Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR)


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Klinik Keperawatan Anak
Dosen Pengampu : Walin SST., M.Kes.

Disusun Oleh :
Dimas Agil Prasetyo
P1337420218065
II B

POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO
2020
A. Pendahuluan
Latar belakang
Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko
mengalami permasalahan pada sistem tubuh, karena kondisi tubuh yang tidak stabil.
Kematian perinatal pada bayi BBLR adalah 8 kali lebih besar dari bayi normal.
Prognosis bayi dengan BBLR akan lebih buruk bila berat badan semakin rendah.
Kematian sering disebabkan karena komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi,
penumonia, perdarahan intra kranial, hipoglikemia. Apabila bayi mampu bertahan
hidup dapat terjadi kerusakan saraf, gangguan bicara dan tingkat kecerdasan yang
rendah. Prognosis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang
tua, perawatan selama kehamilan, persalinan dan postnatal, pengaturan suhu
lingkungan, resusitasi, makanan, pencegahan infeksi dan lain-lain (Proverawati &
Ismawati, 2010).
Di seluruh dunia, setiap tahun diperkirakan 4 juta bayi meninggal pada tahun
pertama kehidupannya dan dua pertiganya meninggal pada bulan pertama. Dua
pertiga dari yang meninggal pada bulan pertama meninggal pada minggu pertama.
Dua pertiga dari yang meninggal pada minggu pertama, meninggal pada hari pertama.
Penyebab utama kematian pada minggu pertama kehidupan adalah komplikasi
kehamilan dan persalinan seperti asfiksia, sepsis dan komplikasi berat lahir rendah.
Kurang lebih 99% kematian ini terjadi di negara berkembang dan sebagian besar
kematian ini dapat dicegah dengan pengenalan dini dan pengobatan yang tepat
(Proverawati & Ismawati, 2010).
Diperkirakan sekitar 23% seluruh angka kematian neonatus di seluruh dunia
disebabkan oleh asfiksia neonatorum, dengan proporsi lahir mati yang lebih besar.
Laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/ WHO)
menyebutkan bahwa sejak tahun 2000-2003 asfiksia menempati urutan ke-6, yaitu
sebanyak 8%, sebagai penyebab kematian anak di seluruh dunia setelah pneumonia,
malaria, sepsis neonatorum dan kelahiran prematur. Diperkirakan 1 juta anak yang
bertahan setelah mengalami asfiksia saat lahir kini hidup dengan morbiditas jangka
panjang seperti cerebral palsy, retardasi mental dan gangguan belajar. Menurut hasil
riset kesehatan dasar tahun 2007, tiga penyebab utama kematian perinatal di Indonesia
adalah gangguan pernapasan atau respiratory disorders (35,9%), prematuritas (32,4%)
dan sepsis neonatorum (12.0%) (Sofyan, 2010).
Indonesia masih harus berjuang keras untuk memperbaiki indikator
pembangunan kesehatan, khususnya tingkat kematian bayi, karena tren angka
kematian bayi selama empat tahun terakhir belum menurun. Rata-rata angka kematian
bayi pada periode 2003-2007 relatif stagnan di kisaran 34 per 1.000 kelahiran. Dari
total angka kematian bayi yang masih sangat tinggi itu, sekitar 80-90 persen dapat
dicegah dengan teknologi sederhana yang tersedia di tingkat Puskesmas dan
jaringannya (Sofyan, 2010).
Setiap janin akan mengalami hipoksia relatif pada saat segera setelah lahir dan
bayi akan berusaha beradaptasi, sehingga bayi mulai bernafas dan 3 menangis.
Asfiksia merupakan kelanjutan dari hipoksia ibu dan janin intrauterine yang
disebabkan oleh banyak faktor. Faktor ibu yang dapat menyebabkan terjadinya
asfiksia neonaturum adalah hipoksia ibu, usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari
35 tahun, gravida lebih dari 4, sosial ekonomi rendah, penyakit pembuluh darah yang
dapat mengganggu pertukaran dan pengangkutan oksigen (hipertensi, hipotensi),
gangguan kontraksi uterus dan lain-lain (Muslihatun, 2010).
Faktor plasenta juga dapat menyebabkan terjadinya asfiksia, diantaranya
adalah placenta yang tipis, placenta tidak menempel sempurna, solusio placenta,
placenta presia dan lain-lain. Faktor janin/ bayi baru lahir yang dapat menyebabkan
asfiksia adalah prematur, berat badan lahir rendah, IUGR (intra uteri growth
retardation), gemelli, tali pusat menumbung, kelainan kongenital, dan lain-lain. Faktor
persalinan juga dapat menyebabkan terjadinya asfiksia yaitu partus lama dan partus
dengan tindakan (Muslihatun, 2010).

B. Konsep Dasar
1. Definisi
Berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu
lahir. (Huda dan Hardhi, 2013).
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada
waktu lahir. (Amru Sofian, 2012).
2. Etiologi
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat bayi lahir rendah (Proverawati dan
Ismawati, 2010), yaitu:
a. Faktor Orang Tua
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,
HIV/AIDS, dan penyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
a) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20
tahun atau lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
b. Faktor janin
Faktor janin meliputi : infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella
bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
c. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio
plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
d. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran tinggi,
terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

3. Klasifikasi
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi berat lahir rendah
dibedakan dalam beberapa macam (Abdul Bari saifuddin,2001) :
1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500 gram-2500 gram.
2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR),berat alhir kurang dari 1500 gram.
3. Bayi Berta Lahir Ekstrem Rendah (BBLER) berat lahir kurang dari 1000 gram
4. Tanda dan Gejala
a. Memiliki berat badan lahir yang lebih rendah dari bayi normal
b. Lebih kurus.
c. Memiliki lemak tubuh yang lebih sedikit.
d. Memiliki ukuran kepala yang besar dibanding ukuran tubuh lainnya.
.
5. Patofisiologi
Menurut Maryanti, et al (2012:169) faktor yang mempengaruhi terjadinya
BBLR terdiri dari faktor ibu yang meliputi penyakit ibu, usia ibu, keadaan sosial
ekonomi dan sebab lain berupa kebiasaan ibu, faktor janin, dan faktor lingkungan.
BBLR dengan faktor risiko paritas terjadi karena sistem reproduksi ibu sudah
mengalami penipisan akibat sering melahirkan Hal ini disebabkan oleh semakin
tinggi paritas ibu, kualitas endometrium akan semakin menurun. Kehamilan yang
berulang-ulang akan mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin dimana jumlah
nutrisi akan berkurang dibandingkan dengan kehamilan sebelumnya (Mahayana et
al., 2015 : 669).
6. Komplikasi
a. Gangguan perkembangan paru-paru atau organ lainnya.
b. Masalah pernapasan, seperti sindrom gangguan pernapasan bayi.
c. Masalah neurologis, seperti perdarahan di dalam otak.
d. Masalah gastrointestinal, seperti necrotizing enterocolitis.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan skor ballard
b. Tes kocok ( shake test ) dianjurkan untuk bayi kurang bulan
c. Darah rutin, glukosa darah
d. Kadar elektrolit dan analisis gas darah
e. Foto rotgen dada diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur
kehamilan kurang bulan dan mengalami sindrom gangguan napas.
f. USG kepala terutama pada bayi umur kehamilan < 35 minggu, dimulai
pada umur 3 hari dan dilanjutkan sesuai hasil yang didapat.
8. Penatalaksanaan Medis pada Kasus BBLR (Berat Badan Lahir Rendah/ Law Dirth
Weight Infants)
1. Sistem Pernafasan : Resusitasi yang adekuat, pengaturan suhu, terapi oksigen
2. Sistem Kardiovaskuler : Pengawasan terhadap PDA (Patent Ductus Arteriosus)
3. Termoregulasi : Pengaturan suhu, perawatan bayi dalam inkubator
4. Glukosa (Hiperglikemia) : Penyuntikan disusul pemberian infuse glukosa
5. Keseimbangan cairan dan elektrolit, pemberian nutrisi yang cukup
6. Pemberian vit. K
7. Pengelolaan hiperbilirubinemia, penanganan infeksi dengan antibiotik yang tepat
C. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian fokus
a. Biodata
Terjadi pada bayi prematur yang dalam pertumbuhan di dalam kandungan terganggu
b. Keluhan utama
Menangis lemah, reflek menghisap lemah, bayi kedinginan atau suhu tubuh
rendah dan berat badan dibawah 2500 gram
c. Riwayat penyakit sekarang
Lahir spontan, umur kehamilan antara 24 sampai 37 minnggu ,berat badan
kurang atau sama dengan 2.500 gram, apgar pada 1 sampai 5 menit, 0 sampai 3
menunjukkan kegawatan yang parah, 4 sampai 6 kegawatan sedang, dan 7-10 normal
d. Riwayat penyakit dahulu
Ibu memliki riwayat kelahiran prematur,kehamilan ganda,hidramnion
e. Riwayat penyakit keluarga
Tidak adanya penyakit keluarga
f. ADL
1) Pola Nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung kurang, daya
absorbsi kurang atau lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu
2) Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia
3) Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan
4) Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas
5) Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah mekonium,
produksi urin rendah
g. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Umum
a) Kesadaran compos mentis
b) Nadi : 180X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 120-
140X/menit
c) RR : 80X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 40X/menit
d) Suhu : kurang dari 36,5 C
2) Pemeriksaan Fisik
1) Sistem sirkulasi/kardiovaskular : Frekuensi dan irama jantung rata-
rata 120 sampai 160x/menit, bunyi jantung (murmur/gallop), warna
kulit bayi sianosis atau pucat, pengisisan capilary refill (kurang dari 2-
3 detik).
2) Sistem pernapasan : Bentuk dada barel atau cembung, penggunaan
otot aksesoris, cuping hidung, interkostal; frekuensi dan keteraturan
pernapasan rata-rata antara 40-60x/menit, bunyi pernapasan adalah
stridor, wheezing atau ronkhi.
3) Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen (lingkar perut bertambah,
kulit mengkilat), peristaltik usus, muntah (jumlah, warna,
konsistensi dan bau), BAB (jumlah, warna, karakteristik, konsistensi
dan bau), refleks menelan dan mengisap yang lemah.
4) Sistem genitourinaria : Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin
(jumlah, warna, berat jenis, dan PH).
5) Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan bayi, refleks moro,
menghisap, mengenggam, plantar, posisi atau sikap bayi fleksi,
ekstensi, ukuran lingkar kepala kurang dari 33 cm, respon pupil,
tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut dan
lunak.
6) Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila, suhu lingkungan.
7) Sistem kulit : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir, lesi,
pemasangan infus), tekstur dan turgor kulit kering, halus, terkelupas.
8) Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500
gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar
kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama
dengan atau kurang dari 30cm, lingkar lengan atas, lingkar perut,
keadaan rambut tipis, halus, lanugo pada punggung dan wajah, pada
wanita klitoris menonjol, sedangkan pada laki-laki skrotum belum
berkembang, tidak menggantung dan testis belum turun., nilai
APGAR pada menit 1 dan ke 5, kulitkeriput.
3) Pengkajian Reflek Bayi
1) Reflek moro (kaget)
Timbulnya pergerakan tangan yang simetris apabila kepala tiba-tiba
digerakkan.
2) Reflek rooting (mencari)
Bayi menoleh kearah benda yang menyentuh pipi.
3) Refleks sucking (isap)
Terjadi apabila terdapat benda menyentuh bibir, yang disertai refleks
menelan.
4) Reflek Swallowing
Terjadi apabila bayi menelan Air susu ibu.
5) Refleks Tonikneck
Terjadi apabila kepala bayi kita angkat dan mendapat tahanan pada
kepala bayinya.
6) Refleks Plantar
Terjadi apabila tangan kita dapat di genggam oleh tangan bayi
7) Refleks Babinsky
Terjadi apabila telapak kaki bayi kita sentuh dan akan terjadi kerutan
pada telapak kaki bayinya itu menandakan turgor kulit bayi negative
/ jelek , sebaliknya apabila tidak ada kerutan pada telapak kaki
bayinya berarti turgor kaki bayi negative /baik .
8) Reflek Walking
Terjadi apabila bayinya kita angkat akan terjadi reaksi pada kakinya
seperti berjalan.
4) Pengkajian APGAR
a) Penilaian APGAR Score
Penilaian APGAR score ini biasanya dilakukan sebanyak 2 kali.
Yaitu 5 menit pertama bayi baru lahir dan 5 menit kedua atau 10
menit pertama bayi baru lahir. Secara garis besar, penilaian APGAR
score ini dapat disimpulkan seperti berikut ini.
b) Appearance atau warna kulit:
Nilai APGAR 0 jika kulit bayi biru pucat atau sianosis
Nilai APGAR 1 jika tubuh bayi berwarna merah muda atau kemerah
merahan sedangkan ekstremitas ( tangan dan kaki) berwarna biru
pucat. Nilai APGAR 2jika seluruh tubuh bayi berwarna merah muda
atau kemerahan
c) Pulse atau denyut jantung:
Nilai APGAR 0 jika bunyi denyut jantung tidak ada atau tidak
terdengar
Nilai APGAR 1 jika bunyi denyut jantung lemah dan kurang dari
100 x/menit
Nilai APGAR 2 jika denyut jantung bayi kuat dan lebih dari 100
x/menit
Gremace atau kepekaan reflek bayi
Nilai APGAR 0 jika bayi tidak berespon saat di beri stimulasi
Nilai APGAR 1 jika bayi meringis, merintih atau menangis lemah
saat di beri stimulasi
Nilai APGAR 2 jika bayi menangis kuat saat bayi diberi stimulasi
d) Activity atau tonus otot
Nilai APGAR 0 jika tidak ada gerakan
Nilai APGAR 1 jika gerakan bayi lemah dan sedikit
Nilai APGAR 2 jika gerakan bayi kuat
e) Respiration atau pernafasan
Nilai APGAR 0 jika tidak ada pernafasan
Nilai APGAR 1 jika pernafasan bayi lemah dan tidak teratur
Nilai APGAR 2 jika pernafasan bayi baik dan teratur
5) Pengkajian Ballard Score
2. Pathway
3. Analisa Data
Data Fokus Etiologi Masalah
DS : Ibu Pasien Faktor Biologis Ketidakseimbangan nutrisi :
mengatakan bahwa pasien Kurang dari kebutuhan
lahir belum cukup bulan tubuh
(masuk 7 Bulan)
DO: Bayi tampak
memiliki berat badan
hanya 1589 gram
DS : Ibu Pasien Kurang Suplai lemak Risiko Hipotermia
mengatakan bayinya subkutan
masih rentang terkena
hipotermia karena berat
badan masih kurang dan
suhu ruangan yang agak
dingin
DO : Bayi tampak
dipakaikan baju dan
popok dan diberi selimut
4. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan Faktor Biolgis (Domain 2, Kelas 1, Kode diagnosa 00002)
b. Risiko hipotermia berhubungan dengan kurang suplai lemak subkutan
(Domain 11, Kelas 6, Kode Diagnosa 00253)
5. Perencanaan
Diagnosa NOC NIC
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Perawatan Bayi (6820)
nutrisi : Kurang keperawatan selama 2 x 24 jam 1. Berikan makanan pada anak
dari kebutuhan diharpkan ketidakseimbangan sesuai usia perkembangan
tubuh berhubungan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh 2. Monitor berat dan panjang bayi
dengan Faktor dapat teratasi dengan kriteria hasil : 3. Dukung keluarga untuk
Biolgis (Domain 2, Status Nutrisi Bayi (1020) berkunjung dan menginap di
Kelas 1, Kode Indikator Awal Tujuan rumah sakit
diagnosa 00002) Intake Nutrisi 4. Sediakan lingkungan yang
Perbandingan tenng
Berat/ Tinggi 5. Informasikan orang tua
Hidrasi megenai kondisi bayi
Pertumbuhan
Keterangan :
1. Tidak adekuat\
2. Sedikit Adekuat
3. Cukup Adekuat
4. Sebagian besar adekuat
5. Sepenuhnya adekuat

Risiko hipotermia Setelah dilakukan tindakan Perawatan Hipotermia (3800)


berhubungan keperawatan selama 2 x 24 jam 1. Bebaskan pasien dari pakaian
dengan kurang diharapkan risiko hipotermia dapat yang dingin dan basah
suplai lemak teratasi dengan kriteria hasil : 2. Berikan pemanas pasif
subkutan (Domain Kontrol Risiko : Hipotermia (1923) (Misalnya selimut)
11, Kelas 6, Kode Indikator Awal Tujuan 3. Monitor warna dan suhu kulit
Diagnosa 00253) Mencari 4. Monitor suhu pasien
informasi terkait
hipotermia
Melakukan
tindakan mandiri
untuk mengontrol
suhu tubuh
Mengetahui
hubungan usia
degan usia
Memonitor
perubahan status
kesehatan

DAFTAR PUSTAKA
Anonymuous, 2015. http://www.pediatric.com/. Di akses Tanggal 10 April 2015.
Arizona Health Matters. 2015. Babies with Low Birth
Weight. http://www.arizonahealthmatters.org/modules.php?op=modload&name=NS-
Indicator&file=indicator&iid=17275074. Di akses Tanggal 10 April 2015.
Arief, Nurhaeni. 2008. Panduan Lengkap Kehamilan dan Kelahiran Sehat. Yogyakarta
: AR Group.
Betz, LC dan Sowden, LA. 2002. Keperawatan Pediatrik - Edisi 3. Jakarta : EGC.
Bobak, Irene M. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta :
EGC.
Doenges, E.Marilynn. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan - Edisi 3. Jakarta : EGC.
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta : EGC.
Maryunani, Anik. 2009. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta : TIM.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi NANDA NIC NOC.
Yogyakarta : Media Action Publishing.
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka
Wilkinson, Judith M. 2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai