Anda di halaman 1dari 30

PERENCANAAN APARTEMEN 10 LANTAI

LAPORAN TUGAS BESAR


UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Konstruksi Bangunan
Yang dibina oleh Bapak Enggal Chairyadi Mulyono, ST.,MT.

Oleh :
M. Arga Alfarisi (1722201064)
Dhea Octa Ekadella (1722201005)
Robi Nurohman (1722201020)
Robby Anugerah Ady (1722201034)

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA BLITAR


FAKULTAS EKSAKTA
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
Desember 2019KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT. Yang mana telah


memberikan rahmat dan karuniaNya pada saya. Sehingga saya dapat
menyelesaikan laporan tugas besar yang berjudul “Perencanaan Apartemen 10
Lantai”, untuk memenuhi tugas mata kuliah Kostruksi Bangunan. Tidak lupa saya
menyampaikan terima kasih kepada.
1. Bapak Enggal Chairyadi Mulyono selaku dosen pembina mata
kuliah Konstruksi Bangunan.
2. Teman-teman Teknik Sipil angkatan 2017 atas kerjasamanya.
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang
telah membantu demi terselesaikannya tugas besar ini dengan
lancar. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan
kalian, amin.
Saya menyadari dalam penyusunan laporan tugas besar ini masih banyak
kekurangan yang terdapat di dalamnya, untuk itu saya sangat mengharapkan
adanya kritikan dan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan
laporan ini. Akhir kata saya berharap semoga tugas besar ini berguna dan
bermanfaat bagi para pembaca dan peneliti selanjutnya.

Blitar, 12 Desember 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................iii

DAFTAR TABEL............................................................................................................iv

BAB I................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................................1

B. Maksud dan Tujuan.........................................................................................1

BAB II...............................................................................................................................3

DASAR TEORI............................................................................................................3

I. Definisi Gempa.................................................................................................3

II. Pengaruh Keadaan Tanah............................................................................3

III. Interaksi Beban Gempa dan Struktur Bangunan......................................4

BAB III.............................................................................................................................6

PERHITUNGAN PERENCANAAN..........................................................................6

1. Jenis dan Lokasi Bangunan.............................................................................6

2. Dimensi Struktur..................................................................................................6

3. Dimensi Penampang.........................................................................................6

4. Spesifikasi Kekuatan Material........................................................................7

5. Gambar Permodelan........................................................................................8

6. Perhitungan Pembebanan Struktur................................................................9

2
BAB III...........................................................................................................................27

PENUTUP...................................................................................................................27

A. Kesimpulan.....................................................................................................27

B. Saran...............................................................................................................27

DAFTAR RUJUKAN.....................................................................................................29

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Denah Bangunan..............................................................................................8

Gambar 2. Potongan Bangunan..........................................................................................8

Gambar 3. Daerah Wilayah Gempa..................................................................................16

Gambar 4. Lokasi Pembangunan dilihat dari Daerah Wilayah Gempa.............................16

Gambar 5. Peta Respon Spektra 0,2 detik Probabilitas 2%..............................................17

Gambar 6. Lokasi Pembangunan dilihat dari Peta Respon Spektra 0,2 detik Probabilitas
2%....................................................................................................................................17

Gambar 7. Peta Respon Spektra 1 detik Probabilitas 2%.................................................18

Gambar 8. Lokasi Pembangunan dilihat dari Peta Respon Spektra 1 detik Probabilitas 2%
.........................................................................................................................................18

4
5
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel Beban Hidup dan Beban Mati...................................................................13

Tabel 2. Tabel Klasifikasi Situs Tanah di Blitar................................................................18

Tabel 3. Tabel Nilai Fa.....................................................................................................19

Tabel 4. Tabel Nilai Fy.....................................................................................................20

Tabel 5. Faktor R, Cd, dan Ωo Untuk Sistem Penahan Gaya Gempa (Lanjutan)..............21

Tabel 6. Kategori Risiko Bangunan Gedung dan Non Gedung untuk Beban Gempa.......22

Tabel 7. Faktor Keutamaan Gempa..................................................................................24

Tabel 8. Tabel Fungsi Gedung..........................................................................................24

6
7
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada saat merencanakan suatu bangunan, hal yang sangat penting dan
mendasar yang harus diperhatikan yaitu konstruksi dan struktur dari bangunan
tersebut. Konstruksi pada suatu bangunan merupakan suatu rangkaian dari
beberapa bentuk elemen bangunan yang direncanakan agar mampu menerima
beban dari luar maupun beratnya sendiri tanpa mengalami perubahan bentuk yang
melampaui batas persyaratan, yang diwujudkan menjadi sebuah bentuk bangunan
nyata yang sesuai dengan fungsinya nanti yang telah direncanakan sebelumnya.
Perencanaan dapat diartikan sebagai suatu bentuk usaha dalam menyusun,
mengatur atau mengorganisasikan kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam sebuah
proyek pembangunan sehingga menghasilkan output (hasil) yang sesuai dengan
keinginan bersama (pemilik, perencana dan pelaksana proyek) dengan tetap
memperhatikan standar ekonomis, keamanan, kekuatan dan kenyamanan.
Kegiatan perencanaan sebuah bangunan diawali dengan survey dan penyelidikan
tanah hingga kegiatan perawatan bangunan yang telah dihasilkan pada akhir
kegiatan proyek nantinya.
B. Maksud dan Tujuan
Dalam Tugas besar ini akan direncanakan sebuah gedung apartemen, sehingga
pembebanan yang terjadi akan disesuaikan dengan denah rencana gedung
tersebut. Hal ini dimaksudkan agar detail pembebanannya dapat diketahui secara
pasti sehingga dapat direncanakan suatu konstruksi yang mampu memikul beban
tersebut agar dihasilkan bangunan yang aman.
Adapaun Tujuan dari Tugas Besar ini adalah :
 Gambar gedung yang direncanakan.
 Melakukan perencanaan sesuai dengan gambar dan pembebanan yang
dipikul.
 Menganalisis penggunaan struktur yang sesuai dengan beba.
 Perhitungan struktur gedung apakah mampu menahan beban atau tidak.

8
BAB II

DASAR TEORI

I. Tinjauan Umum

Pada saat merencanakan suatu bangunan, hal yang sangat penting dan
mendasar yang harus diperhatikan yaitu konstruksi dan struktur dari bangunan
tersebut. Konstruksi pada suatu bangunan merupakan suatu rangkaian dari
beberapa bentuk elemen bangunan yang direncanakan agar mampu menerima
beban dari luar maupun beratnya sendiri tanpa mengalami perubahan bentuk yang
melampaui batas persyaratan, yang diwujudkan menjadi sebuah bentuk bangunan
nyata yang sesuai dengan fungsinya nanti yang telah direncanakan sebelumnya.
Dalam merealisasikan suatu konstruksi sebuah bangunan khususnya bangunan
dengan tingkat tiga keatas diperlukan sebuah perencanaan yang matang agar
terbentuknya sebuah bangunan yang memiliki kualitas dan mutu yang baik.
Perencanaan dapat diartikan sebagai suatu bentuk usaha dalam menyusun,
mengatur atau mengorganisasikan kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam sebuah
proyek pembangunan sehingga menghasilkan output (hasil) yang sesuai dengan
keinginan bersama (pemilik, perencana dan pelaksana proyek) dengan tetap
memperhatikan standar ekonomis, keamanan, kekuatan dan kenyamanan.
Kegiatan perencanaan sebuah bangunan diawali dengan survey dan penyelidikan
tanah hingga kegiatan perawatan bangunan yang telah dihasilkan pada akhir
kegiatan proyek nantinya.
Pada perencanaan suatu konstruksi bangunan gedung diperlukan beberapa
landasan teori berupa analisa struktur, ilmu tentang kekuatan bahan yang
digunakan, serta hal lain yang berpedoman pada peraturan-peraturan yang berlaku
di Indonesia mengenai syarat-syarat dalam sebuah pembangunan. Ilmu teoritis di
atas tidaklah cukup karena analisa secara teoritis tersebut hanya berlaku pada
kondisi struktur ideal sedangkan gaya-gaya yang dihitung hanya merupakan
pendekatan dari keadaan yang sebenarnya atau yang diharapkan terjadi.
Perencanaan dari konstruksi bangunan juga harus memenuhi berbagai syarat
konstruksi yang telah ditentukan yaitu kuat, kaku, bentuk yang serasi (artistik) dan

9
dapat dilaksanakan dengan biaya yang ekonomis namun tetap tidak mengurangi
mutu bangunan yang dihasilkan, sehingga dapat digunakan sesuai dengan fungsi
utama yang diinginkan oleh perencana, pemilik maupun pengguna bangunan
nantinya.
Konstruksi suatu bangunan dapat berupa konstruksi beton, konstruksi baja,
atau gabungan dari keduanya yaitu kontruksi komposit. Dalam buku Teknologi
Beton (Tri Mulyono 1, 2005) mengatakan beton yang digunakan sebagai struktur
dalam konstruksi teknik sipil, dapat dimanfaatkan untuk banyak hal. Dalam teknik
sipil, struktur beton digunakan untuk membangun pondasi, kolom, balok, pelat
atau pelat cangkang. Teknik sipil hidro, beton digunakan untuk bangunan air
seperti bendungan, saluran, dan drainase perkotaan. Beton juga digunakan dalam
teknk sipil transportasi, untuk pekerjaan rigid pavement (lapisan keras permukaan
kaku), saluran samping, gorong-gorong, dan lainnya. Jadi, beton hampir
digunakan dalam semua aspek ilmu teknik sipil. Artinya, semua struktur dalam
teknik sipil akan menggunkaan beton.
II. Ruang Lingkup Perencanaan

Ruang lingkup perencanaan sebuah bangunan gedung meliputi beberapa


tahapan-tahapan yaitu mulai dari tahap persiapan, studi kelayakan, mendesain
bangunan, perhitungan struktur dan perhitungan biaya
III. Tahapan Perencanaan ( Desain ) Konstruksi

Perencanaan sebuah konstruksi bangunan merupakan sebuah sistem yang


sebaiknya dilakukan dengan tahapan-tahapan tertentu agar konstruksi yang
dihasilkan sesuai dengan tujuan bersama yang ingin dicapai. Adapun tahapan-
tahapan yang dimaksud adalah :
a. Tahap Pra-perencanaan ( Prelimiary Design )
Pada tahap ini ahli struktur harus mampu membantu arsitek untuk
memilih komponen-komponen penting pada struktur bangunan yang
direncanakan, baik dimensi maupun posisi struktur tersebut. Pada
pertemuan pertama biasanya arsitek akan datang membawa informasi
mengenai :
- Sketsa denah, tampak dan potongan-potongan gedung beserta
segala atributnnya;

10
- Penjelasan dari fungsi setiap lantai dan ruangan;
- Konsep awal dari sistem komponen vertikal dan horizontal dengan
informasi mengenai luas tipikal dari lantai gedung dan informasi awal
mengenai rencana pengaturan denah lantai tipikal, daerah entrance,
function room ruang tangga dan lain-lain; serta
- Rencana dari komponen-komponen non-struktural, misalnya
dinding arsitektural yang berfungsi sebagai partisi.
Selanjutnya dengan bekal dari informasi yang telah didapat (sesuai
dengan contoh di atas), seorang ahli arsitektur harus mampu memberikan
masukan mengenai :
- Pengaturan komponen vertikal, termasuk jarak kolom, ukuran
kolom dan penempatan kolom;
- Sistem komponen horizontal termasuk sistem balok dan sistem
lantai;
- Sistem pondasi; serta
- Usulan mengenai komponen non-struktural pada bangunan nanti.
b. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini, kegiatan proyek pembangunan sebuah gedung
meliputi :
1. Perencanaan bentuk arsitektur bangunan
Dalam kegiatan perencanaan arsitektur bangunan ini, seorang
perencana belum memperhitungkan kekuatan bangunan sepenuhnya,
namun perencana telah mencoba merealisasikan keinginan-keinginan
dari pemilik bangunan sesuai dengan desain yang diinginkannya.
2. Perencanaan struktur (konstruksi) bangunan
Dalam perencanaan struktur bangunan ini, perencana mulai
menghitung komponen-komponen struktur berdasarkan dari bentuk
arsitektural yang telah didapat. Perencana mulai mendimensi serta
menyesuaikan komponen-komponen struktur tersebut dengan lebih
spesifik agar memenuhi syarat-syarat konstruksi yang kuat, aman, dan
nyaman untuk ditempati namun masih berdasarkan prinsip-prinsip
yang ekonomis.
Struktur adalah suatu kesatuan dan rangkaian dari beberapa elemen
yang direncanakan agar mampu menerima beban luar maupun berat
sendiri tanpa mengalami perubahan bentuk yang melampaui batas

11
persyaratan yang menjadi kerangka bangunan yang menopang semua
beban yang diterima oleh bangunan tersebut.
Ada dua struktur pendukung selain struktur utamanya beton bertulang,
yang biasanya terdapat pada sebuah bangunan yaitu :
a) Struktur bangunan atas (Upper Structure)
Struktur bangunan atas harus sanggup mewujudkan
perencanaan estetika dari segi arsitektur dan harus mampu
menjamin mutu baik dari segi struktur yaitu keamanan maupun
kenyamanan bagi penggunannya. Untuk itu, bahan bangunan yang
nantinya akan digunakan sebagai bahan dasar dari konstruksi
hendaknya memenuhi kriteria sebagai berikut :
 Tahan Api;
 Kuat;
 Mudah diperoleh, dalam arti tidak memerlukan biaya
mobilisasi bahan yang demikian tinggi;
 Awet untuk jangka waktu pemakaian yang lama;
 Ekonomis, dengan perawatan yang relatif mudah
Adapun struktur atas pada suatu bangunan yaitu: struktur pelat
lantai, struktur tangga, struktur portal, balok, serta kolom.
b) Struktur bangunan bawah (Sub Structure)
Struktur bangunan bawah merupakan sistem pendukung
bangunan yang menerima beban struktur atas, untuk diteruskan ke
tanah dibawahnya. Adapun struktur atas pada suatu bangunan
yaitu: struktur sloof dan pondasi bangunan itu sendiri.
IV. Dasar – Dasar Perencanaan

Dalam merencanakan suatau bangunan gedung, harus berpedoman dengan


peraturan-peraturan yang telah ditetapkan dan berlaku di Indonesia, diantaranya
adalah :

a. SNI 03-2847-2002 tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Beton


Untuk Bangunan Gedung
Sebagai pedoman untuk mengarahkan terciptanya pekerjaan
perencanaan dan pelaksanaan dalam pembuatan struktur beton yang
memenuhi ketentuan minimum untuk hasil struktur yang berkualitas, aman
dan ekonomis. Buku ini memuat persyaratan-persyaratan umum serta
ketentuan-ketentuan teknis perencanaan dan pelaksanaan struktur beton

12
untuk bangunan gedung serta struktur bangunan lain yang mempunyai
kesamaan karakter dengan struktur bangunan gedung.
b. PPPURG-1987 tentang Pedoman Perencananaan Pembebanan
Untuk Rumah dan Gedung
c. SNI-1726-2002 tentang Standar Perencanaan Ketahanan Gempa
Untuk Struktur Bangunan Gedung.
d. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBBI) tahun 1971
e. Struktur Beton Bertulang, oleh Istimawan Dipohusodo (SK SNI T-
15-1991-03)
f. Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang seri I, oleh W.C. Vis dan
Gideon Kusuma
g. Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang, oleh W.C. Vis dan
Gideon Kusuma
h. Ilmu Konstruksi Bangunan 2, oleh Heinz Frick

Suatu struktur bangunan gedung juga harus direncanakan kekuatannya


terhadap suatu pembebanan, adapun jenis pembebanan tersebut antara lain:

1. Beban Mati ( Beban Tetap)


Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang
bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian-
penyel;esaian, mesin-mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari gedung itu.

Tabel 1. Tabel Berat Sendiri Komponen Gedung

No Komponen bangunan Keterangan

1 Adukan per cm tebal :


a. dari semen 21 kg/m2
b. dari kapur, semen merah atau tras 17 kg/m2

2 Aspal, termasuk bahan-bahan mineral 14 kg/m2


penambah, per cm tebal
3 Dinding pasangan bata merah :
a. satu batu 450 kg/m2
b. setengah batu 250 kg/m2
4 Dinding pasangan batako
Berlubang :

13
a. tebal dinding 20 cm (HB 20) 200 kg/m2
b. tebal dinding 10 cm (HB 10) 120 kg/m2

Tanpa lubang :
a. tebal dinding 15 cm 300 kg/m2
b. tebal dinding 10 cm 200 kg/m2
5 Langit-langit dan dinding (termasuk rusuk-
rusuknya, tanpa penggantung langit-langit
atau pengaku), terdiri dari :
a. semen asbes dengan tebal maksimum 4 11 kg/m2
mm
b. kaca, dengan tebal 3-5 mm 10 kg/m2

6 Lantai kayu sederhana dengan dengan balok 40 kg/m2


kayu, tanpa langit-langit dengan bentang
maksimum 5 m dan untuk beban hidup
maksimum 200 kg/m2
7 Penggantung langit-langit (dari kayu), 7 kg/m2
dengan bentang maksimum 5 m dan jarak
s.k.s. minimum 0,80 m
8 Penutup atap genteng dengan reng dan 50 kg/m2
usuk/kaso per m2 bidang atap
9 Penutup atap sirap dengan reng dan 40 kg/m2
usuk/kaso per m2 bidang atap
10 Penutup atap seng gelombang (BJLS-25) 10 kg/m2
tanpa gordeng
11 Penutup lantai dari ubin semen Portland, 24 kg/m2
teraso, dan beton, tanpa adukan, per cm
tebal
12 Semen asbes gelombang (tebal 5 cm) 11 kg/m2

2. Beban Hidup (Beban Sementara)


Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau
penggunaan suatu gedung, dan kedalamnya termasuk baban-beban pada
lantai yang berasal dari barang-barang yang dapat berp[indah, mesin-
mesin serta peralatan yang tidak merupakan bagian yang tak terpisahkan

14
dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari gedung itu,
sehingga mengakibatkan adanya perubahan dalam pembebanan lantai dan
atap tersebut. Khusus pada atap ke dalam beban hidup dapat termasuk
beban yang berasal dari air hujan, baik akibat genangan maupun akibat
tekanan jatuh (energi kinetik) butiran air ke dalam beban hidup tidak
termasuk beban angin, beban gempa, dan beban khusus.

Tabel 2. Tabel Beban Hidup Lantai Gedung

No Komponen bangunan Keterangan

1 Lantai dan tangga rumah tinggal 200kg/m2

2 Lantai dan tangga rumah tinggal sederhana dan 125 kg/m2


gudang-gudang selain toko, pabrik atau bengkel
3 Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, toserba,
restoran, hotel, asrama, dan rumah sakit
4 Lantai ruang olahraga 400 kg/m2

5 Lantai ruang dansa 500 kg/m2

6 Lantai dan balkon dalam dari ruang-ruang untuk 400 kg/m2


pertemuan yang lain daripada yang disebut dalam
1-5, seperti masjid, gereja, ruang pagelaran, ruang
rapat, bioskop dan panggung penonton dengan
tempat duduk tetap
7 Panggung penonton dengan tempat duduk tidak 500 kg/m2
tetap atau untuk penonton yang berdiri
8 Tangga, bordes tangga dan gang (no 3) 300 kg/m2

9 Tangga, bordes tangga dan gang (no 4, 5, 6 dan 7) 500 kg/m2

10 Lantai ruang pelengkap (no 4, 5, 6,7 dan 8) 250 kg/m2

11 Lantai untuk pabrik, bengkel, gudang, 400 kg/m2


perpustakaan, ruang arsip, took buku, toko besi,
ruang alat-alat dan ruang mesin, harus direncanakan
terhadap beban hidup yang ditentukan tersendiri
(minimum)

15
12 Lantai gedung parkir bertingkat :
- unuk lantai bawah 800 kg/m2
- untuk lantai tingkat lainnya 400 kg/m2
13 Balkon-balkon yang menjorok bebas keluar harus 300 kg/m2
direncanakan terhadap beban hidup dari lantai
ruang yang berbatasan (minimum)

3. Beban Hujan
Dalam perhitungan beban yang disebabkan oleh air hujan dapat
diasumsikan sebagai beban yang bekerja tegak lurus terhadap bidang atap
dan koefisien beban hujan ditetapkan sebesar (40-0,8α) kg/m2 dan α
sebagai sudut atap.
4. Beban Angin
Merupakan semua beban yang bekerja terhadap sebuah struktur
gedung yang disebabkan oleh karena adanya selisih dalam tekanan udara.
Beban tersebut berasal dari adanya tekanan positif dan negatif yang
bekerja tegak lurus terhadap bidang-bidang yang ditinjau.
5. Beban Gempa
Beban gempa adalah semua beban statik ekuivalen yang bekerja pada
struktur bangunan gedung yang menirukan gerakan tanah akibat gempa di
dalam bumi. Dalam hal ini pengaruh gempa pada struktur gedung
ditentukan berdasarkan suatu analisis dinamik.
6. Beban Khusus
Beban khusus adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau
bagian gedung yang terjadi akibat selisih suhu, pengangkatan dan
pemasangan, penurunan pondasi, susut, gaya-gaya tambahan yang berasal
dari beban hidup seperti gaya rem yang berasal dari keran, gaya sentrifugal
dan gaya dinamis yang berasal deri mesin-mesin, serta pengaruh-pengaruh
khusus lainnya.
7. Beban Konstruksi
Unsur struktur utama pada umumnya dirancang untuk beban mati dan
beban hidup, akan tetapi unsur tersebut dapat dibebani oleh beban yang
jauh lebih besar dari beban rencana ketika bangunan didirikan. Beban ini
dinamakan beban konstruksi dan merupakan pertimbangan yang penting
dalam rancangan unsur struktur.
8. Beban Tekanan Air dan Tanah

16
Struktur dibawah permukaan tanah cenderung mendapat beban yang
berbeda dengan beban diatas tanah. Substruktur sebuah bangunan harus
memikul tekanan lateral yang disebabkan oleh tanah dan air tanah. Gaya-
gaya ini bekerja tegak lurus pada dinding dan lantai substruktur.
9. Kombinasi Beban
Beban tinggi dari gedung akan menghadapi beban sepanjang usia
bangunan tersebut, dan banyak diantaranya yang bekerja bersamaan. Efek
beban harus digabung apabila bekerja pada garis kerja yang sama dan
harus dijumlahkan.

BAB III

PERHITUNGAN PERENCANAAN

3.1 Gambaran Umum Bangunan

Bangunan yang akan direncanakan adalah Bangunan Apartemen yang terdiri


dari 10 Lantai dan berlokasi di Kota Blitar. Dalam proses merencanakan struktur,
digunakan sistem Grid dengan jarak antar Grid horizontal 600 cm dan vertikal
600 cm. Konstruksi menggunakan konstruksi beton bertulang dengann mutu
K800.
3.2 Lokasi dan Jenis Bangunan

 Lokasi : Terminal Angkutan Barang, Kota


Blitar

17
 Jenis Bangunan : Gedung Apartemen
 Konstruksi Bangunan : Struktur Beton Bertulang
 Sistem Struktur : Sistem Rangka Pemikul Momen
Menengah
 Jenis Tanah : Tanah Sedang (SD)
3.3 Dimensi Struktur
 Panjang bangunan : 82,5 m
 Lebar bangunan : 70 m
 Tinggi lantai dasar : 5,15 m
 Tinggi lantai tipikal : 5,15 m
3.4 Dimensi Penampang
 Kolom lantai
1
Dimensi kolom = x lebar bentangan(grid)
10
1
= x 550
10
= 55 cm
1
Lebar kolom = x lebar bentangan(grid)
10
1
= x 550
10
= 55 cm
Dimensi balok yang digunakan adalah 55 x 55 cm
 Balok lantai
Balok Induk
1
Tinggi balok = x lebar bentangan(grid)
12
1
= x 550
12
= 45.83 cm dibuat 46 cm

18
1
Lebar balok = x tinggi balok
2
1
= x 46
2
= 23 cm
Dimensi balok yang digunakan adalah 46 x 23 cm
Balok Anak
1
Tinggi balok = x lebar bentangan(grid)
15
1
= x 550
15
= 45.83 cm dibuat 46 cm
1
Lebar balok = x tinggi balok
2
1
= x 46
2
= 23 cm
Dimensi balok yang digunakan adalah 46 x 23 cm
 Tebal plat
1
Tebal plat = x lebar bentangan(grid)
40
1
= x 550
40
= 13,75 cm dibuat 15 cm
Tebal plat minimum adalah 15 cm.
3.5 Spesifikasi Kekuatan Material

1. Mutu Bahan
Semua bahan untuk struktur harus dalam keadaan baru, bebas dari cacat
dan terjamin mutunya, sesuai dengan standarisasi.
2. Mutu Beton
Standard : Peraturan Beton Indonesia SNI-03-2847-2002
Mutu : K800
3. Mutu Besi Tulangan
Standard : Peraturan Beton Indonesia SNI-03-2847-2002
Mutu : fy = 840 Mpa untuk D16mm
: fy = 480 Mpa untuk D13mm
: fy = 400 MPa untuk D12 mm
4. Mutu Bahan Struktur Baja
Standard : ASTM
Designation : A.36 setara dengan tegangan leleh Fy = 240 MPa.
5. Mutu Baut / Bolt
Baut Non-Struktural : Black Bolt A.307/ST.37
Baut Struktural : High-Strength Bolt ASTM A-32
6. Mutu Las
Standard : AWS
Designation : E.70xx

19
3.6 Spesifikasi Kekuatan Material

Beban tiap lantai merupakan perhitungan beban yang bekerja di setiap lantai
yang mencakup beban mati dan beban hidup, maka diperlukan perhitungan
kombinasi dari beban hidup dan mati. Menurut SNI 1726-2012 perhitungan
kombinasi beban adalah :
1. 1,4 D
2. 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (Lr atau R)
3. 1,2 D + 1,6 (Lr atau R) + (L atau 0,5 W)
4. 1,2 D + 1,0 W + L + 0,5 (Lr atau R )
5. 1,2 D + 1,0 E + L
6. 0,9 D + 1,0 W
7. 0.9 D + 1,0
Dimana :
D : Beban mati
L : Beban hidup
Lr : Beban hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan oleh
pekerja, peralatan, dan material / selama penggunaan biasa oleh
orang / benda bergerak.
R : Beban hujan
W : Beban angin
E : Beban Gempa
Dari beberapa kombinasi pembebanan diatas dipilih dalam input data SAP
2000`, kombinasi pembebanan 5, 6 dan 7 adalah :
LOAD 5 = 1.2 D + 1.0 E + L
LOAD 6 = 0.9 D + 1.0 W(Gaya Gempa dalam arah X)
LOAD 7 = 0.9 D + 1.0 E (Gaya Gempa dalam arah Z)
Dalam perhitungan beban Mati dan Beban Hidup tiap lantai menggunakan
Kombinasi pembebanan,
LOAD 2 = 1.2 D + 1.6 L + 0.5 (Lr atau R)

20
3.7 Gambar Portal

a. Denah Kolom

21
PotonganBAB IV
PERHITUNGAN BEBAN STRUKTUR

IV.1Beban Mati

Perhitungan Beban mati didasarkan pada Beban mati dari Bahan bangunan
yang digunakan sesauai dengan Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung
1983 yaitu :

- Beton Bertulang : 2000 - 2500 kg/m3


- Scred / Adukan Semen Plester Khusus : 2000 – 2100 kg/m3
- Mekanikal & Elektrikal : 15 kg/m2
- Ducting + Lighting + Ceilling : 30 kg/m2
- Finishing Keramik :24kg/m2
a. Beban mati
 Beton bertulang : 2000 – 2500
kg/ m3
 Scred / Adukan Semen Plester Khusus : 2000 – 2100
kg/m3
 Mekanikal & Elektrikal : 15 kg/m2
 Ducting + Lighting + Ceilling : 30 kg/m2
 Finishing Keramik : 24 kg/m2
Perhitungan beban mati
 Atap
1) Screed + Waterproofing (5 cm)
Tebal screed x Luas Bangunan x Berat screed
= 0,05 x (82,5 x 70) x 2100
= 606.375 kg
2) Mekanikal dan Elektrikal
Luas bangunan x berat screed
= 82,5 x 70 x 15
= 86.625 kg
3) Kolom
Jumlah x luas dimensi x tinggi x beban mati beton bertulang
= 192 x 0,55 x 0,55 x 5.15 x 2.400
= 717.868,8 kg
4) Balok
Jumlah x luas dimensi x panjang x beban mati beton bertulang
= 192 x 0,46 x 0,23 x 5.5 x 2.100
= 234.662,08 kg
5) Pelat
Tebal x luas x beban mati beton bertulang

22
= 0,15 x 82,5 x 70 x 2.100
= 1.819.125 kg
Berat total = 3.464.655,88 kg
 Lantai tipikal (Lantai 1 - 10)
1) Screed (2 cm)
Tebal screed x luas bangunan x berat screed
= 0,02 x 82,5 x 70 x 2.100
= 242.550 kg
2) Mekanikal dan Elektrikal
Luas bangunan x berat screed
= 82,5 x 70 x 15
= 86.625 kg
3) Finishing keramik 1 cm
Tebal x luas lantai x beban mati keramik
= 0,01 x 82,5 x 70 x 24
= 19,8 kg
4) Kolom
Jumlah x luas dimensi x tinggi x beban mati beton bertulang
= 192 x 0,55 x 0,55 x 5.15 x 2.400
= 717.868,8 kg
5) Balok
Jumlah x luas dimensi x panjang x beban mati beton bertulang
= 192 x 0,46 x 0,23 x 5,5 x 2.100
= 234.622,08 kg
6) Plat
Tebal x luas x beban mati beton bertulang
= 0,25 x 82,5 x 70 x 2.100
= 3.031.875 kg
Berat total = 4.313.560,68 kg/Lantai
IV.2Beban hidup

Perhitungan Beban hidup didasarkan pada Beban hidup dari Komponen


bangunan yang digunakan sesauai dengan Peraturan Pembebanan Indonesia untuk
Gedung 1983 yaitu :

 Plat lantai Biasa : 200


kg/m2
 Plat lantai Minimarket , Restoran dan Restoran : 250
kg/m2
 Plat lantai Fitness : 400
kg/m2
 Plat lantai area Pendidikan dan Klinik : 250
kg/m2

23
 Atap : 100
kg/m2
 Tangga dan Bordes : 300
kg/m2
Perhitungan beban hidup
 Atap
Luas atap x beban hidup atap
= 82,5 x 70 x 100
= 577.500 kg
Berat total = 577.500 kg
 Lantai 1
 Tangga
Luas tangga x beban hidup tangga
= 5 x 5 x 300
= 7.500 kg
 Plat lantai restoran
Luas lantai x beban hidup plat lantai minimarket
= (11 x 22) x 250
= 60.500 kg
 Plat lantai cafe
Luas lantai x beban hidup plat lantai cafe
= (11 x 22) x 250
= 60.500 kg
 Plat lantai biasa
Luas lantai x beban hidup plat lantai biasa
= ((82,5 x 70) – (5 x 5) – (11 x 22) – (11 x 22)) x 200
= 1.053.200 kg
Berat total = 1.181.700 kg
 Lantai 2
 Tangga
Luas tangga x beban hidup tangga
= 5 x 5 x 300
= 7.500 kg
 Plat lantai minimarket
Luas lantai x beban hidup minimarket
= (27,5 x 15) x 250
= 103.125 kg
 Plat lantai biasa
Luas lantai x beban hidup plat lantai biasa
= ((82,5 x 70) – (5 x 5) – (27,5 x 15)) x 200
= 1.067.500 kg
Berat total = 1.178.125 kg
 Lantai 3
 Tangga
Luas tangga x beban hidup tangga
= 5 x 5 x 300

24
= 7.500 kg
 Plat Lantai Fitness Center
Luas lantai x beban hidup fitness center
= 11 x 15 x 400
= 66.000 kg
 Plat lantai biasa
Luas lantai x beban hidup plat lantai biasa
= ((82,5 x 70) – (5 x 5) – (11 x 15)) x 200
= 1.117.000 kg
Berat total = 1.190.500 kg
 Lantai 4 - 10
 Tangga
Luas tangga x beban hidup tangga
= 5 x 5 x 300
= 7.500 kg
 Plat lantai biasa
Luas lantai x beban hidup plat lantai biasa
= ((82,5 x 70) – (5 x 5)) x 200
= 1.150.000 kg
Berat total = 1.157.500 kg
Dari hasil perhitungan diatas, didapatkan nilai beban mati dan beban hidup
sebagai berikut.
Tabel 3. Tabel Beban Hidup dan Beban Mati

Beban Mati Beban Hidup


Konstruksi
( kg ) ( kg )
Atap 3.464.655,88 577.500
Lantai 1 4.313.560,68 1.181.700
Lantai 2 4.313.560,68 1.178.125
Lantai 3 4.313.560,68 1.190.500
Lantai 4 4.313.560,68 1.157.500
Lantai 5 4.313.560,68 1.157.500
Lantai 6 4.313.560,68 1.157.500
Lantai 7 4.313.560,68 1.157.500
Lantai 8 4.313.560,68 1.157.500
Lantai 9 4.313.560,68 1.157.500
Lantai 10 4.313.560,68 1.157.500
Total 46.600.262,7 12.230.325

25
IV.3Beban Tiap Lantai

Adalah perhitungan beban yang bekerja di setiap lantai yang mencakup beban
mati dan beban hidup, maka diperlukan perhitungan kombinasi dari beban hidup
dan mati. Menurut SNI 1726-2012 dengan kombinasi beban adalah :
1.2 D + 1.6 L + 0.5 (Lr atau R)
Dimana D : Beban mati
L : Beban hidup
Lr : Beban hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan oleh
pekerja, peralatan, dan material / selama penggunaan biasa oleh
orang / benda bergerak.
R : Beban hujan
W : Beban angin
E : Beban Gempa
Dari beberapa kombinasi pembebanan diatas diambil kombinasi beban nomer
2, dengan nilai Lr minimum sebesar 100kg/m2.
Perhitungan Beban setiap lantai sebagai berikut :
 Atap
= 1,2 D + 1,6 L + 0,5 Lr
= (1,2 x 3.464.655,88) + (1,6 x 577.500) +(0,5 x 1000)
= 5.082.087,06 kg
 Lantai 1
= 1,2 D + 1,6 L + 0,5 Lr
= (1,2 x 4.313.560,68) + (1,6 x 1.181.700) +(0,5 x 0)
= 7.066.992.82 kg / lantai
 Lantai 2
= 1,2 D + 1,6 L + 0,5 Lr
= (1,2 x 4.313.560,68) + (1,6 x 1.178.125) +(0,5 x 0)
= 7.061.272,82kg / lantai
 Lantai 3
= 1,2 D + 1,6 L + 0,5 Lr
= (1,2 x 4.313.560,68) + (1,6 x 1.190.500) +(0,5 x 0)
= 7.081.072,82 kg / lantai
 Lantai 4 - 10
= 1,2 D + 1,6 L + 0,5 Lr
= (1,2 x 4.313.560,68) + (1,6 x 1.157.500) +(0,5 x 0)
= 7.028.272,82 kg / lantai
 Berat total struktur
= Beban Atap + Beban Lantai 1 + Beban Lantai 2 + Beban Lantai 3
+ Beban Lantai 4 - 10
= 5.082.087,06 + 7.066.992.82 + 7.061.272,82 + 7.081.072,82 +

26
(7.028.272,82 x 7)

27
= 75.489.335,2 kgBAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam merealisasikan suatu konstruksi sebuah bangunan khususnya
bangunan dengan tingkat tiga keatas diperlukan sebuah perencanaan yang
matang agar terbentuknya sebuah bangunan yang memiliki kualitas dan mutu
yang baik. Pada perencanaan suatu konstruksi bangunan gedung diperlukan
beberapa landasan teori berupa analisa struktur, ilmu tentang kekuatan bahan
yang digunakan, serta hal lain yang berpedoman pada peraturan-peraturan
yang berlaku di Indonesia mengenai syarat-syarat dalam sebuah
pembangunan.
Pergerakan gempa untuk mencapai permukaan tanah dipengaruhi oleh
kondisi tanah setempat. Lapisan tanah di bawah permukaan yang menopang
fondasi bangunan dapat meningkatkan besarnya beban gempa yang dialami
oleh struktur bangunan. Hal ini dimungkinkan karena adanya kemungkinan
bahwa periode alami dari lapisan tanah di bawah permukaan sama/ hampir
sama dengan periode alami dari bangunan diatasnya.
B. Saran
Dengan adanya tugas besar ini diharapkan dapat memenuhi tugas besar
mata kuliah Konstruksi Bangunan dan diharapkan pula para pembaca
mengetahui tentang pengertian Gempa dan sedikit cara perhitungan beban-
beban pada bangunan.
Akan tetapi laporan tugas besar ini masih jauh dari kata sempurna
sehingga kritik dan saran dari pembaca sangat kami butuhkan guna pembuatan
tugas besar kami berikutnya yang lebih baik.

28
DAFTAR RUJUKAN

Suprapto. 2004. Bahan dan Struktur Rekayasa Gempa. Yogyakarta : Biro Penerbit
KMTS FT UGM
Tenrisukki Tensiajeng, Andi. Rekayasa Rekayasa Gempa 2. Penerbit Gunadarma

29

Anda mungkin juga menyukai