Anda di halaman 1dari 5

INFECTION CONTROL RISK ASSESSMENT (ICRA)

PEMBERIAN TERAPI INTRAVENA DI RSU MITRA DELIMA


DESEMBER 2019

RSU MITRA DELIMA


JL. RAYA BULUPAYUNG NO.1B
BULULAWANG - MALANG
INFECTION CONTROL RISK ASSESSMENT (ICRA)
PEMBERIAN TERAPI INTRAVENA DI RSU MITRA DELIMA
DESEMBER 2019

1. Latar Belakang
Pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan
merupakan suatu upaya kegiatan untuk meminimalkan atau mencegah terjadinya infeksi pada pasien,
petugas, pengunjung dan masyarakat sekitar rumah sakit. Pengendalian infeksi harus dilaksanakan oleh
semua rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Salah satu program Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI) adalah kegiatan menilai risiko infeksi.
Terapi intravena yaitu pemberian cairan tambahan yang mengandung komponen tertentu yang
diperlukan tubuh secara terus menerus selama periode tertentu ke aliran darah vena. Adapun tujuan
prosedur ini adalah untuk mempertahankan atau mengganti cairan tubuh, elektrolit, vitamin, protein,
dan kalori pada pasien yang tidak mampu mempertahankan masukan yang adekuat melalui mulut,
memulihkan keseimbangan asam-basa, memulihkan volume darah, serta menyediakan saluran terbuka
untuk pemberian obat-obatan.
Infection Control Risk Assessment (ICRA) adalah sebuah kegiatan dalam rangka peningkatan mutu
pelayanan rumah sakit untuk menilai dan mengontrol risiko infeksi di rumah sakit baik itu dilakukan per
unit bagian/instalasi maupun dapat dilakukan secara keseluruhan di rumah sakit. Infection Control Risk
Assessment (ICRA) merupakan suatu sistem pengontrolan pengendalian infeksi yang terukur dengan
melihat kontinuitas dan probabilitas aplikasi pengendalian infeksi di lapangan berbasiskan hasil yang
dapat dipertanggungjawabkan, mencakup penilaian beberapa aspek penting pengendalian infeksi
seperti kepatuhan cuci tangan, pencegahan penyebaran infeksi, manajemen kewaspadaan kontak, dan
pengelolaan resistensi antibiotik.
Dalam pemberian terapi intravena tidak bisa lepas dari adanya komplikasi. Komplikasi yang bisa
didapatkan dari pemberian terapi intravena adalah komplikasi sistemik dan komplikasi lokal. Komplikasi
sistemik lebih jarang terjadi tetapi seringkali lebih serius dibanding komplikasi lokal seperti kelebihan
sirkulasi, emboli udara, dan sepsis. Komplikasi lokal dari terapi intravena antara lain infiltrasi, phlebitis,
trombophlebitis, hematoma, dan ekstravasasi. Beberapa obat mempunyai tingkat komplikasi yang lebih
tinggi dibandingkan dengan obat lain dikarenakan sifat fisika kimia dari obat tersebut.
Untuk dapat melakukan pencegahan terjadinya komplikasi dari pemberian terapi intravena di
RSU Mitra Delima, maka perlu dilakukan penilaian risiko infeksi mengenai pemberian terapi intravena di
RSU Mitra Delima.
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
- Menurunkan resiko infeksi pada pelayanan kesehatan di rumah sakit
b. Tujuan Khusus
- Mencegah dan menurunkan resiko infeksi yang berhubungan dengan pemberian terapi
intravena
- Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat bebas dari infeksi agar
tidak mengalami HAIs

3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup area yang dilakukan penilaian risiko infeksi mengenai pemberian terapi intravena
ini adalah unit-unit perawatan pasien di RSU Mitra Delima yaitu IGD, Kamar Bersalin, Kamar Operasi,
IRNA 1, IRNA 2, ICU, dan Ruang Perinatologi.

4. Penilaian Risiko
Penilaian risiko dilakukan dengan menggunakan tabel matriks penilaian risiko infeksi sebagai
berikut:
Resiko
(kesehatan,
Probabilitas Sistem yang ada
Potensial Risk/Problem financial, legal, Skor
peraturan)
4 3 2 1 0 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
Pengenceran antibiotik yang
4 2 5 40
tidak sesuai
Pengenceran obat/elektrolit
pekat dilakukan di masing- 4 2 4 32
masing ruangan
Pemasangan infus/injeksi
tidak menggunakan teknik 1 2 2 4
aseptic
Jumlah tetesan tidak sesuai
2 2 2 8
dengan terapi yang diberikan
Tidak mengganti selang
tranfusi set setelah tranfusi 2 1 3 6
darah
Terapi infus/obat drip tidak
dicantumkan tanggal dan
4 1 3 12
jam mulai pemberian dan
selesai pemberian
Saat pemasangan IV line
tidak menuliskan tanggal dan 1 2 3 6
jam pemasangan
Menusukkan jarum terbuka
pada obat/cairan 3 1 4 12
infus/cairan pengoplos
Spalk untuk bayi dan anak-
anak digunakan berulang 2 1 4 8
tanpa dibersihkan
Petugas tidak melakukan
hand hygiene sebelum dan 3 2 2 12
sesudah pemasangan IV line

Keterangan:
Probabilitas Resiko Sistem yang ada
0 : Tidak pernah 1 : Klinis dan keuangan minimal 5 : Tidak ada
1 : Jarang 2 : Klinis dan keuangan sedang 4 : Jelek
2 : Kadang 3 : Masa perawatan memanjang 3 : Sedang
3 : Agak sering 4 : Berkurangnya fungsi 2 : Baik
4 : Sering 5 : Kehilangan nyawa 1 : Sangat baik

5. Analisis
Berdasarkan tabel matriks penilaian risiko di atas, maka dapat dibuat prioritas dalam melakukan
pencegahan risiko infeksi terkait terapi intravena sebagai berikut:
a. Pengenceran antibiotik yang tidak sesuai
Berdasarkan tabel matriks penilaian risiko di atas, masalah pengenceran antibiotik yang tidak
sesuai memiliki nilai risiko paling tinggi. Prosedur yang tidak benar dalam pengenceran
antibiotik dapat berisiko meningkatkan angka phlebitis pada pasien di RS Mitra Delima. Hal
ini terjadi karena memang masih belum ada regulasi yang baik mengenai pengenceran
antibiotik.
b. Pengenceran obat/elektrolit pekat dilakukan di masing-masing ruangan
Berdasarkan tabel matriks penilaian risiko di atas, masalah pengenceran obat/elektrolit
pekat yang masih dilakukan di masing-masing ruang perawatan memiliki nilai risiko paling
tinggi. Kemungkinan terjadinya masih sering di RS Mitra Delima, risiko yang dapat
ditimbulkan antara lain dapat meningkatkan angka phlebitis pada pasien di RS Mitra Delima.
Hal ini terjadi karena memang masih belum ada regulasi yang baik mengenai pengencera
obat/elektrolit pekat.

6. Rencana Tindak Lanjut


Berdasarkan hasil analisis ICRA diatas, maka akan dilakukan tindak lanjut sebagai berikut:
a. Untuk mengatasi masalah pengeceran antibiotik yang tidak benar, maka perlu dilakukan
strategi pemecahan masalah sebagai berikut;
 Membuat regulasi tentang pengeceran antibiotik yang benar
 Melakukan sosialisasi regulasi pengeceran antibiotik
 Melakukan pemantauan terlaksananya regulasi yang telah dibuat
b. Untuk mengatasi masalah pengenceran obat/elektrolit pekat yang masih dilakukan di
masing-masing ruangan:
 Membuat regulasi mengenai pengenceran obat/elektrolit pekat (bekerjasama dengan
farmasi)
 Melakukan sosialisasi regulasi pengenceran obat/elektrolit pekat
 Melakukan pemantauan terlaksananya regulasi yang telah dibuat
Rencana tindak lanjut tersebut akan dimasukkan ke dalam program PPI RSU Mitra Delima tahun
2020

Bululawang, 30 Desember 2019


Mengetahui,
Ketua Komite PPI IPCN

dr. Wisniardhy Suarnata P Anita Cristya Dewi, AMd. Kep

Anda mungkin juga menyukai