Anda di halaman 1dari 5

1

PENDAHULUAN sekunder maupun khasiatnya pada usia buah


yang berbeda yang dicirikan dengan warna
Diabetes melitus adalah suatu penyakit buah.
metabolisme yang ditandai dengan kadar Nakatani et al. (2006) menemukan
glukosa darah yang tinggi, serta dapat senyawa alkaloid golongan isoindolin dari
menyebabkan komplikasi seperti penyakit Myrmeleotidae sp. Senyawa ini memiliki
saraf, ginjal, dan jantung. Menurut Organisasi aktivitas farmakologis yang dapat
Kesehatan Dunia (WHO), 300 juta penduduk menghambat aktivitas α-glukosidase. Selain
dunia akan menderita diabetes melitus pada itu, Ashour et al. (2007) mendapatkan
tahun 2025 (Pradeepa & Mohan 2004). sembilan senyawa alkaloid golongan indol
Berdasarkan penelitian di Indonesia, jumlah dari bunga karang Hyrtious erectus yang juga
penderita diabetes melitus berkisar 1.2-2.3% mempunyai aktivitas inhibisi terhadap enzim
dari jumlah penduduk yang berusia 15 tahun α-glukosidase. Penelitian Rohimah (2008)
ke atas. Hal ini dikarenakan diabetes dapat menyebutkan bahwa ekstrak metanol buah
menyerang setiap orang dari berbagai mahkota dewa memiliki daya hambat terhadap
kalangan dan umur. Oleh karena semakin α–glukosidase sebesar 40.95%. Namun,
meningkatnya jumlah penderita diabetes berdasarkan identifikasi dengan menggunakan
melitus, maka diperlukan suatu pengobatan spektrofotometer UV-tampak dan inframerah,
yang efektif tanpa menimbulkan efek samping fraksi dari ekstrak alkaloid yang memiliki
yang besar. daya hambat terbesar tidak menunjukkan
Pengobatan diabetes melitus yang adanya senyawa golongan alkaloid dan
digunakan adalah dengan injeksi insulin ke terdapat adanya karbohidrat dan protein.
dalam tubuh secara berkala atau dengan Temuan ini menjadi acuan untuk mencari
mengkonsumsi obat sintetik. Selain memer- ekstrak teraktif senyawa golongan alkaloid
lukan biaya yang cukup mahal, obat sintetik berdasarkan kematangan buah MD terhadap
dapat menimbulkan efek samping, sehingga aktivitas α–glukosidase. Kemudian dilakukan
pengobatan tradisional mendapat tempat di isolasi dan identifikasi fraksi teraktif dari
masyarakat dan menjadi alternatif dalam ekstrak alkaloid.
pengobatan. Penelitian ini bertujuan mendapatkan
Salah satu alternatif dalam mengatasinya ekstrak alkaloid buah mahkota dewa yang
adalah dengan memanfaatkan potensi buah menghambat aktivitas α–glukosidase serta
mahkota dewa (MD) sebagai antidiabetes. mengetahui umur buah yang memiliki daya
Secara empiris MD sudah sering digunakan hambat terbesar.
sebagai obat antidiabetes oleh masyarakat
Indonesia. Hasil penelitian-penelitian sebe- TINJAUAN PUSTAKA
lumnya menyatakan bahwa MD mengandung
senyawa metabolit sekunder alkaloid, Diabetes Melitus
flavonoid, terpenoid, steroid, saponin, dan
tanin (Harmanto 2003; Satria 2005). Diabetes melitus (DM) merupakan
Pengujian aktivitas MD sebagai antidiabetes penyakit dengan kadar glukosa darah melebihi
sudah pernah dilakukan, namun hanya nilai normal (80-120 mg/dl), yang biasa
dilakukan pada buah MD dengan usia matang disebut hiperglikemia, akibat tubuh
(tua). Perbedaan usia buah mempengaruhi kekurangan insulin baik absolut atau relatif.
kandungan metabolit sekunder sehingga Insulin merupakan hormon yang secara alami
berimplikasi pada kadar metabolit sekunder terdapat di dalam darah dan penting dalam
yang berbeda pula. Perbedaan kandungan dan penyediaan energi dalam sel agar dapat
kadar juga akan mempengaruhi perbedaan berfungsi. Insulin dapat membantu mengelu-
khasiat yang ada pada buah dengan usia yang arkan/mengalirkan gula (glukosa) dari aliran
berbeda. Sugiwati (2006) melaporkan khasiat darah menuju sel. Penimbunan glukosa dalam
buah mahkota dewa asal Jawa Tengah dapat darah (hiperglikemia) akan terjadi jika
menghambat α-glukosidase dengan potensi glukosa tidak dapat dialirkan ke dalam sel. Ini
yang berbeda pada berbagai jenis ekstrak dan dapat menyebabkan kerusakan organ yang
kematangan buah mahkota dewa. Buah meliputi mata dan ginjal atau kerusakan
mahkota dewa usia muda memiliki daya pembuluh darah dan kegelisahan. Gejala yang
hambat terhadap α–glukosidase lebih besar ditimbulkan adalah rasa haus, sering kencing
dibandingkan dengan buah yang tua. Oleh (poliuria), banyak makan (polifagia) tetapi
karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk berat badan tetap menurun, gatal-gatal, dan
mengetahui perbedaan kandungan metabolit badan terasa lemah (Dalimartha 2002).
2

Diabetes melitus terbagi menjadi dua,


yaitu DM tipe I (Insulin Dependent Diabetes
Mellitus) dan DM tipe II (Insulin Independent
Diabetes Mellitus). DM tipe I terjadi pada
orang yang berusia di bawah 30 tahun dan
yang kurus. Sebagian kasus terjadi sebelum (a) (b) (c)
atau sekitar masa pubertas. Penderita penyakit Gambar 1 Buah mahkota dewa a) merah
diabetes tipe ini bergantung pada insulin sekali, b) merah hijau, dan
seumur hidupnya. Hal ini disebabkan oleh c) hijau merah.
sebagian besar sel beta pulau Langerhans
pankreas yang memproduksi insulin mengala- Secara morfologi, mahkota dewa termasuk
mi kerusakan yang diduga disebabkan oleh tanaman perdu menahun dengan ketinggian
adanya virus, sehingga kadar insulin menjadi kurang lebih 1-2.5 m, berdaun tunggal seperti
kurang atau tidak ada. Pada diabetes tipe II daun jambu air tetapi langsing dan ujungnya
jumlah insulin normal tetapi jumlah reseptor runcing. Panjang daun mahkota dewa sekitar
insulin yang terdapat pada permukaan sel 7-10 cm dan lebar 3-5 cm. Bunga setiap
kurang sehingga masuknya glukosa ke dalam kelompok kelipatan 2-4 dan berbentuk seperti
sel terhambat. Penyebab diabetes tipe ini terompet dengan warna putih. Buah mahkota
kurang jelas dan banyak faktor yang berperan. dewa (Gambar 1) berbentuk bulat agak
Faktor tersebut antara lain obesitas, diet tinggi lonjong dengan ukuran mulai dari sebesar
lemak, rendah karbohidrat, kurang gerak bola pingpong sampai bola tenis. Buah yang
badan, dan faktor herediter (Ranakusuma et muda berwarna hijau setelah tua berwarna
al. 1999). merah seperti darah segar. Tanaman mahkota
Obat-obatan antidiabetes berpotensi me- dewa telah lama dikenal sebagai tanaman obat
nimbulkan efek samping yang berbahaya dan untuk menyembuhkan berbagai penyakit
penderitanya biasanya memerlukan pemerik- selain diabetes, yaitu kanker, jantung koroner,
saan serta perawatan medis (Waring 2007). asam urat, reumatik, ginjal, sirosis hati, paru-
Pengobatan diabetes melitus terbagi menjadi paru, alergi, flu, dan tekanan darah tinggi
tiga bentuk utama, yaitu diet, terapi insulin, (Harmanto 2003).
dan obat antidiabetes oral (Bowman & Rand Saat ini, mahkota dewa merupakan salah
1968). Mekanisme penghambatan aktivitas satu komoditas tanaman obat yang banyak
enzim α–glukosidase adalah dengan meng- menjadi bahan perbincangan. Hal ini
hambat penyerapan glukosa pada usus dan dikarenakan banyaknya khasiat dari mahkota
menstimulasi sel β-Langerhans pada kelenjar dewa yang telah dibuktikan secara empiris
pankreas untuk mensekresikan insulin. Meka- dan baru sedikit yang dibuktikan secara ilmiah.
nisme tersebut akan mengontrol kadar gula Menurut Djumidi et al. (1999), daun dan buah
dalam darah (Matsui et al. 2004). mahkota dewa mengandung alkaloid dan
saponin. Evaluasi fitokimia mahkota dewa
Mahkota Dewa telah dilakukan, antara lain mengandung
alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, dan steroid
Mahkota dewa merupakan tanaman yang (Satria 2005; Rohimah 2008).
berasal dari Papua. Tanaman ini
dikelompokkan dalam dunia Spermatofita, Enzim α-Glukosidase
filum Angiospermae, kelas Dycotyledoneae,
ordo Tymelaeales, famili Tymelaeaceae, Enzim α-glukosidase dengan nama kimia
dengan genus Phaleria, dan nama spesies α-D-glikosida glukohidrolase merupakan
Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl. enzim yang berperan dalam pembentukan
Tanaman ini dikenal juga dengan nama glukosa dalam usus halus manusia. Enzim α-
mahkota ratu, pusaka dewa, mahkota raja, glukosidase mengkatalisis hidrolisis terminal
trimahkota, buah simalakama, raja obat, pau residu glukosa non-pereduksi yang berikatan
(Cina), the crown of God (Inggris) (Harmanto α-1,4 pada berbagai substrat, menghasilkan α-
2003). D-glukosa (Fogarty 1983). Menurut
Gottschalk (1950), enzim α-glukosidase
menghidrolisis ikatan α-glikosidik pada
oligosakarida dan α-D-glikosida. Enzim α-
glukosidase merupakan katalis pada langkah
akhir pemecahan karbohidrat (Sou et al.
2000).
3

Menurut Waspadji (1999) kerja enzim α-


glukosidase dapat dihambat dengan
menggunakan obat tertentu yang disebut
dengan α-glukosidase inhibitor-acarbose.
Obat ini akan bekerja secara kompetitif di
dalam saluran cerna yang dapat menurunkan
penyerapan glukosa. Inhibitor kompetitif
(senyawa tertentu dalam tumbuhan tersebut) Gambar 3 Hidrolisis pNG oleh enzim α-
akan berkompetisi dengan substrat untuk glukosidase.
mengikat bagian yang aktif dari enzim
sehingga substrat (karbohidrat) tidak dapat Alkaloid dan Ekstraksi Alkaloid
lagi dipecah menjadi produk (glukosa).
Acarbose merupakan inhibitor enzim α- Alkaloid adalah suatu senyawa amina
glukosidase yang dijual dalam bentuk tablet yang dihasilkan oleh tumbuhan. Secara
Glucobay. Senyawa ini digunakan untuk umum, alkaloid memiliki ciri-ciri sebagai
terapi pasien diabetes tipe II. Mekanisme berikut, yaitu (1) kerangka polisiklik dan jenis
inhibisi acarbose termasuk dalam inhibitor substituen tidak bervariasi; (2) atom nitrogen
kompetitif, dengan tidak saling mengganggu ditemukan sebagai gugus amina atau amida
secara langsung terhadap glukosa dalam dan tidak ada sebagai gugus nitro atau diazo;
pengambilan glukosa. Hanya sedikit acarbose (3) substituen oksigen ditemukan sebagai
(1-4%) yang diserap dengan sendirinya dan gugus fenol, metilendioksi, atau metoksi; dan
sisanya dibuang melalui ginjal (Wehmeier dan (4) substituen –NCH3 sering ditemukan
Piepersberg 2004). (Lenny 2006). Alkaloid dibedakan menjadi
beberapa jenis berdasarkan jenis cincin
heterosiklik nitrogennya, yaitu pirolizidin,
piperidin, isokuinolin, kuinolin, dan indol.
Alkaloid umumnya ditemukan dalam
kadar yang kecil dan harus dipisahkan dari
campuran senyawa yang rumit yang berasal
dari jaringan tumbuhan (Harborne 1987).
Hampir semua alkaloid yang ditemukan di
Gambar 2 Struktur acarbose. alam memiliki keaktifan biologis tertentu.
Ada alkaloid yang sangat beracun, dan ada
Pengujian aktivitas inhibisi terhadap juga yang berguna dalam pengobatan. Kuinin,
enzim α-glukosidase dapat dilakukan secara in morfin, dan stiknin merupakan alkaloid yang
vivo dan in vitro. Metode spektrofotometrik terkenal dan mempunyai efek psikologis.
banyak dilakukan dalam pengujian in vitro Kandungan alkaloid dalam buah mahkota
dengan menggunakan pseudo-substrat, seperti dewa memiliki efek detoksifikasi yang dapat
p-nitrofenil-α-D-glukopiranosida (pNG) dan menetralisir racun di dalam tubuh (Harmanto
enzim α-glukosidase bebas, atau juga secara 2003).
pseudo in vivo menggunakan sel pankreas Ekstraksi merupakan proses transfer solut
penghasil enzim α-glukosidase (Matsumoto et dari suatu fase ke fase yang baru. Keberha-
al. 2002). silan proses transfer solut atau komponen
Daya hambat (inhibisi) terhadap aktivitas pada ekstraksi ditentukan oleh perbedaan
α-glukosidase dipelajari secara pseudo- konstanta distribusi atau rasio distribusi.
substrat, dengan mengetahui kemampuan Ekstraksi digunakan untuk memperoleh
contoh untuk menghambat reaksi hidrolisis kandungan senyawa tunggal atau majemuk
glukosa pada substrat p-nitrofenil-α-D- dari suatu bahan yang larut dalam pelarut
glukopiranosida (pNG). Setelah mengalami tertentu berdasarkan distribusi pada dua fase
hidrolisis, substrat akan terhidrolisis menjadi yang tidak campur. Prinsip kelarutan adalah
α-D-glukosa dan p-nitrofenol yang berwarna like dissolve like, pelarut bersifat polar akan
kuning (Sugiwati 2006). melarutkan sebagian besar senyawa polar,
begitu pula dengan pelarut non-polar akan
melarutkan senyawa yang bersifat non- polar
seperti lemak (Harbone 1987). Hal-hal
penting yang harus diperhatikan dalam
pemilihan pelarut adalah selektivitas, sifat
pelarut, kemampuan untuk mengekstrak, tidak
4

bersifat racun, dan kemudahan untuk oleh gaya tarik bumi dan biasanya fase
diuapkan. Alkohol merupakan pelarut yang diamnya berupa zat padat (Gritter et al. 1991).
baik untuk ekstraksi pendahuluan (Harborne Mekanime pemisahan didasarkan pada
1987). adsorpsi, partisi, pertukaran ion (ion-
Ekstraksi senyawa-senyawa dari bahan exchange), dan elektroforesis. Mekanisme
alam terutama yang akan digunakan untuk pada kromatografi kolom konvensional
obat dapat dilakukan dengan cara perebusan, didasarkan pada adsorpsi komponen-
penyeduhan, maserasi, perkolasi atau cara lain komponen campuran dengan afinitas yang
yang sesuai dengan sifat bahan alam yang berbeda-beda pada permukaan fase diam.
diekstraksi. Ekstraksi yang dilakukan dalam Pemisahan yang terjadi bergantung pada jenis
penelitian ini adalah metode maserasi. Metode fase gerak yang digunakan. Kromatografi cair
maserasi digunakan untuk mengekstraksi yang dilakukan dalam kolom besar merupakan
contoh yang relatif mudah rusak oleh panas. metode kromatografi terbaik untuk pemisahan
Metode ini dilakukan dengan merendam campuran dalam jumlah besar. Zat penjerap
contoh dengan pelarut baik tunggal maupun dalam keadaan kering atau setelah dicampur
campuran dengan lama waktu tertentu yang dengan sejumlah cairan dimanfaatkan dalam
umumnya satu hingga dua hari perendaman tabung kaca atau tabung kuarsa dengan
tanpa diberikan pemanasan. Kelebihan metode ukuran tertentu dan mempunyai lubang
ini adalah relatif sederhana, yaitu tidak pengalir dengan ukuran tertentu.
memerlukan alat-alat yang rumit, relatif Kecepatan bergerak zat dipengaruhi oleh
mudah, murah, dan dapat menghindari beberapa faktor, yaitu daya jerap zat penjerap,
rusaknya komponen senyawa akibat panas sifat pelarut, dan suhu dari sistem
(Meloan 1999). kromatografi. Fraksi yang diperoleh
Berkov et al. (2007) mengekstraksi ditampung, tiap fraksi dikumpulkan dan
alkaloid dari tanaman Galanthus Elwesii diperiksa lebih lanjut dengan KLT. Fraksi
menggunakan etanol 95% dan proses yang sama digabungkan kemudian
pengasaman dilakukan dengan asam sulfat dimurnikan.
2%. Selanjutnya proses pembasaan kembali Kromatografi Lapis Tipis. Kromatografi
dilakukan menggunakan amonia 25% dan lapis tipis (KLT) merupakan salah satu jenis
dilanjutkan pelarutan dengan kloroform. kromatografi adsorpsi. KLT merupakan salah
Ekstrak kasar yang diperoleh difraksinasi satu teknik kromatografi yang digunakan
menggunakan kromatografi kolom dengan untuk pemisahan campuran komponen
eluen metanol dan etil asetat. Ashour et al. berdasarkan distribusi komponen tersebut
(2007) mengekstraksi alkaloid dari bunga diantara dua fase, yaitu fase diam dan fase
karang Hyrtious erectus dengan menggunakan gerak (Stoenoiu et al. 2006). Prinsip KLT
pelarut metanol. Bunga karang H.erectus asal adalah cuplikan atau contoh diteteskan pada
Mesir mengandung 9 senyawa golongan lapisan tipis kemudian dimasukkan ke dalam
alkaloid indol. Sebagai basa, alkaloid wadah berisi eluen sehingga cuplikan atau
diekstraksi dengan menggunakan alkohol contoh tersebut terpisah menjadi komponen-
yang bersifat asam lemah kemudian komponennya. Setiap komponen akan
diendapkan dengan amonia pekat (Harbone bergerak dengan laju tertentu yang dinyatakan
1987). dengan faktor retensi (Rf), yaitu nisbah antara
jarak yang ditempuh komponen terhadap jarak
Kromatografi yang ditempuh eluen. Komponen yang
mempunyai afinitas yang besar terhadap fase
Kromatografi adalah proses melewatkan gerak atau afinitas yang lebih kecil terhadap
contoh melalui suatu media, berdasarkan fase diam akan bergerak lebih cepat daripada
perbedaan kemampuan adsorpsi. Teknik komponen yang mempunyai sifat sebaliknya
kromatografi bermanfaat sebagai cara (Gritter et al.. 1991).
menguraikan suatu campuran. Pada Kromatografi lapis tipis (KLT) ini paling
kromatografi, komponen-komponen terdistri- umum digunakan karena memiliki beberapa
busi dalam dua fase, yaitu fase diam dan fase keunggulan, yaitu mudah dalam preparasi
gerak. Pemisahan yang terjadi disebabkan sampel, kesederhanaan dalam prosedur kerja,
masing-masing komponen bergerak dengan relatif murah karena sampel dan standar dapat
interval waktu yang berbeda. dirunning dalam waktu yang sama serta
Kromatogafi Kolom. Kromatografi volume pelarut yang digunakan sedikit,
kolom konvensional merupakan kromatografi selektif dan sensitif, dan kromatogramnya
cair yang aliran fase geraknya disebabkan dapat diamati secara visual (Kimura et al.
5

2008). Cara ini dapat dipakai pada memastikan kandungan senyawa metabolit
pemeriksaan pendahuluan ekstrak kasar dari sekunder (alkaloid) mengacu pada metode
kebanyakan senyawa dan juga sebagai cara Harborne (1987). Setelah itu dilakukan uji
pada pemisahan dan deteksi pendahuluan inhibisi ekstrak terhadap aktivitas
(Harborne 1987). penghambatan enzim α-glukosidase,
Sistem KLT meliputi fase diam (lapisan fraksinasi ekstrak, uji inhibisi fraksi alkaloid
penjerap), fase gerak (eluen), dan deteksi terhadap aktivitas penghambatan enzim α-
kromatogram. Penjerap yang umum glukosidase, uji fitokimia terhadap hasil
digunakan adalah silika gel, aluminium fraksinasi serta identifikasi menggunakan
oksida, selulosa dan turunannya, poliamida, spektrofotometer UV-tampak dan inframerah
dan lain-lain (Stahl 1985). Hal ini didukung (Lampiran 1).
oleh Christian (1986) yang menyatakan
bahwa fase diam yang umum digunakan pada Preparasi Contoh
KLT adalah adsorbent seperti silika gel, Buah mahkota dewa (bagian daging dan
alumina, dan selulosa, namun silika gel kulit) yang berwarna hijau-merah, merah-
paling banyak digunakan karena silika hijau, dan merah sekali dipotong kecil-kecil
mempunyai kekuatan pemisahan yang sangat hingga ukuran ketebalan ± 5-7 mm, kemudian
baik (Nyiredy 2002). dikeringkan di dalam oven pada suhu ± 50 °C
Fase gerak adalah medium angkut yang sampai kadar air kurang dari 10%. Daging
terdiri atas satu atau beberapa pelarut. buah yang telah kering dihaluskan dengan
Komposisi pelarut yang berbeda menyebab- menggunakan penggiling buah.
kan nilai Rf yang dihasilkan bervariasi
tergantung pada jarak spot yang terbantuk Penentuan Kadar Air (AOAC 1999)
(Christian 1986). Eluen yang digunakan Buah mahkota dewa (dengan berbagai
dalam pemisahan sangat berpengaruh umur) ditimbang masing-masing ke dalam
terhadap efek elusi. Stahl (1985) menyatakan cawan porselin yang telah dikeringkan pada
bahwa efek elusi naik dengan naiknya suhu 105 °C selama 30 menit serta telah
kepolaran atau kekuatan pelarut. diketahui bobotnya. Sebanyak ± 3 gram
contoh dimasukkan ke dalam cawan dan
dipanaskan di dalam oven bersuhu 105 °C
BAHAN DAN METODE selama 3 jam kemudian didinginkan di dalam
eksikator dan ditimbang kembali. Prosedur
Bahan dan Alat dilakukan berulang-ulang sampai diperoleh
bobot yang konstan.
Bahan contoh yang digunakan adalah AB
Kadar air (%)   100%
daging buah mahkota dewa dengan berbagai A
umur berdasarkan warnanya hijau-merah, keterangan:
merah-hijau, dan merah sekali yang diperoleh A adalah bobot contoh (g)
dari Departemen Konservasi Sumberdaya B adalah bobot bahan setelah dikeringkan (g)
Hutan dan Ekowisata (KSHE), Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Na2CO3, Uji Fitokimia (Harborne 1987)
α-glukosidase (Sigma G 3651-250UN), p- Uji Flavonoid. Sebanyak 1 gram ekstrak
nitrofenil α-D-glukopiranosida (PNG) (Sigma mahkota dewa dari masing-masing sumber
N 1377-5G), tablet acarbose (Bayer, Jakarta- ditambahkan 100 ml air panas kemudian
Indonesia), dan silika gel G60F254 dari Merck. dididihkan selama 5 menit dan disaring.
Alat yang digunakan adalah Filtrat yang diperoleh kemudian diambil
spektrofotometer UV-tampak (Shimadzu sebanyak 5 ml, ditambah dengan serbuk Mg
PharmaSpec UV-1700) dan spektrofotometer 0.05 gram, 1 ml HCl pekat, dan 1 ml amil
FTIR (Perkin Elmer tipe Precisely Spectrum alkohol. Campuran dikocok kuat-kuat. Uji
One). positif ditandai dengan munculnya warna
merah, kuning, atau jingga pada lapisan amil
Lingkup Penelitian alkohol.
Uji Terpenoid dan Steroid. Uji ini
Tahapan penelitian ini meliputi preparasi menggunakan pereaksi Lieberman-Buchard.
contoh, penentuan kadar air, dan pembuatan Pada pengujian ini, sebanyak 1 gram ekstrak
ekstrak alkaloid buah mahkota dewa. Ekstrak mahkota dewa dari masing-masing sumber
tersebut selanjutnya ditentukan kandungan dimaserasi dengan 10 ml dietil eter selama 1
fitokimia dengan uji fitokimia untuk jam kemudian disaring. Ke dalam filtratnya

Anda mungkin juga menyukai