperan dalam keseimbangan
elektrolit, pencegahan tetani, dan dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi
gangguan hormon tiroid dan paratiroid.
Nilai normal :
9-11 mg/dl (di serum) ; <150 mg/24 jam (di urin & diet
Dewasa rendah Ca) ; 200 - 300 mg/24 jam (di urin & diet tinggi
Ca)
Anak 9 -11,5 mg/dl
Bayi 10 -12 mg/dl
Bayi barulahir 7,4 -14 mg/dl.
10. HB (HEMOGLOBIN)
Hemoglobin adalah molekul di dalam eritrosit (sel darah merah) dan
bertugas untuk mengangkut oksigen. Kualitas darah dan warna merah pada
darah ditentukan oleh kadar Hemoglobin.
Nilai normal Hb :
11. Antopometri
Perhitungannya dilakukan dengan parameter sebagai berikut:
BB dan TB dapat menunjukkan indeks masa tubuh (IMT) melalui rumus:
BB (kg)/ (TB)(TB)
Kategori IMT
Kurus sekali: kekurangan BB tingkat berat <>
Kurus: kekurangan BB tingkat ringan 17,0-18,4
Normal: normal 18,5-25,0
Gemuk: kelebihan BB tingkat ringan 25,1-27,0
Obestitas: kelebihan BB tingkat berat >27,0
2.3 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan KEP ringan dan sedang:
1. Balita KEP ringan: dengan memberikan penyuluhan gizi dan nasehat
pemberian makanan di rumah (bilamana pasien rawat jalan, dianjurkan
untuk memberi makanan di rumah (bayi umur < 4 bulan) dan terus diberi
ASI sampai 3 tahun.
2. Balita dengan KEP sedang:
a. Penderita rawat jalan : diberikan nasehat pemberian makanan dan
vitamin serta teruskan ASI dan pantau terus berat badannya.
b. Penderita rawat inap : diberikan makanan tinggi energi dan protein,
dengan kebutuhan energi 20-50% diatas kebutuhan yang dianjurkan
(angka kecukupan gizi/AKG) dan diet sesuai dengan penyakitnya.
Petunjuk dari WHO tentang pengelolaan KEP berat dirumah sakit dengan
menetapkan 10 langkah tindakan pelayanan melalui 3 fase (stabilisasi, transisi dan
rehabilitasi) dan dilamjutkan dengan fase ‘follow up’ sebagai berikut:
1. Fase Stabilisasi
Porsi kecil, sering, rendah serat dan rendah laktosa
Energi: 100kkal/kgBB/hari
Protein: 1-1,5 g/kgBB/hari
Cairan : 130 ml/kgBB/hari (bila sembab berat: 100ml/kgBB.hari)
Teruskan ASI pada anak menetek
Bila selera makan bak dan tidak sembab pemberian makan bias
dipercepat
Pantau dan catat : jumlah cairan yang diberikan, yang tersisa;
jumlah cairan yang keluar seperti muntah, frekuensi buang air,
timbang BB/hari(sudrajat suratmaja, 2000)
2. Fase Transisi
Pemberian energi masih sekitar 100 kkal/kgBB/hari
Pantau frekuensi nafas dan denyut nadi
Bila nafas meningkat > 5 kali/menit dan nadi >25 kali/menit dalam
pemantauan tiap 4 jam berturutan, kurangi volume pemberian
formula
Setelah normal bias naik kembali
3. Fase Rehabilitasi
Beri makan/formula WHO, jumlah tidak terbatas dan sering TKTP
Energi : 150-220 kkal/kgBB/hari
Protein: 4-6g/kgBB/hari
ASI diteruskan, tambahkan makanan formula; secara perlahan
kepada keluarga
Pemantauan : kecepatan pertambahan BB setiap minggu (timbang
BB setiap hari sebelum makan)
4. Tindakan Khusus
Hipoglikemia : berikan bolus 50 ml glukosa 10% atau sukrosa secara
oral/sonde nasogastrik
Hiponatremia : pakaikan anak selimut/letakan anak dekat lampu
Dehidrasi : cairan resomal/pengganti 5 ml/kgBB(sudrajat suratmaja,
2000)
Transfusi darah :
2.4 Patofisiologi
3. v
ETIOLOG
ETIOLOG
II
Hati bekerja
Kebutuhan Energi&Protein (dalam jangka waktu lama) keras u/
Akitivias/kelelahan Stres katabolik memproduksi albumin&tidak
Manfes sulit (INFEKSI) tersalurkanya lemak ke depot
kurangnya asam amino
berjalan Kehilangan
& Kerusakan Nutrisi
fungsi lemak,sehingga terjadi
esensial untuk sintesis
organ
Produksi Albumin olehmakanan akumulasi lemak di Hati
hepar NUTRISI
INTOLERAN
GANGGUAN
AKTIVITAS TUMBUH
Metabolisme
Hipoglikemia
Energi
Pembakaran berbagai sel KEKURANGAN
Edema pada
cadangan karbohidrat
Gula darah Mobilisasi berbagai
Difisiensi
Kebutuhan VOLUME
Osmolalitas
Hipoalbuminemia
Shif
ektremitas
keprotein
intertesial
cairan
bawah
cadangan
potein KURANGDARI
Hepatomegali
Eritrosit
Lemak&Protein Bakteri
selInfeksi
Diare
Aktifitas
Daya epitel
masuk
tahan usus halus
tubuh
Lemah
Atrofi otot Proses katabolik
KEMBANG CAIRAN
2.5 Asuhan Keperawatan
2.5.1 Pengkajian
1. Identitas klien
Nama : An. A
Usia : 9 th
Jenis Kelamin : Perempuan
Diagnosa Medis : Kekurangan energi dan protein
2. Keluhan Utama
Sering BAB sekitar 5-6x/hari sejak 2 minggu terakhir
3. Riwayat kesehatan sekarang
BB 20 kg (N: 31,5 kg), TB 135 cm, pembesaran hepar 1-2 cm, rambut
kusam dan kering, kulit kering dan garis yang dalam, tampak pendiam,
mata sayu dan sembab, perut buncit, kaki sembab, suhu rabaan dingin
4. Riwayat kesehatan masa lalu
Klien dalam 3 bulan terakhir tidak bersekolah lagi karena kesulitan
berjalan akibat kelelahan dan sulit konsentrasi
5. Riwayat kesehatan keluarga
Klien tinggal didaerah yang padat penduduk, rumahnya seluas 42m 2, ayah
klien bekerja tidak tentu tetapi sering menjadi buruh pasar, ibunya tidak
bekerja tetapi hanya sesekali menerima cucian orang lain
6. Riwayat sosial
Klien tidak mau bergaul dengan teman sebaya dan tidak mempunyai
keinginan apapun, klien juga sering cengeng
7. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi : rambut kusam dan kering, tampak pendiam, mata sayu
dan sembab, perut buncit, kaki bengkak
b. Palpasi : suhu rabaan dingin, pembesaran hepar 1-2 cm
8. Pemeriksaan fisik
a. BB 20 kg (Normal 31,5 kg)
(TB - 100) ± 10% (TB – 100)
b. TB 135 cm
c. Hb 8,7 (Normal 12 – 16)
d. Gula darah (Normal 80-100 , 120-140)
e. K = 3 mEq/L (Normal 3,5 – 5 mEq/L)
f. Mg = 1 mEq/L (Normal 1-3 – 2,2 mEq/L)
2.5.4 NCP
Pembahasan LO
Gizi buruk banyak dipenbgaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait.
Diantara berbagai faktor penyebab timbulnya gizi buruk, kemiskinan merupakan
penyebab pokok atau akar masalah gizi buruk, tetapi untuk mencegah gizi buruk
tidak harus menunggu keberhasilan pembangunan ekonomi sampai masalah
kemiskinan tuntas.
Pola pengasuhan anak dapat berupa: pengetahuan sikap, praktik ibu dan
pengasuhan lain dalam kedekatannya dengan anak, cara memberi makan,
merawat, serta memberi kasih sayang kepada anak. Anak yang diasuh oleh ibu
kandung dapat lebih berinteraksi secara positif dibandingkan dengan anak yang
diasuh oleh orang lain. Pola asuh ibu terhadap anaknya berkaitan dengan keadaan
ibu, terutama kesehatan, pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan tentang
pengasuhan anak.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dengan demikian, kurang energi protein (KEP) merupakan
penyakit defisisiensi gizi yang paling umum dijumpai di dunia dan perkiraan
sekitar 100 juta anak-anak sangat menderita gizi kurang pada tingkat sedang
dan berat. Di beberapa negara empat dari lima anak kecil mengalami gizi
kurang pada berbagai tingkatan. Sebagian besar di antara mereka sangat
mudah berlanjut jatuh menjadi gizi buruk setelah disapih atau pada masa
transisi. Pada golongan anak yang berstatus gizi kurang memiliki resiko
kematian yang lebih tinggi daripada anak-anak yang berstatus gizi baik.
Saran
Mahasiswa harus mampu memahami mengenai pengertian, penyebab,
epidemologi, anatomi dan fisiologi pada system digestif, penatalaksanaan KEP,
tanda dan gejala, pemeriksaan diagnostik untuk KEP, agar dalam menjalankan
proses keperawatan dapat membuat intervensi dan menjalankan implementasi
dengan tepat sehingga mencapai evaluasi dan tingkat kesembuhan yang maksimal
pada klien KEP. Selain itu, mahasiswa juga dapat memperbanyak ilmu dengan
mengunjungi seminar dan membaca dari berbagai sumber.
DAFTAR PUSTAKA