Anda di halaman 1dari 5

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS BAGU
Alamat : Jln. H Badruddin Bagu Kecamatan Pringgarata Kab.Loteng
Kode Pos 83562 email: puskesmasbagu@gmail.com

KERANGKA ACUAN
PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA
UPTD PUSKESMAS BAGU TAHUN 2018

A. Pendahuluan
Kelompok remaja, yaitu penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, di Indonesia
memiliki proporsi kurang lebih 1/5 dari jumlah seluruh penduduk. Ini sesuai dengan proporsi
remaja didunia dimana jumlah remaja diperkirakan 1,2 miliar atau sekitar 1/5 dari jumlah
penduduk dunia (WHO, 2003). Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan
perkembangan pesat baik fisik, psikologis maupun intelektual. Pola karakteristik pesatnya
tumbuh kembang ini menyebabkan remaja dimanapun ia menetap, mempunyai sifat khas yang
sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai petualangan dan tantangan
serta cenderung berani menanggung risiko atas perbuatannya tanpa didahului oleh
pertimbangan yang matang. Sifat tersebut dihadapkan pada ketersediaan sarana di sekitarnya
yang dapat memenuhi keingintahuan tersebut. Keadaan ini sering kali mendatangkan konflik
batin dalam diriya.
Apabila keputusan yang diambil dalam menghadapi konflik tidak tepat, mereka akan
jatuh ke dalam perilaku berisiko dan mungkin harus menanggung akibat lanjutnya dalam
bentuk berbagai masalah kesehatan fisik dan psikososial, yang bahkan mungkin harus
ditanggungseumur hidupnya.
Pada awal dekade yang lalu penyalahgunaan NAPZA (Narkotik, Psikotropik dan Zat
adiktif lainnya) pada remaja belum semarak seperti saat ini dan infeksi HIV/AIDS masih amat
langka. Perilaku seksual berisiko di kalangan remaja belum terungkap dalam angka yang
menghawatirkan. Kesehatan remaja pada masa itu belum menjadi prioritas. Keadaan tersebut
berangsur berubah, terjadi kecenderungan peningkatan perilaku tidak sehat pada remaja.
Data tentang perilaku hBaguan seks pranikah pada pelajar terutama di kota besar
beberapa tahun terakhir ini cukup signifikan. Survei kecil yang dilakukan Yayasan Pelita Ilmu
di Plaza dan Mall Jakarta menemukan bahwa 42% dari 117 remaja 13-20 tahun pernah
berhBaguan seks dan lebih dari separuh diantaranya masih aktif berhBaguan seks dalam 1-3
bulan terakhir(Conrad,2000). Sebuah survei terhadap pelajar SMA di Manado mendapatkan
persentase 20% pada remaja laki-laki melakukan seks pranikah dan 6% pada remaja
perempuan (Utomodkk, 1998).
Tingginya infeksi HIV/AIDS di kalangan remaja dapat dilihat pada angka kejadian
HIV/AIDS sampai dengan bulan September 2004 dilaporkan sebanyak 5701 kasus dimana
persentase tertinggi kasus AIDS 51, 7 % diderita oleh sekelompok umur 20-29 tahun (laporan
triwulan Subdit. AIDS dan PMS Depkes, Oktober 2004). Selain itu beberapa rumah sakit di
Jakarta, misalnya RSKO mencatat tentang tingginya komplikasi berupa HIV AIDS selain
Hepatitis B dan C akibat penggunaan jarum suntik yang bergantian/tidak steril pada pecandu
NAPZA di kalangan remaja.
Sementara itu dari hasil beberapa survei dapat disimpulkan bahwa pengetahuan remaja
tentang kesehatan reproduksi masih rendah. Salah satu contoh: 46,2% remaja masih
menganggap bahwa perempuan tidak akan hamil hanya dengan sekali melakukan hBaguan
seks. Kesalahan persepsi ini sebagian besar diyakini oleh remaja laki-laki (49,7%)
dibandingkan dengan remaja putri (42,3%) (LDUI & BKKBN,1999). Dari survei yang sama
juga terungkap bahwa hanya 19,2% remaja yang menyadari peningkatan risiko untuk tertular
Infeksi Menular Seksual (IMS) bila memiliki pasangan lebih dari 1 (satu), 51% mengira
bahwa mereka akan berisiko tertular HIV hanya bila berhBaguan seks dengan pekerja seks
komersial.
Tingginya perilaku berisiko pada remaja yang ditunjukkan dalam data-data diatas
merupakan resultante dari sifat khas remaja, pengetahuan remaja tentang kesehatan, nilai
moral yang dianut serta ada tidaknya kondisi lingkungan yang kondusif.
Faktor lingkungan yang menyebabkan perilaku berisiko pada remaja adalah kondisi
lingkungan yang permisif terhadap perilaku berisiko (ketersediaan fasilitas/sarana yang
mendukung perilaku berisiko, ketiadaan penegakan hukum terkait kesehatan) atau bahkan
mendorong perilaku berisiko (melalui informasi yang salah, iklan). Secara rinci, terjadinya
faktor lingkungan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Informasi yang merugikan mudah diakses. Hal ini terjadi seiring dengan pesatnya arus
informasi melalui berbagai media cetak dan elektronik. Meskipun banyak informasi
bersifat positif, namun sering kali pula informasi yang diberikan tidak dapat
dipertanggungjawabkan misalnya karena tidak tepat, kurang lengkap,tidak benar dan
bahkan menjerumuskan.
2. Substansi merugikan mudah didapat, contoh substansi tersebut adalah NAPZA. Lemahnya
penegakan hukum terhadap pengedar NAPZA, pengedar buku dan audio visual porno,
mengakibatkan mudahnya remaja terpapar bahan-bahan yang merugikan tersebut.
3. Turunnya nilai-nilai sosial dalam masyarakat. Globalisasi menyebabkan budaya barat yang
cenderung bebas, misalnya kebebasan dalam pergaulan laki-perempuan ditiru oleh
sebagian remaja, sementara perlindungan terhadap akibat dari pergaulan bebas tersebut
tidak mudah didapatkan. Hal ini diperburuk dengan lemahnya pengawasan orang tua.
4. Kemiskinan. Kemiskinan dalam keluarga menyebabkan remaja tidak dapat melanjutkan
sekolah dan terpaksa harus bekerja dalam suasana penuh persaingan hingga mudah
terpapar berbagai tindak kekerasan, dan terjun ke dalam perilaku berisiko. Perilaku
berisiko yang mereka lakukan dapat mengakibatkan terjadinya kehamilan yang tidak
diinginkan, terinfeksinya penyakit menular seksual, terpaparnya tindak kekerasan, serta
timbulnya komplikasi akibat penyalahgunaan NAPZA.
Semua keadaan yang disebutkan di atas menunjukkan besarnya masalah kesehatan
pada remaja saat ini, dan mengisyaratkan perlunya penanganan dengan segera secara lebih
bersungguh-sungguh.

B. LatarBelakang
Beberapa fakta berikut ini menunjukkan bahwa saat ini remaja Indonesia menghadapi
berbagai tantangan. Data SDKI tahun 2012 menunjukkan bahwa 28% remaja perempuan dan
24% remaja laki-laki meminum minuman beralkohol pada usia sebelum 15 tahun. Sekitar 2,8
% remaja 15-19 tahun terlibat penyalahgunaan NAPZA, dan 0,7% perempuan dan 4,5% laki-
laki umur 15-19 tahun melakukan hBaguan seks pra-nikah.
Melihat besaran berbagai permasalahan sebagaimana diuraikan diatas, maka sudah
seharusnya pembinaan kesehatan remaja dijadikan sebagai bagian dari program promosi
kesehatan di puskesmas.
Maka perlu dilakukan pembinaan upaya kesehatan masyarakat (UKM) di Puskesmas
Bagu, sehingga tercapai VISI dan MISI Puskesmas Bagu, yang dituangkan dalam tata nilai
Puskesmas Bagu yaitu “PRIMA” Profesional,Ramah,Inovatif dan Inisiatif,Malu,Akuntable.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Terselenggaranya PKPR berkualitas di Puskesmas dan tempat pelayanan remaja lainnya,
yang mampu menghargai dan memenuhi hak-hak serta kebutuhan remaja sebagai individu
dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal bagi remaja sesuai dengan potensi yang dimiliki.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan penyediaan pelayanan kesehatan remaja yang berkualitas.
b. Meningkatkan pemanfaatan Puskesmas oleh remaja untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan.
c. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja dalam pencegahan masalah
kesehatan khusus pada remaja.
d. Meningkatkan keterlibatan remaja dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
pelayanan kesehatan remaja.

D. Kegiatan pokok dan rincian kegiatan


1. Kegiatan pokok
Penyuluhan di SD, SLTP dan SLTA di wilayah kerja UPTD Puskesmas Bagu
2. Rincian kegiatan
a. Kesehatan Reproduksi Remaja
b. HBaguan anemia danmenstruasi
c. Sosialisai tablet tambah darah dan minum tablet tambah darah bagi remaja putri
d. IMS/ HIV – AIDS/ NARKOBA
e. Pacaran Sehat
f. Personal Hygiene
E. Cara melaksanakan kegiatan
Kegiatan dilaksanakan dengan ceramah danTanya jawab.

F. Sasaran
Siswa SD (kelas V dan VI) SLTP dan SLTA di wilayah kerja UPTD Puskesmas Bagu

G. Jadwal pelaksanaan kegiatan


Kegiatan dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan

H. Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan


Pelaporan pelaksanaan kegiatan dibuat setelah selesai penyuluhan
I. Pencatatan, pelaporan, dan evaluasi kegiatan
Laporan pelaksanaan program dan evaluasi diserahkan ke pengelola program Kesehatan
Reproduksi dan sebagai laporan bulanan ke Dinas Kesehatan Kabupaten.

Mengetahui Bagu, 2018


Kepala UPTD Puskesmas Bagu Koordinator Program Kespro

Drs H Lalu Muhamad Amin Bq Mei Asri Pratimi,Amd.Keb


HARI HARYANTO, Amd.,Kep
NIP. 19601231 198009 1 001 Nip 19870501 201001 2029

Anda mungkin juga menyukai