Anda di halaman 1dari 13

MODUL KEGIATAN PENGENALAN KAMPUS

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

BEM KBM UNTIRTA


KABINET LOKOMOTIF PERJUANGAN
2019
KEGIATAN PENGENALAN KAMPUS
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
“Aktualisasi Tri Dharma Perguruan Tinggi Guna Terwujudnya Mahasiswa yang Kritis dalam Berpikir, Responsif terhadap Problematika dan
Progresif dalam Pergerakkan”

TEMA KEGIATAN KPK UNTIRTA 2019 :


“Aktualisasi Tri Dharma Perguruan Tinggi Guna Terwujudnya Mahasiswa yang Kritis dalam Berpikir, Responsif terhadap Problematika dan
Progresif dalam Pergerakkan”

I. GAMBARAN UMUM
Kegiatan pengenalan kampus merupakan kegiatan awal mahasiswa baru yang memasuki dunia perkuliahan. Goal point dari Kegiatan
Pengenalan Kampus ini adalah, mahasiswa baru dapat berpikir secara kritis, dapat memberikan solusi konkrit terkait problematika masyarakat
Indonesia, memiliki jiwa berbangsa dan bernegara, berpikir secara ilmiah atau keilmuan, dan dapat menjaga serta melestarikan lingkungan
(biotik dan abiotik) sekitar.

II. MENTORING KPK UNTIRTA 2019


a. Ke-Untirtaan c. Sejarah Gerakan Mahasiswa
(Mentoring 1) (Mentoring 3)
b. Peran dan Fungsi Mahasiswa dalam Menghadapi Problematika d. Implementasi Pancasila dalam Lingkungan Kampus
Rakyat (Mentoring 4)
(Mentoring 2)
NOTE : UNTUK ESTIMASI WAKTU TEKNIS MENTORING MAKSIMAL 2 JAM
(Jika waktu melebihi estimasi, silahkan koordinasikan dengan Koor dan Koorlap Mentor KPK Untirta 2019)
KEGIATAN PENGENALAN KAMPUS
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
“Aktualisasi Tri Dharma Perguruan Tinggi Guna Terwujudnya Mahasiswa yang Kritis dalam Berpikir, Responsif terhadap Problematika dan
Progresif dalam Pergerakkan”

a. SEJARAH GERAKAN MAHASISWA


Indikator capaiannya :
(a) Serikat Dagang Islam
(b) Tahun 1908 (Era Kolonial / Orde Lama)
(c) Tahun 1928 (Sumpah Pemuda)
(d) Tahun 1945 (Kemerdekaan)
(e) Tahun 1966 (Gestok)
(f) Tahun 1974 (Perlawanan terhadap Rezim)
(g) Tahun 1977 – 1978 (Era NKK / BKK)
(h) Tahun 1998 (Runtuhnya Rezim Orde Baru)
(i) Pasca Era Reformasi
JAS MERAH !!! “JANGAN SEKALI-KALI MELUPAKAN SEJARAH”, ungkapan yang disampaikan Bung Karno ini
menjadi genta yang terngiang untuk mengingat panjangnya perjalanan panjang Bangsa Indonesia sampai pada hari ini. Berbicara soal
sejarah adalah yang yang sangat penting untuk dipahami secara mendalam dimana seperti pepatah mengatakan bahwa “ Pengalaman
adalah Guru Terbaik”. Sejarah Perjalanan Bangsa Indonesia mulai dari terbentuk menjadi sebuah Negara tidak terlepas dari faktor
pendorong utama yaitu elemen pelopor perubahan yaitu Pemuda Khususnya mahasiswa. Organisasi Kepemudaan yang mengimpun
masssa membentuk sebuah alur untuk mencapai perubahan melalui Gerakan Mahasiswa dan Pemuda. Negara-negara di duniapun
tidak terlepas dari peran mahasiswanya yang dapat mengubah tatanan social maupun politik sebuah Negara.
KEGIATAN PENGENALAN KAMPUS
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
“Aktualisasi Tri Dharma Perguruan Tinggi Guna Terwujudnya Mahasiswa yang Kritis dalam Berpikir, Responsif terhadap Problematika dan
Progresif dalam Pergerakkan”

a). Serikat Dagang Islam


Berdiri pada tanggal 16 Oktober 1905 sebagai Gerakan Pemuda melalui perdagangan yang focus untuk membangun kemandirian ekonomi
dalam melawan kolonialisme(Penjajahan) di didrikan oleh H. Samanhudi dan Tokohnya H.O.S Cokroaminoto dan Tirto.

b). Tahun 1908 (Era Kolonial / Orde Lama)


20 Mei 1908 berdiri organisasi Budi Utomo. Organisasi ini didirikan di Jakarta oleh mahasiswa-mahasiswa STOVIA. Budi Utomo lahir
dengan watak yang mulai berani melawan kekuasaan Kolonialisme pada waktu itu. Hari kelahiran Budi Utomo dikemudian hari diperingati
sebagai hari Kebangkitan Nasional. Tak Cuma mahasiswa Indonesia yang berkuliah didalam negeri saja, bahkan Mahasiswa-mahasiswa
Indonesia yang ada diluar negeri pun mulai terbuka fikirannya. Di Belanda, Mohammad Hatta dkk mendirikan organisasi Indische
Vereeninging yang kemudian berubah nama menjadi Indonesische Vereeninging pada tahun 1922. Organisasi ini awalnya merupakan suatu
wadah kelompok diskusi mahasiswa yang kemudian orientasi pergerakannya lebih jelas dalam hal politik. Indische Vereniging berganti nama
menjadi Perhimpunan Indonesia untuk mengakomodasi semua orang Hindia (Indonesia) tanpa diskriminasi.

c). Tahun 1928 (Sumpah Pemuda)


Soetomo pada tanggal 19 oktober 1924 mendirikan Kelompok Studi Indonesia (Indonesische Studie-club). Tujuan utamanya adalah
menyebarluaskan prinsip-prinsip persatuan dan solidaritas Indonesia. Indonesische Studiedub mempunyai misi untuk mendorong kaum
terpelajar di kalangan orang-orang pribumi supaya memupuk kesadaran hidup bermasyarakat, pengetahuan politik, mendiskusikan masalah-
masalah nasional dan sosial, serta bekerja sama untuk membangun Indonesia.
Terbentuknya Indonesische Studied club ini merangsang dibentuknya kelompok-kelompok studi di tempat lain, seperti di Bandung,
Yogyakarta, Jakarta, Semarang, dan Solo. Selain ISC, kelompok studi yang paling aktif adalah Algemene Studiclub di Bandung, oleh
Soekarno dan kawan – kawannya dari Sekolah Tinggi Teknik (ITB) yang di bentuk pada tanggal 11 Juli 1925. Pembentukan kelompok-
kelompok diskusi ini merupakan bentuk kekecewaan mereka terhadap perkembangan pergerakan politik mahasiswa yang semakin tumpul
pada masa itu. Kemudian pada tahun 1926, terbentuklah organisasi Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) yang merupakan organisasi
yang berusaha untuk menghimpun seluruh mahasiswa di Indonesia dan lebih menyuarakan yang namanya wawasan kebangsaan dalam diri
KEGIATAN PENGENALAN KAMPUS
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
“Aktualisasi Tri Dharma Perguruan Tinggi Guna Terwujudnya Mahasiswa yang Kritis dalam Berpikir, Responsif terhadap Problematika dan
Progresif dalam Pergerakkan”

mahasiswa. Hal tersebut lah yang kemudian mereka realisasikan dengan menyelenggarakan sebuah kongres paling bersejarah dalam dunia
kepemudaan mahasiswa di tanah air. Yaitu Kongres Pemuda II yang berlangsung di Jakarta pada 26-28 Oktober 1928 yang kemudian
menghasilkan sumpah pemuda yang sangat bersejarah untuk bangsa ini.

d). Tahun 1945 (Kemerdekaan)


Kondisi pendidikan maupun kehidupan politik pada zaman pemerintahan Jepang jauh lebih represif dibandingkan dengan kolonial
Belanda, antara lain dengan melakukan pelarangan terhadap segala kegiatan yang berbau politik, dan hal ini ditindak lanjuti dengan
membubarkan segala organisasi pelajar dan mahasiswa, termasuk partai politik. Dalam perkembangan berikutnya, dari dinamika pergerakan
nasional yang ditandai dengan kehadiran kelompok-kelompok studi, dan akibat pengaruh sikap penguasa Belanda yang menjadi Liberal,
muncul kebutuhan baru untuk menjadi partai politik, terutama dengan tujuan memperoleh basis massa yang luas. Kelompok Studi Indonesia
berubah menjadi Partai Bangsa Indonesia (PBI), sedangkan Kelompok Studi Umum menjadi Perserikatan Nasional Indonesia (PNI).
Secara umum kondisi pendidikan maupun kehidupan politik pada zaman pemerintahan Jepang jauh lebih represif dibandingkan dengan
kolonial Belanda, antara lain dengan melakukan pelarangan terhadap segala kegiatan yang berbau politik; dan hal ini ditindak lanjuti dengan
membubarkan segala organisasi pelajar dan mahasiswa, termasuk partai politik, serta insiden kecil di Sekolah Tinggi Kedokteran Jakarta yang
mengakibatkan mahasiswa dipecat dan dipenjarakan. Praktis, akibat kondisi yang vacuum tersebut, maka mahasiswa kebanyakan akhirnya
memilih untuk lebih mengarahkan kegiatan dengan berkumpul dan berdiskusi, bersama para pemuda lainnya terutama di asrama-asrama.
Salah satu peran angkatan muda 1945 yang bersejarah, dalam kasus gerakan kelompok bawah tanah yang antara lain dipimpin oleh Chairul
Saleh dan Soekarni saat itu, yang terpaksa menculik dan mendesak Soekarno dan Hatta agar secepatnya memproklamirkan kemerdekaan,
peristiwa ini dikenal kemudian dengan peristiwa Rengasdengklok.

e). Tahun 1966 (Gestok)


Pasca Kemerdekaan Indonesia ditahun 1945, gerakan-gerakan mahasiswa/ kaum muda tak pernah berhenti bahkan justru semakin menguat.
Terbukti dari munculnya organisasi-organisasi mahasiswa di masing-masing kampus yang ada. Di era awal Kemerdekaan ini, banyak
KEGIATAN PENGENALAN KAMPUS
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
“Aktualisasi Tri Dharma Perguruan Tinggi Guna Terwujudnya Mahasiswa yang Kritis dalam Berpikir, Responsif terhadap Problematika dan
Progresif dalam Pergerakkan”

organisasi-organisasi mahasiswa yang sudah ada sejak zaman penjajahan kemudian terlahir kembali dengan terlebih dahulu mengalami
penyatuan dengan organisasi-organisasi yang di pandang memiliki kesamaan terutama dalam landasan berfikir dan bergeraknya.
Era ini sangat disayangkan dimana Gerakan Mahasiswa menguat namun terjadi konflik horizontal dalam tubuh mahasiswa dimana hal ini
akibat dari politik asing yang melakukan divide at impera. Adu domba yang dilakukan asing akhirnya berhasil dan pecah pada saat organisasi
mahasiswa dan Ormas bersaru untuk menumpas yang dainggap simpatisan PKI tanpa proses peradilan. Peristiwa ini memakan belasan ribu
korban baik yang bersalah maupun dianggap bersalah. Gerakan Mahasiswa pun saat itu diperalat dengan aksi- aksi yang ditujukan pada
penggulingan Presiden Soekarno dengan tuduhan Soekarno mendukung PKI, namun hal ini dilakukan untuk melanggengkan naiknya rezim
orde baru yang merupakan antek-antek Amerika saat itu.
Alhasil melalui surat “misteri” Perintah Sebelas Maret (SUPERSEAMAR) Pemerintahan Soekarno perlahan mulai dilucuti dan pada
akhirnya 1 Juli 1966, Soeharto ditunjuk sebagai pejabat presiden berdasarkan Tap MPRS No XXXIII/1967 pada 22 Februari 1967. Selaku
pemegang Ketetapan MPRS No XXX/1967, Soeharto kemudian menerima penyerahan kekuasaan pemerintahan dari Presiden Soekarno.
Melalui Sidang Istimewa MPRS, pada 7 Maret 1967, dan akhirnya terbukti pula dimana rezim Orde Baru merupakan antek-antek imprealisme
dimana di terbitkannya UU No 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing. Dengan adanya UU ini akhirnya pada saat itu pula Investasi
Gunung emas Temabag diserahkan kepada Amerika melalui kontrak karya dan Saham yang dimiliki diperbolehkan 70% untuk pihak asing.

f). Tahun 1974 (Perlawanan terhadap Rezim)


Keberpihakan rezim orde baru terhadap asing membuat mahasiswa bergejolak dan bangkit untuk melawan rezim, namun Ditahun-tahun ini,
ada perbedaan dalam karakter berjuang Gerakan Mahasiswa dengan pendahulu-pendahulu mereka. jika angkatan 66 disokong oleh kekuatan
militer, angkatan 74 justru berhadapan dengan militer. Sebelum gerakan mahasiswa 1974 meledak, bahkan sebelum menginjak awal 1970-an,
sebenarnya para mahasiswa telah melancarkan berbagai kritik dan koreksi terhadap praktek kekuasaan rezim Orde Baru, seperti: Golput yang
menentang pelaksanaan pemilu pertama pada masa Orde Baru pada 1972 karena Golkar dinilai curang, Gerakan menentang pembangunan
Taman Mini Indonesia Indah pada 1972 yang menggusur banyak rakyat kecil yang tinggal di lokasi tersebut. Diawali dengan reaksi terhadap
kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), aksi protes lainnya yang paling mengemuka disuarakan mahasiswa adalah tuntutan pemberantasan
korupsi.
KEGIATAN PENGENALAN KAMPUS
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
“Aktualisasi Tri Dharma Perguruan Tinggi Guna Terwujudnya Mahasiswa yang Kritis dalam Berpikir, Responsif terhadap Problematika dan
Progresif dalam Pergerakkan”

Lahirlah, selanjutnya apa yang disebut gerakan “Mahasiswa Menggugat” yang dimotori Arif Budiman. Bobrok pembangunan dan
demoralisasi perilaku kekuasaan rezim Orde Baru terus mencuat. Menjelang Pemilu 1971, pemerintah Orde Baru telah melakukan berbagai cara
dalam bentuk rekayasa politik, untuk mempertahankan dan memapankan status quo dengan mengkooptasi kekuatan-kekuatan politik masyarakat
antara lain melalui bentuk perundang- undangan. Misalnya, melalui undang-undang yang mengatur tentang pemilu, partai politik, dan
MPR/DPR/DPRD. Muncul berbagai pernyataan sikap ketidakpercayaan dari kalangan masyarakat maupun mahasiswa terhadap beberapa partai
politik. Protes terus berlanjut. Tahun 1972, dengan isu harga beras naik, berikutnya tahun 1973 selalu diwarnai dengan isu korupsi sampai
dengan meletusnya demonstrasi memprotes PM Jepang Kakuei Tanaka yang datang ke Indonesia dan peristiwa Malari pada 15 Januari 1974.
Peristiwa Malari (Malapetaka Limabelas Januari) adalah peristiwa demonstrasi mahasiswa dan kerusuhan sosial yang terjadi pada 15 Januari
1974. Peristiwa itu terjadi saat Perdana Menteri (PM) Jepang Tanaka Kakuei sedang berkunjung ke Jakarta (14-17 Januari 1974). Mahasiswa
merencanakan menyambut kedatangannya dengan berdemonstrasi di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma. Karena dijaga ketat, rombongan
mahasiswa tidak berhasil menerobos masuk pangkalan udara. Tanggal 17 Januari 1974 pukul 08.00, PM Jepang itu berangkat dari Istana tidak
dengan mobil, tetapi diantar Presiden Soeharto dengan helikopter dari Bina Graha ke pangkalan udara. Kedatangan Ketuaa Inter-Governmental
Group on Indonesia (IGGI), Jan P. Pronk dijadikan momentum untuk demonstrasi antimodal asing. Klimaksnya, kedatangan PM Jepang, Januari
1974, disertai demonstrasi dan kerusuhan.

g). Tahun 1977 – 1978 (Era NKK / BKK)


Setelah peristiwa Malari, hingga tahun 1975 dan 1976, berita tentang aksi protes mahasiswa nyaris sepi. Mahasiswa disibukkan dengan
berbagai kegiatan kampus. Menjelang dan terutama saat-saat antara sebelum dan setelah Pemilu 1977, barulah muncul kembali pergolakan
mahasiswa yang berskala massif. Pada sekitra Juli 1977, Pemerintah mencoba untuk mendekati mahasiswa, Tim Dialog Pemerintah yang akan
berkampanye di berbagai perguruan tinggi pun dibentuk. Namun, upaya tim ini ditolak oleh mahasiswa. Hal itu kemudian berimbas pada
pendudukan militer atas kampus-kampus karena mahasiswa dianggap telah melakukan pembangkangan politik, penyebab lain adalah karena
gerakan mahasiswa 1978 lebih banyak berkonsentrasi dalam melakukan aksi diwilayah kampus. Karena gerakan mahasiswa tidak terpancing
keluar kampus untuk menghindari peristiwa tahun 1974, maka akhirnya mereka diserbu militer dengan cara yang brutal.
KEGIATAN PENGENALAN KAMPUS
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
“Aktualisasi Tri Dharma Perguruan Tinggi Guna Terwujudnya Mahasiswa yang Kritis dalam Berpikir, Responsif terhadap Problematika dan
Progresif dalam Pergerakkan”

Hal ini terjadi akibat dihapuskannya Dewan Mahasiswa dan diterapkannya kebijakan NKK/BKK di seluruh Indonesia. Setelah gerakan
mahasiswa 1978, praktis tidak ada gerakan besar yang dilakukan mahasiswa selama beberapa tahun akibat diberlakukannya konsep Normalisasi
Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK) oleh pemerintah secara paksa. Kebijakan NKK dilaksanakan berdasarkan
SK No.0156/U/1978. Konsep ini mencoba mengarahkan mahasiswa hanya menuju pada jalur kegiatan akademik. Organisasi Kemahasiswaan di
Lingkungan Perguruan Tinggi, dan dimantapkan dengan penjelasan teknis melalui Instruksi Dirjen Pendidikan Tinggi tahun 1978 tentang
pokok-pokok pelaksanaan penataan kembali lembaga kemahasiswaan di Perguruan Tinggi. Kebijakan BKK itu secara implisif sebenarnya
melarang dihidupkannya kembali Dewan Mahasiswa, dan hanya mengijinkan pembentukan organisasi mahasiswa tingkat fakultas (Senat
Mahasiswa Fakultas-SMF) dan Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF). Hal yang terpenting dari SK ini terutama pemberian wewenang
kekuasaan kepada rektor dan pembantu rektor untuk menentukan kegiatan mahasiswa, yang menurutnya sebagai wujud tanggung jawab
pembentukan, pengarahan, dan pengembangan lembaga kemahasiswaan. Dengan konsep NKK/BKK inilah kemudian muncul “stempel”
organisasi intra ( internal ) dan ekstra ( eksternal ) kampus yang tentu saja gunanya memecah konsentrasi gerakan mahasiswa dengan mencoba
menyibukkan mahasiswa dengan aktivitas yang tidak bersentuhan dengan rakyat.

h). Tahun 1998 (Runtuhnya Rezim Orde Baru)


Pada awal tahun 1990-an, di bawah Mendikbud Fuad Hasan kebijakan NKK/BKK dicabut dan sebagai gantinya keluar Pedoman Umum
Organisasi Kemahasiswaan (PUOK). Melalui PUOK ini ditetapkan bahwa organisasi kemahasiswaan intra kampus yang diakui adalah Senat
Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT), yang didalamnya terdiri dari Senat Mahasiswa Fakultas (SMF) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).
Namun tetap saja PUOK ini bertujuan mengekang aktivitas Gerakan Mahasiswa, bahkan cenderung lebih tersistematis hingga mahasiswa benar-
benar nyaris tidak memiliki waktu untuk melebur bersama rakyat karena disibukkan dengan kegiatan kampus mereka.
Krisis moneter pada pertengahan tahun 1997 pun menjadi momen bagi Gerakan Mahasiswa untuk kembali muncul. Ditahun-tahun itulah
kemudian harga-harga kebutuhan melambung tinggi, daya beli masyarakat pun berkurang. Tuntutan mundurnya Soeharto menjadi agenda
nasional gerakan mahasiswa. Ibarat gayung bersambut, gerakan mahasiswa dengan agenda reformasi mendapat simpati dan dukungan dari
rakyat. menjelang pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 1997 dan Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) tahun 1998
terjadilah penculikan kepada para aktivis aktivis pro-demokrasi yang terjadi Peristiwa penculikan ini dipastikan berlangsung dalam tiga tahap:
KEGIATAN PENGENALAN KAMPUS
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
“Aktualisasi Tri Dharma Perguruan Tinggi Guna Terwujudnya Mahasiswa yang Kritis dalam Berpikir, Responsif terhadap Problematika dan
Progresif dalam Pergerakkan”

Menjelang pemilu Mei 1997, dalam waktu dua bulan menjelang sidang MPR bulan Maret, sembilan di antara mereka yang diculik selama
periode kedua dilepas dari kurungan dan muncul kembali. Beberapa di antara mereka berbicara secara terbuka mengenai pengalaman mereka.
Penculikan mahasiswa memicu gerakan yang lebih besar Hari demi hari demonstrasi bertambah gencar dilaksanakan oleh para mahasiswa,
terutama setelah pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM dan ongkos angkutan pada tanggal 4 Mei 1998. Agenda reformasi yang
menjadi tuntutan para mahasiswa mencakup beberapa tuntutan, seperti: • Adili Soeharto dan kroni-kroninya, • Laksanakan amandemen UUD
1945, • Hapuskan Dwi Fungsi ABRI, • Pelaksanaan otonomi daerah yang seluas-luasnya, • Tegakkan supremasi hukum, • Ciptakan
pemerintahan yang bersih dari KKN Gedung parlemen, yaitu Gedung Nusantara dan gedung-gedung DPRD di daerah, menjadi tujuan utama
mahasiswa dari berbagai kota di Indonesia. Seluruh elemen mahasiswa yang berbeda paham dan aliran dapat bersatu dengan satu tujuan untuk
menurunkan Soeharto.
Dalam gerakan mahasiswa pada tahun 1998, Forum Kota bersama FKSMJ tercatat oleh sejarah sebagai organ gerakan mahasiswa pertama
yang memasuki Gedung DPR/MPR pada tanggal 18 Mei 1998. pada awalnya Forkot beranggotakan 16 kampus yang memilki akar sejarah
pergerakan mahasiswa seperti UKI (Universitas Kristen Indonesia), IKIP Jakarta (sekarang Universitas Negeri Jakarta), IAIN Syarif
Hidayatullah, Unas (Universitas Nasional), ISTN (Institut Sains dan Teknologi Nasional), Atmajaya, Institut Teknologi Indonesia, Universitas
Jayabaya dan lain sebagainya. Kemudian jumlah itu sempat membengkak menjadi 70-an lebih kampus. Forum Kota sendiri dibentuk untuk
menyatukan Gerakan yang ada dikampus-kampus seputar Jakarta. Selanjutnya didalam Gerakan 1998 yang menuntut reformasi dan
dihapuskannya “KKN” (korupsi, kolusi dan nepotisme) pada 1997-1998, lewat pendudukan gedung DPR/MPR oleh ribuan mahasiswa, akhirnya
memaksa Presiden Soeharto melepaskan jabatannya. Berbagai tindakan represif yang menewaskan aktivis mahasiswa dilakukan pemerintah
untuk meredam gerakan ini di antaranya: Peristiwa Cimanggis, Peristiwa Gejayan, Tragedi Trisakti, Tragedi Semanggi I dan II , Tragedi
Lampung. Gerakan ini terus berlanjut hingga pemilu 1999. Dalam peristiwa-perisitiwa inilah beberapa nama mahasiswa pun tercatat menjadi
korban hingga kehilangan nyawa.

i). Pasca Era Reformasi


Ditahun-tahun pasca reformasi, Gerakan mahasiswa bisa dikatakan kehilangan daya juang mereka. hingga saaat ini 16 tahun pasca Gerakan
1998 bergulir, tidak ada gerakan mahasiswa yang bisa dikatakan massif terjadi. Selain dari gagalnya agenda reformasi yang banyak diakui oleh
KEGIATAN PENGENALAN KAMPUS
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
“Aktualisasi Tri Dharma Perguruan Tinggi Guna Terwujudnya Mahasiswa yang Kritis dalam Berpikir, Responsif terhadap Problematika dan
Progresif dalam Pergerakkan”

para aktivis reformasi, agenda reformasi pun digagalkan oleh kemunculan reformis-reformis gadungan. Selain itu tak sedikit pula Aktivis era 74,
76/77 hingga 98 justru seakan kehilangan idealismenya ketika bersepakat untuk ikut dalam politik transaksional yang menyengsarakan rakyat
dan tak tangggung-tanggung stempel “ mantan aktivis “ pun seolah menjadikan mereka komoditas unggul dalam pasar partai politik.
Era kebebasan yang didapatkan setelah Selama 32 tahun terkungkung dalam baying kekejaman rezim Soeharto pun seakan terlewati begitu
saja. Gerakan-gerakan mahasiswa justru tidak memaknai kebebasan tersebut sebagai alat untuk memperjuangkan cita-cita kemerdekaan,
sebaliknya organisasi-organisasi mahasiswa justru seakan dinina bobokan dengan kebebasan tersebut.
Bisa dikatakan hingga kini dari sekian banyaknya organisasi mahasiswa yang ada, tak banyak yang masih berada di jalur yang semestinya,
dimana tetap berada dalam barisan rakyat. belum terhapusnya pola berfikir peninggalan Rezim Soeharto ( organisasi internal dan eksternal
kampus ) dan diperparah dengan tida adanya upaya untuk duduk bersama dan bergerak bersama ditengah lingkaran rakyat semakin menambah
kemunduran gerakan. Setelah itu belum ada Lagi Gerakan Mahasiswa yang massif dalam skala Nasional untuk melakukan sebuah perjuangan
bersama rakyat. Namun tetap ada terdengar gerakan-gerakan mahasiswa baik di Kampus-kampus, Daerah dan Nasional namun belum ada se
massif yang sebelumnya, hal ini diakibatkan oleh tantangan Mahasiswa yang sangat besar dan abu vulkanik sisa-sisa peninggalan kekuasaan
Orde Baru masih berkecamuk diberbagai kalangan, bahkan dikalangan orang tua yang merupakan generasi didikan Orde Baru. Jangan sampai
Gerakan Mahasiswa hanya tinggal Sejarah namun jadikanlah ia masa depan.

A. Barang Bawaan UKM Festival

UKM FESTIVAL
Dresscode Individu Kelompok
1. Laki-laki 1. Konsumsi 3. Konsumsi
 Baju bebas hitam dominan (kemeja, kaos dll)  Air secukupnya  Tolak angin 1 box
 Celana bebas sopan  Makanan secukupnya  Minyak kayu putih 30 ml
 Sepatu dominan hitam
 Pita 2 jari di lengan kiri sesuai warna fakultas 2. Perlengkapan 4. Perlengkapan
 Alat tulis (buku tulis, pulpen, dll)  Papan nama kelompok
KEGIATAN PENGENALAN KAMPUS
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
“Aktualisasi Tri Dharma Perguruan Tinggi Guna Terwujudnya Mahasiswa yang Kritis dalam Berpikir, Responsif terhadap Problematika dan
Progresif dalam Pergerakkan”

 Sepatu bebas  Alat ibadah (kitab suci, sajadah, (sterefoam)


mukena dll)  Pegangan papan nama kelompok
2. Perempuan bebas (kayu, bambu, dll)
 Kerudung hitam segiempat
 Yang tidak berkerudung kuncir ikat 1
 Baju bebas hitam dominan (kemeja, kaos, bergo
dll)
 Pita 2 jari di lengan kiri sesuai warna fakultas
 Sepatu bebas

B. Barang Bawaan Hari Pertama KPK 2019

HARI PERTAMA
Dresscode Individu Kelompok
3. Laki-laki 5. Konsumsi 5. Konsumsi
 Rambut pinggir 1 cm belakang, kanan kiri 2 cm,  Botol air minum 1 – 1,5 L (simbol  Permen 1 pak (bukan permen
dan atas 3 cm. 5PP) karet
 Peci hitam  Susu kotak 1  Tolak angin 1 box
 Nametag kalung (tali hitam)  Roti 1  Minyak kayu putih 30 ml
 Kemeja putih lengan panjang dan lomar baduy  Pangan lokal rebus/goreng (ubi,
 Celana hitam bahan singkong, pisanh, kentang, talas, 6. Perlengkapan
 Ikat pinggang hitam sukun minimal 2) memilih dua jenis  Papan nama kelompok
 Kaos kaki hitam panjang pangan tsb. (sterefoam)
 Sepatu kets hitam (dominan)  Makan siang nasi dengan tempat bekal  Trashbag 2 pcs
 Pita dua jari dilengan kiri sesuai warna fakultas makan (lauk bebas)
KEGIATAN PENGENALAN KAMPUS
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
“Aktualisasi Tri Dharma Perguruan Tinggi Guna Terwujudnya Mahasiswa yang Kritis dalam Berpikir, Responsif terhadap Problematika dan
Progresif dalam Pergerakkan”

4. Perempuan  Buah-buahan 1
 Kerudung hitam segiempat dikeluarkan  Obat-obatan pribadi
(muslim)
 Tidak berkerudung kuncir satu tali warna hitam 6. Perlengkapan
 Nametag kalung (tali hitam)  Alat tulis (buku tulis, pulpen, dll)
 Kemeja putih lengan panjang dan lomar baduy  Alat ibadah (kitab suci, sajadah,
 Rok hitam bahan tidak ketat mukena dll)
 Ikat pinggang hitam  Tas ransel dominan hitam
 Kaos kaki hitam panjang  Sendal jepit
 Sepatu kets hitam (dominan)
 Pita dua jari dilengan kiri sesuai warna fakultas

C. Barang Bawaan Hari Kedua KPK 2019


HARI KEDUA
Dresscode Individu Kelompok
1. Laki-laki 1. Konsumsi 1. Konsumsi
 Rambut pinggir kanan kiri 2 cm, dan atas 4 cm.  Botol air mineral 1 – 1,5 L (simbol  Permen 1 pak (bukan permen
 Peci hitam 5PP) karet
 Nametag kalung (tali hitam)  Susu kotak 1  Tolak angin 1 box
 Batik lengan pendek dan lomar baduy  Roti 1  Minyak kayu putih 30 ml
 Celana hitam bahan  Pangan lokal rebus/goreng (ubi,
 Ikat pinggang hitam singkong, pisanh, kentang, talas, 2. Perlengkapan
 Kaos kaki hitam panjang sukun minimal 2) memilih dua jenis  Papan nama kelompok
 Sepatu kets hitam (dominan) pangan tsb. (sterefoam)
 Pita dilengan kiri  Makan siang nasi dengan tempat bekal  Trashbag 2 pcs
makan (lauk bebas)
KEGIATAN PENGENALAN KAMPUS
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
“Aktualisasi Tri Dharma Perguruan Tinggi Guna Terwujudnya Mahasiswa yang Kritis dalam Berpikir, Responsif terhadap Problematika dan
Progresif dalam Pergerakkan”

 Buah-buahan 1
 Obat-obatan pribadi
2. Perempuan
 Kerudung hitam langsung dikeluarkan (muslim) 2. Perlengkapan
 Tidak berkerudung kuncir satu tali warna hitam  Alat tulis (buku tulis, pulpen, dll)
 Nametag kalung (tali hitam)  Alat ibadah (kitab suci, sajadah,
 Batik lengan panjang dan lomar baduy mukena dll)
 Rok hitam bahan tidak ketat (rempel)  Tas ransel dominan hitam
 Ikat pinggang hitam  Sendal jepit
 Kaos kaki hitam panjang
 Sepatu kets hitam (dominan)
 Pita dua jari dilengan kiri sesuai warna fakultas

Anda mungkin juga menyukai