Oleh :
Alivio Bagaskara G99181084/F-7
Joshua Jota Romadhona G991906018/F-6
Gabriel Manggala S. G991902023/F-19
Pembimbing :
dr. Noor Alifah, Sp. A
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. Bagas Dwi Santosa
Umur : 5 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tanggal Lahir : 24 Juni 2014
Agama : Islam
Berat Badan : 26 kg
Tinggi Badan : 115 cm
Alamat : Siswodipuran, Boyolali
Tanggal masuk : 27 Juni 2019
No. RM : 19587538
II. ANAMNESIS
Anamnesis diperoleh melalui autoanamnesis dan alloanamnesis terhadap ibu
pasien.
A. Keluhan Utama
Demam
G. Imunisasi
Hep B : 0 bulan
BCG : 1 bulan
3
DPT- HB : 2,3,4,18 bulan
Campak : 9 bulan
II
III
5
l. Cor
I : iktus cordis tidak tampak
P : iktus cordis teraba di spatium intercosta 4 linea midklavikularis sinistra
P : batas jantung kesan tidak melebar
A : bunyi jantung I-II interval normal, reguler, bising (-)
m. Pulmo
I : pengembangan dinding dada simetris
P: fremitus raba simetris
P: sonor / sonor di seluruh lapang pulmo
A: suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
n. Abdomen
I : dinding perut sejajar dinding dada
A : bising usus (+)
P : timpani
P : nyeri tekan (+) di seluruh regio perut, supel, hepar dan lien tidak
teraba membesar.
o. Ekstremitas :
Edema Akral dingin
- - - -
- - - -
Arteri dorsalis pedis teraba kuat
Capillary Refill Time kurang dari 2 detik
6
IV. RESUME
Pasien datang ke IGD RSUD Pandan Arang Boyolali dengan keluhan utama
demam sejak 4 hari SMRS. Demam disertai batuk muntah dan baru berhenti 1
hari SMRS. Demam pertama kali muncul hari Minggu (23/6/19) dan dirasakan
terus menerus. Pasien juga mengeluhkan mual dan muntah sehari 1-2 kali yang
berisi lendir dan makanan. Pasien juga mengeluhkan nyeri perut di bagian
pusat. Terakhir hari minggu (2/7/19). BAB dan BAK dalam batas normal.
Keluhan lain seperti mimisan disangkal.
Pada pemeriksaan fisik diperoleh keadaan umum sakit sedang, pasien
compos mentis dan gizi kesan baik. Pemeriksaan tanda vital: N: 90 x/menit,
RR: 26 x/menit, t: 36,2º C (per axiler), SiO2: 98%. Pada pemeriksaan regio
abdomen didapatkan nyeri tekan pada seluruh regio abdomen. Pemeriksaan
neurologi dalam batas normal. Status gizi secara antropometris: gizi baik.
V. DAFTAR MASALAH
1. Demam 1 minggu
2. Muntah
3. Nyeri perut
7
VIII. PENATALAKSANAAN
Terapi
1. Mondok bangsal Anak
2. Inf. KaEn3B 20tpm
3. Paracetamol syr 3 x cth1½
Planning
1. Pemeriksaan darah rutin
2. Pemeriksaan IgM Salmonella
IX. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
X. FOLLOW UP
1. 1 Juli 2019; pukul 06:00 (dalam perawatan hari 7 )
Subjektif:
Demam (-), batuk (-) pilek (-) mual (-), muntah (-), mimisan (-), nyeri perut (+)
Objektif:
a. Keadaan Umum:
Tampak sakit sedang, CM
b. Tanda Vital:
Suhu : 35.8° C per axilla
Laju nadi : 100 kali/menit reguler
Laju nafas : 28 kali/menit
SiO2 : 98%
TD : 100/60 mmHg
8
c. Kepala : mesocephal
d. Mata: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-),
refleks cahaya (+/+), pupil isokor diameter 2mm/2mm, edema palpebra
minimal (+).
e. Hidung : napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)
f. Mulut : mukosa bibir basah (+), sianosis (-)
g. Tenggorokan : dinding faring hiperemis (+), T1-T1, kripte melebar (-),
detritus (-)
h. Telinga : sekret (-/-)
i. Leher : kelenjar getah bening membesar (-)
j. Toraks : simetris, retraksi (-)
k. Cor :
I : iktus cordis tidak tampak
P : iktus cordis teraba di spatium intercosta 4 linea midklavikularis sinistra
P : batas jantung kesan tidak melebar
A : bunyi jantung I-II interval normal, reguler, bising (-)
l. Pulmo :
I : pengembangan dinding dada simetris
P: fremitus raba simetris
P: sonor / sonor di seluruh lapang pulmo
A: suara dasar vesikuler (+/+) , suara tambahan (-/-)
m. Abdomen :
I : dinding perut sejajar dinding dada
A : bising usus (+)
P : timpani
P : nyeri tekan (+) di regio umbilical, supel, hepar dan lien tidak teraba
membesar.
9
n. Ekstremitas :
Edema Akral dingin
- - - -
- - - -
Arteri dorsalis pedis teraba kuat
Capillary Refill Time kurang dari 2 detik
Assessment:
1. Dengue Hemorrhagic Fever II dd Demam Tifoid
2. Gizi baik, normoweight, normoheight.
Penatalaksanaan
Terapi
1. IVFD D 1/2 NS 20 tpm
2. Inj. Cefotaxime 3 x 500mg
3. Paracetamol 3 x ½ tab po
4. Pseudoefedrin HCl 3 x 1 cth po
Planning
1. EEG saat tidak demam
10
2. 2 Juli 2019; pukul 06:00 (dalam perawatan hari 8)
Subjektif:
Demam (-), batuk (-), pilek (-), mual (-), muntah (-), mimisan (+), nyeri perut
(+).
Objektif:
a. Keadaan Umum:
Tampak sakit sedang, CM
b. Tanda Vital:
Suhu : 36.2° C per axilla
Laju nadi : 90 kali/menit reguler
Laju nafas : 26 kali/menit
SiO2 : 98%
Tekanan Darah : 120/75 mmHg
c. Kepala : mesocephal
d. Mata: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-),
refleks cahaya (+/+), pupil isokor diameter 2mm/2mm.
e. Hidung : napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)
f. Mulut : mukosa bibir basah (+), sianosis (-)
g. Tenggorokan : dinding faring hiperemis (+), T1-T1, kripte melebar (-),
detritus (-)
h. Telinga : sekret (-/-)
i. Leher : kelenjar getah bening membesar (-)
j. Toraks : simetris, retraksi (-)
k. Cor :
I : iktus cordis tidak tampak
P : iktus cordis teraba di spatium intercosta 4 linea midklavikularis sinistra
P : batas jantung kesan tidak melebar
A : bunyi jantung I-II interval normal, reguler, bising (-)
l. Pulmo :
I : pengembangan dinding dada simetris
11
P: fremitus raba simetris
P: sonor / sonor di seluruh lapang pulmo
A: suara dasar vesikuler (+/+) , suara tambahan (-/-)
m. Abdomen :
I : dinding perut sejajar dinding dada
A : bising usus (+)
P : timpani
P : nyeri tekan (+) di regio umbilical, supel, hepar dan lien tidak teraba
membesar.
n. Ekstremitas :
Edema Akral dingin
- - - -
- - - -
Arteri dorsalis pedis teraba kuat
Capillary Refill Time kurang dari 2 detik
Assessment:
1.Dengue Hemorrhagic Fever II dd Demam Tifoid
2.Gizi baik, normoweight, normoheight.
Penatalaksanaan
Terapi
1. IVFD D 1/2 NS 20 tpm
2. Inj. Cefotaxime 3 x 500mg
3. Paracetamol 3 x ½ tab po
4 Pseudoefedrin HCl 3 x 1 cth po
Planning
EEG saat tidak demam
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Demam berdarah dengue adalah demam akut yang disebabkan oleh
empat serotype virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama
yaitu demam yang tinggi, manifestasi perdarahan, trombositopenia,
peningkatan hematokrit, dan dapat disertai dengan atau tanpa hepatomegali.
Infeksi virus dengue dapat menyebabkan Demam Dengue (DD), Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF), dan Dengue Shock Syndrom (DSS).2
B. ETIOLOGI
Virus dengue termasuk group B Arthropod borne virus (Arboviruses)
dan sekarang dikenal sebagai genus flavivirus, famili flaviviridae yang
mempunyai 4 jenis serotype yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Infeksi
dengan salah satu serotype akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap
serotype yang bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotype
yang lain. Serotipe DEN-3 merupakan serotype yang dominan dan banyak
berhubungan dengan kasus berat.3
C. EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini terdapat di daerah tropis, terutama di negara ASEAN dan
Pasifik Barat. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh
nyamuk Aedes, di Indonesia dikenal 2 jenis nyamuk Aedes, yaitu Aedes aegypti
dan Aedes albopictus.4
Di Indonesia DBD pertama kali dicurigai di Surabaya pada tahun 1968,
tetapi konfirmasi virologis baru diperoleh pada tahun 1970. Pada tahun 1993
DBD telah menyebar ke seluruh provinsi di Indonesia dan endemis di banyak
kota-kota besar. Angka morbiditas rata-rata DBD di Indonesia terus meningkat
13
dan mencapai angka tertinggi pada tahun 1998 yaitu 35 orang per 100.000
penduduk dengan jumlah penderita sebanyak 72.133 orang.1
Morbiditas dan mortalitas demam berdarah dengue bervariasi dan
dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain status imunologi penderita,
kepadatan vektor nyamuk, transmisi virus dengue, virulensi virus, dan kondisi
geografi setempat.1
Pada beberapa negara penularan virus dengue dipengaruhi oleh adanya
musim, jumlah kasus biasanya meningkat bersamaan dengan peningkatan curah
hujan. Jumlah penderita di Indonesia meningkat antara bulan September sampai
Februari dan mencapai puncaknya pada bulan Januari.1
Walaupun demam berdarah dengue bisa mengenai semua kelompok
umur, namun terbanyak pada anak di bawah umur 15 tahun. Penderita demam
berdarah dengue di Indonesia terbanyak umur 5-14 tahun.1
14
Manusia dapat terinfeksi 4 serotipe dengue selama hidup. Hampir
semua pasien DBD pernah terinfeksi dengan salah satu dari 4 serotipe virus
dengue sebelumnya, yang dikenal dengan hipotesa antibodi heterotipik.1
Menurut sejarah perkembangan patogenesis DBD dalam kurun waktu
100 tahun ini, dapat dibagi dua kelompok besar teori patogenesis yaitu :
1. Teori virulensi virus
Teori ini mengatakan seseorang akan terkena virus dengue dan
menjadi sakit kalau jumlah dan virulensi virus cukup kuat. Keempat serotipe
virus mempunyai potensi patogen yang sama dan syok sindrom terjadi
sebagai akibat serotipe virus yang paling virulen.
15
b. Dengan terdapatnya komplek virus-antibodi dalam sirkulasi darah maka
akan mengakibatkan trombosit kehilangan fungsi agregasi dan
mengalami metamorfosis, sehingga dimusnahkan oleh sistem RE
sehingga berakibat terjadinya trombositopenia hebat dan perdarahan.
Disamping itu, trombosit yang mengalami metamorfosis akan
melepaskan faktor trombosit 3 yang dapat mengaktivasi sistem
koagulasi.
c. Aktivasi faktor Hageman (Faktor XII) yang selanjutnya juga
mengaktivasi sistem koagulasi sehingga berakibat terjadinya
pembekuan intravaskuler yang meluas. Dalam proses ini maka
plasminogen akan berubah menjadi plasmin yang berperan pada
pembentukan anafilatoksin dan penghancuran fibrin menjadi Fibrin
degradation Product.4
Skema patogenesis DBD menurut The Secondary Heterologous Dengue Infection
Hypothesis :
Komplek Virus
Antibodi
16
Perdarahan Hebat Shock
Seperti pada infeksi virus yang lain, maka infeksi virus dengue juga
merupakan suatu self limiting infecting disease yang akan berakhir sekitar 2-7
hari.4
1. Demam
DBD didahului oleh panas tinggi yang timbul mendadak dan terus
menerus dengan sebab yang tidak jelas dan hampir tidak bereaksi terhadap
pemberian antipiretik (mungkin hanya turun sedikit kemudian naik
kembali). Panas ini biasanya berlangsung 2-7 hari. Bila tidak disertai syok
maka panas akan turun dan penderita sembuh sendiri.5
17
2. Tanda perdarahan
a. Perdarahan karena manipulasi
Uji tornikuet / rumple leed test yaitu dengan mempertahankan manset
tensimeter selama 5 menit, kemudian dilihat apakah timbul petekie
atau tidak di daerah volar lengan bawah. Sekarang ini banyak dianut
RL (+) bila dalam 1 inchi persegi petekie berjumlah > 10 bukan 20
seperti sebelum tahun 1975.4
b. Perdarahan spontan
- Petekie
- Perdarahan gusi
- Epistaksis
- Hematemesis dan melena
3. Pembesaran hepar
Hepar yang membesar pada umumnya dapat diraba pada permulaan
penyakit dan pembesaran hepar ini tidak sejajar dengan berat penyakit.
Nyeri tekan seringkali ditemukan tanpa disertai ikterus.3
4. Syok
Manifestasi syok pada anak terdiri atas :
a. Kulit pucat, dingin, dan lembab terutama pada ujung jari kaki, tangan,
dan hidung, sedangkan kuku menjadi biru. Hal ini disebabkan oleh
sirkulasi yang insufisien yang menyebabkan peninggian aktivitas
simpatikus secara reflek.
18
b. Anak yang semula rewel, cengeng, dan gelisah lambat laun
kesadarannya menurun menjadi apati, sopor, dan koma. Hal ini
disebabkan kegagalan sirkulasi serebral
c. Perubahan nadi, baik frekuensi maupun amplitudonya. Nadi menjadi
cepat dan lembut sampai tidak teraba oleh karena kolaps sirkulasi.
d. Tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang
e. Tekanan sistolik anak menurun menjadi 80 mmHg atau kurang
f. Oliguria sampai anuria karena menurunnya perfusi darah yang melalui
arteri renalis.3
Untuk gambaran laboratoris biasanya kelainan hematologis yang paling
sering adalah kenaikan hematokrit 20 % atau lebih melebihi nilai
hematokrit penyembuhan, tombositopenia, leukositosis ringan,
perpanjangan waktu perdarahan dan penurunan kadar protrombin. Kadar
fibrinogen mungkin subnormal dan produk-produk pecahan fibrin naik.5
F. DIAGNOSIS
19
Untuk menegakkan diagnosis DBD didasarkan pada kriteria menurut WHO
(1997), yaitu :
1. Kriteria Klinis
a. Panas tinggi mendadak, terus menerus selama 2 – 7 hari tanpa sebab
yang jelas (tipe demam bifasik).
b. Manifestasi perdarahan:
Uji Turniquet (+)
c. Hepatomegali
d. Kegagalan sirkulasi (syok) yang ditandai dengan
Nadi cepat dan lemah
Akral dingin
Kulit lembab
2. Kriteria Laboratoris
a. Trombositopenia (AT <100.000/ul)
b. Hemokonsentrasi ditandai dengan nilai hematokrit lebih dari atau sama
dengan 20% dibandingkan dengan masa konvalesen yang dibandingkan
dengan nilai Hct sesuai umur, jenis kelamin dari populasi.
Ditemukannya dua atau tiga patokan klinis pertama disertai
trombositopenia dan hemokonsentrasi sudah cukup untuk klinis
membuat diagnosis DBD. Dengan patokan ini, 87 % kasus tersangka
20
DBD dapat didiagnosis dengan tepat, yang dibuktikan oleh pemeriksaan
serologis.3
Derajat III: Derajad II ditambah kegagalan sirkulasi ringan yaitu nadi cepat dan
lemah, tekanan nadi menurun (<20mmHg) / hipotensi (tekanan
sistolik < 80 mmHg) disertai kulit yang dingin, lembab dan penderita
gelisah.
Derajat IV: Derajad III ditambah renjatan berat dengan nadi yang tidak teraba dan
tekanan darah yang tidak terukur, dapat disertai dengan penurunan
kesadaran, sianosis dan asidosis.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis pasti infeksi dengue membutuhkan pemeriksaan penunjang,
baik dengan mengisolasi virus atau mendeteksi antibodi-dengue tertentu.
Isolasi virus atau deteksi DENV RNA dalam spesimen serum serotype tertentu,
Real Time Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction (RT-PCR),
dalam fase akut spesimen serum harus dikumpulkan dalam waktu 5 hari dari
21
timbulnya gejala. Jika virus tidak dapat dipisahkan atau terdeteksi dari sampel
ini, fase convalescent dari spesimen serum diperlukan sedikitnya 6 hari setelah
timbul gejala untuk membuat diagnosis serologi dengan tes antibodi IgM
dengue dengan IgM antibodi – captured enzyme linked Immunosorbent Assay
(ELISA MAC).7
H. DIAGNOSIS BANDING
DBD bisa didiagnosis banding dengan penyakit yang disertai gejala
klinis demam tinggi mendadak, yaitu dengue fever, demam cikungunya,
pharingitis akut, ISK akut, infeksi susunan saraf akut, malaria, dan proses
supurasi.8
I. KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi DBD yang perlu diwaspadai adalah :
1. Syok ringan/berat, syok berulang
2. Enselophati dengue
Terjadi akibat gangguan metabolik seperti hipoksemia, hiponatremi, atau
perdarahan. Kemungkinan juga oleh trombosis pembuluh darah otak akibat
dari koagulasi intra vaskuler yang menyeluruh.
3. Kelainan ginjal
Pada syok berat yang tidak teratasi dengan baik dapat terjadi gagal ginjal
akut.
4. Efusi pleura
5. Sepsis
J. PENATALAKSANAAN
Terdapat 5 hal yang harus dievaluasi yaitu keadaan umum, renjatan,
kebocoran plasma, perdarahan terutama perdarahan gastrointestinal dan
komplikasi. Pada dasarnya terapi DBD bersifat suportif yaitu mengatasi
kehilangan cairan plasma akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan akibat
22
perdarahan. Adapun penatalaksanan DBD menurut derajatnya adalah sebagai
berikut :
23
PENATALAKSANAAN KASUS TERSANGKA
DEMAM BERDARAH DENGUE DBD (Bagan 1)
Tersangka DBD
Rawat Jalan
Minum banyak,
Parasetamol bila perlu
Kontrol tiap hari sp demam turun.
Bila demam menetap periksa Hb.Ht, Trombosit.
Perhatikan untuk orang tua pesan bila timbul tanda
syok : gelisah, lemah, kaki tangan dingin, sakit perut,
berat hitam, kencing berkurang
24
PENATALAKSANAAN KASUS DBD DERAJAD I
(Bagan 2)
DBD Derajad I
Gejala klinis : demam 2-7 hari
Uji tourniquet positif
Lab. hematokrit tidak meningkat
trombositopeni (ringan)
Pulang
Kriteria memulangkan pasien :
1. Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
2. Nafsu makan membaik
3. Secara klinis tampak perbaikan
4. Hematokrit stabil
5. Tiga hari setelah syok teratasi
6. Jumlah trombosit lebih dari 50.000/ml
7. Tidak dijumpai distress pernafasan
25
PENATALAKSANAAN KASUS DBD DERAJAD II
(Bagan 3)
DBD Derajat II
27
Infus Stop tidak melebihi 48 jam
K. MONITORING
Tanda vital dan kadar hematokrit harus dimonitor dan dievaluasi secara
teratur untuk menilai hasil pengobatan. Hal-hal yang harus diperhatikan pada
monitoring adalah :
- Nadi, tekanan darah, respirasi, dan temperatur harus dicatat setiap 15-30
menit atau lebih sering sampai syok teratasi.
- Kadar hematokrit harus diperiksa tiap 4-6 jam sampai keadaan klinis pasien
stabil.
- Setiap pasien harus mempunyai formulir pemantauan mengenai jenis
cairan, jumlah, dan tetesan untuk menentukan apakah cairan yang diberikan
sudah mencukupi.
- Jumlah dan frekuensi diuresis.1
28
Prinsip yang tepat dalam pencegahan DBD adalah :
1. Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan
melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus
DBD.
2. Memutus lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada
tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia
sembuh secara spontan.
3. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran, yaitu di
sekolah dan rumah sakit termasuk pula daerah penyangga di sekitarnya.
4. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan
tinggi.
Beberapa cara yang dapat dilaksanakan pada pemberantasan DBD
didasarkan atas pemutusan rantai penularan adalah :
1. Perlindungan perorangan untuk mencegah gigitan nyamuk Aedes dengan
menggunakan mosquito repellent dan insektisida dalam bentuk semprotan.
2. Pembasmian sarang nyamuk dengan jalan membuang kaleng, botol, ban, dan
semua yang mungkin dapat menjadi tempat nyamuk bersarang.
3. Menggunakan bahan kimia
- Membunuh larva dengan butir abate SG 1 % pada tempat penyimpanan air
dengan dosis 1 ppm yaitu 10 gram untuk 100 liter air. Cara ini sebaiknya
diulangi dalam jangka waktu 2-3 bulan.
- Melakukan ‘fogging’ dengan malation atau fetitrotion dalam dosis 438
gram/ha, dilakukan dalam rumah dan di sekitar rumah dengan
menggunakan larutan 4 % dalam solar atau minyak tanah.
29
N. MENGHITUNG STATUS GIZI
Gambar 3. CDC growth chart untuk anak laki-laki usia 2-20 tahun
Gambar 4. CDC growth chart untuk anak laki-laki usia 2-20 tahun
30
CARA MENGGUNAKAN GRAFIK PERTUMBUHAN CDC
1. Tentukan umur anak terlebih dahulu. Jika umur anak lebih dari 16 hari
maka dibulatkan menjadi 1 bulan.
2. Gunakan grafik CDC 2000 sesuai usia kelahiran (0 bulan sampai dengan
usia 6 bulan atau 2 sampai dengan 20 tahun) dan jenis kelaminnya
(perempuan atau laki-laki)
3. Pada grafik CDC 2000, lihat sumbu vertikal atas panjang/ tinggi
badan,sesuaikan angka panjang/ tinggi badan yang diukur dan beri tanda
silang, kemudian tarik garis putus-putus horizontal ke kanan atau ke kiri
menuju garis persentil 50 pada grafik panjang/ tinggi badan dan diberi
tanda titik.
4. Pada tanda titik garis persentil 50 grafik panjang/ tinggi badan lanjutkan
garis putus-putus vertikal ke bawah menuju garis persentil 50 pada grafik
berat badan dan beri tanda titik.
5. Kemudian dari tanda titik dari garis persentil 50 grafik berat badan
lanjutkan penarikan garis putus-putus secara horizontal ke kanan atau ke
kiri menuju sumbu vertikal bawah berat badan dan beri tanda silang.
6. Baca skala berat badan seharusnya pada sumbu vertikal bawah berat badan.
31
CARA MENGINTERPRETASIKAN KURVA PERTUMBUHAN CDC
32
TB/U dibandingkan standar baku (P50) dalam persen %:
- 90-110% :tinggi baik
- 70-90% :tinggi kurang
- <70% :tinggi sangat kurang
BB/TB berdasarkan klasifikasi waterlow:
- >120% :obes
- 110-120% :gizi lebih / overweight
- 90-110% : gizi baik
- 70-90% :gizi kurang
- <70% :gizi buruk10
33
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue (DENV-1, -2, -3, and -4) dengan vektor nyamuk yang sering
menyerang anak-anak. Gejala khasnya berupa demam mendadak 2-7 hari,
timbulnya manifestasi perdarahan, trombositopenia (<100.000/mm3), dan bukti
peningkatan permeabilitas kapiler. Manajemen pasien DHF adalah terapi cairan
suportif.
B. Saran
Untuk pasien dan yang merawat
1. Minum/ rehidrasi cairan melalui oral yang banyak. Bisa dengan jus buah atau
cairan lain yang mengandung elektrolit dan gula untuk menggantikan
kekurangan cairan akibat demam dan muntah.
2. Berikan parasetamol untuk demam tinggi dan pasien merasa tidak nyaman
3. Pasien harus segera dibawa ke rumah sakit jika terdapat salah satu dari yang
beberapa tanda berikut: tidak ada perbaikan klinis, perburukan di masa kritis
(hari ke 4-6), nyeri perut hebat, muntah terus-menerus, ekstremitas dingin dan
lembab, lesu atau mudah marah / gelisah, perdarahan (misalnya tinja hitam
atau muntah di tanah), tidak buang air kecil lebih dari 4-6 jam
Untuk dokter umum
1. Pantau status hidrasi pasien selama fase demam penyakit.
2. Jika pasien tidak dapat mentoleransi cairan oral, mereka mungkin
membutuhkan cairan IV. Cek status hemodinamik sesering mungkin dengan
memeriksa denyut jantung pasien, waktu pengisian kapiler, tekanan nadi,
tekanan darah, dan keluaran urin.
3. Pantau pasien secara ketat selama masa kritis. Fase kritis demam berdarah
dimulai dengan penurunan suhu dan berlangsung 24-48 jam.
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Soegeng, S., 2002. Ilmu Penyakit Anak : Demam Berdarah Dengue. Jakarta:
Salemba Medika.
2. Depkes RI. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue.
Jakarta: Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan; 2006.
3. Sumarmo,S., 2002. Infeksi dan Penyakit Tropis : Infeksi Virus Dengue. Jakarta:
IDAI.
4. Rampengan, T.H., 1997. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak : Demam
Berdarah Dengue. Jakarta: EGC.
5. Behrmen RE, Kliegman RM. 2000. Nelson Texbook of Pediatrics, Vol II E/15
WB Saunders, Philadelphia.
6. WHO. 2011. Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue
and Dengue Haemmorhagic Fever: Revised and Expanded.
http://apps.searo.who.int/pds_docs/B4751.pdf. Diakses pada 14 Januari
2015.
7. Centers for Disease Control and Prevention (2009). Dengue and Dengue
Hemorrhagic Fever: Information for Helath Care Practitioners.
http://www.cdc.gov/Dengue/resources/Dengue&DHF%20Information%20for
%20Health%20Care%20Practitioners_2009.pdf. Diakses pada 14 Januari
2015.
8. Komite Medik RSDM, 2004. Standar Pelayanan Medis Kelompok Staf Medis
Fungsional Anak. RSUD Dr.Moewardi, Surakarta.
9. Wilmana, F., Gan, S. 2007. Farmakologi dan Terapi : Analgesik-Antipiretik,
Analgesik Anti-Inflamasi Nonsteroid, dan Obat Gangguan Sendi Lainnya.
Jakarta: Balai Pustaka FK UI, hal 237-239.
10. Centers for Disease Control and Prevention. 2013.Use and Intepretation of the
WHO and CDC Growth Charts for Children from Birth to 20 Years in the
United States. CDC
35
11. WHO/TDR. 2009. Dengue: Guidelines for Diagnosis, Treatment, Prevention,
and Control. Geneva: WHO Press.
36