ELEKTRONIKA
.
Assalamu’alaikum Wr. Wb
,
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT , karena atas
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan pembuatan tugas makalah
hukum hokum kelistrikan. Adapun pembuatan tugas ini telah kami
usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai
pihak, sehingga dapat memperlancar terselesaikan nya tugas ini. Tidak
lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan tugas makalah ini. Kami menyadari bahwa
tugas ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu dengan kerendahan
hati kami menerima adanya kritik dan saran yang membangun dari pihak
manapun demi perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata kami
mengucapkan selamat membaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.
Wasalamualaikum Wr. Wb
Tim penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Listrik dapat dikatakan sebagai suatu bentuk hasil teknologi yang sangat vital
bagi kehidupan manusia zaman sekarang. Pada dasarnya listrik tidak dapat
diperbaharui,apabila manusia tidak bisa menggunakan listrik secara efisien dan
efektif,maka energi listrik dapat secara cepat akan habis.
1.2Tujuan penelitian
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Hukum OHM
Pengertian Hukum Ohm
Pengertian Hukum Ohm mencakup tentang bunyi yang menyatakan bahwa kuat
arus di dalam suatu rangkaian akan berbanding lurus dengan tegangan pada ujung-
ujung rangkaiannya dan juga akan berbanding terbalik dengan hambatan
rangkaiannya.
V=I.R
I=V/R
R=V/I
V = Voltage, yaitu beda potensial atau disebut juga dengan tegangan yang satuan
unitnya adalah Volt ( V)
I = Current, yaitu Arus Listrik yang satuan unitnya adalah Ampere ( A )
R = Resistance, yaitu hambatan atau resistansi yang satuan unitnya adalah Ohm (Ω
)
W = P.t = V.I.t
Keterangan :
t = waktu (s)
“apabila terdapat dua buah titik muatan maka akan timbul gaya di
antara keduanya, yang besarnya sebanding dengan perkalian nilai
kedua muatan dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antar
keduanya”.
Hukum Kirchhoff adalah dua persamaan yang berhubungan dengan arus dan beda potensial
(umumnya dikenal dengan tegangan) dalam rangkaian listrik. Hukum ini pertama kali
diperkenalkan oleh seorang ahli fisika Jerman yang bernama Gustav Robert Kirchhoff (1824-
1887) pada tahun 1845.
Hukum Kirchhoff 1
Hukum Kirchhoff 1 dikenal sebagai hukum percabangan (junction rule), karena hukum ini
memenuhi kekekalan muatan. Hukum ini diperlukan untuk rangkaian yang multisimpal yang
mengandung titik-titik percabangan ketika arus mulai terbagi. Pada keadaan tunak, tidak ada
akumulasi muatan listrik pada setiap titik dalam rangkaian. Dengan demikian, jumlah muatan
yang masuk di dalam setiap titik akan meninggalkan titik tersebut dengan jumlah yang sama.
“Jumlah arus listrik yang masuk melalui titik percabangan dalam suatu rangkaian listrik sama
dengan jumlah arus yang keluar melalui titik percabangan tersebut”
Ilustrasi hukum Kirchhoff tentang titik percabangan. Arus I_1yang mengalir melalui titik
percabangan a akan sama dengan jumlah I_2+I_3 yang keluar dari tiik percabangan
Dalam rentang waktu , muatan mengalir melalui titik percabangan dari arah kiri.
Dalam rentang waktu juga, muatan dan bergerak ke arah kanan
meninggalkan titik percabangan. Karena muatan tersebut bukan berasal dari titik percabangan
dan tidak juga menumpuk pada titik tersebut dalam keadaan tunak, maka muatan akan
terkonservasi di titik percabangan tersebut, yaitu:
Hukum Kirchhoff 2
Bunyi hukum Kirchhoff 2 adalah sebagai berikut:
“Pada setiap rangkaian tertutup, jumlah beda potensialnya harus sama dengan nol”
Hukum Kirchhoff 2 juga sering disebut sebagai hukum simpal (loop rule), karena pada
kenyataannya beda potensial diantara dua titik percabangan dalam satu rangkaian pada keadaan
tunak adalah konstan. Hukum ini merupakan bukti dari adanya hukum konservasi energi. Jika
kita memiliki suatu muatan Q pada sembarang titik dengan potensial V.
Hukum Faraday I
“Massa zat yang dihasilkan pada suatu elektrode selama elektrolisis (G) berbanding lurus dengan
jumlah muatan listrik yang digunakan (Q).”
Sebagaimana jumlah muatan listrik (Q) sama dengan hasil kali dari kuat arus listrik (i) dengan
selang waktu (t),
Q=i×t
massa zat yang dihasilkan selama elektrolisis (G) juga berbanding lurus dengan kuat arus (i) dan
selang waktu (t).
Muatan listrik (Q) yang digunakan dalam elektrolisis berbanding lurus dengan jumlah mol
elektron yang terlibat dalam reaksi redoks (ne). Secara eksperimen diperoleh bahwa 1 mol
elektron memiliki muatan listrik sebesar 96.500 coulomb. Nilai muatan listrik elektron ini
ditetapkan sebagai konstanta Faraday (F). Jadi, hubungan ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
Q = ne × F
Hukum Faraday II
“Massa zat yang dihasilkan pada suatu elektrode selama elektrolisis (G) berbanding lurus dengan
massa ekivalen zat tersebut (Mek).”
Massa ekivalen zat adalah massa zat dengan jumlah mol setara secara stoikiometri dengan 1 mol
elektron. Massa ekivalen dari suatu unsur sama dengan massa atom relatif (Ar) dari unsur
tersebut dibagi dengan perubahan bilangan oksidasi (biloks) yang dialami dalam reaksi
elektrolisis.
Berdasarkan konsep stoikiometri dasar mengenai hubungan massa (m), jumlah mol (n) dan
massa molar (}) sebagai berikut:
akan didapat persamaan di atas yang merupakan gabungan dari kedua hukum Faraday, di mana:
Oleh karena itu, jika diberikan jumlah muatan listrik yang sama, maka perbandingan massa zat-
zat yang dihasilkan akan sama dengan perbandingan massa ekivalennya masing-masing.
Secara sistematis, hubungan antara jumlah listrik yang dialirkan dengan massa zat yang
dihasilkan dalam elektrolisis dapat dilihat pada skema berikut.
Daftar pustaka
https://www.ahlipengertian.com/hukum-ohm/
https://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Coulomb
https://www.studiobelajar.com/hukum-kirchhoff/
https://www.studiobelajar.com/hukum-faraday/