KPD Widya
KPD Widya
A. Konsep Penyakit
I. Definisi Penyakit
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau dan
pH nya. Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin juga urine
atau sekret vagina. Sekret vagina ibu hamil pH : 4-5, dengan kertas nitrazin tidak
berubah warna, tetap kuning.
- Tes Lakmus (tes Nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7 – 7,5, darah dan
infeksi vagina dapat mengahsilakan tes yang positif palsu.
- Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan
dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.
b. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Diagnosa
No. Tujuan Intervensi Rasional Evaluasi
Keperawatan
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Managemen nyeri - Mengetahui S: Klien mengatakan
agen injuri tindakan Lakukan tingkat nyeri pada jahitan
fisik keperawatan selama pengkajian nyeri pengalaman episiotomi dengan
(episiotomi) 1x24 jam klien akan secara nyeri klien skala 4, nyeri
menunjukkan respon komprehensif yang dan tindakan bertambah ketika klien
kontrol terhadap meliputi lokasi, keperawatan berjalan
nyeri dengan karakteristik, yang akan O: Klien masih
indikator : awitan, durasi, dilakukan tampak menahan nyeri
frekuensi, kualitas, untuk ketika berjalan
- Klien mampu
intensitas atau berat mengurangi TD : 120/80 mmHg
menerapkan
dan faktor nyeri. N : 80 x/menit.
teknik penurunan
presipitasi. - Reaksi Klien dapat
nyeri non invasif
Ekspresikan terhadap nyeri mendemonstrasikan
farmakologi.
penerimaan tentang biasanya tekhnik relaksasi
- Klien
nyeri. ditunjukkan untuk mengurangi
menunjukkan
Kurangi rasa takut dengan reaksi nyeri
respon
dengan meluruskan non verbal A: Masalah teratasi
penurunan rasa
setiap tanpa sebagian
nyeri, rileks,
misinformasi. disengaja. P : Lanjutkan
denyut nadi
- Manajemen - Mengetahui intervensi
dalam batas
lingkungan. pengalaman Kaji keefektifan
normal
- Implementasikan nyeri tindakan perawatan
tindakan untuk - Penanganan nyeri
kenyamanan nyeri tidak
fisik seperti selamanya
menciptakan diberikan
suasana yang obat.
nyaman, - Nafas dalam
meminimalkan dapat
stimulasi membantu
lingkungan mengurangi
- Edukasi tingkat nyeri.
prosedur/perawat - Mengetahui
an keefektifan
- Demonstrasikan control nyeri.
pereda nyeri non - Mengurangi
invasif/ non rasa nyeri
farmakologis : Menentukan
massage, intervensi
distraksi/imajina keperawatan
si, relaksasi, sesuai skala
pangaturan posisi nyeri.
yang nyaman. - Mengidentifik
- Edukasi : proses asi
penyakit. penyimpangan
- Berikan dan kemajuan
penjelasan berdasarkan
tentang penyebab involusi uteri.
timbulnya nyeri. - Mengurangi
- Berikan ketegangan
penjelasan pada luka
tentang perineum.
proses/waktu - Melatih ibu
penyembuhan / mengurangi
rencana / bendungan
intervensi ASI dan
- Manajemen memperlancar
medikasi pengeluaran
- Berikan ASI.
analgetik sesuai - Mencegah
program infeksi dan
- Evaluasi kontrol nyeri
keefektifan pada luka
analgetik. perineum.
- Evaluasi - Mengurangi
tindakan intensitas
perencanaan nyeri denagn
sesuai kebutuhan menekan
rangsnag nyeri
pada
nosiseptor
2. Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Infection control - Mengidentifika S : Klien mampu
b/d trauma askep selama …x 24- Terapkan si menjelaskan tanda-
jalan lahir. jam, Infeksi tidak pencegahan penyimpangan tanda infeksi
terjadi. universal dan kemajuan O: Tidak terdapat
Kriteria hasil: tanda- Berikan hygiene sesuai tanda-tanda reda pada
infeksi tidak ada, yang baik intervensi yang klien
luka episiotomi dilakukan. Produksi lochea rubra
2. Infection
kering dan bersih, - Mengidentifika Tanda vital dalam
protection
takut berkemih dan si kelainan batas normal TD :
BAB tidak ada. pengeluaran 120/80 mmHg
- Monitor tanda
lochea secara N : 80 x/menit
dan gejala infeksi
dini. S : 36,5 o C
lokal/sistemik
- Keadaan luka A: Masalah teratasi
- Amati faktor- perineum sebagian
faktor yang berdekatan P : Lanjutkan
menaikkan dengan daerah intervensiPantau
infeksi/memperlam basah tanda-tanda infeksi
bat penyembuhan mengakibatkan
luka : infeksi luka, kecenderunagn
nutrisi dan hidrasi luka untuk
tidak adekuat, selalu kotor
penurunan suplai dan mudah
darah terkena infeksi.
- Mencegah
3. Vital sign
infeksi secara
monitoring
dini.
- Mencegah
- Pantau suhu
kontaminasi
tubuh dan denyut
silang terhadap
nadi tiap 8 jam
infeksi.
4. Environmental
management
- Batasi
pengunjung yang
sedang demam
- Jaga kebersihan
tempat tidur,
lingkungan
5. Incision site
care
- Pantau produksi
lochea, pantau
kondisi vagina
- Pantau kondisi
uterus
7. Urinary
elimination
management
- Monitor potensi
kateter, pantau
karakteristik urine,
jaga hygiene
genetalia.
8. Health
Education
- Berikan
penjelasan tentang
mengapa klien
menghadapi risiko
infeksi, tanda dan
gejala infeksi
9. Administrasi
medikasi
- Berikan
antibiotik sesuai
program
3. Perubahan Setelah dilakukan Kaji haluaran urine, - Mengidentifik
pola eleminasi askep selama …x 24 Keluhan serta asi
BAK (disuria) jam, Pola eleminasi keteraturan pola penyimpangan
b/d trauma (BAK) pasien berkemih. dalam pola
perineum dan teratur. - Anjurkan pasien berkemih
saluran Kriteria hasil: melakukan pasien.
kemih. eleminasi BAK ambulasi dini. - Ambulasi dini
lancar, disuria tidak - Anjurkan pasien memberikan
ada, bladder kosong, untuk membasahi rangsangan
keluhan kencing perineum dengan untuk
tidak ada. air hangat pengeluaran
sebelum urine dan
berkemih. pengosongan
- Anjurkan pasien bladder.
untuk berkemih - Membasahi
secara teratur. bladder
- Anjurkan pasien dengan air
untuk minum hangat dapat
2500-3000 ml/24 mengurangi
jam. ketegangan
- Kolaborasi untuk akibat adanya
melakukan luka pada
kateterisasi bila bladder.
pasien kesulitan - Menerapkan
berkemih. pola berkemih
secara teratur
akan melatih
pengosongan
bladder secara
teratur.
- Minum
banyak
mempercepat
filtrasi pada
glomerolus
dan
mempercepat
pengeluaran
urine.
- Kateterisasi
memabnatu
pengeluaran
urine untuk
mencegah
stasis urine.
E. Daftar Pustaka
Soewarto, S. 2009. Ketuban Pecah Dini. Dalam : Winkjosastro H., Saifuddin A.B., dan
Rachimhadhi T. (Editor). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Hal. 677-682.
Saifudin A.B. 2006. Ketuban Pecah Dini. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal : 218-
220.
Saifudin A.B. 2002. Ketuban Pecah Dini. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal : 112-
115.
Mochtar, Rustam. 1998. Ketuban Pecah Dini. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta : EGC.
Hal : 255-258.
Mansjoer, Arif dkk. 2001. Ketuban Pecah Dini. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta :
Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal : 310- 313.
Mirazanie, H. Desy Kurniawati. 2010. Ketuban Pecah Dini. Obgynacea, Obstretri dan
Ginekologi. Yogyakarta : Tosca enterprise. Hal : VI.16-18.