Anda di halaman 1dari 16

Kesehatan reproduksi di kalangan wanita harus memperoleh perhatian yang serius.

Beberapa penyakit-penyakit infeksi organ reproduksi wanita adalah trikomoniasis, veginosis

bakterial, kandidiasisvulvovaginitis, gonore, klamida, sifilis, ulkus mote/ chncroid. Salah satu

gejala dan tanda-tanda penyakit infeksi organ reproduksi wanita adalah terjadinya keputihan.

Keputihan merupakan salah satu masalah yang sejak lama menjadi persoalan bagi kaum

wanita. Keputihan (Fluor Albus) adalah cairan berlebih yang keluar dari vagina (Dwiana,

2008)

Dalam beberapa hal pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa tertentu atau situasi yang telah
dikumpulkan atau diterima melalui proses komunikasi, pengumpulan intelejen, ataupun didapatkan
dari berita juga dinamakan informasi. Informasi yang berupa koleksi data dan fakta seringkali
dinamakan informasi statistik. Dalam bidang ilmu komputer, informasi adalah data yang disimpan,
diproses, atau ditransmisikan. Penelitian ini memfokuskan pada definisi informasi sebagai
pengetahuan yang didapatkan dari pembelajaran, pengalaman, atau instruksi dan alirannya.

Banyak wanita di Indonesia yang tidak tahu tentang keputihan sehingga mereka

menggangap keputihan sebagai hal yang umum dan sepele, di samping itu rasa malu ketika

mengalami keputihan kerap membuat wanita enggan berkonsultasi ke dokter. Padahal

keputihan tidak bisa di anggap sepele, karena akibat dari keputihan ini sangat fatal bila

lambat di tangani tidak hanya bisa mengakibatkan kemandulan dan hamil di luar kandungan,

keputihan juga bisa merupakan gejala awal dari kanker leher yang bisa berujung pada

kematian. (Sugi, 2009).

 Keputihan adalah cairan yang keluar dari vagina yang berwarna putih yang biasanya keluar
menjelang haid atau pada masa kehamilan. Keputihan biasanya terjadi menjelang ovulasi, badan
lelah atau akibat rangsangan seksual (Purwantyastuti, 2004)

Lekore (Fluor albus, keputihan) adalah cairan yang keluar pervaginam secara berlebihan selain darah
yang membasahi vestibulum dan vagina dan memberikan keluhan subjektif pada penderita (Purnawan
Junadi, 684).]

Informasi adalah pengetahuan yang didapatkan dari pembelajaran, pengalaman, atau instruksi.
Namun demikian, istilah ini memiliki banyak artibergantung pada konteksnya, dan secara umum
berhubungan erat dengan konsep seperti arti, pengetahuan, negentropy, komunikasi, kebenaran,
representasi, dan rangsangan mental.
Kata informasi berasal dari kata Perancis kuno informacion (tahun 1387) yang diambil dari
bahasa Latin informationem yang berarti “garis besar, konsep, ide”. Informasi merupakan kata benda
dari informare yang berarti aktivitas dalam “pengetahuan yang dikomunikasikan”.

Informasi merupakan fungsi penting untuk membantu mengurangi rasa cemas seseorang. Menurut
Notoatmodjo (2008) bahwa semakin banyak informasi dapat mempengaruhi atau menambah
pengetahuan seseorang dan dengan pengetahuan menimbulkan kesadaran yang akhirnya seseorang
akan berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya

Banyak orang menggunakan istilah “era informasi”, “masyarakat informasi,” dan teknologi informasi,
dalam bidang ilmu informasi dan ilmu komputer yang sering disorot, namun kata “informasi” sering
dipakai tanpa pertimbangan yang cermat mengenai berbagai arti yang dimilikinya.

Leukorea (keputihan)

Asrul Mappiwali-dikutipdr Dr.Aghe

Pendahuluan
Salah satu keluhan yang agak sering dijumpai dalam klinik dan KIA adalah
keputihan/leukorea, 19% penderita keputihan adalah akseptur KB dan ibu hamil. Dalam
penelitian ini dilakuakan pengambilan usapan vagina akseptor KB dan ibu hamil yang
menderita keputihan. Penelitian positif dilakukan secara langsung dengan menggunakan
media SDA (untuk contoh). Sedangkan untuk bakteri dilakukan penelitian dengan cara
pewarnaan gram.
Dari 162 penderita leukorea didapatkan infeksi candididasis 53,7%, infeksi tri chomoniasis
3,1%, infeksi gabungan candidiasis dan trichomoniasis 3,1% dan infeksi bakteri 40,1 %.
Infeksi candidiasis pada kelompok ibu hamil, kelompok KB maupun kelompok non KB tinggi
(61,1%, 53,4%, 50%) dan secara statistic tidak berbeda bermakna. Infeksi candidiasis
merupakan infeksi yang umum ditemukan pada penderita leukorea dan tidak menunjukan
adanya pengaruh KB maupun kehamilan
Keseimbangan dinamic dipengaruhi oleh:
?.Epithelium.
? Mikroorganisme usus yang normal ex: Lactobasillus Spp
? Faktor immune dan sekretori sel
? PH Vagina yang seimbang : - asam ( 3,8-4,2 )
- Basa ( > 4,2 )
- menimbulkan untuk perkembangan kuman patogen
Mekanisme Ph yang normal
? Estrogen meningkat
?Lactobacilus memetabolisme Glykogen menjadi asam laktat
?Asam laktat mengatur keasaman Ph.
Flora normal pada vagina :
1. Lactobacilus
- gram (+)
- Hampir 100 % terdapat pada flora normal pada wanita
- Mempengaruhi pertumbuhan epitel cell
- Melindungi terhadap infeksi bakteri
2. Organisme Faculative
- Sterptokokus
- E. Coli
- Mycoplasma Hominis
- Ureoplasma Urcalyticum
-
3. Organisme Anaerob
- Peptostreptococus
- Bacteriodes
- Fusobacterium
- Gardnella ( 40-60 %) normal disekresi

Definisi
Keputihan dalam bahasa medis dikenal sebagai leukorea, fluor albus. Leukorea adalah
cairan yang keluar dari alat genital wanita yang tidak berupa darah melainkan berupa
keputihan yang banyak dialami wanita usia produktif tapi tidak menutup kemungkinan bisa
terjadi pada anak-anak dan usia tua. Hal ini terjadi karena pengaruh hormonal dan tubuh.
Keluarnya cairan selain darah ini dapat bersifat normal ataupun tidak normal (patologis).
Leukorea merupakan gejala yang paling sering dijumpai pada penderita ginekologik.
Leukorea dapat dibedakan antara leukorea yang fisiologik dan yang patologik. Leukorea
fisiologik terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa mukus yang mengandung banyak
epitel dengan leukosit yang jarang.
Leukorea fisiologik ditemukan pada:
a. bayi yang baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari;disini sebabnya ialah pengaruh
estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin;
b. waktu di sekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen; leukorea di sini
hilang seniri, akan tetapi dapat menimbulkan keresahan pada orang tuanya;
c. wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan oleh
pengeluaran transudasi dari dinding vagina;
d. waktu disekitar ovulasi; dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi lebih
encer
e. pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita
dengan penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan ektropion persionis
uteri.
Penyebab paling penting dari leukorea patologik adalah infeksi. Disini ditemukan:
- banyak leukosit
- warnanya agak kekuning-kuningan sampai hijau, seringkali lebih kental dan berbau,
radang vulva, vagina, serviks dan kavum uteri dapat menyebabkan leukorea patologik;
pada adneksitis gejala tersebut dapat pula timbul.
Selanjutnya leukorea diemukan pada neoplasma jinak atau ganas.
Untuk membedakan keputihan yang normal dengan yang tidak normal bisa dengan melihat
bentuk fisik dan material dari cairan itu sendiri.
Untuk keputihan yang normal, terdiri atas cairan berupa mukus yang mengandung selaput
lendir vagina (epitel) tanpa atau hanya sedikit disetai sel darah putih (leukosit). Sedangkan
bentuk fisiknya sendiri lebih cenderung berwarna agak jernih, bening, licin dan tidak
berbau. Dari segi jumlahnya juga tidak terlalu banyak. Kalau warnanya ada yang agak
menguning itu karena terkontaminasi udara yang kemudian mengering.
Sedangkan untuk keputihan yang tidak normal, materialnya kurang lebih hampir sama
dengan yang normal namun lebih banyak mengandung sel darah putih. Jika dilihat dari
bentuk fisik, cairannya lebih berupa getah yang berwana kuning pekat, kehijauan atau
kecoklatan jumlahnya sangat banyak dan berbau, tidak jarang disertai rasa nyeri atau
panas dan gatal pada vagina.
Keluarnya cairan dikatakan normal jika terjadi sebelum haid, sesudah haid, pada
pertengahan siklus atau pada saat ovulasi, serta saat mendapat rangsangan sex. Hal ini
normal terjadi pada semua wanita dimasa produksi. Cairan yang keluar dimasa-masa itu
akan berupa cairan berbentuk jernih, agak kental, tidak berbau, tidak mengalir dan ph
keasamannya antara 3,5 hingga 4,5. Cairan ini biasanya akan hilang dalam beberapa hari
tanpa keluhan apapun.

Etiologi
Ada empat hal yang menyebabkan timbulnya keputihan:
1. kondisi tubuh
akibat penyakit kronis yang menahun yang dapat melemahkan daya tahan tubuh orang
tersebut sehingga menyebabkan keluarnya cairan keputihan secara berlebihan dan juga
bisa terjadi pada wanita yang senantiasa tegang atau stress.
2. kelainan endokrin atau hormon
Disini sebagai contoh pada saat hamil atau terjadi perubahan hormonal, terjadi suasana
asam menjadi basa sehingga mengakibatkan banyak ibu hamil mendapat jamur. Apabila ini
tidak segera diobati maka akan menyebabkan ketuban pecah dini.
3. Infeksi
Infeksi dapat berasal dari bermacam-macam organ reproduksi, misalkan infeksi vulva,
vagina, mulut rahim, selaput lendir rahim dan saluran telur. Semua infeksi ini dapat
memberikan gambaran berupa keputihan. Infeksi vulva umumnya disebabkan oleh kuman
GO (gonorrhea (gonore)), chlamydia, dan herpes simplex. Infeksi lain disebabkan jamur
candida (candidiasis), bakteri (vaginosis) dan parasit tricomonas vaginatis
4. Benda asing
Benda asing ini bermacam-macam seperti kondom, benang IUD yang tertinggal didalam
vagina, kelainan fistula akibat persalinan atau tindakan operasi, hubungan antara rektum
dengan vagina atau antara kandung kncing dengan vagina, serta tissue pembasuh.

Vulva
Vulva terdiri atas komponen-komponen sebagai berikut: mons veneris, labia mayora, labia
minoro, klitoris, vestibulum dengan orifisium urethra ekternum, glandula Bartholini dan
glandula paraurethralis.
Umumnya vulvitis dapat di bagi dalam tiga golongan:
a. yang bersifat lokal
b. yang timbul bersama-sama atau sebagai akibat vaginitis
c. yang merupakan permulaan atau manifestasi dari penyakit umum
Yang termasuk kedalam golongan vulvitis lokal adalah:
1. infeksi pada kulit, termasuk rambut, kelenjar-kelenjar sebasea dan kelenjar-kelenjar
keringat. Infeksi ini timbul karena trauma luka atau sebab lain, dan sebagainya dapat
menimbulkan folikulitis, furunkulosis, hidradenitis, dan sebagainya
2. infeksi pada orifisium urethra eksternum, glandula paraurethralis . infeksi ini biasanya
disebabkan oleh gonorea dan akan dibahas pada bab ini.
3. infeksi pada glandula Batholini
Dalam golongan vulvitis sebagai permulaan atau manifestasi penyakit umum, terdapat
antara lain:
1. penyakit-penyakit kelamin, yang dianggap penyakit kelamin klasik ialah gonorrea, sifilis,
ulkus molle, limfogranuloma venereum, dan granuloma inguinale. Semuanya akan di
bicarakan dalam bab ini (infeksi-infeksi khusus)
2. tuberkulosis, juga dibicarakan dalam bab ini (infeksi-infeksi khusus)
3. vulvitis disebabkan oleh infeksi karena virus. Termasuk di sini limfogranuloma venereum,
herpes genitalis dan kondiloma akuminatum. limfogranuloma venereum dibahas dalam bab
ini (infeksi-infeksi khusus)
4. vulvitis pada diabetes mellitus

Herpes genitalis
Herpes genitalis disebabkan oleh tipe 2 herpes virus hominis, yang dekat denagn tipe 1
herpes virus simpleks, penyebab herpes labialis. Herpes genitalis umumnya dianggap
sebagai akibat hubungan seksual dan terjadi dalam 3 sampai 7 hari sesudah koitus. Jika
penyakit timbul, ditengah-tengah daerah dengan radang dan edema tampak sejumlah
vesikel yang biasanya berlokasi pada labia minora, bagian dalam labia mayora dan
prepusium klitoridis.
Diagnosis herpes genitalis dapat dibuat dengan jalan pembiakan pada luka-luka di vulva,
vagina, atau serviks dan dengan tes serologik. Sebagai terapi dapat dilakukan terapi
simptomasis dengan obat-obat yang mengurangi rasa nyeri dan gatal, dan yang
mengeringkan daerah yang kena infeksi. Akhir-akhir ini ditemukan bahwa virus dapat
diberantas dengan aplikasi lokal dari 1% larutan netral-red atau 0,1% larutan proflavine,
diikuti dengan penyinaran sinar fluoresensi (20-30 watt) untuk 10-15 menit dengan jarak
15-20 cm
Kondiloma akuminatum
Kondolima akuminatum berbentuk sebagai kembang kubis (cauliflower) dengan
ditengahnya jaringan ikat dan ditutup terutama di bagian atas oleh epitel dengan
hiperkeratosis. Penyakit terdapat dalam bentuk kecil dan besar, sendirian atau dalam suatu
kelompok. Lokasinya ialah pada berbagai bagian vulva, pada perineum, pada daerah
parianal, pada vagina dan seviks uteri. Dalam hal-hal yang terakhir ini terdapat leukorea.
Adanya leukorea adalah sebab lain memudahkan tumbuhnya virus dan kondiloma
akuminata. Kelainan ini sering ditemukan pada kehamilan karena lebih banyak
vaskularisasai dan cairan pada jaringan. Umumnya diagnosis kondiloma akuminata tidak
sukar dibuat, dan dapat dibedakan dari kondilomata lata, suatu manifestasi dari sifilis.
Kondiloma akuminatum yang kecil dapat disembuhkan dengan larutan 10% podofilin dalam
gliserin atau dalam alkohol. Pada waktu pengobatan daerah sekitarnya harus dilindungi
dengan vaselin, dan setelah beberapa jam tempat pengobatan harus dicuci dengan air dan
sabun.
Vulvitis diabetika
Pada Vulvitis diabetika Vulva merah dan sedikit membengkak. Keluhan terutama rasa gatal,
diseratai rasa nyeri. Jaringan pada penderita diabetes mengandung kadar glukosa yang
lebih tinggi, dan air kencing dengan glukosuria menjadi penyebab peradangan. Oleh karena
itu pada penderita dengan vulvitis yang sebabnya tidak terang, perlu dipikirkan adanya
diabetes. Vulvitis diabetika kadang-kadang dapat disertai dengan moniliasis.
Vagina
Umumnya vaginitis nonspesifik dapat disembuhkan dengan antibiotika. Selain itu, terdapat
vaginitis karena trikomonas vaginalis, kandida albikans, dan hemofilis vaginalis. Perlu
dikemukakan disini bahwa pada masa dewasa vagina lebih tahan terhadap infeksi-infeksi,
terutama gonorea, pada masa sebelum pubertas dan setelah menopause vagina lebih peka
terhadap infeksi. Vaginitis biasanya disertai oleh vulvitis
Vulvovaginitis
Vulvovaginitis ini disebabkan oleh trikomonas vaginalis. Trikomonas dapat ditemukan dalam
jumlah kecil dalam vagina tanpa gejala apapun, akan tetapi dalam beberapa hal yang ada
hubungannya dengan perubahan kondisi lingkungan, jumlah dapat bertambah banyak dan
menimbulkan radang. Peterson melaporkan bahwa 24,6% dari apusa vagina yang diambil
secara rutin pada penderita obstetri dan ginekologi menunjukan adanya trikomonas
vaginalis.
Etiologi Vulvovaginitis : 1. Bakteri : Synergistic bacterial infection
(bacterial vaginosis)
2. Jamur : - Candida Vulvovaginitis
- Cyclic Vulvovaginitis
3. Parasit : Trikomoniasis

INSIDEN

Bakteri Vaginosis ? 40 - 50 % pada masa reproduksi


10 – 40 % sisanya
75 % dari wanita pernah mengalami kandidiasis paling tidak minimal satu kali. 24,6 % dari
apusan vagina yang diambil secara rutin pada penderita obstetri dan ginekologi menunjukan
adanya trikomonas vaginalis.

Symptom Vulvovaginitis
? Bakterial Vaginosis
Sekitar 50 % dari wanita dengan bakterial vaginosis tidak memiliki gejala-gejala utama
bakterial vaginosis :
- Discharge ”Fishly Smelling”, yang lebih terasa setelah melakukan hubungan seksual dan
menstruasi.
- Discharge berwarna putih susu atau abu-abu, encer, timbul rasa gatal dan terbakar.

? Candida Vulvovaginitis
Gejala : - Gatal
- Rasa perih
- Saat melakukan hubungan seksual terasa sakit
- Discharge vagina kental, putih, berbutir-butir (”like cottage
cheese”).

? Cyclic Vulvovaginitis
Kadang asimptomatis
Vaginal discharge sedikit
Nyeri setelah berhubungan seksual

? Trikomonas
Seperti sexual transmitted disease lainya yang sering terjadi tanpa gejala, trikomonas juga
sering tanpa gejala, tapi jika ada gejala biasanya akan muncul hari ke 4 – 20 setelah
infeksi.
Gejala : - Disuria
- Dispareunia
- Discharge berwarna kuning kehijauan dan berbuih
- Discharge khas berbau tidak sedap
- Pada beberapa kasus ditemukan adanya pendarahan pada vagina

? Atrofik Vaginitis
Gejala : - Dispareunia
- Kering
- Perih dan gatal
- Flek
- Jika terkena selaput lendir uretra menyebabkan disuria dan
hematuria.
- Mukosa vagina pucat41
- Rugae vagina menghilang, kering dan saat pemeriksaan inspekulo
terasa perih.

? Allergic Vaginitis / Irritan


Gejala : - Vulva pruritus
- Erythema
- Oedem
Pada umumnya symptom vulvovaginitis :
- Fluor albus
- Gatal
- Iritasi
- Bau busuk
- Rasa tidak enak / nyaman di abdomen bawah
- Disuria (jika mengenai endotel uretia)
- Suprapubik tidak nyaman
DIAGNOSA
Diagnosa ditegakkan berdasarkan :
1. Anamnesa : - Riwayat hubungan seksual dengan gejala tertentu
- Umur, jika > 45 tahun ? kemungkinan masalah hormonal
yang disebabkan oleh menopause
- Pekerjaan
2. Pemeriksaan :
a. Dari introitus vagina : - mungkin eritema vulva
- oedem labia
- keputihan ? pasti ada infeksi
- kemerahan ? dapat infeksi, tumor, atau
gangguan hormonal dan kehamilan
b. Spekulum : - Mungkin ada warna kemerahan difus, radang
mukosa vagina dengan sekret vagina kental atau
encer dan berbau
- Atau mungkin terdapat sekret kental, putih dan
”chessy” serta rasa yang sangat gatal pada
vulva ? khas candidiasis
c. Preparat langsung : Swab vagina yang langsung dipoleskan pada objek glass.
- terlihat gambaran hifa tipis ? candida
- terlihat gambaran flagel ? trikomonas
Swab cervix atau uretra ? untuk kultur N. gonorrhoe.
Swab endocervix ? untuk chlamydia.
d. Kertas indikator pH
e. Pemeriksaan bimanual
f. Pemeriksaan urine

? Bakterial vaginosis
Dipakai “Amsel’s criteria” untuk menegakkan diagnosa bakterial vaginosis :
- Discharge tipis, keputihan seperti susu, lengket ke vagina
- Terdapat bau amis
- pH > 4,5
- Terdapat clue cells
? Candida vulvovaginitis
Diagnosa berdasarkan : - pH : 4 – 4,5 (pH vagina normal)
- Terdapat sel-sel jamur

? Trikomonas
Diagnosa berdasarkan : - Labia oedem sehingga menutup, merah, gatal, terdapat iritasi
(bekas garukan)
- Discharge dapat kental atau encer dan berbau
- Mikroskopik ? ditemukan parasit berflagel
kadang-kadang candidiasis dan trikomonas dapat ditegakkan pada pemeriksaan papsmear.

PENGOBATAN
? Bakterial vaginosis
Wanita dengan gejala diobati dengan metronidazol atau dengan clyndamycin. Obat tersebut
dapat berbentuk pil per oral atau gel, cream untuk topikal. Wanita hamil dengan gejala
harus diobati, karena jika radang tidak diobati akan menular ke atas ? terjadi amnionitis ?
ketuban pecah dini. Jika sudah diobati tapi tidak ada penyembuhan ? periksa pasangannya.
? Candida vulvovaginitis
Diobati dengan miconazole cream / gel / suppositoria atau dengan clotrimazole 200 mg
vaginal suppositoria selama 3 hari dimasukkan ke dalam vagina.
Oral : - Fluconazole - Miconazole
- Butoconazole - Ticonazole
- Clotrimazole
Kebanyakan dipakai 1 sampai dengan beberapa hari ? sudah efektif
Pada wanita hamil beri ½ dosis oral atau 2 kali dosis topikal dan clotrimazole.

? Recurrent vaginal candidiasis


Wanita yang mengalami ini diobati selama beberapa minggu, dilanjutkan dengan terapi
pencegahan. Untuk itu obat yang diberikan ? anti fungi :
- Butoconazole
- Terconazole ? sebanyak 5 gram dalam bentuk krim pada aplikator, dipakai 4 kali sehari
selama 3 – 7 hari.
Untuk mengembalikan ekosistem vagina menjadi normal, maka wanita tersebut diberi
edukasi untuk menjaga hygiene yang baik dan mencegah/menghindari kelembapan.
Kontrol dan hindari stress.
? Trikomonas
Diobati dengan dosis tinggi dan dosis tunggal dari metronidazol 2000 mg (cukup 1 x) atau
dengan dosis kecil 500 mg (2x sehari selama 7 hari).
Pada trimester I kehamilan, maka diberikan obat dalam bentuk clotrimazole (lebih aman
daripada metronodazole) 100 mg vaginal suppositoria selama seminggu.
? Cyclic vulvovaginitis
- Tercanozole/clotrimazole cream
Selama 10 hari, 4 x sehari.
Dimasukkan ½ krim ke dalam aplikator untuk 2 – 4 bulan.
- Fluconazole 150 mg
Tiap seminggu selama 2 bulan atau sebulan 2 x selama 2 – 4 bulan.
- Calcium citrat oral 200 mg 2 x sehari.

? Atrofik vaginitis
Lokal : estrogen krim dimasukkan ke vagina setiap 2 hari. Bagi wanita yang tidak bisa
menerima estrogen, maka dilakukan lubrikas pada vagina dalam bentuk jell.
? Allergic vaginitis / Irritan
- Hindari/singkirkan allergen.
- Kortikosteroid.
? Modifikasi diet dan suplemen nutrisi
Diet dengan balance yang baik antara lemak dan gula.
L. Acidophillus dapat diberi secara oral dalam bentuk yogurt atau kapsul.
? Pencegahan
Hindari douching (berendam susu, madu di bath tube)
Keringkan vagina sesudah mandi
Sesudah defekasi bersihkan dari arah depan ke belakang untuk mencegah penyebaran
kuman intestinal ke vagina.
Aplikator spermisid, diafragma, cervical caps harus selalu dibersihkan.
Jika ragu-ragu, maka pasangan dianjurkan memakai kondom untuk mencegah sexual
transmitted disease.
? Komplikasi
Bakterial vaginosis :
- Persalinan prematur
- Infeksi naik ke atas ? terjadi amnionis ? ketuban pecah dini ? partus prematur.
Trikomoniasis :
- Dapat menyebabkan prematuritas.
- Meningkatkan resiko transmisi HIV.
? Pragnosis
- Sympton ringan ? pragnosis baik jika segera diobati.
- Jika telat diobati ? keadaan memberat, dapat menyebabkan pelvic inflamatori disease,
atau penyebaran infeksi HIV.

Kandidiasis
Kandidiasis disebabkan oleh infeksi dengan kandida albikans, suatu jenis jamur gram positif
yang mempunyai benang-benang pseudomiselia yang terbagi-bagi dalam kelompok
blastopores. Jamur ini tumbuh baik dalam suasana asam (pH 5.0 – 6.5) yang mengandung
glikogen; ia dapat ditemukan dalam mulut, daerah-daerah perianal dan vagina tanpa
menimbulkan gejala. Ia dapat tumbuh dengan cepat dan menyebabkan vaginitis pada
wanita hamil, wanita yang minum pil kontrasepsi hormonal, wanita yang diberi terapi
antibiotika berspektrum luas, wanita dengan diabetes, dan wanita dengan kesehatan yang
mundur.vulvovagninitis karena infeksi dengan kandida albikans menyebabkan leukorea
berwarna keputih-putihan dan perasaan sangat gatal. Faktor lain yang dapat menyebabkan
kandidiasis termasuk : diabetes,kehamilan,penggunaan Antihistamin(obat yang biasa
dipakai untuk mencegah alergi dan gatal)dan besi,asam folat ,vitamin B12,atau kekurangan
Zinc.Faktor yang dapat melemahkan sistem imun dari kemoterapi karsinoma sampai stress
dan depresi dapat juga sebabkan kandidiasis.Celana ketat dan reaksi terhadap bahan kimia
pembuat sabun dan detergent dapat juga menyebabkan kandidiasis vagina.
Pada pemeriksaan ditemukan radang vulva dan vagina, pada dinding sering juga terdapat
membran-membran kecil berwarna putih, yang jika diangkat meninggalkan bekas yang
agak berdarah.
Diagnosis dibuat dengan cara pemeriksaan seperti trikomonas vaginalis; pada sediaan
tampak Namun di tengah-tengah leukosit. Dapat pula usapan di atas gelas objek dengan
cara Gram.

Terapi
NAMA OBAT
DOSIS KETERANGAN

TOPIKAL
Butoconazole 2% cream 5 gr selama 3 hari Dapat diperoleh ditoko obat.Dapat merusak
latex kondom & diafragma
Clotrimazole(Lotrimin) 1% cream 5 gr selama 7-14 hari Dapat diperoleh ditoko obat.Dapat
merusak latex kondom & diafragma
Clotrimazole(Mycelex) 100mg vaginal tablet 1x100mg selama 7hari atau 2x100mg selama
3hari
Clotrimazole(Mycelex) 500mg vaginal tablet Single dose
Miconazole(Monistat) 2% cream 5gr selama 7 hari Dapat diperoleh ditoko obat.Dapat
merusak latex kondom & diafragma
Miconazole(Monistat) 200mg vaginal suppositoria 1x/hr selama 3hari Dapat diperoleh ditoko
Miconazole(Monistat) 100mg vaginal suppositoria 1x/hr selama 7hari Dapat diperoleh ditoko
Miconazole(Monistat) 1200mg vaginal suppositoria Single dose
Tioconazole(Vagistat) 300mg, salep A Single dose Dapat diperoleh ditoko
Terconazole(Terazole 7) 0,4% cream 5gr selama 7 hari Dapat merusak latex kondom &
diafragma
Terconazole(Terazole 3) 0,8% cream 5gr selama 3 hari Dapat merusak latex kondom &
diafragma
Terconazole(Terazole 3) 80mg vaginal suppositoria 1x/hr selama 3hari
TERAPI ORAL
Fluconazole(Diflucan) 150mg 1x Tidak direkomendasikan untuk wanita hamil;kadang-
kadang digunakan perminggu sebagai pencegahan.
TERAPI LAIN
Nystatin vaginal tablet (Mycostatin)
Dipakai pada daerah yang sakit 2x/hr selama 3 hari Dapat diperoleh ditoko.Dapat
digunakan untuk infeksi yang rekuren (digunakan tiap 7hari selama 1 bulan); Penggunaan
yang tidak teratur dapat menyebabkan radang vagina; Jangan melakukan hubungan seks
atau pakai kondom.

Pengobatan dengan gentian violet 5-1% Semarang tidak banyak dilakukan oleh karena
mewarnai pakaian. Obat yang memberi hasil baik ialah Nystatin, suatu antibiotika dihasilkan
oleh Streptomises moursei (formula C46 – H 77 No.19). Yang banyak dipakai ialah tablet
vaginal Mycostatin (10.000 unit) dimasukan dalam vagina 1 sampai 2 tablet selama 14 hari.
Pemakaian Mycostatin per os untuk kandida yang masih bersarang dalam traktus sigestivus.
Untuk minggu sebelum haid selama beberapa bulan
Hemofilus vaginalis vaginitis
Sembilan puluh persen dari kasus-kasus yang dahulu disebut vaginitis nonspesifik kini
ternyata disebabkan oleh hemofilus vaginalis , suatu basil kecil yang gram negatif. Gejala
vaginitis ialah leukorea yang berwarna putih bersemu kelabu, kadang-kadang kekuning-
kuningan dengan bau yang kurang sedap. Vaginitis ini menimbulkan pula perasaan sangat
gatal. Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual.
Diagnosis dibuat dengan cara pemeriksaan seperti yang digambarkan pada pemeriksaan
trikomonas vaginalis.

SERVIKS UTERI
Serviks uteri adalah penghalang penting bagi masuknya kuman-kuman ke dalam genitalia
interna. Dalam hubungan ini pada seorang nullipara dalam keadaan normal kanalis
servikalis bebas kuman, pada seorang multipara dengan ostium uteri eksternum sudah lebih
terbuka, batas ke atas dari daerah bebas kuman ialah ostium uteri internum.
Radang pada serviks uteri bisa terdapat pada porsio uteri di luar ostium uteri eksternum
dan/atau pada endoserviks uteri.
Pada beberapa penyakit kelamin, seperti gonorea, sifilis, ulkus molle dan granuloma
inguinale, dan pada tuberkulosis, dapat ditemukan radang pada serviks.
Servisitis akuta
Servisitis akuta dalam pengertian yang lazim ialah infeksi yang diawali di endoserviks dan
ditemukan pada gonorea, dan pada infeksi post abortum atau post partum, yang
disebabkan oleh streptokokus, stafilokokus dan lain-lain. Dalam hal ini serviks merah dan
membengkak dengan mengeluarkan cairan mukopurulen. Akan tetapi gejala-gejala pada
serviks biasanya tidak seberapa tampak di tengah gejala-gejala lain dari infeksi yang
bersangkutan.
Pengobatan dilakukan dalam rangka pengobatan infeksi tersebut. Penyakitnya dapat
sembuh tanpa bekas atau menjadi servisitis kronika.
Servisitis kronika
Penyakit ini dijumpai pada sebagian besar wanita yang pernah melahirkan. Luka-luka kecil
atau besar pada serviks karena partus atau abortus memudahkan masuknya kuman-kuman
ke dalam endoserviks dan kelenjar-kelenjarnya, lalu menyebabkan infeksi menahun.

Beberapa gambaran patotogis dapat ditemukan.


1. Serviks kelihatan normal; hanya pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan infiltrasi
leukosit dalam stroma endoserviks. Servisitis ini tidak menimbulkan gejala, kecuali
pengeluaran sekret yang agak putih-kuning.
2. Di sini pada porsio uteri & sekitar ostium uteri eksternum tampak daerah kemerah-
merahan yang tidak dipisahkan secara jelas dari epitel porsio di sekitarnya, sekret yang
dikeluarkan terdiri atas mukus bercampur nanah.
3. Sobekan pada serviks uteri di sini iebih luas dan mukosa endoserviks lebih kelihatan dari
luar (ekstropion). Mukosa dalam keadaan demikian mudah kena infeksi dari vagina. Karena
radang menahun, serviks bisa menjadi hipertrofis dan mengeras; sekret mukopurulen
bertambah banyak.
Terapi
Pengobatan lokal dengan obat-obat tinktura jodii, larutan nitras argenti dan sebagainya
tidak dapat menyembuhkan servitis kronika, oleh karena tidak dapat mencapai kuman-
kuman yang bersarang di dalam kelenjar-kelenjar. Pengobatan yang baik ialah dengan jalan
kausteriasasi-radial dengan termokauter, atau dengan krioterapi.
KORPUS UTERI
Uterus, tuba Falloppii, ovarium, pembuluh-pembuluh darah dan limfe, jaringan ikat di
sekitarnya, dan peritoneum yang menutupi alat-alat tersebut di atas, merupakan kesatuan
fungsional. Radang dapat menyebar dengan cepat dari kavum uteri ke seluruh genitalia
interna. Radang endometrium dinamakan endometritis, radang otot-otot uterus miometritis
atau metritis, dan radang peritoneum di sekitar uterus perimetritis. Radang uterus yang
akut biasanya akibat infeksi gonorea, atau akibat infeksi pada abortus atau infeksi
puerpural.

Endometritis akuta
Pada endometritis akuta endometrium mengalami edema dan hiperemi, dan pada
pemeriksaan mikroskopik terdapat hiperemi, edema, dan infiltrasi leukosit berinti polimoni
yang banyak, serta perdarahan-perdarahan interstisial. Sebab yang paling penting ialah
infeksi gonorea dan infeksi pada abortus dan partus.
Infeksi gonorea mulai sebagai servisitis akuta, dan radang menjalar ke atas dan
menyebabkan endometritis akuta. Infeksi gonorea akan dibahas secara khusus, dan oleb
sebab itu tidak dibicarakan lebib lanjut di sini.
Infeksi post abortum dan post partum sering terdapat oleh karena luka-luka pada serviks
uteri, luka pada dinding uterus bekas tempat plasenta, yang merupakan porte d’entree bagi
kuman-kuman patogen. Selain in, alat-alat yang digunakan pada abortus dan partus dan
tidak sucihama dapat membawa kuman-kuman ke dalam uterus.
Sebab lain endometritis akuta ialah tindakan yang dilakukan dalam uterus di luar partus
atau abortus, seperti kerokan, memasukkan radium ke dalam uterus, memasukkan IUD
(intra-uterine device) ke dalam uterus, dan sebagainya.
Eadometritis kronika
Eadometritis kronika tidak seberapa sering terdapat, oleh karena infeksi yang tidak dalam
masuknya pada miometrium, tidak dapat mempertahankan diri, karena pelepasan lapisan
fungsional dan endometrium pada waktu haid. Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan
banyak sel-sel plasma dan limfosit. Penemuan limfosit saja tidak besar artinya karena sel
itu juga ditemukan dalam keadaan normal dalam endometrium.
Gejala-gejala klinis endometritis kronika ialah, leukorea dan menoragia. Pengobatannya
tergantung dari penyebabnya.
Endometritis knonika ditemukan:
a. pada tuberkulosis;
b. jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus;
c. jika terdapat korpus alienum di kavum uteri;
d. pada polip uterus dengan infeksi;
e. pada tumor ganas uterus;
f. pada salpingo-ooforitis dan sellulitis pclvik.
Piometra
Piometra ialah pengumpulan nanah di kavum uteri karena stenosis kanalis servikalis oleh
salah satu sebab, seperti karsinoma servisis uteri, amputasi serviks, akibat radiasi,
endometritis tuberkulosa, dan penutupan ostium uteri internum karena involusi uterus
sesudah menopause. Piometra terdapat lebih banyak pada wanita di sekitar dan sesudah
menopause. Karena kekurangan estrogen endoimetrium menipis, dan resistensi yang
berkurang terhadap kuman-kuman dari vagina menyebabkan endometritis senilis menahun.
Diagnosis dapat dibuat jika pada pemasukan sonde uterus keluar banyak cairan bernanah.
Metritis
Metritis atau miometritis adalah radang miometrium. Metritis akuta biasanya terdapat pada
abortus septik atau infeksi postpartum. Penyakit ini tidak berdiri sendiri, akan tetapi
merupakan bagian dari infeksi yang lebih luas. Kerokan pada wanita dengan endometrium
yang meradang dapat menimbulkan metritis akut.
Pada penyakit ini miometrium menunjukkan reaksi radang berupa pembengkakan dan
infiltrasi sel-sel radang. Perluasan dapat terjadi lewat jalan limfe atau lewat tromboflebitis,
dan kadang-kadang dapat terjadi abses.
Metritis kronika
Metritis kronika adalah diagnosis, yang dahulu banyak dibuat atas dasar menometroragia
dengan uterus lebih besar dari biasa, sakit pinggang, dan leukorea. Akan tetapi pembesaran
uterus pada seorang multipara umumnya disebabkan oleh penambahan jaringan ikat akibat
kehamilan, sedang gejala-gejala yang lain mungkin mempunyai sebab lain.
Perimetritis
Perimetritis ialah radang serosa yang meliputi uterus. Radang ini merupakan bagian dari
radang peritoneum pelvik, dan oleh karena itu tidak memerlukan pembahasan tersendiri

ADNEKSA DAN JARINGAN DI SEKITARNYA


Salpingo-ooforitis atau adneksitis
Radang tuba Falloppii dan radang ovarium biasanva terjadi bersamaan. Oleh sebab itu
tepatlah nama salpingo-ooforitis atau adneksitis untuk radang tersebut. Radang itu
kebanyakan akibat infeksi yang menjalar ke atas walaupun infeksi ini juga bisa datang dari
tempat ekstra-vaginal liwat jalan darah, atau menjalar dari jaringan-jaringan di sekitarnya.
Di antara sebab-sebab yang paling banyak terdapat ialah infeksi gonorea dan infeksi
puerperal dan postahortum. Kira-kira 10% infeksi disebabkan oleh tuberkulosis. Selanjutnya
bisa timbul radang adneksa sebagai akibat tindakan (kerokan, laparotomi, pemasangan
IUD, dan sebagainya) dan perluasan radang dari alat yang letaknya tidak jauh seperti
appendiks.
Salpingo-ooforitis akuta
Salpingo-ooforitis akuta yang disebabkan oleh gonorea sampai ke tuba dari uterus melalui
mukosa. Pada endosalping tampak edema serta hiperemi dan infiltrasi leukosit; pada infeksi
yang ringan epitel masih utuh, tetapi pada infeksi yang lebih berat kelihatan degenerasi
epitel yang kemudian menghilang pada daerah yang agak luas, dan ikut juga terlihat
lapisan otot dan serosa. Dalam hal yang akhir ini dijumpai eksudat purulen yang dapat
keluar meialui ostium tuba abdominalis dan menyebabkan peradangan di sekitarnya
(peritonitis pelvika).
Salpingitis akuta piogenik banyak ditemukan pada infeksi puerpural atau pada abortus
septik, akan tetapi dapat disebabkan pula sebagai akibat berbagai tindakan, seperti
kerokan. Infeksi dapat disebabkan oleh bermacam-macam kuman, scperti Streptokokus
(aerobik dan anaerobik), Stafilokokus, Escheria koli, Klostridium welchii, dan lain-lain.
Infeksi ini menjalar dari serviks uteri atau kavum uteri dengan jalan darah atau limfe ke
parametrium terus ke tuba, dan dapat pula ke peritoneum pelvik.
Gambaran klinik salpingo-ooforitis akuta ialah demam, dan rasa nyeri di sebelah kanan atau
kiri uterus; penyakit tersebut tidak jarang terdapat pada kedua adneksa. Setelah liwat
beberapa hari dijumpai pula tumor dengan batas yang tidak jelas dan yang nyeri tekan.
Diagnosis diferensial ialah dengan apendisitis akuta, pielitis akuta, torsi adneksa dan
kehamilan ektopik yang terganggu. Biasanya lokasi nyeri tekan pada appendisitis akuta
(pada titik Mac Burney) lebih tinggi daripada adneksitis akuta, akan tetapi apabila proses
agak meluas perbedaan menjadi kurang jelas. Jika terdapat keragu-raguan, perlu diadakan
laparotomi percobaan, agar dapat dicegah peritonitis umum karena appendisitis akuta.
Tetapi pada salpingo-ooforitis akuta terdiri atas istirahat baring, perawatan umum,
pernberian antibiotika dan analgetika.
Salpingo-ooforitis kronika
Dapat diadakan pembagian antara:
a. hidrosalping;.
b. piosalping;
c. salpingitis interstisialis kronika;
d. kista tubo-ovarial, abses tubo-ovarial;
e. abses ovarial;
f. salpingitis tuberkulosa
Pada hidrosalping terdapat penutupan osnum tuba abdominalis. Sebagian dari epitel
mukosa tuba masih berfungsi dan mengeluarkan cairan dengan akibat retensi cairan
tersebut dalarn tuba.
Piosalping dalam stadium menahun merupakan kantong dengan dinding tebal yang berisi
nanah. Pada piosalping biasanya terdapat perlekatan dengan jaringan di sekitarnya.
Pada salpingitis interstisialis kronika dinding tuba menebal dan tampak fibrosis dan dapat
pula ditemukan pengumpulan nanah sedikit di tengah-tengah janingan otot. Terdapat pula
perlekatan dengan jaringan-jaringan di sekitarnya, seperti ovarium, uterus dan usus. Salah
satu jenis ialah salpingitis isthmika nodosa.
Pada kista tubo-ovariaI, hidrosalping bersatu dengan kista folikel ovarium, sedang pada
abses tuho-ovarial piosalping bersaru dengan abses ovarium. Abses ovarium yang jarang
terdapat sendiri, dari stadium akut dapat memasuki stadium menahun.
Salpingitis tuberkulosa merupakan bagian penting dari tuberkulosis genital. Gejala-gejala
salpingo-ooforitis kronika tidak selalu jelas; penyakir bisa didahu!ui o!eh gejala-gejala
penyakit akut dengan panas, rasa nyenr cukup kuat di perut bagian bawah, akan tetapi bisa
pula dari permulaan sudah subakut atau menahun.
Terapi
Jika penyakitnya masih dalam keadaan subakut, penderita harus diberi terapi dengan
antibiotika dengan spektrum luas.
Terapi operatif mempunyai tempat pada salpingo-ooforitis kronika. Indikasi untuk terapi ini
ialah:
1. apabila — setelah berulang kali dilakukan terapi dengan diatermi — keluhan tetap ada,
dan mengganggu kehidupan sehari-hari;
2. apabila tiap kali timbul reaktivisasi dan proses radang;
3. apabila ada tumor di sebelah uterus, dan setelah dilakukan beberapa seri terapi diatermi
tumor tidak mengecil, sehingga timbul dugaan adanya hidrosalping, piosalping, kista tubo-
ovarial, dan sebagainya;
4. apabila ada infertilitas yang sebabnya tenletak pada tuba

DAFTAR PUSTAKA

1. Sarwono Prawirohardjo, Prof, dr, DSOG dan Hanifa Wiknjosastro, Prof, dr, DSOG; Ilmu
Kandungan, YBP-SP, Edisi ke dua, estacan ke tiga, FKUI, Yakarta; 1999, Hal 271 -27-
2. Robbins L., M.D; Buku Ajar Patologi II, Edisi ke empat, cetakan pertama. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta; 1995, Hal. 372-377.
3. Djuanda Adhi, Prof. DR. Hamzah Mochtar, Dr. Aisah Siti,DR ; Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin, Edisi ke tiga, cetakan pertama, FKUI, Jakarta ; 1987, Hal. 103-106, 358-364.
4. Winkosastro Hanifa, Prof, dr, DSOG ; Ilmu Kebidanan YBP-SP, Edisi ketiga, cetakan ke
enam, FKUI, Jakarta ; 2002. Hal:406-410.
5. Cuningham, Macdonald Gant : William Obstetri, Edisi 18, EGC, Jakarta; 1995, Hal: 1051-
1057.

Anda mungkin juga menyukai