Anda di halaman 1dari 15

Konsep Diabetus Mellitis Secara Umum

A. Pengertian

Diabetus Mellitus merupakan kondisi kronis yang ditandai dengan

peningkatan konsentrasi glukosa darah disertai munculnya gejala utama

yang khas, yakni urine yang berasa manis dalam jumlah yang besar (

Rudy Bilois dan Richard Donelly, 2015 )

Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang

disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang

menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan

pembuluh darah (Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Penyakit Dalam

Hal. 164 (2012)).

B. Klasifikasi

Diabetes Mellitus sendiri dari dua jenis yang masing-masing dapat

diobati dengan cara tersendiri, yaitu : diabetes yang tergantung pada

insulin ( IDDM atau Diabetes Tipe I ) dan diabetes yang tidak

tergantung pada insulin ( NIDDM atau diabetes tipe II ) , adapun

klasifikasi Diabetes Mellitus :

Tabel 2.1 Kasifikasi Diabetes Mellitus

I. Diabetes Mellitus Tipe I

Diabetes Mellitus Tergatung Insulin (DMTI) artinya bila insulin tidak

aktif glukosa tidak dapat masuk sel dengan akibat glukosa akan tetap

berada di dalam pembuluh darah yang berarti kadarnya didalam darah

akan meningkat. Dalam keadaan seperti itu badan akan jadi lemah tidak

ada sumber energi di dalam sel. (Pedoman Diabetes Mellitus Edisi 2,


2009)

II. Diabetes Mellitus Tipe II

Diabetes Mellitus Tipe II ini terjadi akibat penurunan sensivitas

terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah

produksi insulin.

III. Diabetes Mellitus Tipe Lain

A. Defek genetik fungsi sel beta

- Kromosom 12, HNF-α (dahulu MODY 3)

- Kromosom 7, glukokinase (dahulu MODY 2)

- Kromosom 20, HNF α (dahulu MODY 1)

- Kromosom 13, insulin promoter factor (IPF dahulu

MODY 4)

- Kromosom 17, HNF-1β (dahulu MODY 5)

- Kromosom 2, neuro D1 (dahulu MODY 6) DNA

Mitokondria

- Lainnya

B. Defek genetic kerja insulin : resistensi insulin tipe A, I

eprecchaunisme, sindrom Rabson Mendenhall, diabetes

lipoatropik, dll.

C. Penyakit Ensokrin Pankreas : pankreatitis, trauma /

pankreatomi, neoplasma, fibrosis klistik, hemokrematosis,

pankreatopati, dll.

D. Endikrinopati : akromegali, sindrom cushing,

feokromosis, hipertirodoisme, somatostatinoma, dll.


E. Karena Obat / Zat Kimia : vacor, pantimidin, asam

nikorinomat, hormon tiroid, diazoxid, dll.

F. Infeksi : rubella congenital, CMV, dll.

G. Imunologi (jarang) : sindrom “Stiffman”, antibody anti

reseptor insulin, dll.

H. Sindrom genetic lain : Sindrom Down, sindrom

Klinefelter, sindrom Wolffram’s ataksia Friedrich’s

IV. Diabetes Kehamilan

Adalah diabetes yang terjadi pada ibu hamil. Kasus ini sering disebut

Diabetes Gestastional, merupakan penyakit diabetes yang terjadi pada

ibu yang sedang hamil yang sebelumnya tidak mengidap Diabetes

(Buku Saku Diabetes pada Kehamilan, 2014).

(ADA, 2009)

Perbedaan antara diabetes mellitus tipe I dan diabetes mellitus tipe II

menurut Mirza Maulana, 2014 :

Tabel 2.2 Perbedaan Diabetes Mellitus tipe I dan II

Diabetes Mellitus Tipe I Diabetes Mellitus Tipe II

Penderit mengalmi sedikit insulin Pankreas tetap menghasilkan

atau sama sekali tidak insulin, kadang kadarnya lebih

menghasilkan insulin. tinggi dari normal. Tetapi tubuh

membentuk kekebalan terhadap

efeknya, sehingga terjadi

kekurangan insulin relative

Umumnya terjadi sebelum usia 30 Bisa terjadi pada anak-anak dan


tahun, yaitu anak-anak dan remaja dewasa, tetapi biasanya terjadi

setelah usia 30 tahun

Para ilmuwan percaya bahwa Faktor resiko untuk diabetes tipe

faktor lingkungan ( berupa infeksi II adalah obesitas di mana sekitar

virus atau faktor gizi pada masa 80 – 90% penderita mengalami

kanak – kanak atau dewasa awal ) obesitas.

menyebabkan sistem kekebalan

menghancurkan sel penghasil

insulin di pancreas. Untuk

terjadinya hal ini, diperlukan

kecenderungan genetik.

90 % sel penghasil insulin ( sel Diabetes mellitus tipe II juga

beta ) mengalami kerusakan cenderung diturunkan secara

permanen. Terjadi kekurangan genetik dalam keluarga.

insulin yang berat dan penderita

harus mendapatkan suntikan

penderita harus mendapatkan

suntikan insulin secara teratur.

C. Penyebab

Berikut ini dalah penyebab beberapa faktor yang mempengaruhi Diabtes

Mellitus :

a. Genetic atau faktor keturunan

b. Virus atau bakteri


c. Bahan toksin atau beracun

d. Nutrisi

e. Kadar Kortikosteroid yang tinggi

f. Kehamilan gestational

g. Obat – obatan yang merusak pancreas ( Maulana, 2014 )

Kriteria Diasnostik WHO untuk Diabetes Mellitus pada dewasa yang tidak hamil :

Pada sedikitnya dua kali pemeriksaan :

A. Gula darah sewaktu / random >200 mg/dl (11,1 mmol/L)

atau

B. Gula darah puasa / nucher <140 mg/dl (7,8 mmol/L)

C. Gula darah dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah

mengkonsumsi 75 g karbohidrat ( 2 jam post pandrial ) >200 mg/dl (11,1

mmol/L)

D. Tanda dan Gejala

Gejala diabetes melitus dibedakan menjadi akut dan kronik.

Gejala akut diabetes melitus yaitu : Poliphagia (banyak makan) polidipsia

(banyak minum), Poliuria (banyak kencing/sering kencing di malam hari), nafsu

makan bertambah namu berat badan turun dengan cepat (5-10 kg dalam waktu 2-4

minggu), mudah lelah.

Gejala kronik diabetes melitus yaitu : Kesemutan, kulit terasa panas atau

seperti tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram, kelelahan, mudah

mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah dan mudah lepas,

kemampuan seksual menurun bahkan pada pria bisa terjadi impotensi, pada ibu
hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau dengan

bayi berat lahir lebih dari 4kg.

Gejala lain tersebut sering terabaikan karena dianggap sebagai keletihan

akibat kerja (Maulana, 2008; dalam buku Asuhan Keperawatan Praktis 2016).

Gejala lain yang biasanya muncul adalah :

A. Penglihatan kabur

B. Luka lama yang tak kunjung sembuh

C. Kaki terasa keras, geli, atau terbakar

D. Infeksi jamur pada saluran reproduksi wanita

E. Impotensi pada pria

F. Komplikasi

Beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus adalah :

1. Akut

a. Hipoglikemia dan hiperglikemia

b. Penyakit makrovaskular : mengenai pembuluh darah besar,

penyakit jantung koroner (cerebrovskuler, penyakit pembuluh

darah kapiler)

c. Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembulu darah kecil, retinopati,

nefropati.

d. Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstremitas), saraf

otonom berpengaruh pada gastrointestinal, kardiovaskuler

2. Komplikasi menahun Diabetes Mellitus

a. Neuropati diabetik

b. Retinopati diabetik
c. Nefropati diabetik

d. Proteinuria

e. Kelainan koroner

3. Ulkus/gangren

Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain :

1) Grade 0 : Tidak ada luka

2) Grade I : Kerusakan hanya sampai permukaan kulit

3) Grade II : Kerusakan kulit mencpai otot tulang

4) Grade III : Terjadi abses

5) Grade IV : Gangren pada kaki bagian distal

6) Grade V : Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal

1. Koping keluarga

Kemampuan koping diperlukan oleh setiap manusia untuk mampu

bertahan hidup dalam lingkungan yang selalu berubah dengan cepat. Koping

adalah proses pemecahan masalah dimana seseorang mempergunakannya untuk

mengelola kondisi stres. Derajat stres ditentukan oleh perbandingan antara apa

yang terjadi (sumber stresor) orang akan secara sadar atau tidak sadar untuk

mengatasi situasi tersebut (Smeltzer, 2001 dalam buku Konsep dan Penerapan

Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, 2012)

Konsep koping sangat penting dalam keperawatan karena semua pasien

mengalami stres sehingga sangat memerlukan kemampuan koping untuk dapat

mengatasinya. Kemampuan koping dan adaptasi terhadap stres merupakan faktor

penentu yang penting dalam kesejahteraan manusia (Asih, 1999 dalam buku
Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, 2012). Berikut

ini akan disampaikan tentang konsep koping :

2. Pengertian Koping

Menurut Keliat (1999 dalam buku Konsep dan Penerapan Metodologi

Penelitian Ilmu Keperawatan, 2012), koping adalah perubahan kognitif dan

perilaku secara konstan dalam upaya untuk mengatasi tuntutan internal dan

eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi sumber individu. Koping dapat

adaptif (efektif ) dan mal adaptif (in efektif) (Stuart dan Sudden, 1995 dalam buku

Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, 2012 ). Perilaku

koping dan upaya-upaya koping sebagai strategi yang positif, aktif, dan khusus

untuk masalah yang di sesuaikan untuk pemecahan suatu masalah hal ini di batasi

untuk perilaku atau pengakuan yang aktual di lakukan oleh mereka.

1. Sumber koping

a. Sumber koping terdiri atas dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal

(Stuart dan Sudden, 1995 dalam buku Konsep dan Penerapan Metodologi

Penelitian Ilmu Keperawatan, 2012), antara lain:

1. Faktor internal yang meliputi: kesehatan dan energi, system kepercayaan

seseorang termasuk kepercayaan eksistensial (iman, kepercayaan, agama ),

komitmen atau tujuan hidup (property motivasional ), perasaan seseorang

seperti harga diri, kontrol, dan kemahiran, ketrampilan pemecahan

masalah, ketrampilan sosisal (kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi

dengan orang lain ).

2. Faktor eksternal terdiri atas : dukungan sosial dan sumber material.

Menurut Cobb, dukungan sosial sebagai rasa memiliki informasi terhadap


seseorang atau lebih dengan tiga kategori yaitu : dukungan emosional, di

mana seseorang merasa di cintai : dukungan harga diri, berupa pengakuan

dari seseorang akan kemampuan yang di miliki ; perasaan memiliki dan

dimiliki dalam sebuah kelompok .

b. Mechanic mengemukakan 5 sumber koping menurut (Stuart dan Sudden,

1995 dalam buku Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan, 2012), yaitu:

1) Aset ekonomi

2) Kemampuan atau ketrampilan

3) Teknik-teknik pertahanan

4) Dukungan sosial

5) Dukungan motivasi.

3. Faktor yang mempengaruhi koping

Faktor yang mempengaruhi koping normal dan adaptasi diantaranya: peran

dan hubungannya, tidur dan istirahat, rasa aman dan kenyamanan dan pengalaman

masa lalu secara sederhana perilaku koping atau upaya koping merupakan strategi

yang positif, aktif dan khusus untuk masalah yang disesuaikan untuk pemecahan

masalah (Friedman, 2003 dalam buku Konsep dan Penerapan Metodologi

Penelitian Ilmu Keperawatan, 2012 ).

4. Jenis dan strategi koping

a. Taylor (1997 dalam buku Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian

Ilmu Keperawatan, 2012), mengemukakan 8 strategi koping yang berbeda

antara lain:

1. Konsentrasi
2. Mencari dukungan sosial

3. Melaksanakan pemecahan masalah dipastikan dengan problem fokus

koping

4. Kontrol diri

5. Membuat jarak

6. Penilaian kembali secara positif

7. Menerima tanggung jawab

8. Lari / pengindraan.

b. Menurut (Eldeman, 2003 dalam buku Konsep dan Penerapan Metodologi

Penelitian Ilmu Keperawatan, 2012), ada beberapa strategi diantaranya:

1) Menjauhkan

Merupakan aturan utama bagi orangtua ketika menghadapi pertengkaran

anak-anak. Orangtua mudah sekali terjebak dalam perselisihan dan

bertindak sebagai hakim atau penengah, akan tetapi peran seperti itu akan

menghalangi tujuan mendasarnya, karena banyak pertengkaran seperti ini

bertujuan menaruh perhatian orangtua, maka bertindak sebagai mediator

diantara mereka. Orangtua bisa berperan aktif mengajari anak-anak

mengatasi konflik mereka sendiri. Berikut ini peran orangtua untuk

membantu:

a. Temukan pemicu penyebab pertengkaran.

b. Membuat suasana yang menyenangkan

c. Memberi pujian saat mereka berlaku manis


Orangtua harus menekankan sikap yang baik, tidak hanya menghukum

kesalahan. Beri pujian ketika anak anda mau bekerjasama atau

berkompromi sendiri.

d. Jangan membuat asumsi

Orangtua sering mengasumsikan bahwa anak sulung adalah pemicu

sebagian besar pertengkaran bahwa kakak yang berteriak atau memukul,

tetapi jangan asumsikan bahwa adiknya tidak bersalah.

e. Memahami kemarahan mereka

Anak-anak punya alasan yang sangat kuat untuk marah pada saudaranya.

Memahami perasaan mereka, dan biarkan mereka merasakan seluruh

emosi karena ikatan persaudaraan yang erat. Menjelaskan tindakan yang

perlu mereka lakukan untuk mengatasi rasa marah.

f. Menekankan ketulusan diantara anak-anak

Mengatakan pada anak-anak bahwa anak anda yakin mereka sendiri bisa

mengatasi perbedaan, sampaikan juga anda percaya pada keputusan

mereka dan beri pujian atas usaha mereka.

g. Mencontohkan sikap yang baik

Mencontohkan sikap yang baik anatara kakak dan adik, misalnya jika

antara saudara kandung ada permasalahan selesaikan dengan cara baik-

baik dan berdamai bukan dengan bertengkar.

h. Menghindari kekerasan

Menekankan bahwa anda melarang segala bentuk kekerasan fisik. Garis

bawahi bahwa memukul, menendang, menggigit tidak pernah bisa

diterima, apapun pemicunya. Adu argumen yang berubah menjadi


kekerasan fisik harus dihentikan segera dan pelaku dipisahkan.

Menghindari kekerasan harus merupakan peraturan yang tegas. Waspadai

adanya intimidasi emosi atau psikologis, ini juga merupakan larangan

keras. Bantu anak mencari kata-kata yang dapat mengekspresikan

kemarahan sehingga tidak mendaratkan pukulan.

i. Mengingatkan yang mereka tidak tahu

Perdebatan yang terjadi antara kakak beradik, sebaliknya diingatkan

dengan cara menegosiasikan penyelesaian yang sudah mereka ketahui.

Anda bisa memulainya, lalu biarkan mereka mengatasi persoalan mereka

sendiri.

2) Mengatasi perselisihan dengan adil

Ada tiga cara dasar untuk menyelesaikan konflik, yaitu :

a. Persetujuan mutlak

Satu pihak secara total tunduk pada permintaan pihak lain.

b. Kompromi

Kedua pihak menghasilkan sesuatu melalui negosiasi

c. Berdamai

3) Pertemuan keluarga bisa membantu

Saat anak bertambah dewasa, menjadwalkan pertemuan keluarga bisa

membantu mengurangi frekuensi pertengkaran. Latihan ini sebagai sarana

belajar untuk mencegah konflik. Tujuannya adalah mendiskusikan masalah

keluarga, mengeluarkan ide mencari solusi, dan menegosiasikan

kompromi kalau perlu. Orang dewasa dan anak-anak belajar bekerjasama,

sebagai satu tim, untuk mencari solusi masalah keluarga sehari-hari.


Aturan dasarnya sedehana, sebagai berikut :

a. Pendapat setiap anggota keluarga harus dihargai.

b. Setiap orang punya kesempatan mengemukakan pendapat dan perasaan

sesuai topik tetapi boleh memilih tidak mengatakannya kalau lebih suka

demikian.

c. Semua orang harus mendengarkan

d. Dilarang menghina atau meledek.

4) Mekanisme koping

a. Menurut Keliat (1999 dalam buku Konsep dan Penerapan Metodologi

Penelitian Ilmu Keperawatan, 2012) , yaitu :

1. Fokus pada masalah

Koping yang di gunakan untuk mengurangi stresor individu atau

mengatasi dengan mempelajari cara-cara baru dan ketrampilan-

ketrampilan baru individu akan menggunakan strategi ini bila dirinya

dapat mengubah situasinya (Smeltzer, 2001 dalam buku Konsep dan

Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, 2012).

2. Fokus pada kognitif

Fokus kognitif yang dilakukan, misalnya: substitusi penghargaan, dan

devaluasi tujuan.

3. Fokus pada emosi

Koping ini digunakan untuk mengatur respon emosional terhadap stres.

Pengaturan melalui perilaku individu, bagaimana menghilangkan fakta-

fakta yang tidak menyenangkan dengan strategi kognitif. Metode ini di


pakai jika individu merasa tidak mampu mengubah kondisi yang membuat

stres.

b. Mekanisme koping menurut (Stuart & Sudden, 1995 dalam buku Konsep

dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, 2012), adalah

sebagai berikut :

1. Mekanisme koping adaptif

Mekanisme koping adaptif merupakan mekanisme koping yang

mendukung fungsi intregrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan.

Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah

secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktifitas konstruktif.

2. Mekanisme koping maladaptif

Mekanisme koping maladaptif merupakan mekanisme koping yang

mendukung fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi

dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah makan

berlebihan atau tidak makan, bekerja berlebihan dan menghindar.

5) Karakteristik koping

a. Koping yang efektif (Friedman, 1998 dalam buku Konsep dan Penerapan

Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, 2012), antara lain :

1. Menceritakan secara verbal tentang perasaannya

2. Mengembangkan tujuan yang realistis

3. Mengidentifikasi sumber-sumber koping

4. Mengembangkan mekanisme koping yang efektif

5. Identifikasi alternative strategi

6. Memilih strategi yang tepat


7. Menerima dukungan.

b. Koping yang tidak efektif (Taylor, 1997 dalam buku Konsep dan

Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, 2012), antara lain :

1. Menyatakan tidak mampu

2. Tidak mampu menyelesaikan masalah secara efektif

3. Perasaan cemas, takut, marah, irritable, tegang, gangguan fisiologis

adanya stres kehidupan.

Anda mungkin juga menyukai