bersifat racun, dan kemudahan untuk oleh gaya tarik bumi dan biasanya fase
diuapkan. Alkohol merupakan pelarut yang diamnya berupa zat padat (Gritter et al. 1991).
baik untuk ekstraksi pendahuluan (Harborne Mekanime pemisahan didasarkan pada
1987). adsorpsi, partisi, pertukaran ion (ion-
Ekstraksi senyawa-senyawa dari bahan exchange), dan elektroforesis. Mekanisme
alam terutama yang akan digunakan untuk pada kromatografi kolom konvensional
obat dapat dilakukan dengan cara perebusan, didasarkan pada adsorpsi komponen-
penyeduhan, maserasi, perkolasi atau cara lain komponen campuran dengan afinitas yang
yang sesuai dengan sifat bahan alam yang berbeda-beda pada permukaan fase diam.
diekstraksi. Ekstraksi yang dilakukan dalam Pemisahan yang terjadi bergantung pada jenis
penelitian ini adalah metode maserasi. Metode fase gerak yang digunakan. Kromatografi cair
maserasi digunakan untuk mengekstraksi yang dilakukan dalam kolom besar merupakan
contoh yang relatif mudah rusak oleh panas. metode kromatografi terbaik untuk pemisahan
Metode ini dilakukan dengan merendam campuran dalam jumlah besar. Zat penjerap
contoh dengan pelarut baik tunggal maupun dalam keadaan kering atau setelah dicampur
campuran dengan lama waktu tertentu yang dengan sejumlah cairan dimanfaatkan dalam
umumnya satu hingga dua hari perendaman tabung kaca atau tabung kuarsa dengan
tanpa diberikan pemanasan. Kelebihan metode ukuran tertentu dan mempunyai lubang
ini adalah relatif sederhana, yaitu tidak pengalir dengan ukuran tertentu.
memerlukan alat-alat yang rumit, relatif Kecepatan bergerak zat dipengaruhi oleh
mudah, murah, dan dapat menghindari beberapa faktor, yaitu daya jerap zat penjerap,
rusaknya komponen senyawa akibat panas sifat pelarut, dan suhu dari sistem
(Meloan 1999). kromatografi. Fraksi yang diperoleh
Berkov et al. (2007) mengekstraksi ditampung, tiap fraksi dikumpulkan dan
alkaloid dari tanaman Galanthus Elwesii diperiksa lebih lanjut dengan KLT. Fraksi
menggunakan etanol 95% dan proses yang sama digabungkan kemudian
pengasaman dilakukan dengan asam sulfat dimurnikan.
2%. Selanjutnya proses pembasaan kembali Kromatografi Lapis Tipis. Kromatografi
dilakukan menggunakan amonia 25% dan lapis tipis (KLT) merupakan salah satu jenis
dilanjutkan pelarutan dengan kloroform. kromatografi adsorpsi. KLT merupakan salah
Ekstrak kasar yang diperoleh difraksinasi satu teknik kromatografi yang digunakan
menggunakan kromatografi kolom dengan untuk pemisahan campuran komponen
eluen metanol dan etil asetat. Ashour et al. berdasarkan distribusi komponen tersebut
(2007) mengekstraksi alkaloid dari bunga diantara dua fase, yaitu fase diam dan fase
karang Hyrtious erectus dengan menggunakan gerak (Stoenoiu et al. 2006). Prinsip KLT
pelarut metanol. Bunga karang H.erectus asal adalah cuplikan atau contoh diteteskan pada
Mesir mengandung 9 senyawa golongan lapisan tipis kemudian dimasukkan ke dalam
alkaloid indol. Sebagai basa, alkaloid wadah berisi eluen sehingga cuplikan atau
diekstraksi dengan menggunakan alkohol contoh tersebut terpisah menjadi komponen-
yang bersifat asam lemah kemudian komponennya. Setiap komponen akan
diendapkan dengan amonia pekat (Harbone bergerak dengan laju tertentu yang dinyatakan
1987). dengan faktor retensi (Rf), yaitu nisbah antara
jarak yang ditempuh komponen terhadap jarak
Kromatografi yang ditempuh eluen. Komponen yang
mempunyai afinitas yang besar terhadap fase
Kromatografi adalah proses melewatkan gerak atau afinitas yang lebih kecil terhadap
contoh melalui suatu media, berdasarkan fase diam akan bergerak lebih cepat daripada
perbedaan kemampuan adsorpsi. Teknik komponen yang mempunyai sifat sebaliknya
kromatografi bermanfaat sebagai cara (Gritter et al.. 1991).
menguraikan suatu campuran. Pada Kromatografi lapis tipis (KLT) ini paling
kromatografi, komponen-komponen terdistri- umum digunakan karena memiliki beberapa
busi dalam dua fase, yaitu fase diam dan fase keunggulan, yaitu mudah dalam preparasi
gerak. Pemisahan yang terjadi disebabkan sampel, kesederhanaan dalam prosedur kerja,
masing-masing komponen bergerak dengan relatif murah karena sampel dan standar dapat
interval waktu yang berbeda. dirunning dalam waktu yang sama serta
Kromatogafi Kolom. Kromatografi volume pelarut yang digunakan sedikit,
kolom konvensional merupakan kromatografi selektif dan sensitif, dan kromatogramnya
cair yang aliran fase geraknya disebabkan dapat diamati secara visual (Kimura et al.
5
2008). Cara ini dapat dipakai pada memastikan kandungan senyawa metabolit
pemeriksaan pendahuluan ekstrak kasar dari sekunder (alkaloid) mengacu pada metode
kebanyakan senyawa dan juga sebagai cara Harborne (1987). Setelah itu dilakukan uji
pada pemisahan dan deteksi pendahuluan inhibisi ekstrak terhadap aktivitas
(Harborne 1987). penghambatan enzim α-glukosidase,
Sistem KLT meliputi fase diam (lapisan fraksinasi ekstrak, uji inhibisi fraksi alkaloid
penjerap), fase gerak (eluen), dan deteksi terhadap aktivitas penghambatan enzim α-
kromatogram. Penjerap yang umum glukosidase, uji fitokimia terhadap hasil
digunakan adalah silika gel, aluminium fraksinasi serta identifikasi menggunakan
oksida, selulosa dan turunannya, poliamida, spektrofotometer UV-tampak dan inframerah
dan lain-lain (Stahl 1985). Hal ini didukung (Lampiran 1).
oleh Christian (1986) yang menyatakan
bahwa fase diam yang umum digunakan pada Preparasi Contoh
KLT adalah adsorbent seperti silika gel, Buah mahkota dewa (bagian daging dan
alumina, dan selulosa, namun silika gel kulit) yang berwarna hijau-merah, merah-
paling banyak digunakan karena silika hijau, dan merah sekali dipotong kecil-kecil
mempunyai kekuatan pemisahan yang sangat hingga ukuran ketebalan ± 5-7 mm, kemudian
baik (Nyiredy 2002). dikeringkan di dalam oven pada suhu ± 50 °C
Fase gerak adalah medium angkut yang sampai kadar air kurang dari 10%. Daging
terdiri atas satu atau beberapa pelarut. buah yang telah kering dihaluskan dengan
Komposisi pelarut yang berbeda menyebab- menggunakan penggiling buah.
kan nilai Rf yang dihasilkan bervariasi
tergantung pada jarak spot yang terbantuk Penentuan Kadar Air (AOAC 1999)
(Christian 1986). Eluen yang digunakan Buah mahkota dewa (dengan berbagai
dalam pemisahan sangat berpengaruh umur) ditimbang masing-masing ke dalam
terhadap efek elusi. Stahl (1985) menyatakan cawan porselin yang telah dikeringkan pada
bahwa efek elusi naik dengan naiknya suhu 105 °C selama 30 menit serta telah
kepolaran atau kekuatan pelarut. diketahui bobotnya. Sebanyak ± 3 gram
contoh dimasukkan ke dalam cawan dan
dipanaskan di dalam oven bersuhu 105 °C
BAHAN DAN METODE selama 3 jam kemudian didinginkan di dalam
eksikator dan ditimbang kembali. Prosedur
Bahan dan Alat dilakukan berulang-ulang sampai diperoleh
bobot yang konstan.
Bahan contoh yang digunakan adalah AB
Kadar air (%) 100%
daging buah mahkota dewa dengan berbagai A
umur berdasarkan warnanya hijau-merah, keterangan:
merah-hijau, dan merah sekali yang diperoleh A adalah bobot contoh (g)
dari Departemen Konservasi Sumberdaya B adalah bobot bahan setelah dikeringkan (g)
Hutan dan Ekowisata (KSHE), Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Na2CO3, Uji Fitokimia (Harborne 1987)
α-glukosidase (Sigma G 3651-250UN), p- Uji Flavonoid. Sebanyak 1 gram ekstrak
nitrofenil α-D-glukopiranosida (PNG) (Sigma mahkota dewa dari masing-masing sumber
N 1377-5G), tablet acarbose (Bayer, Jakarta- ditambahkan 100 ml air panas kemudian
Indonesia), dan silika gel G60F254 dari Merck. dididihkan selama 5 menit dan disaring.
Alat yang digunakan adalah Filtrat yang diperoleh kemudian diambil
spektrofotometer UV-tampak (Shimadzu sebanyak 5 ml, ditambah dengan serbuk Mg
PharmaSpec UV-1700) dan spektrofotometer 0.05 gram, 1 ml HCl pekat, dan 1 ml amil
FTIR (Perkin Elmer tipe Precisely Spectrum alkohol. Campuran dikocok kuat-kuat. Uji
One). positif ditandai dengan munculnya warna
merah, kuning, atau jingga pada lapisan amil
Lingkup Penelitian alkohol.
Uji Terpenoid dan Steroid. Uji ini
Tahapan penelitian ini meliputi preparasi menggunakan pereaksi Lieberman-Buchard.
contoh, penentuan kadar air, dan pembuatan Pada pengujian ini, sebanyak 1 gram ekstrak
ekstrak alkaloid buah mahkota dewa. Ekstrak mahkota dewa dari masing-masing sumber
tersebut selanjutnya ditentukan kandungan dimaserasi dengan 10 ml dietil eter selama 1
fitokimia dengan uji fitokimia untuk jam kemudian disaring. Ke dalam filtratnya