Anda di halaman 1dari 13

A.

PENDAHULUAN
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang disebabkan oleh demam diatas suhu 38oC
rektal tanpa disertai infeksi pada sistem saraf pusat atau gangguan keseimbangan elektrolit
akut pada anak berumur lebih dari 1 bulan, tanpa ada riwayat kejang tanpa demam
sebelumnya. Kejang demam merupakan kejang yang paling sering terjadi 2%–5% pada anak-
anak kurang dari 5 tahun. Kejang disertai demam pada bayi kurang dari satu bulan tidak
termasuk kejang demam. Jika anak berusia kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun
mengalami kejang didahului demam, harus dipikirkan kemungkinan lain seperti infeksi ssp
atau epilepsy yang kebetulan terjadi bersama demam. Anak yang pernah mengalami kejang
tanpa demam, kemudian kejang saat demam, tidak termasuk dalam kejang demam.
Lebih dari 90% penderita kejang demam terjadi pada anak berumur dibawah 5 tahun.
Terbanyak bangkitan kejang demam terjadi pada anak berumur antara 6 bulan-22 bulan.
Insiden bangkitan demam tertinggi terjadi pada umur 18 bulan. Di berbagai negara insiden
dan prevalensi kejang demam berbeda. Di amerika serikat dan eropa, insiden kejang demam
berkisar 2-5%. Di asia insiden kejang demam meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan
eropa dan amerika. Berdasarkan jenis kelamin, dari berbagai hasil penelitian didapatkan
bahwa kejang demam lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan.
B. KASUS
1. Identitas Penderita
No. CM : 03/04/2012/368
Nama : Bayi Ani
Umur : 5 bulan
Tanggal lahir : 23 Desember 2011
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Wonodri
Nama Ayah : Tn. R
Umur : 27 tahun
Pendidikan : Tamat SMA
Pekerjaan : Pegawai kesehatan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Nama Ibu : Ny. E
Umur : 25 tahun
Pendidikan : Tamat SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Suku : Jawa

2. Anamnesis
Anamnesis dilakukan pada ibu penderita (alloanamnesis) hari pertama masuk UGD.
Riwayat Penyakit
Keluhan Utama
Kejang dan demam
Riwayat Penyakit Sekarang
24 jam sebelum kejang didahului demam (+) 39,5 C suhu rektal, pilek (+), batuk (+)
setelah itu Ibu melaporkan 2 jam setelahnya anak tersebut mengalami kejang tanpa
pencetus. Kejang berlangsung selama 5 menit, kejang didahului dengan anak
menangis, mata melotot, badan gemetar, kaki dan tangan kelojotan. Kejang tidak
berulang. Sesudah kejang bayi menangis dan tidak ditemukan adanya defisit
neurologis. Selama demam anak diberikan paracetamol oleh ibu. Adanya infeksi pada
telinga, kulit, gastrointestinal disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu
1. Riwayat diare : (+) dua bulan yang lalu, demam (+)  sudah sembuh
2. Riwayat trauma : disangkal
3. Riwayat demam tifoid : disangkal
4. Riwayat kejang : disangkal
5. Riwayat cacar air : disangkal
6. Riwayat disentri : disangkal
7. Riwayat campak : disangkal,
8. Riwayat operasi : disangkal
9. Riwayat alergi makanan dan obat : disangkal
10. Riwayat patah tulang : disangkal
11. Riwayat batuk lama : disangkal
12. Riwayat asma : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga dan saudara dari penderita yang menderita penyakit yang sama disangkal.
Riwayat batuk lama disangkal. Riwayat epilepsy disangkal. Ibu penderita menyatakan
bahwa pengasuh penderita sedang batuk pilek.
Silsilah Keluarga

Keterangan:
Laki-laki
Perempuan
Bayi Ani (pasien)
Pengasuh (batuk pilek)
Tinggal dalam satu rumah

Riwayat Pemberian Obat


Paracetamol
Riwayat kehamilan
Prenatal: bayi merupakan anak pertama, pemeriksaan ANC sebanyak empat kali di
bidan, imunisasi TT dua kali, saat hamil tidak pernah sakit, riwayat hipertensi dan
diabetes mellitus disangkal.
Natal: persalinan normal, cukup bulan, ditolong oleh bidan, berat badan lahir 3
kilogram, panjang badan 50 cm, tidak ada kelainan saat lahir.
Post natal: control ke bidan dan dinyatakan sehat.
Riwayat imunisasi
Polio 3x (saat lahir, 2 bulan, 4 bulan)
BCG 1x (1 bulan)
Hepatitis B 3x (saat lahir, 2 bulan, 4 bulan)
DPT 2x (2 bulan, 4 bulan)
Kesan : Imunisasi dasar lengkap sesuai usia

Riwayat Gizi
ASI Usia 0 – 5 bulan
Susu formula Usia 5 bulan
3 sendok + 90 cc air Catatan: keluhan (-)
3x sehari
Selalu habis
Bubur nasi + sayuran Usia 5 bulan
3 sendok makan Catatan: keluhan (-)
Habis kadang-kadang
Kesan: kualiatas makanan kurang, kuantitas cukup

Riwayat tumbuh kembang


Riwayat Pertumbuhan
Berat badan lahir 3000 gr
Berat badan sekarang 6 kg
Panjang badan lahir 50 cm
Panjang badan sekarang 65 cm
LiLA 9,5 cm
Lingkar kepala 39 cm
Kesan: KMS naik tidak sesuai garis
Riwayat Perkembangan
Senyum sosial Usia 2 bulan
Miring Usia 4 bulan
Tengkurap Usia 5 bulan
Kesan: perkembangan sesuai dengan usia

2. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : komposmentis
GCS : 4-5-6
b) Pengukuran
Tanda vital:
Respirasi : 30x/ menit
Nadi : 110x/ menit, isi tegangan cukup, regular
Suhu rectal : 39,5oC
Panjang badan : 65 cm
Berat badan : 6 KG
Status gizi: z-Score = 0,4 SD ( baik)

c) Status internus
Kulit :
Warna : sawo matang
Turgor : cepat kembali
Kelembaban : cukup
Pucat : tidak ada
Kepala :
Bentuk : mesosefali
UUB : belum menutup, datar.
Mata :
Palpebra : edem (-), cekung (-)
Konjungtiva : anemis (-)
Sklera : ikterik (-)
Pupil :
Diameter : 2 mm/2 mm
Simetris : isokor
Reflek cahaya : +/+
Kornea : jernih
Hidung :
Bentuk : simetris
Pernafasan cuping hidung: (-)
Sekret : (+) minimal, bening
Mulut:
Bentuk : simetris
Bibir : mukosa bibir basah
Gusi : mudah berdarah (-)
Gigi geligi : tidak ada
Lidah:
Bentuk : simetris
Pucat : (-)
Kotor : (-)
Palatum letak : (-)
tinggi
Tonsil:
Warna : hiperemis (+)
Ukuran : T2-T2
Abses : (-)
Membran/pseudomembran: (-)
Kripte melebar : (-)
Detritus : (-)
Faring:
Hiperemis : (-)
Edem : (-)
Membran/pseudomembran: (-)
Granulosa : (-)
Telinga:
Discharge : (-)
Aurikula hiperemis: (-)
Membrane timpani: intake
Reflek cahaya : seperti mutiara
Leher:
Deviasi trakea : (-)
Warna kulit : sama dengan sekitar
Massa : (-)
Kaku kuduk : tidak ada; dengan Brudzinski I, Brudzinski II maupun Kernig.
Toraks:
Dinding dada/paru
Inspeksi:
Bentuk : normal
Gerakan statis dinamis : simetris
Warna kulit :sesuai dengan warna kulit sekitar
Otot bantuan nafas : tidak tampak
Jenis pernafasan : torakoabdominal
Retraksi : parasternal (+), intercostal (-), subcostal (-)
Palpasi:
Stem fremitus : simetris kanan dan kiri
Nyeri tekan : (-)
Perkusi: sonor seluruh lapang paru
Auskultasi:
Paru depan
Suara nafas dasar : kanan: vesikuler; kiri: vesikuler
Suara tambahan: kanan : ronchi (-/-), wheezing (-/-); kiri: : ronchi (-/-),
wheezing (-/-)
Paru belakang
Suara nafas dasar : kanan: vesikuler; kiri: vesikuler
Suara tambahan: kanan : ronchi (-/-), wheezing (-/-); kiri: : ronchi (-/-),
wheezing (-/-)

SDV SDV

Jantung:
Inspeksi: iktus cordis : tak tampak
Palpasi: apeks: tidak teraba
ictus cordis : teraba di SIC IV LMCS, tidak melebar, tidak kuat angkat
Perkusi:
batas kanan SIC IV LPSD,
batas kiri: SIC IV LMCS,
batas atas: SIC II LPSS
kesan: konfigurasi jantung DBN
Auskultasi:
bunyi jantung : I dan II murni
suara tambahan : tidak ada
Abdomen:
Inspeksi:
bentuk : datar
warna : sesuai dengan kulit sekitar
spider navy : (-)
umbilikus : tidak menonjol.
Auskultasi :
bunyi peristaltik : (+) 8x/menit
Perkusi : timpani di seluruh lapangan abdomen
pekak sisi : (+) fisiologis
pekak alih : (-)
Palpasi:
nyeri tekan : (-)
defans muscular : (-)
benjolan : (-)
hepar dan lien : tidak teraba
Genitalia: perempuan; tidak ada kelainan.
Anus: ada, tidak ada kelainan.
Ekstremitas
- Umum: ekstremitas atas: akral hangat
edema dan parese: tidak ada
ekstremitas bawah: akral hangat
edema dan parese: tidak ada
- neurologis
Superior Inferior
kanan kiri kanan kiri
Gerakan normal normal normal normal
Tonus normal normal normal normal
Trofi - - - -
Klonus - - - -
Reflek fisiologis + + + +
Reflek patologis - - - -
Meningeal - - - -

Diagnosis
Kejang demam simpleks et causa ISPA.
Diagnosis Banding
- Ensefalitis
- Meningitis
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah tepi lengkap, elektrolit, dan
glukosa darah, walaupun kadang tidak menunjukkan kelainan yang berarti.
b. Indikasi lumbal punksi pada kejang demam untuk menegakkan atau menyingkirkan
kemungkinan meningitis. Bila pasti bahawa kejang tersebut bukan disebabkan
meningitis, lumbal pungsi tidak perlu dilakukan.
c. Pemeriksaan imaging (CT Scan atau MRI) dapat diindikasikan pada keadaan:
- Adanya riwayat dan tanda klinis trauma.
- Kemungkinan adanya lesi struktural di otak (mikrosephali, spastic)
- Adanya tanda peningkatan tekanan intracranial (kesadaran menurun, muntah
berulang, fontanel anterior membonjol, paresis saraf otak VI, edema papil)

Penatalaksanaan Kasus
Penderita baru dengan kejang boleh dirawat jalan, bilamana hanya ada riwayat kejang dan
hanya terjadi satu kali, tidak ada tanda rangsangan meningeal dan kelainan neurologik lain,
juga penderita kontrol pulang rawat inap dikelola sebagai baerikut:
1. Medikamentosa
Paracetamol 10 mg/kgBB/kali, kalau perlu dapat ditambahkan Diazepam 0,3
mg/kgBB/kali bila panas tinggi.
2. Penanganan penyebab (infeksi extrakranial) tergantung jenisnya.
Pada kasus ini terdapat batuk pilek dapat diberikan Gliseril Guaiakolat 25 mg 3x
sehari
3. Pemberian difenilhidatoin perlu dikontrol 6 bulan sampai 1 tahun sekali, bilamana
tidak ada kejang, dosisnya dapat dikurangi.
Penderita dinyatakan sembuh bilamana:
a. Bebas kejang selama 3 tahun.
b. Umur diatas 5 tahun dan tidak pernah kejang lagi.
Penatalaksanaan Jika Kejang
Anak yang mengalami Kejang Demam sederhana maupun Kejang Demam Kompleks
harus dirawat di rumah sakit, untuk dilakukan lumbal punksi dan pemeriksaan penunjang
yang lain. Penderita baru harus dirawat inap bila:
a. Kejang pertama, harus dilakukan punksi lumbal dan observasi sehari.
b. Kejang lebih dari 20 menit.
c. Dalam sehari terjadi dua kali atau lebih serangan kejang yang tidak beruntun.
d. Ada penurunan kesadaran atau kelainan neurologik yang meragukan
Sebelum masuk bangsal, perlu diperhatikan hal-hal berikut:
a. Atasi Kejang
b. Turunkan panas
c. Oksigenasi.
d. Perbaiki homeostasis yang perlu.
Penatalaksanaan Kejang
1. Pengobatan fase akut
a. Memotong kejang

b. Menurunkan panas bila demam atau hiperreaksi


Dengan kompres seluruh tubuh dan bila telah memungkinkan dapat diberi paracetamol
10 mg/kg BB/kali kombinasi diazeam oral 0,3 mg/kgBB.
c. Memberikan cairan yang cukup jika kejang berlangsung cukup lama (>10menit) dengan
intravena: D5 1/45, D5 1/25, RL.
2. Mencari penyebab dan mengobati penyebab.
Dengan penelusuran sebab kejang dan faktor resiko terjadinya kejang pengobatan
terhadap penyakit kejang sesuai dengan penyebab yang telah ditemukan.
3. Pengobatan pencegahan berulangnya kejang.
Diberikan antikonvulsan rumatan: Fenitoin/Difenilhidatoin 5-8mg/kg BB/hari. Dalam
dua kali pemberian (dosis terbagi 2) atau dengan fenobarbital(jika tidak ada fenitoin) dosis 5-
8mg/kg BB/hari dalam dua kali pemberian.
Planning
1. Observasi tanda-tanda vital
2. Edukasi Pada Orang Tua
a) Menerangkan tentang penyakit kejangnya kepada orang tua.
b) Memberikan dan menerangkan cara penanganan kejang kepada orang tua.
c) Memberikan informasi kemungkinan kejang kembali.
d) Menerangkan beberapa hal yang bisa dlakukan orang tua bila dirumah anak kejang:
 Tetap tenang dan tidak panik
 Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher
 Bila tidak sadar posisikan anak terlentang dengan posisi miring, agar bisa
membersihkan muntahan atau lendir di mulut dan hidung.
 Ukur suhu, catat lama kejang dan suhunya
 Berikan diazepam rektal selama kejang dan jangan berikan jika kejang telah
berhenti
 Bawa ke dokter jika kejang telah berulang/ terjadi lebih dari lima menit.
Prognosis
Dubia ad bonam

C. PEMBAHASAN
Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal >380C) kenaikan suhu tubuh terebut disebabkan oleh proses ekstrakranial. Menurut
Consesus Statement on Febrile Seizure (1980) adalah suatu kejadian pada bayi atau anak,
biasanya terjadi antara umur 3 bulan sampai 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi
tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. Anak yang kejang
tanpa demam dan berumur kurang dari 4 minggu tidak termasuk. Kejang demam harus
dibedakan dengan epilepsi, yaitu yang ditandai dengan kejang berulang tanpa demam.
Epidemiologi
Di Asia dilaporkan kejang demam lebih tingi dibanding Eropa dan Amerika. Kira-kira
20% merupakan kejang demam kompleks. Umumnya kejang demam timbul pada tahun
kedua kehidupan (17-23 bulan), 2-5% populasi pada anak berumur 6 bulan-3 tahun, insiden
tertingi pada umur 18 bulan. Kejang demam sedikit lebih sering pada laki-laki.
Etiologi
Demam sering disebabkan infeksi akut saluran pernapasan atas, otitis media,
pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih.
Pada keadaan umum demam, kenaikan 10C akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan Oksigen meningkat 20%. Pada anak umur 3 tahun,
sirkulasi otak mencapai 65% dari sirkulasi tubuh dibandingkan orang dewasa yang hanya
15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh dapat terjadi perubahan kesimbangan membran dan
dalam waktu singkat terjadi difusi K+ maupun Na+ melalui membran, terjadi lepas muatan
listrik. Lepas muatan listrik ini dapat meluas ke seluruh sel maupun membran sel sekitarnya
dengan bantuan bahan yang kita kenal sebagai neurotransmitter, akibatnya terjadilah kejang.
Setiap anak mempunyai nilai ambang kejang yang berbeda. Kejang tidak selalu timbul pada
suhu tinggi, kadang-kadang demam tidak begitu tinggi dapat menyebabkan kejang.
Manifestasi Klinis
Klasifikasi kejang demam:
1. Kejang Demam kompleks
Ciri-cirinya:
a. Kejang berlangsung lama, lebih dari 15menit.
b. Adanya kejang disertai demam
c. Kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum didahului kejang parsial.
d. Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam (anak sadar kembali dalam dua
bangkitan kejang)
2. Kejang Demam Sederhana
Menggunakan kriteria modifikasi Livingstone
a. Umur kejang pertama 6 bulan-4 tahun
b. Kejang dalam 16 jam pertama (sesudah mulai demam tinggi)
c. Kejang bersifat umum
d. Kejang berlangsung < 5 menit
e. Frekuensi bangkitan kejang < 4x/tahun, tidak multiple
f. Pemeriksaan EEG yang dibuat 10-14 hari setelah bebas panas tidak menunjukkan
kelainan. 5% dari anak normal mempunyai gambaran EEG yang abnormal
g. Tidak didapatkan kelainan neurologik.
Pada kasus ini manifestasi klinik yang ditemukan yaitu kejang berlangsung selama 5
menit, kejang didahului dengan anak menangis, mata melotot, badan gemetar, kaki dan
tangan kelojotan. Saat kejang anak dalam keadaan masih sadar, kejang berlangsung
selama 5 menit dan tidak berulang. Sesudah kejang bayi menangis dan tidak ditemukan
adanya kelainan secara fisik. Dengan manifestasi klinik yang ditemukan dapat
disimpulkan bahwa kejang demam pada pasien ini termasuk kejang demam sederhana
(simple febrile seizure)

Resume
Seorang anak perempuan usia 5 bulan, BB 6 kg, PB: 65 cm, datang dengan keluhan utama
kejang dan demam. Riwayat penyakit sekarang:
1. Batuk pilek
Sejak 2 hari yang lalu.
2. Demam
Selama 24 jam.
4. Kejang saat demam
Mengalami kejang selama 5 menit. Pasien dibawa ke RS Islam Anak Bunda dalam kondisi 2
jam pasca kejang. Selama demam anak diberikan paracetamol oleh ibu. Sebelum demam bayi
mengalami batuk pilek.
Penderita pernah menderita diare yang disertai demam dua bulan yang lalu dan sudah
sembuh. Riwayat trauma disangkal, riwayat demam tifoid disangkal, riwayat kejang
sebelumnya disangkal, riwayat cacar air disangkal, riwayat disentri disangkal, riwayat
campak disangkal, operasi disangkal, riwayat alergi makanan dan obat disangkal, riwayat
patah tulang disangkal.
Batuk lama disangkal. Riwayat asma disangkal. Ibu penderita menyatakan bahwa pengasuh
penderita sedang batuk pilek

Daftar Pustaka
1. Zolaly, Mohammed A. 2012. Histamine H1 antagonists and clinical characteristics of
febrile seizures. Diunduh tanggal 23 April 2012. Available at:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22505826
2. Anonim. 1999. Standar Pelayanan Medis RSUP dr. Sardjito. Yogyakarta: FK UGM.
3. Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius
4. Mirzanie, dkk. 2006. Pediatrica. Solo: Tossa Enterprise.
5. Pusonegoro, dkk. 2004. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Jakarta: Badan
Penerbit IDAI.
6. http://www.who.int/csr/don/2005_01_19/en/index.html
7. http://digilib.itb.ac.id/gdi.php?mod=browse&op=read&id=jbpti+bpd-gdi-s2-1996-
muktinings-1815&q=research

Anda mungkin juga menyukai