Anda di halaman 1dari 14

Faktor-faktor dalam Sistem Sosial

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Komunikasi

oleh:
Ajeng Pusporini
Citra Dewi Anggarini
Desca Arum Srimulyani
Hasna Nisrina
Muhammad Reky Gumilar
Mila Trisnasari Muchtar (P17331113411)
R. Amanda Gladiola (P17331113420)

JURUSAN GIZI PROGRAM D-IV


POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT., atas petunjuk dan hidayat-Nya,
sehingga Makalah yang berjudul “Faktor-faktor dalam Sistem Sosial” ini dapat terselesaikan.
Sistem sosial merupakan sistem yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Sistem
ini mengatur manusia dalam berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lain. Makalah ini
bertujuan untuk menambah wawasan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang terdapat dalam
sistem sosial baik itu bagi pembaca maupun bagi penulis pribadi.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam pembuatan Makalah “Faktor-faktor
dalam Sistem Sosial” ini. Oleh kerena itu, kritik dan saran yang membangun penulis harapkan
demi kesempurnaan dalam makalah ini.

Cimahi, Mei 2014

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupannya, manusia akan saling berkomunikasi dan berinteraksi satu sama
lain. Dalam kehidupan sosial ini, adanya suatu batasan yang berupa nilai dan norma yang
berkembang dalam kehidupan masyarakat. Nilai dan norma ini akan menjadikan kehidupan
sosial masyarakat menjadi lebih baik. Selain hal tersebut, kehidupan sosial juga diliputi
dengan beberapa faktor. Faktor-faktor yang berkembang dalam kehidupan sosial akan
menjadikan komunikasi serta interaksi yang terjalin di dalamnya menjadi semakin baik atau
mungkin terganggu.
Kehidupan bersifat statis, dimana kehidupan ini akan selalu berjalan, mengalami
perubahan-perubahan. Dalam kehidupan sosial, semua aspek yang terdapat didalamnya akan
terus berganti sesuai dengan perkembangan zaman. Selain zaman yang terus berubah,
kehidupan sosial juga tergantung dengan budaya. Budaya merupakan hal yang sangan
mungkin memepengaruhi kehidupan sosial masyarakat. Karena kehidupan sosial berjalan
sesuai dengan budaya yang berkemabng dalam masyrakata saat itu.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang penulis bahas dalam makalah ini, ialah:
1. Apakah yang dimaksud dengan sistem sosial?
2. Apakah faktor yang terdapat dalam sistem sosial?

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan dan penyusunan makalah ini adalah:
1. Mengetahui pengertian sistem sosial;
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi sistem sosial;
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Sosial


Sistem sosial menurut Jabal Tarik Ibrahim dalam bukunya Sosiologi Pedesaan,
adalah sejumlah kegiatan atau sejumlah orang yang mempunyai hubungan timbal balik
relatif konstan. Hubungan sejumlah orang dan kegiatannya itu berlangsung terus
menerus. Dari tiga hal di atas terdapat tiga hal pokok, yaitu :
a. Dalam setiap sistem sosial ada sejumlah orang dan kegiatannya.
b. Dalam sustu sistem sosial, orang-orang dan atau kegiatan-kegiatan itu berhubungan
secara timbal-balik.
c. Hubungan yang bersifat timbal-balik dalam suatu sistem sosial bersifat konstan.
Dari uraian tadi menunjukkan bahwa "sistem sosial" merupakan kesatuan yang
terdiri dari bagian-bagian (elemen atau komponen), yaitu :
a. Orang dan atau kelompok beserta kegiatannya.
b. Hubungan sosial, termasuk di dalamnya norma-norma, dan nilai-nilai yang mengatur
hubungan antar orang atau kelompok tersebut.
Sistem sosial merupakan ciptaan dari manusia, dalam hal ini sistem sosial terjadi
karena manusia adalah makhluk sosial. Ada beberapa hal yang membuat manusia
menciptakan "sistem sosial", antara lain karena:
a. Manusia mempunyai kebutuhan dasar biologi tertentu seperti pangan, papan, sandang
dan seks.
b. Untuk memuaskan kebutuhan ini, manusia tergantung pada organisasi-organisasi
kemasyarakatan.
c. Kenyataan di atas menciptakan kebutuhan-kebutuhan lain, yaitu kebutuhan sistem pada
diri individu.
d. Pada akhirnya manusia berusaha untuk memaksimumkan kepuasan dari kebutuhan
dirinya.
Sistem sosial mempengaruhi perilaku manusia, karena di dalam
suatu sistem sosial tercakup pula nilai-nilai dan norma-norma yang merupakan aturan
perilaku anggota-anggota masyarakat. Dalam setiap sistem sosial pada tingkat-tingkat
tertentu selalu mempertahankan batas-batas yang memisahkan dan membedakan dari
lingkungannya (sistem sosial lainnya).

2.2 Faktor-faktor dalam Sistem Sosial


Sistem sosial merupakan suatu sinergi antara berbagai subsistem sosial yang saling
mengalami ketergantungan dan keterkaitan. (Teori Sibenertika Parson). menurut
Garna(1994),“sistem sosial adalah suatu perangkat peran sosial yang berinteraksi atau kelompok
sosial yang memiliki nilai-nilai, norma dan tujuan yang bersama”. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa sistem sosial itu pada dasarnya ialah suatu sistem dari tindakan-tindakan.
Banyak hal yang menjadi penyebab sistem social salah satunya yaitu faktor-faktor yang
mempengaruhi sistem sosial antara lain :

1. Mobilitas sosial
Mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan seseorang atau
sekelompok warga dari status sosial satu ke status sosial lainnya. Mobilitas sosial
ini terbagi 2 yaitu mobilitas horizontal dan mobilitas vertikal. Mobilitas sosial
horizontal merupakan peralihan individu atau objek-objek sosial lainnya dari
suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Sedangkan
gerak sosial vertikal merupakan perpindahan individu atau objek sosial dari suatu
kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederjat, tetapi
bertingkat, bisa keatas dan bisa ke bawah. Mobilitas yang dapat terjadi pada setiap
sistem pelapisan sosial. Baik pelapisan sosial terbuka maupun pelapisan sosial
tertutup. Mobilitas pada pelapisan Sosial terbuka akan lebih tinggi dibandigkan
dengan pelapisan sosial tertutup. Adanya Mobilitas Sosial akan menimbulkan
bermacam-macam akibat atau konsekuensi seperti kemungkinan timbulnya
konflik antar kelas, antar kelompok sosial, dan antar generasi, serta kemungkinan
terjadinya penyesuaian kembali setelah konflik.

Masyarakat yang terbuka memberikan peluang bagi adanya mobilitas


sosial, akan tetapi ada juga akibat tidak baiknya dan beban yang menyertai
peluang untuk mobilitas ini. Karena pada waktu seseorang sedang bersaing
dengan orang lain dalam memperebutkan status sosial yang tinggi, sering terjadi
perasaan tertekan dan frustasi serta konflik batin, namun tidak memiliki
kemampuan untuk bersaing akan timbulnya rasa frustasi pada orang tersebut.

Faktor yang mempengaruhi Mobilitas Sosial adalah :


a) Perubahan kondisi sosial, struktur kelas dan kasta dalam masyarakat dapat
berubah karena terjadi perubahan dari dalam maupun dari luar masyarakat
itu sendiri, misalnya : kemajuan teknologi dapat membuka kemungkinan
timbulnya mobilitas keatas atau perubahan ideologi dapat pula
menyebabkan stratifikasi sosial yang baru.
b) Ekspansi teritorial dan gerak penduduk. Ekspansi teritorial dan
perpindahan penduduk yang begitu cepat merupakan bukti adanya
fleksibilitas struktur stratifikasi dan mobilitas sosial.
c) Pembatasan komunikasi, situasi yang membatasai komunikasi diantara
sastra yang beranekaragam itu akan menghalangi pertukaran pengetahuan
dan pengalaman diantara mereka. Hal ini akan memperkokoh garis
pembatas diantara sastra yang ada sekaligus menghalangi mobilitas sosial,
sebaliknya pendidikan dan komunikasi yang bebas diantara stratifikasi
sosial yang ada dan merangsang mobilitas sosial sekaligus menerobos
rintangan kelas.

2. Gerakan Sosial
Gerakan Sosial secara harfiah adalah : kelompok yang terorganisir secara
tidak ketat dalam rangka mendukung suatu tujuan sosial terutama dalam usaha
merubah struktur maupun nilai sosial. Gerakan sosial (social movement) dapat
juga berhaluan kanan dan secara ideologi berwatak reformatif.
Gerakan sejumlah warga masyarakat dengan mengedepankan tuntutan
atau protes terhadap pihak lain atau diasumsikan sebagai yang dominan yang
didorong oleh keinginan untuk menentang pihak lain. Gerakan Sosial muncul
pada abad ke-19 yaitu ditandai dengan munculnya sebuah revolusi di Inggris oleh
buruh. Gerakan Sosial abad ke-20 adalah : Aksi bersama yang dilakukan secara
terorganisir maupun tidak terorganisir. Gerakan Sosial ini mengarah kepada suatu
kasus atau aksi masayarakat baik yang terorganisir maupun yang tidak
teroraginisir. Tujuan akhir dari Gerakan Sosial adalah : Melakukan perubahan
dengan indikasi keberhasilan bisa dilakukan dalam jangka panjang dan jangka
pendek

3. Perubahan Sosial

Perubahan sosial adalah perubahan-perubahan dalam hubungan sosial atau


sebagai perubahan terhadap keseimbangan hubungan sosial. ( menurut Max Iver).
Perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima,
baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material,
komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi atau pun penemuan-
penemuan baru dalam masyarakat. (menurut Gillin). Perubahan sosial adalah
segala perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga ke masyarakatan di dalam
suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamnya
nilai-nilai, sikap dan pola prilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat
(menurut Selo Soemardjan). Kingsley Davis mengatakan bahwa perubahan sosial
adalah : Perubahan-perubahan yang terjadi pada struktur dan fungsi masayarakat.
Atau Perubahan Sosial adalah : Variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima
yang disebabkan oleh perubahan geografis, kebudayaan material, komposisi
penduduk, ideologi serta adanya di fusi kebudayaan dan penemuan baru dalam
masyarakat.

Perubahan Sosial adalah : Perubahan yang terjadi pada lembaga


kemasyarakatan didalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya
termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola-pola prilkunya di antara
kelompok-kelompok dalam masyarakat.

Perubahan sosial dipengaruhi lima hal, yaitu :


a) Perubahan struktur pola hubungan sosial
Pada sistem sosial seringkali dijumpai ketegangan baik dari dalam
sistem atau luar sistem. Ketegangan ini dapat berwujud konflik status sebagai
hasil dari diferensiasi struktur sosial yang ada. Perubahan pola hubungan antar
individu menyebabkan adanya ketegangan sosial yang dapat berupa kompetisi
atau konflik bahkan konflik terbuka atau kekerasan. Kompetisi atau konflik
inilah yang mengakibatkan adanya perubahan melalui aksi sosial bersama
untuk merubah norma dan nilai. Contohnya adalah Industrialisasi, yang
membawa pengaruh pada hubungan kerja, lembaga kemasyarakatan, sistem
pemilikan tanah, pelapisan sosial, hubungan kekerabatan, dan lain-lain.
Perubahan sosial yang disebabkan oleh industrialisasi ini termasuk perubahan
besar karena perubahan ini membawa pengaruh langsung terhadap kehidupan
masyarakat dan terjadi pada unsur-unsur sosial budaya masyarakat.
b) Persebaran penduduk
Di dalam masyarakat muncul apa yang disebut dinamika penduduk,
yaitu pertambahan dan penurunan jumlah penduduk. Pertambahan penduduk
yang sangat cepat akan mengakibatkan perubahan dalam struktur masyarakat,
khususnya dalam lembaga kemasyarakatannya. Salah satu contohnya disini
adalah orang akan mengenal hak milik atas tanah, mengenal sistem bagi hasil,
dan yang lainnya, dimana sebelumnya tidak pernah mengenal. Sedangkan
berkurangnya jumlah penduduk akan berakibat terjadinya kekosongan baik
dalam pembagian kerja, maupun stratifikasi sosial, hal tersebut akan
mempengaruhi lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada. Selain itu,
komposisi penduduk yang heterogen juga turut mempengaruhi perubahan
sosial. Di dalam masyarakat heterogen yang mempunyai latar belakang
budaya, ras, dan ideologi yang berbeda akan mudah terjadi pertentangan yang
dapat menimbulkan kegoncangan sosial. Keadaan demikian merupakan
pendorong terjadinya perubahan-perubahan baru dalam masyarakat dalam
upayanya untuk mencapai keselarasan sosial.
c) Sistem politik dan kekuasaan
Perubahan sosial dapat disebabkan oleh terjadinya pemberontakan atau
revolusi sehingga mampu menyulut terjadinya perubahan-perubahan besar.
Revolusi yang terjadi pada suatu masyarakat akan membawa akibat
berubahnya segala tata cara yang berlaku pada lembaga-lembaga
kemasyarakatannya. Biasanya hal ini diakibatkan karena adanya
kebijaksanaan atau ide-ide yang berbeda. Misalnya, Revolusi Rusia (Oktober
1917) yang mampu menggulingkan pemerintahan kekaisaran dan
mengubahnya menjadi sistem diktator proletariat yang dilandaskan pada
doktrin Marxis. Revolusi tersebut menyebabkan perubahan yang mendasar,
baik dari tatanan negara hingga tatanan dalam keluarga.
Perubahan sosial juga dapat dilihat dari proses transformasi tiga pola
politik dan kekuasaan, yaitu demokrasi, fasisme, dan komunisme. Demokrasi
merupakan suatu bentuk tatanan politik yang dihasilkan oleh revolusi oleh
kaum borjuis. Pembangunan ekonomi pada negara dengan tatanan politik
demokrasi hanya dilakukan oleh kaum borjuis yang terdiri dari kelas atas dan
kaum tuan tanah. Masyarakat petani atau kelas bawah hanya dipandang
sebagai kelompok pendukung saja, bahkan seringkali kelompok bawah ini
menjadi korban dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara
tersebut. Terdapat pula gejala penghancuran kelompok masyarakat bawah
melalui revolusi atau perang sipil. Negara yang mengambil jalan demokrasi
dalam proses transformasinya adalah Inggris, Perancis dan Amerika Serikat.
Berbeda halnya demokrasi, fasisme dapat berjalan melalui revolusi
konserfatif yang dilakukan oleh elit konservatif dan kelas menengah. Koalisi
antara kedua kelas ini yang memimpin masyarakat kelas bawah baik di
perkotaan maupun perdesaan. Negara yang memilih jalan fasisme
menganggap demokrasi atau revolusi oleh kelompok borjuis sebagai gerakan
yang rapuh dan mudah dikalahkan. Jepang dan Jerman merupakan contoh dari
negara yang mengambil jalan fasisme.
Komunisme lahir melalui revolusi kaun proletar sebagai akibat
ketidakpuasan atas usaha eksploitatif yang dilakukan oleh kaum feodal dan
borjuis. Perjuangan kelas yang digambarkan oleh Marx merupakan suatu
bentuk perkembangan yang akan berakhir pada kemenangan kelas proletar
yang selanjutnya akan mewujudkan masyarakat tanpa kelas. Perkembangan
masyarakat oleh Marx digambarkan sebagai bentuk linear yang mengacu
kepada hubungan moda produksi. Berawal dari bentuk masyarakat primitif
(primitive communism) kemudian berakhir pada masyarakat modern tanpa
kelas (scientific communism). Tahap yang harus dilewati antara lain, tahap
masyarakat feodal dan tahap masyarakat borjuis. Marx menggambarkan
bahwa dunia masih pada tahap masyarakat borjuis sehingga untuk mencapai
tahap “kesempurnaan” perkembangan perlu dilakukan revolusi oleh kaum
proletar. Revolusi ini akan mampu merebut semua faktor produksi dan pada
akhirnya mampu menumbangkan kaum borjuis sehingga akan terwujud
masyarakat tanpa kelas. Negara yang menggunakan komunisme dalam proses
transformasinya adalah Cina dan Rusia.
Berdasarkan contoh-contoh di atas, perubahan sosial dapat diakibatkan
oleh perubahan sistem politik dan kekuasaan di suatu masyarakat.
d) Hubungan keluarga
Hubungan keluarga atau kekerabatan juga dapat menjadi faktor yang
turut mempengaruhi perubahan sosial. Salah satu contohnya adalah mengenai
pola hubungan antara orang tua dengan anak-anaknya yang pada umumnya
bersifat asosiatif, yang lazim dijumpai pada masa sekarang ini. Akan tetapi
tidak jarang bahwa dengan meningkatnya usia dan kedewasaan anak, terjadi
suatu sikap keragu-raguan terhadap pendirian orang tua yang dianggap kolot
dan kuno. Orang tua yang telah terikat pada tradisi, tidak begitu saja
menerima perubahan-perubahan sosial dalam masyarakat, di mana perubahan-
perubahan tersebut dapat lebih mudah diterima oleh generasi yang muda, yang
belum sepenuhnya berhasil membentuk kepribadiannya, misalnya mode dan
gaya berpakaian. Belum stabilnya kepribadian generasi muda, yang tak jarang
menimbulkan konflik dalam dirinya, berhadapan pula dengan kepribadian
generasi tua yang telah lama terbentuk dan tertanam dengan kuat, sehingga
cenderung konservatif. Hal ini dapat memicu konflik atau pertentangan
sosial.
e) Sistem status
Perubahan sistem status dapat menjadi penyebab perubahan social.
Berdasarkan lintasan sejarahnya, stratifikasi sosial pada masyarakat pra-
industrial belum terlalu terlihat dengan jelas dibandingkan pada masyarakat
modern. Hal ini disebabkan oleh masih rendahnya derajat perbedaan yang
timbul oleh adanya pembagian kerja dan kompleksitas organisasi. Status
sosial masih terbatas pada bentuk ascribed status, yaitu suatu bentuk status
yang diperoleh sejak dia lahir. Mobilitas sosial sangat terbatas dan cenderung
tidak ada. Krisis status mulai muncul seiring perubahan moda produksi agraris
menuju moda produksi kapitalis yang ditandai dengan pembagian kerja dan
kemunculan organisasi kompleks.
Perubahan mode produksi menimbulkan masalah yang pelik berupa
kemunculan status-status sosial yang baru dengan segala keterbukaan dalam
stratifikasinya. Pembangunan ekonomi seiring perkembangan kapitalis
membuat adanya pembagian status berdasarkan pendidikan, pendapatan,
pekerjaan dan lain sebagainya. Hal inilah yang menimbulkan inkonsistensi
status pada individu. Apabila dilihat lebih jauh, kemunculan kelas baru ini
akan menyebabkan semakin ketatnya kompetisi antar individu dalam
masyarakat baik dalam perebutan kekuasaan atau upaya melanggengkan status
yang telah diraih. Fenomena kompetisi dan konflik yang muncul dapat
dipahami sebagai sebuah mekanisme interaksional yang memunculkan
perubahan sosial dalam masyarakat.
Adanya sistem yang terbuka (open stratification) di dalam lapisan
masyarakat akan dapat menimbulkan terdapatnya gerak sosial vertikal yang
luas atau berarti memberi kesempatan kepada para individu untuk maju atas
dasar kemampuan sendiri. Hal seperti ini akan berakibat seseorang
mengadakan identifikasi dengan orang-orang yang memiliki status yang lebih
tinggi. Identifikasi adalah suatu tingkah laku dari seseorang, hingga orang
tersebut merasa memiliki kedudukan yang sama dengan orang yang
dianggapnya memiliki golongan yang lebih tinggi. Hal ini dilakukannya agar
ia dapat diperlakukan sama dengan orang yang dianggapnya memiliki status
yang tinggi tersebut. Sistem terbuka memungkinkan adanya gerak sosial
vertikal atau horizontal yang lebih luas kepada anggota masyarakat.
Masyarakat tidak lagi mempermasalahkan status sosial dalam menjalin
hubungan dengan sesamanya. Hal ini membuka kesempatan kepada para
individu untuk dapat mengembangkan kemampuan dirinya.
4. Permasalahan Sosial

Permasalahan sosial menyangkut nilai-nilai sosial dan moral.


Permasalahan tersebut merupakan persoalan, karena menyangkut tata kelakuan
yang immoral, berlawanan dengan hukum dan bersifat merusak. Permasalahan
Sosial adalah Analisis tentang berbagai macam gejala didalam kehidupan
masayarakat yaitu nilai sosial dan moral. Permasalahan Sosial ini dapat di bagi
empat faktor yaitu :

a. Permasalahan ekonomi, seperti kemiskinan, gelandangan, pengemis, dan


pengangguran.
b. Permasalahan biologis, seperti penyakit muntaber, busung lapar, tifus, dan
disentri.
c. Permasalahan psikologis, seperti penyakit saraf (neorosis), penyakit jiwa,
dan bunuh diri.
d. Permasalahan kebudayaan, seperti kawin-cerai, kenakalan remaja, konflik
sosial, konflik keagamaan dan kejahatan.

5. Jaringan Sosial
Jaringan sosial adalah suatu hubungan yang dibuat dalam bentuk interaksi
antar sesama masyarakat dalam sebuah forum yang membentuk pola tingkah laku.
6. Identitas Sosial
Identitas sosial dalah gambaran yang menunjukkan jati diri sekelompok
masyarakat yang terstuktur pada suatu tempat.
BAB III. PENUTUP

3.1 kesimpulan

Sistem sosial itu pada dasarnya ialah suatu sistem dari tindakan-tindakan. Faktor – faktor
penyebab perubahan system social antar lain mobilitas social yang terbagi menjadi mobilitas
vertical dan horizontal, gerakan social, perubahan social yang dipengaruhi oleh Perubahan
struktur pola hubungan social, Persebaran penduduk, Sistem politik dan kekuasaan, Hubungan
keluarga dan system status. Permasalahan Sosial yang dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Jaringan social dan identitas social
DAFTAR PUSTAKA

Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Pt. Raja Grafindo Persada.

Zubir, Zaiyardam. 2002. Radikalisme Kaum Pinggiran.

Silaen, Victor. Gerakan Sosial Baru.

Sugihen, Bahreint. 1996. Sosiologi Pedesaan (suatu Pengantar). Jakarta: Pt. Raja Grafindo
Persada.

Nasikun (1992), Sistem Sosial Indonesia, Penerbit CV. Rajawali, Jakarta

atang M. Amirin (1986), Pokok pokok Teori Sistem, Penrbit C.V. Rajawali, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai