Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

MANUSIA DAN HARAPAN HIDUP


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar yang diampu oleh:
Tugiyo, Drs, MM.

Disusun oleh Kelompok 5:


Sayyidah Bilqis Safira Eltsani (142170065)
Farah Harum Apsari I Putri (142170080)
Ardelia Kumala Helga (142170093)
Cestlavietria Ramadhani P (142170094)
Taufik Gilang Ramadhan (142170096)
Sunu Wicaksono (142170098)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2018

0
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim.
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan pencipta alam semesta yang menjadikan bumi beserta
isinya dengan begitu sempurna. Dan sungguh berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya kami
kelompok sepuluh dapat menyelesaikan makalah ini demi memenuhi tugas mata kuliah Ilmu
Budaya Dasar. Dan kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat,dan kami
mohon kritik dan saran yang bersifat membangun agar kinerja kami lebih baik lagi.
Semoga makalah ini dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan informasi yang
bermanfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta, 26 November 2018

Tim Penyusun

1
DAFTAR ISI

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya manusia dan harapan itu berada dalam satu naungan atau
berdampingan. Setiap manusia pasti mempunyai harapan, manusia tanpa harapan berarti
manusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai
harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan bergantung pada
pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup dan kemampuan masing-masing.
Harapan juga harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri,
maupun kepercayaan kepada Allah SWT. Agar harapan bisa terwujud, maka manusia
harus berusaha dengan sungguh-sungguh dan diikuti dengan berdo’a kepada Allah SWT.
Hal ini disebabkan karena harapan dan kepercayaan tidak dapat dipisahkan. Harapan dan
kepercayaan merupakan bagian dari hidup manusia selama di dunia karena setiap
manusia mempunyai harapan dan kepercayaan kepada Allah SWT.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Manusia itu?
2. Apakah pengertian dari Harapan itu?
3. Apa Persamaan Harapan dan Cita-cita?
4. Apa hubungan antara manusia dan harapan?
5. Apa sebab manusia memiliki harapan?
6. Apa hubungan antara harapan dan kepercayaan?

C. Tujuan

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manusia
Manusia adalah makhluk yang paling mulia disisi Allah SWT. Manusia memiliki
keunikan yang menyebabkannya berbeda dengan makhluk lain. Manusia memiliki jiwa
yang rohaniah, ghaib, tidak dapat ditangkap dengan panca indera yang berbeda dengan
makhluk lain karena pada manusia terdapat daya berfikir, akal, nafsu, kalbu, dan
sebagainya.
Pengertian manusia dapat dilihat dari berbagai segi. Secara bahasa manusia
berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi
atau makhluk yang mampu menguasai makhluk lain. Secara istilah manusia dapat
diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah
kelompok (genus) atau seorang individu. Secara biologi, manusia diartikan sebagai
sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan
tinggi.

B. Pengertian Harapan
Harapan berasal dari kata harap. Artinya supaya sesuatu yang terjadi atau sesuatu
yang belum terwujud. Sedangkan harapan itu sendiri mempunyai makna sesuatu yang
terkandung dalam hati setiap orang yang datangnya merupakan karunia dari Allah SWT
yang sifatnya terpatri dan sukar dilukiskan. Yang mempunyai harapan atau keinginan itu
hati. Putus harapan berarti putus asa. Dan agar harapan dapat dicapai, memerlukan
kepercayaan pada diri sendiri, kepercayaan kepada orang lain dan kepercayaan kepada
Allah Swt.
Harapan atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang
diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan berbuah kebaikan diwaktu yang
akan datang. Pada umumnya harapan berbentuk abstrak, tidak tampak namun diyakini
bahkan terkadang dibatin dan dijadikan sugesti agar terwujud. Namun ada kalanya
harapan tertumpu pada seseorang atau sesuatu. Pada praktiknya banyak orang mencoba
menjadikan harapannya menjadi nyata dengan cara berusaha dan berdoa.
Setiap orang mempunyai berbagai cara untuk memenuhi harapannya atau
keinginannya, baik dengan cara yang dibenarkan maupun dengan cara yang dilarang oleh
norma-norma agama dan hukum. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang
melakukan pelanggaran dalam usahanya mencapai apa yang diharapannya, misalnya :
faktor lingkungan sosial, ekonomi, pendidikan, tidak adanya landasan iman yang kuat,
kurang rasa percaya diri, dan kurang pendidikan mental. Dari semua itu dapat berakibat
buruk pada diri sendiri.
Beberapa pendapat menyatakan bahwa esensi harapan berbeda dengan berpikir
positif yang merupakan salah satu cara proses sistematis dalam psikolog untuk
menangkal pikiran negatif atau berpikir pesimis.

4
C. Persamaan Harapan dan Cita – cita
Harapan berasal dari kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi;
sehingga harapan berarti sesuatu yang diinginkan dapat terjadi. Dengan demikian harapan
menyangkut masa depan.
Cita - cita merupakan impian yang disertai dengan tindakan dan juga diberikan
batas waktu. Jadi kalau kita bermimpi untuk menjadi orang yang sukses, harus disertai
tindakan jangan hanya berandai - andai saja. Serta jangan lupa diberikan target waktu
sehingga kita punya timeline kapan hal tersebut kita inginkan terealiasasi.
Dari kecil kita pasti dinasehati oleh orangtua, guru ataupun buku untuk
menggantungkan cita-cita setinggi langit. Semua itu memang benar karena dengan
adanya cita-cita atau impian dalam hidup kita akan membuat kita semangat dan bekerja
keras untuk menggapai kehidupan yang lebih baik di dunia.
Cita - cita yang baik adalah cita-cita yang dapat dicapai melalui kerja keras,
kreativitas, inovasi, dukungan orang lain dan sebagainya. Khayalan hasil melamun
cenderung tidak logis dan bersifat mubazir karena banyak waktu yang terbuang untuk
menghayal yang tidak-tidak.
Tidak semua orang bisa menentukan cita - cita. Jika tidak bisa menentukan cita-
cita, maka bercita-citalah untuk menjadi orang yang berguna dan dicintai orang banyak
dengan hidup yang berkecukupan. Untuk mendapatkan motivasi dalam mengejar cita -
cita kita bisa mempelajari kisah sukses orang lain atau membaca atau melihat film
motivasi hidup seperti laskar pelangi.
Bila dibandingkan dengan cita-cita, maka harapan mengandung pengertian tidak
terlalu muluk, sedangkan cita - cita pada umumnya perlu setinggi bintang. Antara harapan
dan cita - cita terdapat persamaan yaitu: keduanya menyangkut masa depan karena belum
terwujud, pada umumnya dengan cita-cita maupun harapan orang menginginkan hal yang
lebih baik atau meningkat.

D. Hubungan Antara Manusia dan Harapan


Harapan dalam kehidupan manusia merupakan cita - cita, keinginan, penantian,
kerinduan supaya sesuatu itu terjadi. Dalam menantikan adanya sesuatu yang terjadi dan
diharapkan, manusia harus melibatkan manusia lain atau kekuatan lain di luar dirinya
supaya sesuatu terjadi atau terwujud.
Menurut macamnya ada harapan yang optimis dan harapan pesimistis (tipis
harapan). Harapan yang optimis artinya sesuatu yang akan terjadi itu sudah memberikan
tanda-tanda yang dapat dianalisis secara rasional, bahwa sesuatu yang akan terjadi akan
muncul pada saatnya. Dan harapan yang pesimistis ada tanda-tanda rasional tidak akan
terjadi.
Harapan itu ada karena manusia hidup. Manusia hidup penuh dengan
keinginannya atau maunya. Setiap manusia memiliki harapan yang berbeda-beda, orang
yang berpikir luas, harapannya pun akan luas. Begitupun sebaliknya, orang yang berpikir
sempit maka harapannya juga akan sempit.

5
Harapan itu bersifat manusiawi dan dimiliki semua orang. Dalam hubungannya
dengan pendidikan moral, untuk mewujudkan harapan perlu di wujudkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Harapan apa yang baik
2. Bagaimana cara mencapai harapan itu
3. Bagaiman bila harapan tidak tercapai
Jika manusia mengingat bahwa kehidupan tidak hanya di dunia saja namun di
akhirat juga, maka sudah selayaknya harapan manusia untuk hidup di kedua tempat
tersebut bahagia. Dengan begitu manusia dapat menyelaraskan kehidupan antara dunia
dan akhirat, dan selalu berharap bahwa hari esok lebih baik dari pada hari ini. Namun kita
sebagai manusia harus sadar bahwa harapan tidak selamanya menjadi kenyataan dan
terwujud.

E. Penyebab Manusia Memiliki Harapan


Menurut kodratnya manusia itu adalah makhluk sosial. Setiap manusia lahir ke
dunia ini langsung disambut dalam suatu pergaulan hidup, yakni di tengah suatu keluarga
atau anggota masyarakat lainnya. Di tengah-tengah manusia lain itulah seseorang dapat
hidup dan berkembang fisik dan jasmani, serta mental dan spiritualnya.
Ada dua hal yang mendorong manusia hidup bergaul dengan manusia lain, yaitu :
dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup.

1. Dorongan Kodrat
Kodrat ialah sifat, keadaan, atau pembawaan alamiah yang sudah terjelma dalam diri
manusia sejak manusia itu diciptakan oleh Allah SWT. Misalnya : menangis,
bergembira, berpikir, bercinta, berjalan, berkata, dan mempunyai keturunan. Setiap
diri manusia mempunyai kemampuan untuk itu semua dan dorongan kodrat
menyebabkan manusia mempunyai keinginan dan harapan.
Dalam diri manusia masing-masing sudah terjelma sifat, kodrat pembawaan dan
kemampuan untuk hidup bergaul, hidup bermasyarakat atau hidup bersama dengan
manusia lain. Dengan kodrat ini manusia dapat mempunyai harapan.

2. Dorongan Kebutuhan Hidup


Sudah menjadi kodrat bahwa manusia mempunyai bermacam-macam kebutuhan
hidup. Kebutuhan hidup itu pada garis besarnya dapat dibedakan atas kebutuhan
jasmani dan kebutuhan rohani. Kebutuhan jasmani, misalnya makan, minum,
pakaian, dan rumah. Sedangkan kebutuhan rohani, misalnya kebahagiaan, kepuasan,
keberhasilan, hiburan dan ketenangan.
Untuk memenuhi semua kebutuhan itu manusia harus bekerja sama dengan manusia
lain. Hal ini disebabkan karena kemampuan manusia sangat terbatas, baik
kemampuan fisik maupun kemampuan berpikir. Dan dengan adanya dorongan kodrat
dan dorongan kebutuhan hidup itu maka manusia mempunyai harapan, karena pada
hakekatnya harapan itu adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

6
Sehubungan dengan kebutuhan-kebutuhan manusia itu, Abraham Maslow
mengkategorikan kebutuhan manusia menjadi lima macam. Lima macam kebutuhan itu
merupakan lima harapan manusia, yaitu:
1. Harapan untuk memperoleh kelangsungan hidup (survival)
2. Harapan untuk memperoleh keamanan (safety)
3. Harapan untuk memiliki hak dan kewajiban untuk mencintai dan dicintai (being loving
and love)
4. Harapan untuk memperoleh status atau diterima atau diakui lingkungan (status)
5. Harapan untuk memperoleh perwujudan dan cita-cita (self-actualization)

F. Hubungan Antara Harapan dan Kepercayaan


Kepercayaan berasal dari kata percaya, artinya mengakui atau meyakini akan
kebenaran. Kepercayaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau
keyakinan akan kebenaran. Dalam agama terdapat kebenaran-kebenaran yang dianggap
sebagai wahyu dari Allah Swt. Kepercayaan dalam agama merupakan keyakinan yang
paling besar. Dalam hal beragama tiap-tiap orang wajib menerima dan menghormati
kepercayaan orang yang beragama itu, dasarnya ialah keyakinan masing-masing.
Harapan dan kepercayaan saling melengkapi. Karena dalam memenuhi atau
mewujudkan harapan, manusia harus berusaha dan berdo’a. Dengan berusaha dan
berdo’a sungguh-sungguh kepada Allah Swt serta mempercayai adanya Allah Swt,
harapan akan terwujud dan terpenuhi.

Macam-macam Kepercayaan
Dasar kepercayaan adalah kebenaran. Sumber kebenaran adalah manusia. Kepercayaan
itu dapat dibedakan atas:

1. Kepercayaan pada diri sendiri.


Kepercayaan pada diri sendiri itu ditanamkan setiap pribadi manusia. Percaya pada
diri sendiri pada hakekatnya percaya pada Tuhan Yang Maha Esa Percaya pada diri
sendiri, menganggap dirinya tidak salah, dirinya menang, dirinya mampu
mengerjakan yang diserahkan atau dipercayakan kepadanya.

2. Kepercayaan kepada orang lain.


Percaya kepada orang lain itu dapat berupa percaya kepada saudara, orang tua, guru,
atau siapa saja. Kepercayaan kepada orang lain itu sudah tentu percaya ternadap kata
hatinya, perbuatan yang sesuai dengan kata hati, atau terhadap kebenarannya. Ada
ucapan yang berbunyi orang itu dipercaya karna ucapannya. Misalnya, orang yang
berjanji sesuatu hams dipenuhi, meskipun janji itu tidak terdengar orang lain, apalagi
membuat janji kepada orang lain.

3. Kepercayaan kepada pemerintah.


Berdasarkan pandangan teokratis menurut etika, filsafat tingkah laku karya Prof.Ir,
Poedjawiyatna, negara itu berasal dari Tuhan. Tuhan langsung memerintah dan

7
memimpin bangsa manusia, atau setidak-tidaknya Tuhanlah pemilik kedaulatan
sejati, Karena semua adalah ciptaan Tuhan. Semua mengemban kewibawaan,
terutama pengemban tertinggi, yaitu raja, langsung dikaruniai kewibawaan oleh
Tuhan, sebab langsung dipilih oleh Tuhan pula (kerajaan).
Pandangan demokratis mengatakan bahwa kedaulatan adalah dari rakyat,
(kewibawaan pun milik rakyat. Rakyat adalah negara, rakyat itu menjelma pada
negara. Satu-satunya realitas adalah negara). Manusia sebagai seorang (individu) tak
berarti orang mempunyai arti hanya dalam masyarakat, Negara. Hanya negara
sebagai keutuhan (totalitas) yang ada, kedaulatan mutlak pada negara, negara
demikian itu disebut negara totaliter, satu-satunya yang mempunyai hak ialah negara;
manusia perorangan tidak mempunyai hak, ia hanya mempunyai kewajiban (negara
diktator). Jelaslah bagi kita, baik teori atau pandangan teokratis ataupun demokratis
negara atau pemerintah itu benar, karena Tuhan adalah sumber kebenaran. Karena itu
wajarlah kalau manusia sebagai warga negara percaya kepada negara/pemerintah.

4. Kepercayaan kepada Tuhan.


Kepercayaan kepada Tuhan yang maha kuasa itu amat penting, karena keberadaan
manusia itu bukan dengan sendirinya, tetapi diciptakan oleh Tuhan. Kepercayaan
berarti keyakinan dan pengakuan akan kebenaran. Kepercayaan itu amat penting,
karena merupakan tali kuat yang dapat menghubungkan rasa manusia dengan
Tuhannya.
Bagaimana Tuhan dapat menolong umatnya, apabila umat itu tidak mempunyai
kepercayaan kepada Tuhannya, sebab tidak ada tali penghubung yang mengalirkan
daya kekuatannya. Oleh karcna itu jika manusia berusaha agar mendapat pertolongan
dari padanya, manusia harus percaya kepada Tuhan, sebab Tuhanlah yang selalu
menyertai manusia. Kepercayaan atau pengakuan akan adanya zat yang maha tinggi
yang menciptakan alam semesta seisinya merupakan konsekuensinya tiap-tiap umat
beragama dalam melakukan pemujaan kepada zat tersebut.

Usaha-usaha Meningkatkan Percaya pada Tuhan


Usaha itu antara lain:
a. Meningkatkan ketaqwaan kita dengan jalan meningkatkan ibadah.
b. Meningkatkan pengabdian kita kepada masyarakat.
c. Meningkatkan kecintaan kita kepada sesama manusia dengan jalan suka menolong,
dermawan, dan sebagainya.
d. Mengurangi nafsu mengumpulkan harta yang berlebihan.
e. Menekan perasaan negatif seperti iri, dengki, fitnah, dan sebagainya.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada dasarnya manusia dan harapan itu berada dalam satu naungan atau
berdampingan. Setiap manusia pasti mempunyai harapan, manusia tanpa harapan berarti
manusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai
harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan bergantung pada
pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup dan kemampuan masing-masing.
Harapan atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang
diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan berbuah kebaikan diwaktu yang
akan datang. Pada umumnya harapan berbentuk abstrak, tidak tampak namun diyakini
bahkan terkadang dibatin dan dijadikan sugesti agar terwujud. Namun ada kalanya
harapan tertumpu pada seseorang atau sesuatu. Pada praktiknya banyak orang mencoba
menjadikan harapannya menjadi nyata dengan cara berusaha dan berdoa.
Harapan seseorang juga ditentukan oleh kiprah usaha atau bekerja kerasnya
seseorang. Orang yang bekerja keras akan mempunyai harapan yang besar. Dan untuk
memperoleh harapan yang besar tetapi kemampuannya kurang, biasanya disertai dengan
unsur dalam, yaitu berdoa.

B. Saran

Anda mungkin juga menyukai