Preceptor CBD :
Dr. Agung Budi P, Sp.PD, M.Kes.
Disusun oleh :
Intan Hardianti
1718012151
KATA PENGANTAR
Pertama saya ucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “
ensefalopati ec sirosis hepatis” tepat pada waktunya. Adapun tujuan pembuatan
laporan kasus ini adalah sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan
menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Ahmad
Yani Metro. Saya mengucapkan terima kasih kepada dr. Agung Budi P, Sp. PD,
M. Kes yang telah meluangkan waktunya untuk saya dalam menyelesaikan
laporan kasus ini. Saya menyadari banyak sekali kekurangan dalam laporan ini,
oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.
Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bukan hanya untuk saya, tetapi juga
bagi siapa pun yang membacanya.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
Sirosis hepatis adalah adalah penyakit hati yang terjadi akibat dampak tersering
dari perjalanan penyakit klinis yang panjang dari semua penyakit hati kronis yang
sebagai proses yang pasif dan tidak dapat pulih kembali. Namun, sekarang
dianggap sebagai suatu bentuk respon aktif terhadap penyembuhan cedera hati
kronik yang dianggap pulih kembali. Ada bukti nyata yang menunjukan
menentukan dari regresi fibrosis belum cukup jelas dan saat dimana sirosis betul-
betul bisa pulih kembali belum ditetapkan secara morfologi maupun fungsional.
Dengan kata lain masih belum diketahui dengan pasti derajat fibrosis yang
reversibel.1
Sirosis hepatis merupakan tahap akhir dari proses difus fibrosis hati yang
progresif yang ditandai oleh distorsi arsitektur hati dan pembentukan nodul
regeneratif.2 Gambaran morfologi dari dari sirosis hepatis meliputi fibrosis difus,
vaskular intrahepatik antara pembuluh darah hati aferen (vena porta dan arteri
terbesar ketiga pada penderita yang berusia 45-46 tahun (setelah penyakit
ketujuh penyebab kematian. Penderita sirosis hepatis lebih banyak laki-laki, jika
penduduk. Penyebab sirosis hepatis sebagian besar adalah penyakit hati alkoholik
keseluruhan belum ada. Di daerah Asia Tenggara, penyebab utama sirosis hepatis
adalah akibat infeksi Hepatitis B (HBV) dan C (HCV). Angka kejadian sirosis
C berkisar 38,7-73,9 %.
Secara klinis penderita sirosis hepatis dapat datang dalam berbagai macam
kondisi. Sirosis hepatis sendiri dibagi atas sirosis hepatis kompensata dan sirosis
hipertensi porta sehingga penderita sirosis hepatis akan datang ke rumah sakit
BAB II
STATUS PASIEN
4
IDENTIFIKASI PASIEN
ANAMNESIS
Diambil dari alloanamnesis pada tanggal 4 Januari 2019 pukul 13.00 WIB
Status Present
A. Status Umum
a. Keadaan umum : sakit sedang
b. Kesadaran : compos mentis
c. Tinggi Badan : 155 cm
d. Berat Badan : 44 kg
6
B. Pemeriksaan Fisik
tragus (), nyeri tekan mastoid (), sekret
()
H Hidung : pernafasan cuping hidung (), sekret (),
septum deviasi(), mukosa hiperemis ()
I Gigi/Mulut : gigi geligi lengkap, Karies (-)
J Leher :
Bentuk simetris
KGB tidak teraba pembesaran
Trakea lurus ditengah
Kelenjar tiroid
tidak teraba pembesaran
Peningkatan
5+2 cm H2O (-)
JVP
K Kulit Kuning
L Paru :
Inspeksi : simetris, tidak
terdapat retraksi dinding dada
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium Rutin
RESUME
Tn. M, usia 87 tahun datang dengan keluhan penurunan kesadaran, perut berisi
cairan, badan lemas, BAB bewarna hitam dan BAK berwarna kuning pekat.
skelra ikterik (+), kulit kuning, spider nevi (-), ronki kering (+/+), shifting
dullness (+)
DAFTAR MASALAH
BAB Hitam
Badan Lemas
Ascites
9
ANALISIS MASALAH
Rencana Diagnosis:
Rencana Terapi
Rencana Diagnosis
Rencana Terapi
Rencana Diagnosis:
Rencana Terapi:.
jam
11
hari
K.
- Vit K injeksi 3 dd 1
menghasilkan HCL
- OMZ injeksi 2 dd 1
4. Ascites
Rencana Diagnosis:
b. Lingkar perut
12
Rencana Terapi:
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS DIFFERENSIAL
o Hepatitis B kronik
PENATALAKSANAAN
Diuretik (Furosemid/spironolakton)
o Furosemid 40 mg injeksi 3 dd 1
Hepatoprotektif (Curcuma)
Evaluasi TTV
Prognosis
Tn. M
Ensefalopati hepatikum
mendasarinya.
Yang harus pertama kali diteliti pada pasien adalah penyebab dari EH-nya.
pasien mengalami sirosis hepatik. Gejala yang dapat dilihat dari pemeriksaan fisik
memenuhi lima dari tujuh kriteria diagnosis sirosis hepatik, yaitu spider nevi,
15
eritema palmaris, kolateral vein, ascites, ikterik. Sementara itu berdasarkan hasil
Stadium EH dibagi menjadi derajat nol hingga empat, dengan derajat nol dan satu
masuk dalam EH minimal serta derajat dua sampai empat masuk dalam EH overt.
Pada pasien ini, tingkat EH nya berada pada derajat tiga, karena keadaan yang
sudah somnolen hingga stupor dan terdapat kekakuan otot pada fungsi
neuromuskularnya.
Chirrosis Hepatis
A. Definisi
proses peradangan, nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat
lobulus hati.
Hati terletak pada kuadran kanan atas abdomen, terletak di rongga peritoneum
di bawah diafragma dan di dalam rongga thorax. Hati dibagi menjadi 2 lobus,
yakni lobus dextra dan sinistra. Lobus dextra terdapat 2 segmen yakni
posterior caudatus dan inferior quadratus. Secara aliran darah hati dibagi
Hati terdiri dari 3 sel penyusun utama, sel kupfer yang berperan sebagai
makrofag, sel liposit yang menghasilkan fibronectin dan kolagen, dan sel
endotelial dan hepatosit itu sendiri. Hati terbagi atas 3 zona fungsional yakni
zona 1, zona 2, dan zona 3. Ketiga zona tersebut dialiri darah yang dibawa
arteri hepatika menuju zona 1, lalu menuju zona 2, dan terakhir menuju zona
3 sebelum kembali masuk menuju vena porta hepatika. Zona 1 hepatosit kaya
energi secara oxidatif dan juga berperan sebagai tempat sintesis urea menjadi
waktu apabila terjadi kerusakan pada hati akan bermanifestasi sebagai suatu
adalah vena pada esofagus, pada umbilikal, pada rectum, pada limfa, dll.
17
energi
adanya bakteri yang tidak dapat ditanggulangi oleh sel kupfer. Pada
glutamin menjadi urea dan produk akhir amonia, pada hepar yang
pada jaringan hati dan tidak terfiltrasi. Kadar amonia yang tinggi
penggunaan obat-obatan hepatotoksik, serta gaya hidup yang tidak sehat yang
Hipertensi portal, yakni tekanan sistem portal > 10 mmHg yang terjadi
aliran balik.
19
Anamnesis:
membesar.
F. Penatalaksanaan EH
albumin
Varises esofagus dapat diberikan beta bloker, saat perdarahan akut dapat
endoskopi.
5 hari.
berupa ligasi varises. Pada fase bleeding dapat diberikan okreotid atau
BAB IV
ANALISIS KASUS
Anamnesis
narkoba disangkal.
24
kuning
Pemeriksaan Penunjang
menahun sehingga dapat menjadi salah satu etiologi dan faktor risiko
dari yang awalnya berupa mual, muntah, penurunan nafsu makan dan
kuning pekat lalu perut yang terasa sedikit membesar dan lama-lama
sirosis hepatis.
Jadi dapat disimpulkan diagnosis pada kasus ini sudah sangat tepat
26
ensefalopati hepatikum.
perbandingan 2:5
okreotid.
DAFTAR PUSTAKA
27
1. PAPDI. 2014. Buku ajar ilmu penyait dalam. Jakarta: interna publishing.