Anda di halaman 1dari 15

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEJADIAN PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS)


PADA SISWI KELAS XI DI SMA SANDIKTA BEKASI
TAHUN 2019

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh:
ALYVIA PUTRI RAMADHANI
2720150095

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH
JAKARTA
2019
Faktor-Faktor yang berhubungan dengan kejadian Premenstrual syndrome (PMS) pada
siswi Kelas XI di SMA Sandikta Bekasi Tahun 2019

Alyvia Putri Ramadhani

ABSTRAK

Premenstrual Syndrome merupakan kumpulan suatu gejala yang terjadi 7-10 hari sebelum
menstruasi, gejalanya seperti nyeri perut, mudah tersinggung, dll. Faktor-faktor yang berhubungan
dengan PMS diantaranya faktor usia menarche, tingkat stres, status gizi, riwayat keluarga dan pola
tidur. Dampak dari kejadian PMS berat yang tidak teratasi dapat menimbulkan terjadinya
Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD). Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor
yang berhubungan dengan kejadian PMS pada siswi kelas XI di SMA Sandikta Bekasi tahun 2019.
Metode penelitian kuantitatif menggunakan metode pendekatan cross sectional. Sampel diambil
menggunakan teknik simple random sampling sebanyak 85 responden. Analisis yang digunakan
univariat dan bivariat menggunakan chi-square dengan α = 5%. Hasil Penelitian diperoleh faktor
tingkat stres, status gizi, riwayat keluarga dan pola tidur berhubungan dengan kejadian
Premenstrual Syndrome (PMS) dengan nilai p masing masing 0,045, 0,007, 0,001, 0,035,
sedangkan usia menarche tidak berhubungan dengan kejadian PMS dengan nilai p 0,752.
Simpulan memperlihatkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat stres, status gizi, riwayat
keluarga, dan pola tidur dengan kejadian PMS. Saran diharapkan pihak sekolah SMA Sandikta
Bekasi dapat memberikan promosi kesehatan baik secara langsung maupun tidak langsung melalui
media kesehatan yang berhubungan dengan PMS, pola tidur yang baik serta asupan gizi remaja
yang mudah dipahami dan menarik bagi siswi.

Kata kunci : Premenstrual Syndrome, stres, status gizi, pola tidur.

Factors Related To The Incidences Premenstrual Syndrome (PMS) In Class XI Students At


Sandikta High School Bekasi In 2019

Alyvia Putri Ramadhani

ABSTRACT

Premenstrual Syndrome is a collection of symptoms that occur 7-10 days before menstruation,
symptoms such as abdominal pain, irritability, etc. Factors related to PMS include menarche age,
stress level, nutritions status, family history and sleep patterns. The impact of unresolved severe
PMS events can lead to Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD). The main purpose of this
research is to determine the factors associated with the incidence of PMS in Class XI students at
Sandikta High School Bekasi in 2019. Quantitative research methods used cross sectional
approach. Samples were taken using a simple random sampling technique of 85 respondents. The
analysis used univariate and bivariate using chi-square with α = 5%. The results obtained by stress
level factors, nutritional status, family history, and sleep patterns associated with the incidence of
PMS with p values respectively 0.045, 0.007, 0.001, 0.035, while the age of menarche is not
related to the incidence of PMS. Suggestions are expected that Sandikta High School Bekasi can
provide health promotion both directly and indirectly through health media related to PMS, good
sleep patterns, and nutritional intake of adolescent that are easily understood and attractive to
students.

Keywords : Premenstrual Syndrome, stress, nutritional status, sleep pattern.

FIKes UIA 2019| 2


PENDAHULUAN Jepang PMS dialami oleh 34%
populasi perempuan dewasa,
Premenstrual Syndrome
Hongkong PMS dialami oleh 17%
(PMS) merupakan gangguan siklus
populasi perempuan dewasa. Di
yang umum terjadi pada wanita
Pakistan PMS dialami oleh 13 %
muda dan pertengahan, ditandai
populasi perempuan dewasa dan
dengan gejala fisik dan emosional
Australia dialami oleh 44 %
yang konsisten, terjadi selama fase
perempuan dewasa (Sylvia, 2010).
luteal pada siklus menstruasi
(Saryono & Sejati, 2009). Pada Prevalensi kejadian
dasarnya sindrom ini pernah dialami Premenstrual Syndrome di beberapa
hampir seluruh wanita di dunia. daerah Indonesia menunjukan hasil
Dimana sebanyak 90% wanita yang berbeda. Di Lampung
mengalami setidaknya satu gejala penelitian pada 40 siswi SMP
dalam beberapa siklus menstruasi terdapat 18 siswi (45%) mengalami
selama masa usia subur mereka Premenstrual Syndrome ringan dan
(Zaka dan Mahmood, 2012) dan 5- sebanyak 22 siswi (55%) mengalami
10% wanita mengalami gejala yang Premenstrual Syndrome berat
bersifat sedang sampai berat (Surmiasih, 2016). Di Yogyakarta
(Freeman, 2012). dilakukan penelitian mengenai
gambaran kejadian Premenstrual
Berdasarkan laporan WHO
Syndrome (PMS) di SMA N 1
(World Health Organization), PMS
Gamping dan didapatkan bahwa dari
memiliki prevalensi lebih tinggi di
142 siswi seluruhnya mengalami
negara-negara Asia dibandingkan
PMS dan terbagi dalam beberapa
dengan negara-negara Barat. Hasil
tipe, seperti: Tipe A (7,7%), Tipe H
penelitian American College
(1,4%), Tipe C (5%), Tipe D (2,1%)
Obstetricians and Gynecologists
dan Tipe gabungan sebesar (85,2%)
(ACOG) di Sri Lanka tahun 2012,
(Saputri, 2016). Di kabupaten
melaporkan bahwa gejala PMS
Pekalongan didapatkan bahwa
dialami sekitar 65,7% remaja putri.
sebanyak 67 orang (71,3%)
Hasil studi Mahin Delara di Iran
mengalami Premenstrual Syndrome
tahun 2012, ditemukan sekitar 98,2%
dengan gejala ringan (Suparni &
perempuan yang berumur 18-27
Zuhana, 2016). Penelitian pada siswi
tahun mengalami paling sedikit 1
SMAN 4 Jakarta dikatakan bahwa
gejala PMS derajat ringan atau
sebesar 55.2% mengalami gejala
sedang. Prevalensi PMS di Brazil
Premenstrual Syndrome sedang
menunjukkan angka 39%, dan di
hingga berat (Pertiwi, 2016).
Amerika 34% wanita mengalami
PMS. Prevalensi PMS di Asia Diketahui bahwa berdasarkan
Pasifik, di ketahui bahwa di negara berbagai penelitian tersebut, kejadian

FIKes UIA 2019| 3


Premenstrual Syndrome cukup Sejati, 2009, Amjad dkk., 2014).
banyak dan bervariasi jenis gejalanya Riwayat keluarga memainkan
pada setiap individu. Keluhan utama peranan yang penting. Dimana faktor
yang dialami remaja putri menjelang ini erat kaitannya dengan insiden
menstruasi adalah kram dibawah Premenstrual Syndrome 2x lebih
perut, nyeri pinggang, nyeri pada tinggi pada kelahiran kembar satu
payudara, lemah dan lesu, emosional telur (monozigotik) dibandingkan
dan muncul jerawat. Keluhan kelahiran kembar dua telur
menstruasi lainnya adalah stres, (dizigotik) (Ramadani, 2013).
pusing, mual, berat badan meningkat
Sedangkan faktor psikologis
(Cunningham, 2006 dalam
juga sangat besar pengaruhnya
Kusumatutik, 2013). Bagi beberapa
terhadap Premenstrual Syndrome
wanita, gejala ini ada yang masuk
terutama stres. Wanita dengan stres
dalam kategori berat, sehingga dapat
sedang mempunyai risiko mengalami
menggangu aktivitas mereka.
PMS lebih banyak dibandingkan
Kurangnya aktivitas fisik akan
yang mengalami stres ringan atau
menyebabkan defisiensi endorfin
tidak mengalami stres (Wijayanti,
dalam tubuh yang dapat
2014). Sementara itu tidur
mengakibatkan Premenstrual
merupakan salah satu faktor yang
Syndrome (Tambing, 2012).
memiliki keterkaitan dengan PMS.
Faktor status gizi memiliki Dimana pola tidur yang baik (tidur
peranan yang cukup penting pada tanpa gangguan) ternyata dapat
tingkat keparahan kejadian memperingan gejala PMS. Hal ini
Premenstrual Syndrome (Ratikasari, dikarenakan baik dan buruknya pola
2015). Berdasarkan penelitian yang tidur akan mempengaruhi sekresi
dilakukan oleh Wijayanti (2014) berbagai hormon yang ada di dalam
ditemukan bahwa terdapat hubungan tubuh (Shcechter dan Boivin, 2010).
yang bermakna antara obesitas
Berdasarkan studi
dengan PMS pada remaja putri.
pendahuluan yang dilakukan dengan
Sependapat dengan penelitian
wawancara pada 10 siswi SMA
tersebut, penelitian lainnya juga
Sandikta Bekasi pada tanggal 29
mendapatkan bahwa setiap kenaikan
Maret 2019 ditemukan bahwa 8 dari
1 kg/m2 pada IMT dikaitkan dengan
10 (80%) siswi diantaranya
peningkatan yang signifikan terhadap
mengalami Premenstrual Syndrome.
risiko Premenstrual Syndrome
Gejala yang ditimbulkan pun
sebesar 3% (Jhonson dkk, 2010).
berbeda, untuk indikator gejala fisik
Faktor lain yang berhubungan dari 8 siswi seluruhnya mengalami
dengan timbul dan parahnya gejala gejala nyeri panggul sebelum
Premenstrual Syndrome adalah menstruasi (100%), 7 dari 8 siswi
riwayat keluarga (Saryono dan mengalami nyeri payudara dan nafsu
FIKes UIA 2019| 4
makan meningkat serta jerawat menggunakan rumus slovin dengan
muncul (90%), 4 dari 8 siswi nilai error of margin 5%, sehingga
mengalami sakit kepala dan perut didapatkan sampel sebesar 85 orang.
kembung (50%). Sedangkan untuk Teknik pengambilan sampel dalam
gejala emosional dari 8 siswi yang penelitian ini adalah simple random
mengalami Premenstrual Syndrome sampling.
seluruhnya (100%) mengalami
Pengumpulan data pada
perasaan mudah tersinggung, dan 5
penelitian ini meliputi data identitas
dari 8 siswi (62,5%) mengatakan
responden yang meliputi usia
konsentrasinya menurun dan lebih
menarche dan riwayat keluarga, data
suka menyendiri.
premenstrual syndrome (PMS)
TUJUAN PENELITIAN diperoleh dari formulir SPAF
(Shortened Premenstrual Assessment
1. Mengetahui gambaran
Form) dan dikelompokkan menjadi
kejadian Premenstrual
tidak ada gejala hingga gejala ringan
Syndrome (PMS), usia
(skor < 30) dan gejala sedang hingga
menarche, stres, status gizi,
berat (skor ≥ 30), status gizi
riwayat keluarga, dan pola
deperoleh dari pengukuran tinggi dan
tidur pada siswi SMA
berat badan kemudian dihitung
Sandikta Bekasi tahun 2019
sesuai dengan IMT/U berdasarkan
2. Mengetahui hubungan antara
zscore, tingkat stres diperoleh dari
usia menarche, stres, status
formulir DASS (Depresion Anxiety
gizi, riwayat keluarga, dan
Stress Scale) yang khusus mengenai
pola tidur dengan kejadian
tingkat stres yaitu sebanyak 14 item
Premenstrual Syndrome
dikelompokkan menjadi ringan jika
(PMS) pada siswi kelas XI di
skor total 0-18 Sedang jika skor total
SMA Sandikta Bekasi tahun
19-25 Berat jika skor total >26, dan
2019
pola tidur diperoleh dari formulir
METODE PENELITIAN PSQI (Pittsburgh Sleep Quality
Index) yang dikelompokkan menjadi
Jenis penelitian yang
Baik jika skor ≤5 dan buruk jika skor
digunakan dalam penelitian ini
>5. Kemudian peneliti melakukan
adalah penelitian kuantitatif bersifat
analisis univariat untuk mengetahui
analitik dengan menggunakan desain
gambaran kejadian Premenstrual
cross sectional. Pada penelitian ini
Syndrome (PMS), usia menarche,
populasi adalah keseluruhan siswi
stres, status gizi, riwayat keluarga,
kelas XI di SMA Sandikta Bekasi
dan pola tidur serta melakukan
yang telah memenuhi kriteria yang
analisis bivariat untuk mengetahui
sesuai dengan penelitian yaitu
hubungan antara usia menarche,
sebanyak 107 siswi. Perhitungan
stres, status gizi, riwayat keluarga,
besar sampel untuk penelitian ini
dan pola tidur dengan kejadian
FIKes UIA 2019| 5
Premenstrual Syndrome (PMS) PMS pada siswi kelas XI di SMA
dengan menggunakan uji statistik Sandikta Bekasi tahun 2019
Chi Square. ditunjukkan dengan data data pada
tabel 1. Hasil analisis bivariat
menunjukkan bahwa nilai p sebesar
HASIL PENELITIAN 0,752 pada variabel usia menarche
dapat diartikan bahwa tidak ada
Hasil analisis diperoleh
hubungan antara usia menarche
gambaran proporsi siswi yang
dengan kejadian PMS. Selanjutan
mengalami kejadian PMS dengan
hasil analisis bivariat menunjukkan
gejala sedang hingga berat sebesar
bahwa nilai p sebesar 0,045 pada
35,3% (30 orang) dan sebesar 64,7%
variabel tingkat stres, nilai p sebesar
(55 orang) yang tidak ada gejala
0,007 pada variabel status gizi, nilai
hingga gejala ringan. Kemudian
p 0,001 pada variabel riwayat
lebih dari separuh responden
keluarga, dan nilai p 0,035 pada
mengalami menarche pada usia
variabel pola tidur. Artinya bahwa
normal yaitu usia 12 sampai dengan
terdapat hubungan antara tingkat
13 tahun sebanyak 58 orang (68,2%).
stres, status gizi, riwayat keluarga
Sebagian besar responden
dan pola tidur dengan kejadian PMS
mengalami tingkat stres ringan yaitu
pada siswi kelas XI di SMA Sandikta
61 orang (71,8%). Sedangkan yang
Bekasi.
mengalami tingkat stres sedang dan
berat masing masing 15 orang
(17,6%) dan 9 orang (10,6%). Hasil
penelitian status gizi menurut IMT/U
didapatkan bahwa sebagian besar
responden yaitu 60 orang (70,6%)
memiliki status gizi normal.
sebanyak 55,3% (47 orang) memiliki
riwayat keluarga yang mengalami
PMS sedangkan yang tidak memiliki
riwayat keluarga yang mengalami
PMS sebesar 44,7% (38 orang).
Kemudian didapatkan sebanyak
72,9% (62 orang) memiliki pola tidur
yang buruk. Sedangkan hanya 27,1%
(23 orang) yang memiliki pola tidur
baik.

Faktor yang dianalisis secara bivariat


untuk mengkaji hubungan antara
variabel independen dengan kejadian
FIKes UIA 2019| 6
PMS

Tidak ada gejala Gejala sedang hingga Jumlah P Value


Variabel
hingga gejala ringan berat

F % F % F %
Usia Menarche
Cepat 8 9,4 5 5,9 13 15,3
Normal 39 45,9 19 22,4 58 68,2 0,752
Lambat 8 9,4 6 7,1 14 16,5
Tingkat Stres
Ringan 44 51,8 17 20 61 71,8
Sedang 8 9,4 7 8,2 15 17,6 0,045
Berat 3 3,5 6 7,1 9 10,6
Status Gizi
Kurus 7 82 2 2,4 9 10.6
Normal 43 50,6 17 20 60 70,6 0,007
Gemuk 5 5,9 11 12,9 16 18,8
Riwayat Keluarga
Ada 23 27,1 24 28,2 47 55,3
0,001
Tidak Ada 32 37,6 6 7,1 38 44,7
Pola Tidur
Baik 19 22,4 4 4,7 23 27,1 0,035
Buruk 36 42,4 26 30,6 62 72,9

PEMBAHASAN prevalensi pada penelitian ini lebih


besar. Hal ini dapat dibuktikan
Kejadian PMS
dengan penelitian yang pernah
Berdasarkan hasil penelitian dilakukan di Pekalongan dan
didapatkan hasil jumlah siswi yang Purworejo dan Pekalongan yang
mengalami PMS dengan gejala masing-masing hanya menemukan
sedang hingga berat sebesar 35,3% sebesar 24,6% dan 28,7% remaja
(30 orang) dan sebesar 64,7% (55 putri yang mengalami PMS tingkat
orang) yang tidak ada gejala PMS sedang hingga berat (Tambing, 2012,
hingga gejala ringan. Bila Zuhana dkk, 2016). Kemudian
dibandingkan dengan penelitian penelitian lainnya yang dilakukan
sebelumnya yang menggunakan oleh Prabowo juga hanya
metode sama (SPAF) dalam menilai menemukan sebesar 5,91% remaja
kejadian PMS, diketahui bahwa putri yang mengalami PMS tingkat

FIKes UIA 2019| 7


sedang hingga berat (Prabowo dkk, ditolak yaitu tidak ada hubungan
2013). antara usia menarche dengan
kejadian PMS. Hal ini sejalan dengan
Premenstrual Syndrome
penelitian yang dilakukan oleh
(PMS) merupakan suatu keadaan
Nurmiaty (2011), Tambing (2012),
dimana sejumlah gejala terjadi
Padmavathi (2013) dan Ratikasari
beberapa saat sebelum menstruasi,
(2015) yang juga menemukan bahwa
gejala biasanya timbul 7-10 hari
tidak ada hubungan antara usia
sebelum menstruasi dan menghilang
menarche dengan PMS.
setelah menstruasi terjadi. Keluhan
yang terjadi sangat bervariasi dapat Mekanisme antara usia
menjadi lebih ringan atau lebih berat. menarche yang dikaitkan dengan
Penyebab seseorang wanita PMS sebenarnya masih belum jelas
mengalami PMS belum diketahui (Amjad dkk., 2014). Hal ini
pasti. Beberapa studi menyatakan menyebabkan tidak adanya alasan
bahwa salah satu penyebab seorang yang jelas pada keempat penelitian
wanita mengalami PMS adalah sebelumnya terkait tidak adanya
akibat perubahan hormonal yang hubungan antara usia menarche
terjadi sebelum menstruasi yakni dengan PMS. Namun menurut
ketidakseimbangan antara hormon Nurmiaty (2011), hal tersebut terjadi
estrogen dan progesteron pada fase disebabkan angka pemusatan usia
luteal, dimana hormon estrogen lebih menarche responden adalah 12,9
banyak dibandingkan hormon tahun yaitu berada pada rentang usia
progesteron (Saryono dan Sejati, yang tidak berisiko, yang sejalan
2009). dengan hasil penelitian ini yaitu 12,5
tahun.
Tingginya kejadian PMS ini
disebabkan karena masa remaja Disamping itu alasan lain
merupakan masa transisi dari anak- yang mungkin menjadi penyebab
anak menjadi dewasa. Dimana masa tidak ada hubungan antara usia
remaja adalah masa seseorang berada menarche dengan kejadian PMS
pada rentang usia 11-20 tahun adalah dikarenakan adanya faktor
(Wong, 2012). Pada masa inilah lain yang lebih dominan seperti
terjadi perubahan yang sangat faktor riwayat keluarga dan faktor
signifikan, tidak hanya dari fisik, psikologis. Dimana faktor genetik
namun dari fisiologis dan psikologis memainkan peranan penting terhadap
pula. hormon esterogen dan serotonin
(Praschak-Rieder dkk, 2002, Huo
Usia menarche
dkk., 2007) sedangkan faktor
Berdasarkan hasil penelitian psikologis berhubungan dengan
diperoleh pvalue = 0,752 (> 0,05), hormon progesteron (Michel dan
yang menunjukkan bahwa Ho Bonnet, 2014) yang merupakan
diterima atau hipotesis penelitian penyebab utama dari kejadian PMS.

FIKes UIA 2019| 8


Namun penelitian ini tidak Faktor psikologis khususnya
sejalan dengan penelitian Aminah stres akan memperberat gangguan
(2011) dan Amjad (2014) yang PMS. Hal ini sangat mempengaruhi
menemukan adanya hubungan antara kejiwaan dan koping seseorang
usia menarche dengan PMS. dalam menyelesaikan masalah. Stres
Menurut Aminah (2011) siswi dapat berasal dari internal maupun
dengan usia menarche cepat (<12 eksternal dalam diri wanita. Stres
tahun) berisiko 2,3 kali lebih besar merupakan predisposisi pada
untuk menderita PMS dibandingkan timbulnya beberapa penyakit,
dengan siswi yang mengalami sehingga diperlukan kondisi fisik dan
menarche lebih lambat (Aminah mental yang baik untuk menghadapi
dkk., 2011). Hal ini sejalan dengan dan mengatasi serangan stres
penelitan Amjad (2014) yang juga tersebut. Stres memegang peran
menemukan usia menarche <12 penting dalam tingkat kehebatan
tahun cenderung mengalami PMS. gejala Premenstrual Syndrome
Menurut Aminah (2011) dan Amjad (PMS) Mulyono dkk 2008, dalam
(2014) adanya kemungkinan bahwa Ramadhani., 2015).
proses pematangan dari sisi fisiologi
Oleh karena itu diperlukan
dan psikologis yang belum
penanganan untuk mengatasi stres itu
sepenuhnya sempurna pada awal
dengan cara melakukan kerjasama
fungsi ovarium lah yang mungkin
antara orangtua dan sekolah.
bertanggung jawab atas
Orangtua selaku keluarga terdekat
kecenderungan tersebut.
dapat melakukan komunikasi dengan
Stres remaja tersebut dan mendiskusikan
masalah yang dialami remaja sehari-
Berdasarkan hasil penelitian
harinya sehingga muncul kedekatan
diperoleh pvalue = 0,045 (<0,05),
emosional terhadap remaja, sehingga
yang menunjukkan bahwa Ho ditolak
jika remaja tersebut mengalami
atau hipotesis penelitian diterima
masalah dalam kehidupan sehari-
yaitu ada hubungan antara stres
harinya maka akan menceritakan
dengan kejadian PMS. Hasil
kepada keluarganya terutama
penelitian ini sejalan dengan
orangtua. Komunikasi yang baik
penelitian yang dilakukan oleh
itulah yang akan mengurangi stres
Wijayanti (2014) yang menemukan
pada remaja. Orangtua juga dapat
bahwa ada hubungan antara stres
mengontrol anak mereka dengan cara
dengan kejadian PMS. Di samping
berkomunikasi dengan guru/wali
itu, hasil penelitian Ramadhani dkk
kelas mereka sehingga apabila
(2015) juga menemukan bahwa
remaja mengalami kesulitan
terdapat hubungan antara stres
disekolah, orangtua dan guru dapat
dengan kejadian PMS dengan nilai p
mencari jalan keluar yang baik untuk
= 0,000.
penyelesaian maslah remaja itu

FIKes UIA 2019| 9


sendiri. Sekolah sebagai tempat berkaitan dengan obesitas. Karena
belajar siswa dapat pula memberikan pada wanita obesitas terjadi
edukasi melalui guru, memberikan peningkatan kadar serotonin
konseling melalui guru BK, dan (Dickerson, dkk., 2003) dan dapat
memberikan obat mengurangi nyeri meningkatkan risiko terjadinya
melalui UKS untuk mencegah stres peradangan (inflamasi) yag berujung
dan rasa sakit yang dialami oleh pada tingginya risiko mengalami
remaja itu. gejala PMS (Bussell, 2014). Adanya
peningkatan fluktuasi 2 jalur
Status gizi
hormonal yaitu hormon steroid di
Berdasarkan hasil penelitian ovarium seperti progesteron
diperoleh nilai p = 0,007 (< 0,05), alloprennanolone dan hormon yang
yang menunjukkan bahwa Ho ditolak berperan dalam pengendalian
atau hipotesis penelitian diterima Susunan Saraf Pusat dan sistem
yaitu ada hubungan antara status gizi neurotransmitter seperti GABA dan
dengan kejadian PMS. Hasil ini serotonin terbukti dapat
selaras dengan hasil penelitian meningkatkan gejala PMS (Masho,
Dwiningtyas (2016) bahwa ada 2005).
hubungan antara status gizi dengan
Penanganan obesitas pada
kejadian PMS.
remaja putri dapat dilakukan dengan
Berdasarkan analisis diit sehat, kegiatan penimbangan
hubungan antara status gizi dengan badan dan pengukuran tinggi badan
kejadian PMS, didapatkan bahwa secara berkala, dan penyuluhan
frekuensi terbanyak adalah tentang gizi seimbang bagi remaja.
responden dengan status gizi normal
Riwayat keluarga
yaitu sebanyak 43 dari 85 responden
(50,6%) mengalami PMS dengan Berdasarkan hasil penelitian
tingkat tidak ada gejala (skor >10) diperoleh pvalue = 0,005 (< 0,05),
hingga gejala ringan. Sedangkan yang menunjukkan bahwa Ho ditolak
responden yang memiliki status gizi atau hipotesis penelitian diterima
gemuk sebanyak 11 orang (12,9%) yaitu ada hubungan antara riwayat
yang mengalami PMS dengan gejala keluarga dengan kejadian PMS.
sedang hingga berat. Artinya Artinya siswi yang memiliki riwayat
semakin normal status gizinya maka keluarga yang pernah mengalami
dapat menurunkan intensitas gejala PMS berpeluang untuk
kejadian PMS dengan gejala sedang mengalami PMS gejala sedang
hingga berat. hingga berat. Hasil penelitian ini
sejalan dengan Amjad, dkk (2014)
Namun hasil penelitian ini
yang menemukan bahwa ada
sedikit berbeda dengan hasil
hubungan antara riwayat keluarga
penelitian Masho (2005). Menurut
dengan PMS. Disamping itu, hasil
penelitian Masho (2005), PMS

FIKes UIA 2019| 10


penelitian Ratikasari (2015) juga tubuh. Dimana terdapat varian pada
menemukan bahwa terdapat gen reseptor estrogen alpha yang
hubungan antara riwayat ibu dan dapat menyebabkan risiko kejadian
saudara kandung perempuan dengan PMS (Huo dkk., 2007).
kejadian PMS.
Ketidakseimbangan estrogen
Berdasarkan analisis merupakan salah satu faktor utama
hubungan antara riwayat keluarga yang dapat menyebabkan PMS
dengan kejadian PMS, terlihat bahwa (Andrewa, 2001, Dickerson dkk,
dari 47 orang yang memiliki riwayat 2003). Adanya kelebihan estrogen
keluarga, sebesar 28,2% (24 orang) dalam fase luteal (pasca ovulasi)
mengalami PMS sedang hingga akan menyebabkan PMS (Brunner
berat. Sedangkan dari 38 orang yang dan Suddarth, 2001, Saryono dan
tidak memiliki riwayat keluarga, Sejati, 2009). Kadar hormon estrogen
hanya sebesar 7,1 (6 orang) yang dalam darah yang meningkat,
mengalami PMS sedang hingga disebut-sebut dapat menyebabkan
berat. Artinya cenderung responden gejala depresi dan beberapa ganggua
yang memiliki riwayat keluarga lebih mental. Kadar estrogen yang
banyak yang mengalami PMS tingkat meningkat ini akan mengganggu
sedang hingga berat dibandingkan proses kimia tubuh termasuk
dengan responden yang tidak piridoksin yang dikenal sebagai
memiliki riwayat keluarga. vitamin anti depresi karena berfungsi
mengontrol produksi serotonin
Ada hubungan riwayat
(Brunner dan Suddarth, 2001,
keluarga dikarenakan adanya faktor
Saryono dan Sejati, 2009).
psikologis dan biologis yang
diturunkan dari keluarga (Amjad Disamping itu genetik juga
dkk., 2014). Dari segi biologis, dapat mempengaruhi kadar serotonin
adanya hubungan tersebut karena yang merupakan suatu zat kimia
adanya peran genetik yang yang diproduksi tubuh secara alami,
diturunkan. Sebab genetik yang dapat berguna untuk kualitas
merupakan faktor yang memainkan tidur yang normal (Lau, 2011). Hal
peran penting pada kejadian PMS. ini dikarenakan, zat ini sangat
Gen sangan erat kaitannya dengan mempengaruhi suasana hati
insiden PMS, yang biasanya terjadi seseorang yang berhubungan dengan
dua kali lebih tinggi (93%) pada gejala PMS, seperti depresi,
kembar satu telur (monozigot) kecemasan, ketertarikan, kelelahan,
dibanding kembar dua telur (44%) perubahan pola makan, kesulitan
(Zaka dan Mahmood, 2012, Saryono tidur, agresif dan peningkatan selera
dan sejati, 2009). Hal ini dikarenakan (Saryono dan Sejati, 2009).
faktor genetik ini memiliki kaitan
Dari berbagai pernyataan
yang sangat erat dengan perubahan
diatas dapat disimpulkan bahwa
hormon dan serotonin di dalam

FIKes UIA 2019| 11


riwayat keluarga merupakan faktor Hasil penelitian ini sejalan
yang memiliki keterkaitan dengan dengan penelitian yang serupa
kejadian PMS. Sayangnya faktor ini dengan menggunakan kuesioner
merupakan faktor yang tidak dapat PSQI, menemukan bahwa PMS
diubah, sehingga tidak dapat memiliki hubungan dengan buruknya
diintervensi. Sehingga hal-hal yang kualitas tidur (Cheng dkk., 2013,
perlu diperhatikan bagi siswi yang Karaman dkk., 2012). Dimana pola
memiliki riwayat keluarga adalah tidur yang baik (tidur tanpa
dengan lebih memberikan perhatian gangguan) ternyata dapat
terhadap faktor lainnya yang meringankan gejala PMS. Hal ini
berhubungan dengan kejadian PMS. dikarenakan baik dan buruknya pola
tidur akan mempengaruhi sekresi
Pola Tidur
berbagai hormon yang ada di dalam
Berdasarkan hasil penelitian tubuh (Shechter dan Boivin, 2010).
diperoleh nilai p = 0,035 (> 0,05), Disamping itu menurut Baker, dkk
yang menunjukkan bahwa Ho (2007), meskipun pola tidur yang
ditolak atau hipotesis penelitian buruk merupakan salah satu gejala
diterima yaitu ada hubungan antara dari PMS yang parah, namun
pola tidur dengan kejadian PMS. berdasarkan hasil penelitiannya
Artinya siswi yang memiliki diketahui bahwa pola tidur yang
hubungan antara pola tidur buruk buruk akan meningkatkan keparahan
berpeluang untuk mengalami PMS dari gejala PMS yang dirasakan
gejala sedang hingga berat. (Baker dkk., 2007).

Sementara berdasarkan SIMPULAN


analisis hubungan antara pola tidur
Berdasarkan analisis data yang telah
dengan kejadian PMS, menunjukkan
dilakukan dapat disimpulkan bahwa
bahwa dari 23 orang yang memiliki
Tidak terdapat hubungan antara usia
pola tidur baik, terdapat 4,7% (4
menarche dengan kejadian PMS
orang) yang mengalami PMS sedang
pada siswi kelas XI di SMA Sandikta
hingga berat. Sedangkan dari 62
Bekasi dan terdapat hubungan antara
orang yang memiliki pola tidur
tingkat stres, status gizi, riwayat
buruk, terdapat 30,6% (26 orang)
keluarga dan pola tidur dengan
yang mengalami PMS sedang hingga
kejadian PMS pada siswi kelas XI di
berat. Hal ini menunjukkan bahwa
SMA Sandikta Bekasi.
cenderung responden yang memiliki
pola tidur buruk lebih banyak yang SARAN
mengalami PMS sedang hingga
1. Bagi institusi keperawatan
berat, dibandingkan dengan
a. Meningkatkan peran
responden yang memiliki pola tidur
perawat dalam promosi
baik.
kesehatan sebagai health
educator terhadap

FIKes UIA 2019| 12


pencegahan terjadinya pembuatan media kesehatan yang
premenstrual syndrome mudah dipahami dan menarik,
b. Menjadi landasan dalam yang berkaitan dengan PMS, pola
mengembangkan tidur yang baik dan asupan gizi
kompetensi pembelajaran sesuai kebutuhan siswi.
pada mahasiswa mengenai 3. Bagi peneliti selanjutnya
premenstrual syndrome Diharapkan penelitian lebih
beserta faktor-faktor nya lanjut dapat dikembangkan
2. Bagi SMA Sandikta Bekasi dengan melakukan penelitian
Diharapkan dapat lanjutan tentang pola tidur, untuk
mengadakan kegiatan promosi mengetahui latar belakang
kesehatan berupa penyuluhan atau buruknya pola tidur pada remaja.
DAFTAR PUSTAKA
Aminah, S., Rahmadani, S. dan Premenstrual Syndrome.
Munadhiroh. (2011). Sleep, 30, 1283-1291.
Hubungan Status Gizi Brunner dan Suddarth. (2001).
dengan Kejadian Buku Ajar Keperawatan
Premenstrual Syndrome di Medikal Bedah, Jakarta:
Madrasah Aliyah Negeri Penerbit Buku Kedokteran
(MAN) Jakarta Tahun EGC
2011. Health Quality. Bussell, G. (2019). Fact Sheet:
Jurnal Kesehatan, 2. Premenstrual Syndrome
Amjad, A., kumar, R. Dan (PMS) [Online]. UK:
Mazher, S. B. (2014). British Dietetic
Socio-demographic Association. Diakses dari
Factors and Premenstrual https://www.bda.uk.com/f
Syndome among Women oodfacts/pms [diakses 28
attending a Teaching April 2019]
Hospital in Islamabad, Cheng, S. H., Shih, C. C., Yang,
Pakistan. J Pioneer Med Y. K., Chen, K. T., Chang,
Sci, 4, 4. Y. H. dan Yang, Y. C.
Andrews, G. (2001). Sindrom (2013). Factors
Pramenstruasi. In: Associated with
ANDREWS, G. (ed.) Premenstrual Syndromed
Buku Ajar: Kesehatan A Survey of New Female
Reproduksi Wanita. 2 ed. University Student.
Jakarta: Penerbit Buku Kaohsiung Journal of
Kedokteran EGC Medical Sciences, 29,6.
Baker, F. C., Kahan, T. L., Dickerson, L. M., J, p., Mazyck
Trinder, J. dan Colrain, I. dan Hubter, M. (2003).
M. (2007). Sleep Quality Premenstrual Syndrome.
and the Sleep Am Fam Physician, 67-9
Electroencephalogram in Dwiningtyas,
Women with Severe Yunita (2016) Hubungan
Status Gizi Dan Kejadian

FIKes UIA 2019| 13


Premenstrual Syndrome Premenstrual Syndrome. J
Pada Mahasiswi Prodi Psychosom Obset
Diii Kebidanan Fk Gynaecol., 26,6.
Uns. Other Thesis, Michel, C. L. dan Bonnet, X.
Universitas Sebelas Maret. (2014). Effect of a Brief
Freeman, EW., Sammel, MD., Stress on Progesterone
Rinaudo, PJ. And Sheng, Plasma Levels in Pregnant
L. (2012). Premenstrual & Non-Pregnant Guinea
Syndrome as a Predictor Pigs. Animal Biology. 64,
of Menopausal Symptoms. 19-29.
Obstet Gynecol; 103:960- Nurmiaty, Wilopo, S. A. dan
6. Sudargo, T. 2011.
Johnson, E. R. B., Hankinson, S. Perilaku makan dengan
E., Willett, W. C., kejadian sindrom
Johnson, S. R. Dan premenstruasi pada
Manson, J. E. (2010). remaja. Berita kedokteran
Adiposity and the Masyarakat, 27, 7.
Development of Padmavathi, P., Sankar, S. R. Dan
Premenstrual Syndrome. J Kokilavani, N. 2013. A
Womens Health correlation study on
(Larchmt). 19, 7. Diakses premenstrual symptomps
dari among adolescents girl.
(https://www.liebertpub.co Asian J Health Sci, l, 4
m/doi/abs/10.1089/jwh.20 Pertiwi, C. (2016). Hubungan
10.2128) Aktivitas Olahraga
Karaman, H. I. O., Tanriverdi, G. Terhadap Kejadian
dan Degimenci, Y. (2012) Sindrom Pramenstruasi
Subjective Sleep Quality in Pada Remaja di SMAN 4
Premenstrual Syndrome. Jakarta. Jakarta: Fakultas
Jurnal Gynecological Kedokteran dan Ilmu
Endocrinology, 28, 5. Kesehatan. UIN Syarif
Kusumatutik, W. (2013). Hidayatullah. Diakses dari
Hubungan Antara Asupan (http://repository.uinjkt.ac.
Gizi Vitamin B6 dan id/dspace/handle/1234567
Kalsium Terhadap 89/32155)
Kejadian Pra Menstruasi Prabowo, A. E., M., R. M. dan
Sindrom Pada Siswi Kelas Sholehudin, M. 2013.
X SMA Bhinneka Karya 2 Hubungan tingkat sres
Boyolali. Surakarta: dengan derajat keparahan
Universitas sindrom pramenstruasi.
Muhammadiyah Jurnal kesehatan
Surakarta. Diakses dari meseschephalon.
(http://eprints.ums.ac.id/id Ramadani, M. (2013).
/eprint/27206) Premenstrual Syndrome
Lau, E. (2011). Super Sehat (PMS). Jurnal Kesehatan
dalam 2 Minggu, Jakarta: Masyarakat Andalas.
Gramedia Pustaka Utama Diakses dari
Masho, S., Adera, T. dan South (http://jurnal.fkm.unand.ac
Paul, J. (2005). Obesity as .id/index.php/jkma/article/
a Risk Factor for view/103)

FIKes UIA 2019| 14


Ratikasari, I. (2015). Faktor- Pekajangan. Diakses dari
Faktor Yang Berhubungan (https://jurnal.stikesmus.ac
dengan Kejadian Sindrom .id/index.php/JKebln/articl
Pramenstruasi (PMS) e/view/55)
pada Siswi SMA 112 Surmiasih. (2016). Aktivitas Fisik
Jakarta Tahun 2015. Dengan Sindrom
Fakultas Kedokteran dan Premenstruasi Pada Siswa
Ilmu Kesehatan. UIN SMP. Lampung: Jurnal
Syarif Hidayatullah. Ilmu Kesehatan Stikes
Diakses dari Aisyah Pringsewu.
(http://repository.uinjkt.ac. Diakses dari
id/dspace/handle/1234567 (https://aisyah.journalpress
89/28898) .id/index.php/jika/article/v
Saputri, T. R. (2016). Gambaran iew/Surmiasih/23)
Kejadian Premenstrual Sylvia, D. (2010). Sindrom Pra-
Syndrome Pada Siswi menstruasi. Jakarta: Balai
Kelas X dan XI di SMA N Penerbit FKUI
1 Gamping Kabupaten Tambing, Y dan Prof. dr. H. M.
Sleman Yogyakarta. Hakimi, SpOG(K), PhD.
Yogyakarta: Universitas (2012). Aktivitas Fisik dan
Alma Ata Sindrom Premenstruasi
Saryono., Sejati, W. (2009). Pada Remaja. Unspecified
Sindrom Premenstruasi. thesis. Universitas Gajah
Yogyakarta: Nuha Medika Mada. Diakses dari
Shechter, A. dan Boivin, D. B. (http://repository.ugm.ac.i
(2010). Sleep, Hormones, d/id/eprint/98665)
and Circadian Rhythms Wijayanti, Y. T. (2014). Analisis
throughout the Menstrual Faktor Yang Berhubungan
Cycle in Healthy Women Dengan Kejadian
and Women with Premenstrual Syndroma
Premenstrual Dysphoric Pada Remaja Putri. Jurnal
Disorder. International Kesehatan Politeknik
Journal of Endocrinology, Kesehatan
17. Diakses dari TanjungKarang. Diakses
(https://www.hindawi.com dari
/journals/ije/2010/259345/ (http://ejurnal.poltekkes-
abs/) tkj.ac.id/index.php/JKM/ar
Suparni dan Zuhana, N. (2016). ticle/view/172)
Hubungan Usia Menarche Wong, D. L. (2012). Praktek
dengan Kejadian Sindrom Klinik Keperawatan
Pramenstruasi Di SMP Pediatrik. Edisi 4. Jakarta:
Negeri 1 Sragi Kabupaten PT. EGC
Pekalongan Tahun 2016. Zaka, M dan Mahmood, K. T.
Pekalongan: Jurnal (2012). Premenstrual
Kebidanan Indonesia Syndrome. –a Review J.
Stikes Muhammadiyah Pharm.Sci. & Res., 4,7

FIKes UIA 2019| 15

Anda mungkin juga menyukai