Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gagal ginjal kronik ( GGK) adalah kemunduran fungsi ginjal yang


bersifat menahun gagal ginjal juga menyebabkan kematian apabila tidak
dilakukan terapi pengganti, dimana terjadinya kegagalan kemampuan
tubuh untuk mempertahankan keseimbangan metabolik, cairan dan
elektrolit gagal ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal progresif dan
irreversible yang mengakibatkan uremia (urea dan limbah lain yang
beredar di dalam darah serta komplikasinya jika tidak di lakukan dialisis
atau transplantasi ginjal) (Brunner & Suddarth, 2000 dalam Andra Saferi
& Yessie Mariza 2017).

Hemodialisa merupakan salah satu terapi untuk pengganti fungsi


ginjal, selain itu terdapat terapi pengganti seperti peritonial dialisa, dan
transplantasi ginjal. Hemodialisa merupakan terapi yang berfungsi untuk
menggantikan peran ginjal yang beroperasinya menggunakan sebuah
alat yang khusus untuk mengeluarkan toksik uremik dan mengatur cairan
elektrolit tindakan ini juga merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas
hidup penderita gagal ginjal kronik (Infodatin, 2017).

Data di Amerika terdapat sekitar 30 juta orang yang mengalami


kerusakan ginjal (American Nephrology Nurses Asosiation, 2018). Hasil
systematic reviedan metaanalysis yang dilakukan oleh Hill et al, 2016,
mendapatkan prevalensi global PGK sebesar 13,4%. Penderita gagal
ginjal diIndonesia mengalami peningkatan pada tahun 2011 dengan
jumlah penderita gagal ginjal kronik sebesar 15.353 kasus dan pada
tahun 2014 naik sebesar 17.193 (Infodatin, 2017)

Menurut Indonesia Renal Registry (IRR) 2018 Seluruh Indonesia


pasien baru 66.433 dan pasien aktif 132.142, jumlah pasien baru tiap
tahun ke tahun terus meningkat, pasien baru adalah pasien yang pertama
kali menjalani dialisis pada tahun 2018, sedangkan pasien aktif adalah

1
seluruh pasien baik pasien aktif maupun pasien baru tahun 2018 serta
pasien lama dari tahun sebelumnya yang masih menjalani HD rutin dan
masih hidup sampai dengan 31 desember tahun 2018. Menurut data
Seluruh Indonesia menunjukan terdapat 2.754.409 yang melakukan
tindakan hemodialisis. Menurut data DINKES Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2014 penderita gagal ginjal kronik berjumlah 2608 jiwa.

Setiap masalah dalam hemodialisa dapat menimbulkan


ketidaknyamanan, menurunnya kualitas hidup meliputi kesehatan fisik,
spiritual, psikologis, status sosial ekonomi. Dampak psikologis dari
tindakan hemodialisa mempengaruhi kesehatan fisik, sosial maupun
spiritual. Dampak psikologis yang ditimbulkan salah satunya adalah
kecemasan.

Kecemasan merupakan gangguan psikososial yang umum terjadi


pada klien yang menjalani tindakan HD ( Feroze, Martin, Patton, Zadeh, &
Kopple, 2010; Turkistani, et al., 2015; Cohen, Cukor, & Kimmel, 2016).
Cemas merupakan suatu reaksi emosional yang timbul oleh penyebab
yang tidak pasti dan tidak spesifik yang dapat menimbulkan perasaan
tidak nyaman dan merasa terancam yang di tandai oleh perasaan
ketakutan di sertai tanda somatik pertanda sistem saraf otonom yang
hiperaktif berdasarkan riview dari 55 peneliti di temukan bahwa prevalensi
kecemasan pada klien HD berkisar antara 12% sampai 52%, perbedaan
angka persentase di sebabkan perbedaan populasi dan sample serta
metode penelitian yang digunakan ( Stuart, 2016).

Jurnal Scott D. Cohen tahun 2016 yang berjudul kecemasan pada


pasien yang menjalani perawatan hemodialisis dalam jurnal ini
menyajikan tiga ilustrasi klinis kecemasan pada pasien dengan penyakit
gagal ginjal stadium akhir atau ESRD (End Stage Renal Disease ) yang di
melakukan perawatan hemodialisa, dengan mempertimbangkan
epidemologi klinis, presentasi klinis dan pengobatan kecemasan pada
pasien ESRD (End Stage Renal Disease), Prevalensi pada pasien HD
Sekitar 12% sampai 52% dalam berbagi penelitian. Dalam metode
skrining untuk gangguan kecemasan yang di gunakan oleh peneliti dan
populasi pasien yang berbeda yang di ambil samplenya. Menentukan
bahwa 45,7% dari 70 HD terpilih secara acak para pasien di pusat dialisis
tunggal di Brooklyn menemukan kriteria untuk gangguan kecemasan
sedang.

Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan Isnani (2018) di


RSUD Bangil Pasuruan Jawa Barat tentang “ Hubungan Tindakan
Hemodialisa Dengan Tingkat Kecemasan” dan di dapatkan bahwa pasien
yang menjalani hemodialisa 1 minggu 2 kali memiliki tingkat kecemasan
sedang 74,3% dan tingkat kecemasan berat 11,4% sedangkan pasien
yang menjalani hemodialisa 1 minggu 1 kali memiliki tingkat kecemasan
sedang dan berat 5,7%.

Demikian juga penelitian yang di lakukan Siti arafah, dkk (2015)


dalam penelitian yang lakukan di RSUD Dr. Pirngadi Medan tentang “
Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kecemasan Pasien
Hemodialisa” bahwa pasien penyakit gagal ginjal kronik yang sedang
menjalani hemodialisa mengalami tingkat kecemasan berat 38,5%,
tingkat kecemasan sedang 51,6% dan tingkat kecemasan ringan 38,7%.
Dari beberapa hasil penelitian, maka dapat di simpulkan bahwa setiap
pasien yang menjalani terapi hemodialisa mengalami kecemasan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Abd. Rahmat dkk


(2014) dalam penelitian yang dilakukan di RSUD Labuang Baji Pemprov
Sulawesi Selatan tentang " Hubungan Tingkat Hemodialisis Dengan
Tingkat Kecemasan Pasien Di Ruangan Hemodialisa " menunjukkan
bahwa pasien yang menjalani Hemodialisa 1 kali 1 minggu mengalami
cemas ringan sebanyak (9,1%) dan mengalami cemas sedang sebanyak
(45,4%) sedangkan pasien yang melakukan tindakan Hemodialisa dua
kali dalam seminggu mengalami cemas ringan sebanyak (31,9%) Yang
mengalami cemas berat sebanyak (31,6%).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Watilisna la


musa (2015) di ruangan Dahlia RSUD Prof Dr. R kondou Manado
tentang " Hubungan Tingkat Hemodialisa Dengan Tingkat Kecemasan"
bahwa pasien yang menjalani Hemodialisa akut mendapatkan kejadian
tingkat kecemasan berat 34,2% dan pasien yang menjalani Hemodialisa
kronik Mendapatkan kejadian tingkat kecemasan sedang sebesar 29%

Demikian hasil penelitian yang dilakukan oleh M. Galih dkk (2019)


di RSI Sakinah Mojokerto tentang " Hubungan Intensitas Hemodialisa
Dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang
menjalani Hemodialisa’’ bahwa pasien yang menjalani Hemodialisa 1
Minggu 2 kali memiliki tingkat kecemasan berat 37,1% dan Memiliki
tingkat kecemasan 17,1% Sedangkan pasien yang menjalani
Hemodialisa sebulan 1-2 kali memiliki tingkat kecemasan sedang 14,3%
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis


tertarik untuk melakukan peneltian sebagai berikut “ Hubungan
Tingkat Kecemasan Pasien Dengan Tindakan Hemodialisis Di
Ruangan Hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini untuk mengetahui tingkat kecemasan pasien yang
melalukan tindakan Hemodialisa di Ruang Hemodialisa RSUD Dr.
Pirngadi Medan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat kecemasan pasien gagal ginjal kronik
dalam menjalani tindakan hemodialisa di Di Ruangan
Hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan.
b. Mengetahui perbandingan tingkat kecemasan pada pasien
gagal ginjal kronik yang menjalani jadwal terapi hemodialisa
dengan rentan waktu seminggu 1 kali dan 2 kali seminggu di
Ruangan Hemodialisa RSUD Dr. Pirngadi Medan.
c. Mengetahui hubungan tingkat kecemasan pasien dengan
tindakan hemodialisis di Ruangan Hemodialisa RSUD Dr.
Pirngadi Medan.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pustaka
tentang hubungan tingkat kecemasan pasien degan tindakan
hemodialisa RSUP Dr. Pirngadi Medan.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi
bagi mahasiswa untuk penelitian selanjutnya di Ruang Hemodialisa
RSUD Dr. Pirngadi Medan
b. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan pustaka dalam meningkatkan ilmu pengetahuan
khususnya tentang hubungan tingkat kecemasan pasien dengan
tindakan hemodialisa
c. Bagi Pasien Gagal Ginjal Kronik
Memberikan informasi untuk mengatasi tingkat kecemasan dalam
menjalani terapi hemodialisa guna meningkatkan status kesehatan
dan memberikan motivasi kepada pasien gagal ginjal kronik.
d. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini dapat meningkatkan kualitas pelayanan
keperawatan untuk menurunkan tingkat kecemasan pasien yang
dilakukan tindakan hemodialisa
Daftar Pustaka

Abd. Rahmat, dkk (2014). Hubungan Tingkat Hemodialisais Dengan


Tingkat Kecemasan Pasien Di Ruangan Hemodialisa RSUD
Labuang Baji Pemprov Sulawesi Selatan. Skripsi : Sulawesi
Selatan.

Andra dan Yessie ( 2017). Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan


Dewasa Teori dan Contoh Askep Yogyakarta : Nuha Medika

Fadilah Novianti Isnani (2018). Hubungan Tindakan Hemodialisis


Dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Di RSUD Bangil.
Skripsi: Jawa Barat

Indonesian Renal Registry. Report of IRR 11th. PERNEFRI; 2018

Kementerian kesehatan RI. Infodatin pusat data dan informasi


kementerian kesehatan RI. CKD (2017)

Muhammad Galih, dkk (2019). Hubungan Intensitas Hemodialisa Dengan


Tingkat Kecemasan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang
Menjalani Hemodialisa di RS Sakinah Mojokerto.Skripsi : Jawa
Timur

Scott D. Cohen, Daniel Cukor, and Paul L. Kimmel. Anxiety in Patients


Treated With Hemodialysis.(2016) (diakses tanggal 22 maret 2018
19:02)

Siti Arafah, dkk(2015). Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat


Kecemasan Pasien Hemodialisis Di RSUD Dr Pirngadi Medan
Skripsi : Medan

Wartilisna Lamusa, dkk (2015). Hubungan Tindakan Hemodialisa Dengan


Tingkat Kecemasan Klien Gagal Ginjal Di Ruangan Dahlia RSUD
Prof Dr.R. Kandou Manado. E-journal Keperawatan (e-Kp) Volume
3. nomor 1. Februari 2015

Anda mungkin juga menyukai