Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KASUS “OSTEOPOROSIS”

DISUSUN OLEH :

M. YUNUS ZAKARIA

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

YARSI MATARAM

T.A 2019/2020

1
BAB I
KONSEP TEORI

A. DEFINISI
Osteoporosis adalah suatu keadaan pengurangan jaringan tulang per unit volume,
sehingga tidak mampu melindungi atau mencegah terjadinya fraktur terhadap trauma
minimal. Secara histopatologis osteoporosis ditandai oleh berkurangnya ketebalan korteks
disertai dengan berkurangnya jumlah maupun ukuran trabekula tulang.(Doengoes, Marilynn
E:2000).
Osteoporosis adalah kondisi terjadinya penurunan densitas/matriks/massa tulang,
peningkatan porositas tulang, dan penurunan proses mineralisasi disertai dengan kerusakan
arsitektur mikro jaringan tulang yang mengakibatkan penurunan kekokohan tulang sehingga
tulang menjadi mudah patah.( R. Boedhi Darmojo:2000)
osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang
menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan
fosfat, sehingga tulang menjadi keras dan padat.( Brunner & Suddarth:2002)
Penurunan Massa tulang ini sebagai akibat dari berkurangnya pembentukan, meningkatnya
perusakan (destruksi) atau kombinasi dari keduanya (Corwn elizabeth. 2001.).
Menurut pembagiannya dapat dibedakan atas : (Brunner & Suddarth:2002) :
1. Osteoporosis Primer yang terjadi bukan sebagai akibat penyakit yang lain, yang
dibedakan lagi atas :
a. Osteoporosis tipe I (pasca menopause), yang kehilangan tulang terutama dibagian
trabekula
b. Osteoporosis tipe II (senilis), terutama kehilangan Massa tulang daerah korteks
c. Osteoporosis idiopatik yang terjadi pada usia muda denganpenyebab yang tidak
diketahui
2. Osteoporosis sekunder yang terjadi pada atau akibat penyakit lain, antara lain
hiperparatiroid, gagal ginjal kronis, arthritis rematoid dan lain-lain.

B. ANATOMI FISIOLOGI TULANG


Seperti yang telah kita ketahui pada bagian apa yang terjadi secara normal ? tulang anda
secara konstant mengalami peremajaan jaringan tulang lama di rombak dan tulang baru di

2
bentuk untuk menggantikan nya. Kedua proses ini di kenal sebagai remodelling atau
regenerasi tulang, dan di sebabkan oleh aksi dua jenis sel yang berbeda dalam tulang.
1. Osteoklast
Merombak tulang dengan menggunakan asam dan enzim (suatu proses yang secara
teknik dikenal sebagai resorpsi tulang). Enzim merupakan protein mempercepat reaksi
kimia.
2. Osteoblast
Menghasilkan tulang baru untuk menggantikan tulang lama yang di rombak oleh
osteoklast (pembentukan tulang)
Saat anda mencapai usia 35 tahun, kepadatan tulang anda mulai menurun karena kecepatan
pembentukan tulang. Selanjutnya, jelaslah bahwa saat anda bertambah tua maka kepadatan
tulang secara alamiah akan menurun di bawah tingkat kepadatan sebagai orang dewasa muda
yang sehat akan tetapi, bila perbedaan ini menjadi bertambah besar (yaitu kepadatan tulang
anda menurun lebih rendah lagi) maka anda disebut mengalami osteopenia atau kepadatan
tulang rendah. Bila perbedaan ini menjadi bertambah besar maka anda mengalami
osteoporosis
Tulang kortikal yang padat maupun tulang trabekular berspons mengandung suatu matriks
yang hampir seluruhnya di susun oleh serabut kolagen. Kolagen merupakan serabut putih
yang tidak dapat di renggangkan yang memiliki kekuatan tegangan yang besar (dengan kata
lain kuat saat anda tarik). Akan tetapi agar tulang anda memiliki kompresi (tekanan) sebaik
mungkin (dengan kata lain, kuat saat anda dorong), matriks ini harus di perkuat oleh sejumlah
garam tulang. Ini merupakan sumber kalsium dan fosfat keduanya merupakan komponen
esensial dari garam tulang utama (dikenal sebagai hidroksiapatit). Sebagian besar makanan
mengandung jumlah fosfat yang cukup sehingga lebih umum terjadi kekurangan kalsium atau
vitamin D yang dapat menurunkan kekuatan tulang daripada kekuatan fosfat. Vitamin D di
perlukan tubuh agar dapat menyerap kalsium dari makanan di dalam usus. Sebagaian besar
vitamin D di buat di kulit anda dengan adanya paparan sinar matahari tetapi tetap
membutuhkan suplemen vitamin D dari makanan.

C.KLASIFIKASI
1.Osteoporosis primer, keadaan umum/biasa terjadi dan bukan keadaan patologis (alami)
a) Tipe 1 adalah tipe yang timbul pada wanita pascamenopause pada usia rata-rata 55-
65 tahun.
b) Tipe 2 terjadi pada orang lanjut usia, baik pria maupun wanita. Terjadi pada usia >
65 th, terjadi pada laki-laki dan perempuan tetapi 2 X lebih sering pada wanita.
2. Osteoporosis sekunder, terjadi karena penyakit dan obat-obatan.
Osteoporosis sekunder terutama disebabkan oleh penyakit penyakit tulang erosif dan akibat
obat-obatan yang toksik untuk tulang (misalnya glukokortikoid). Jenis ini ditemukan pada
kurang lebih 2-3 juta klien.
3. Osteoporosis idiopatik, idiopatik= belum diketahui penyebabnya dan ditemukan pada:
a) Usia kanak-kanak (juvenil)
b) Usia remaja (adolesen)
c) Wanita pra-menopouse
d) Pria usia pertengahan

3
D. ETIOLOGI
1. Determinan Massa Tulang
Massa tulang maksimal pada usia dewasa ditentukan oleh berbagai factor antara lain :
a. Faktor genetic
Perbedaan genetic mempunyai pengaruh terhadap kepadatan tulang
b. Faktor mekanik
Beban mekanik berpengaruh terhadap massa tulang, bertambahnya beban akan
menambah massa tulang dan berkurangnya massa tulang. Ada hubungan langsung dan nyata
antara massa otot dan massa tulang. Kedua hal tersebut menunjukkan respon terhadap kerja
mekanik. Beban mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot besar dan juga massa
tulang yang besar.
c. Faktor makanan dan hormon
Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup (protein dan
mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh genetic yang
bersangkutan

2. Determinan pengurangan massa tulang


Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penurunan massa tulang pada usia lanjut yang
dapat mengakibatkan fraktur osteoporosis pada dasarnya sama seperti pada factor-faktor yang
mempengaruhi massa tulang.
a. Faktor genetic
Factor genetic berpengaruh terhadap resiko terjadinya fraktur. Pada seseorang dengan
tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat resiko fraktur dari seseorang denfan tulang
yang besar.

b. Factor mekanis
Pada umumnya aktifitas fisik akan menurun dengan bertambahnya usia dan karena
massa tulang merupakan fungsi beban mekanik, massa tulang tersebut pasti akan menurun
dengan bertambahnya usia.
c. Faktor lain
1.) Kalsium
Kalsium merupakan nutrisi yang penting, dengan masukan kalsium yang rendah dan
absorbsinya tidak baik akan mengakibatkan keseimbangan kalsium yang negatif
begitu sebaliknya.

4
2.) Protein
Parotein yang berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan keseimbangan kalsium
yang negatif
3.) Estrogen
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya
gangguan keseimbangan kalsium, karena menurunnya efisiensi absorbsi kalsium dari
makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium diginjal.
4.) Rokok dan kopi
Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan mengakibatkan
penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan kalsium yang rendah.
Mekanisme pengaruh rokok terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan
tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.
5.) Alkohol
Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan masukan kalsium yang
rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang meningkat. Mekanisme yang pasti
belum diketahui.

E. FAKTOR RESIKO
FAKTOR – FAKTOR RESIKO PENYBAB OSTEOPOROSI

1. Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Di Ubah

a. Faktor Mekanis Atau Usia Lanjut

Faktor mekanis merupakan faktor yang terpenting dalarn proses penurunan massa tulang
sehubungan dengan lanjutnya usia.Walaupun demikian telah terbukti bahwa ada interaksi
panting antara faktor mekanis dengan faktor nutrisi hormonal. Pada umumnya aktivitas fisis
akan menurun dengan bertambahnya usia, dan karena massa tulang merupakan fungsi
beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya usia.

5
b. Jenis Kelamin

Osreoporosis tiga kali lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria, perbedaan
ini disebabkan oleh faktor hormonal dan rangka tulang yang lebih kecil.

c. Faktor Genetik

Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang. Beberapa


orang mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil. Sebagai contoh, orang kulit
hitam pada umumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat dan berat dari pada bangsa
kulit putih. Jadi seseorang yang mempunyai tulang kuat biasanya jarang terserang
osteoporosis.

d. Riwayat Keluarga Atau Keturunan

Riwayat keluarga juga mempengaruhi penyakit osteoporosis, pada keluarga yang


mempunyai riwayat osteoporosis, anak-anak yang dilahirkannya cenderung mempunyai
penyakit yang sama.

e. Bentuk Tubuh

Kerangka tubuh dan skoliosis vertebra yang lemah juga dapat menyebabkan penyakit
osteoporesis. Keadaan ini terutama terjadi pada wanita antara usia 50-60 tahun dengan
identitas tulang yang rendah dan di atas usia 70 tahun dengan keadaan tubuh yng tidak
ideal.

2. Faktor Resiko Yang Dapat Di Ubah

a. Kalsium

Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses penurunan massa
tulang sehubungan dengan bertambahnya uisia, terutama pada wanita post menopause.
Kalsium, merupakan nutrisi yang sangat penting, wanita-wanita pada masa
pascamenopause, dengan masukan kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak baik, akan
mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya menjadi berkurang maka kemungkinan terjadinya
osteoporosis ada, pada wanita dalam masa menopause keseimbangan kalsiumnya akan
terganggu akibat masukan serta absorbsinya kurang dan ekskresi melalui urin yang
bertambah dapat menyebabkan kekurangan atau kehilangan estrogen serta pergeseran
keseimbangan kalsium sejumlah 25 mg per sehari pada masa menopause.

b. Protein

Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi penurunan massa
tulang. Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan ekskresi asam amino yang
mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi kalsium. Pada
umumnya protein tidak dimakan secara tersendiri, tetapi bersama makanan lain. Apabila

6
makanan tersebut mengandung fosfor, maka fosfor tersebut akan mengurangi ekskresi
kalsium melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut akan mengubah pengeluaran kalsium
melalui tinja. Hasil akhir dari makanan yang mengandung protein berlebihan akan
mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan kalsium yang negatif.

c. Estrogen

Berkurangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya gangguan


keseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan oleh karena menurunnya eflsiensi absorbsi
kalsium dari makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal.

d. Rokok Dan Kopi

Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan mengakibatkan penurunan
massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh
merokok terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat
memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.

e. Alkohol

Alkoholi merupakan masalah yang sering ditemukan. Individu dengan pengguna alkohol
mempunyai kecenderungan masukan kalsium rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin
yang meningkat. Mekanisme yang jelas belum diketahui dengan pasti tentang pengguna
alkohol.

f. Gaya hidup.

Aktifitas fisik yang kurang dan imobilisasi dengan penurunan penyangga berat badan
merupakan stimulus penting bagi resorpsi tulang. Beban fisik yang terintegrasi merupakan
penentu dari puncak massa tulang.

F. PATOFISIOLOGI
Remodeling tulang normal pada orang dewasa akan meningkatkan massa tulang
sampai sekitar usia 35 tahun. Genetik, nutrisi, gaya hidpu (merokok, minum kopi), dan
aktifitas fisik mempengaruhi puncak massa tulang. Kehilangan karena usia mulai segera
setelah tercapai puncaknya massa tulang. Menghilangnya estrogen pada saat menopause
mengakibatkan percepatan resorbsi tulang dan berlangsung terus selama tahun-tahun pasca
menopause.
Faktor nutrisi mempengaruhi pertumbuhan osteoporosis. Vitamin D penting untuk
absorbsi kalsium dan untuk mineralisasi tulang normal. Diet mengandung kalsium dan
vitamin D harus mencukupi untuk mempertahankan remodelling tulang dan fungsi tubuh.

7
Asupan kalsium dan vitamin D yang tidak mencukupi selama bertahun-tahun mengakibatkan
pengurangan massa tulang dan pertumbuhan osteoporosis

G. PATHWAYS
Normal

Genetik,gaya hidup,alcohol,
penurunan prod.hormon

Penurunan masa tulang

Osteoporosis (gangguan muskuloskeletal)

Kiposis/Gibbus

8
Pengaruh pada fisik Pengaruh pada psikososial

Fungsi tubuh Keterbatasan gerak Konsep diri


menurun -pembatasan grk & lat. -Gmbaran body image
-nyeri pinggang -kemampuan memenuhi ADL -Isolasi sosial
-TB & BB menurun -Inefektif koping individu

Reseptor nyeri nafsu makan menurun

Gang.rs nyaman (nyeri)

Lemas,letih

Disfungsi skelet Adaptasi lingkungan berkurang

Perubahan mobilitas fisik


Resiko injuri
H. TANDA DAN GEJALA
1. Nyeri dengan atau tanpa adanya fraktur yang nyata
2. Nyeri timbul secara mendadadak
3. Nyeri dirasakan ringan pada pagi hari (bangun tidur)
4. Nyeri akan bertambah karena melakukan aktifitas atau pekerjaan sehari-hari atau karena
pergerakan yang salah
5. Rasa sakit karena oleh adanya fraktur pada anggota gerak
6. Rasa sakit karena adanya kompresi fraktur pada vertebra
7. Rasa sakit hebat yang terlokalisasi pada daerah vertebra
8. Rasa sakit akan berkurang apabila pasien istirahat di tempat tidur

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG ATAU DIAGNOSTIK

9
Osteoporosis teridentifikasi pada pemeriksaan sinar-x rutin bila sudah terjadi
demineralisasi 25% sampai 40%. Tampak radiolusesnsi tulang. Ketika vertebra kolaps,
vertebra torakalis menjadi berbentuk baji dan vertebra lumbalis menjadi bikonkaf.
Pemeriksaan laboratorium (missal kalsium serum, fosfat, serum, fosfatase alkalu, ekskresi
kalsium urine, ekskresi hidroksi prolin urine, hematokrit, laju endap darah), dan sinar-x
dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis medis lain (missal ; osteomalasia,
hiperparatiroidisme, dlll) yang juga menyumbang terjadinya kehilangan tulang.
Absorbsiometri foton-tunggal dapat digunakan untuk memantau massa tulang pada tulang
kortikal pada sendi pergelangan tangan. Absorpsiometri dual-foton, dual energy x-ray
absorpsiometry (DEXA) , dan CT mampu memberikan informasi mengenai massa tulang
pada tulang belakang dan panggul. Sangat berguna untuk mengidentifikasi tulang
osteoporosis dan mengkaji respon terhadap terapi.

J. PENATALAKSANAAN
a. Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi sepanjang hidup, dengan peningkatan
asupan kalsium pada permulaan umur pertengahan dapat melindungi terhadap
demineralisasi tulang
b. Pada menopause dapat diberikan terapi pengganti hormone dengan estrogen dan
progesterone untuk memperlambat kehilangan tulang dan mencegah terjadinya patah
tulang yang diakibatkan.
c. Medical treatment, oabt-obatan dapat diresepkan untuk menangani osteoporosis termasuk
kalsitonin, natrium fluoride, dan natrium etridonat. Efek samping (misal : gangguan
gastrointestinal, aliran panas, frekuensi urin), biasanya ringan dan hanya kadang-kadang
dialami. Natrium florida memperbaiki aktifitas osteoblastik dan pembentukan tulang.
d. Pemasangan penyangga tulang belakang (spinal brace) untuk mengurangi nyeri punggung

K. KLASIFIKASI
1. Osteoporosis primer, keadaan umum/biasa terjadi dan bukan keadaan patologis
(alami)

a. Tipe 1 adalah tipe yang timbul pada wanita pascamenopause pada usia rata-rata 55-65
tahun.

b. Tipe 2 terjadi pada orang lanjut usia, baik pria maupun wanita. Terjadi pada usia > 65
th, terjadi pada laki-laki dan perempuan tetapi 2 X lebih sering pada wanita.

10
2. Osteoporosis sekunder, terjadi karena penyakit dan obat-obatan.

Osteoporosis sekunder terutama disebabkan oleh penyakit penyakit tulang erosif dan akibat
obat-obatan yang toksik untuk tulang (misalnya glukokortikoid). Jenis ini ditemukan pada
kurang lebih 2-3 juta klien.

3. Osteoporosis idiopatik, idiopatik= belum diketahui penyebabnya dan ditemukan pada:

a. Usia kanak-kanak (juvenil)

b. Usia remaja (adolesen)

c. Wanita pra-menopouse

d. Pria usia pertengahan

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Pengkajian adalah langkah awal dalam proses keperawatan secara keseluruhan, tahapan
pengkajian terdiri atas pengumpulan data, analisis data dan perumusan diagnosa
keperawatan, (Nursalam, 2008) yang meliputi:
a. Keluhan Utama:
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama
dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.
b. Riwayat Penyakit Dahulu :
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit lainnya.
c. Riwayat Penyakit Keluarga :
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit lainnya.
d. Riwayat Psikososial :
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang mengalami
stress yang berkepanjangan.

11
e. Riwayat Pemakaian Obat :
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yangdipakai, atau pernahkah pasien
tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.

2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Head To Toe

Tanda-tanda vital meliputi : TD : 110/70 N : 76 x/i

S : 36,5 C RR : 20 x/i

Pemeriksaan Kepala

Inspeksi kepala : Bentuk :Biasanya simetris

Karakteristik rambut :Biasanya gelombang

Kebersihan :Biasanya bersih

Palpasi kepala : Biasanya Tidak ada benjolan/lesi

Pemeriksaan mata

Inspeksi : Sklera :Biasanya ikterik

Conjungtiva :Biasanya anemis

Kornea :Biasanya Normal

Iris :Biasanya Normal

Tanda-tanda radang :Biasanya tidak ada

Edema palpebrae :Biasanya tidak ada nyeri tekan

Rasa sakit :Biasanya tidak ada rasa nyeri

12
Telinga

Inspeksi : Daun telinga : Biasanya Simetris, tidak ada massa

Liang telinga : Biasanya Bersih

Membran tympani : Biasanya tidak ada kelainan

Pendarahan : Biasanya tidak ada

Hidung

Simetris/ tidak : Biasanya cuping hidung simetris kiri dan kanan

Membran mukosa : Biasanya tidak ada secret

Test penciuman / ketajaman membedakan bau : Biasanya tidak ada kelainan

Alergi terhadap sesuatu : Biasanya tidak ada alergi

Mulut dan tenggorokan

Inspeksi : Mulut : Biasanya lembab

Mukosa mulut : Buasanya bersih

Lidah : Biasanya merah muda, tidak ada bintik-bintik


putih

Kesulitan menelan : Biasanya tidak kesulitan dalam


menelan

Leher

Inspeksi leher : Biasanya Normal

Kelenjar tyroid : Biasanya tidak ada pembesaran

Palpasi : Biasanya Normal

Arteri carotis : Biasanya tidak ada kelainan

Vena jugularis : Biasanya tidak ada kelainan

Kelenjar tyroid : Biasanya tidak ada pembesaran

Nodus limfa : Biasanya tidak ada kelainan

Pembesaran kelenjar : Biasanya tidak ada pembesaran


kalenjar

Thorak/paru

13
Inspeksi : Bentuk thorak : Biasanya Normal

Warna kulit : Biasanya Kuning langsat

Pola nafas : Biasanya efektif

Palpasi : Vocal remitus : Biasanya Normal ada getaran

Perkusi : Batas paru kanan : Biasanya Normal

Batas paru kiri : Biasanya Normal

Auskultasi : Suara nafas : Biasanya Normal

Kardiovaskuler

Inspeksi : Iictus cordis : Biasanya tidak ada kelainan

Palpasi : Ictus cordis : Biasanya Normal

Heart rate : Biasanya Normal

Perkusi : Batas jantung : Biasanya normal

Auskultasi : Bunyi jantung I&II : Biasanya Normal

Abdomen

Inspeksi : Kuadran regio : -

Umbilikus : Biasanya ada

Distensi : Biasanya tidak mengalami distensi

Pola nutrisi

Berat badan : 45kg tinggi badan :150 cm sakit: bb 42 kg

Frekuensi makan : 3 kali sehari setelah sakit : 3 kali sehari

Pola tidur dan istirahat

Waktu tidur : 21.00-05.00 wib setelah sakit : 21.00-04.00 wib

Lama tidur : 8jam/hari setelah sakit : 7jam/hari

Kesulitan dalam hal tidur: sulit tidur karena nyeri pada sendi lutut

14
3. Analisa Data

Nama Klien : Tn.I No. Register : .....

Umur : 75 tahun Diagnosa Medis :


OSTEOPOROSIS

Ruang Rawat : R IV Interne Alamat : Jl Seberang


padang

No. Data Etiologi Masalah

1. Ds : Fungsi Tubuh Nyeri akut


Menurun
Biasanya Klien mengatakan
nyeri pada punggungnya

Nyeri berkurang saat klien -Nyeri Punggung

beristirahat di tempat tidur


-TB & BB Menurun

Do :

tampak meringis menahan nyeri


Reseptor Nyeri

Klien tampak gelisah

Gangguan Rasa

15
Nyaman(Nyeri)

2. Ds : Keterbatasan Gerak Hambatan


mobilitas fisik
Biasanya Klien mengatakan
tidak bisa bergerak dan
Pembatasan gerak
beraktivitas

Klien mengatakan tidak bisa


beranjak dari tempat tidur Nafsu Makan
Berkurang

Do :

Biasanya Klien tampak lemah


Perubahan Mobilitas
Klien tampak terbaring di tempat
Fisik
tidur

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Masalah yang biasa terjadi pada klien osteoporosis adalah sebagai berikut :
1. Nyeri akut yang berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebra ditandai
dengan klien mengeluh nyeri tulang belakang, mengeluh bengkak pada pergelangan
tangan, terdapat fraktur traumatic pada vertebra, klien tampak meringis.
2. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan
skeletal (kifosis) , nyeri sekunder, atau fraktur baru ditandai dengan klien mengeluh
kemampuan gerak cepat menurun, klien mengatakan badan terasa lemas, stamina
menurun, dan terdapat penurunan tinggi badan.

16
3. Risiko cedera yang berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan
ketidakseimbangan tubuh ditandai dengan klien mengeluh kemampuan gerak cepat
menurun, tulang belakang terlihat bungkuk.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri akut yang berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebra ditandai
dengan klien mengeluh nyeri tulang belakang, mengeluh bengkak pada pergelangan
tangan, terdapat fraktur traumatic pada vertebra, klien tampak meringis

Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang dengan kriteria hasil
klien dapat mengekspresikan perasaan nyerinya, klien dapat tenang dan istirahat, klien
dapat mandiri dalam penanganan dan perawatannya secara sederhana.

Intervensi :
• Evaluasi keluhan nyeri/ketidaknyamanan, perhatikan lokasi dan karakteristik termasuk
intensitas (skala 1-10). Perhatikan petunjuk nyeri nonverbal (perubahan pada tanda vital
dan emosi/prilaku)
R/ Mempengaruhi pilihan/pengawasan keefektifan intervensi
• Ajarkan klien tentang alternative lain untuk mengatasi dan mengurangi rasa nyerinya
R/ alternative lain untuk mengatasi nyeri misalnya kompres hangat, mengatur posisi
untuk mencegah kesalahan posisi pada tulang/jaringan yang cedera
• Dorong menggunakan teknik manajemen stress contoh relaksasi progresif, latihan
nafasa dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan teraupetik
R/ Memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa control dan dapat
meningkatkan kemampuan koping dalam manajemen nyeri yang mungkin menetap
untuk periode lebih lama
• Kolaborasi dalam pemberian obat sesuai indikasi
R/ diberikan untuk menurunkan nyeri.

2. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan
skeletal (kifosis) , nyeri sekunder, atau fraktur baru ditandai dengan klien mengeluh

17
kemampuan gerak cepat menurun, klien mengatakan badan terasa lemas, stamina
menurun, dan terdapat penurunan tinggi badan
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien mampu melakukan mobilitas
fisik dengan criteria hasil klien dapat meningkatkan mobilitas fisik, berpartisipasi dalam
aktivitas yang diinginkan/diperlukan, klien mampu melakukan aktivitas hidup sehari-hari
secara mandiri
Intervensi :
• Kaji tingkat kemampuan klien yang masih ada
R/ sebagai dasar untuk memberikan alternative dan latihan gerak yang sesuai dengan
kemampuannya
• Rencanakan tentang pemberian program latihan, ajarkan klien tentang aktivitas hidup
sehari-hari yang dapat dikerjakan
R/ latihan akan meningkatkan pergerakan otot dan stimulasi sirkulasi darah
• Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas /perawatan diri secara bertahap jika dapat
ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan
R/ kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba,
memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam
melakukan aktivitas.

3. Risiko cedera yang berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan
ketidakseimbangan tubuh ditandai dengan klien mengeluh kemampuan gerak cepat
menurun, tulang belakang terlihat bungkuk
Tujuan :
cedera tidak terjadi dengan kriteria hasil klien tidak jatuh dan tidak mengalami fraktur,
klien dapat menghindari aktivitas yang mengakibatkan fraktur
Intervensi :
• Ciptakan lingkungan yang bebas dari bahaya missal : tempatkan klien pada tempat tidur
rendah, berikan penerangan yang cukup, tempatkan klien pada ruangan yang mudah
untuk diobservasi.
R/ menciptakan lingkungan yang aman mengurangi risiko terjadinya kecelakaan.
• Ajarkan pada klien untuk berhenti secara perlahan,tidak naik tangga dan mengangkat
beban berat.

18
R/ pergerakan yang cepat akan memudahkan terjadinya fraktur kompresi vertebra pada
klien osteoporosis
• Observasi efek samping obat-obatan yang digunakan.
R/ obat-obatan seperti diuretic, fenotiazin dapat menyebabkan pusing, mengantuk dan
lemah yang merupakan predisposisi klien untuk jatuh

D. Implementasi
Pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang
telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Fase implementasi atau pelaksanaan terdiri
dari beberapa kegiatan, yaitu validasi rencana keperawatan, mendokumentasikan rencana
keperawatan, memberikan asuhan keperawatan, dan pengumpulan data. Pelaksanaan
bertujuan untuk mengatasi diagnosa dan masalah keperawatan, kolaborasi dan membantu
dalam pencapaian tujuan yang ditetapkan dan mempasilitas koping, tahapan tindakan
keperawatan ada 3 antara lain :

1. Persiapan :

Perawat menyiapkan segala sesuatu yang perlu dalam tindakan keperawatan, yaitu
mengulang tindakan keperawatan yang diidentifikasikan pada tahap intervensi,menganalisa
pengetahuan dan ketermpilan yang diperlukan dalam mengetahui komplikasi dari tindakan
yang mungkin muncul, menentukan kelengkapan dan menentukan lingkungan yang
kondusif. Mengidentifikasi aspek hukum dan kode etik terhadap resiko dari kesalahan
tindakan.

2. Intervensi :

Pelaksanaan tindakan keperawatan yang bertjuan untukmemenuhi kebutuhan fisik dan


emosional, adapun sifat tindakan keperawatan yaitu independen, interindependen,dan
dependen.

3. Dokumentasi :

Mendokumentasikan suatu proses keperawatan secara lengkap dan akurat.

E. Evaluasi
Hasil yang diharapkan meliputi:

1. Nyeri berkurang

2. Terpenuhinya kebutuhan mobilitas fisik

3. Tidak terjadi cedera

4. Terpenuhinya kebutuhan perawatan diri

19
5. Status psikologis yang seimbang

6. Terpenuhinya kebutuhan, pengetahuan dan informasi

f. Nutrisi Untuk Mencegah Osteoporosis

1. Diet sehat dengan asupan susu


Penurunan berat badan yang tidak sehat akan memicu tiga kali lebih cepat keropos
tulang. Selain itu, anda yang sedang melakukan diet dan meninggalkan kalsium dalam
menu makan anda seperti susu karena dikhawatirkan akan menggagalkan diet. Hal ini
adalah fenomena mengkhawatirkan pada anak perempuan remaja, yang mungkin
membatasi susu 50% dari massa tulang yang seharusnya dapat dipenuhi. Penelitian telah
menunjukkan bahwa gadis remaja yang mengkonsumsi susu yang memadai dapat
meningkatkan kekuatan tulang dan tidak berhubungan dengan kenaikan berat badan.
Bahkan, penelitian terakhir menunjukkan bahwa produk susu bermanfaat bagi berat
badan. Dalam analisis obesitas dan uji klinis asupan kalsium, peningkatan kalsium dari
produk susu secara konsisten dikaitkan dengan penurunan berat badan, lemak tubuh dan
berat badan.
2. Kalsium sesuai dengan kebutuhan tubuh
Kalsium penting untuk kesehatan tulang dan asupan yang direkomendasikan (RDA)
bervariasi sepanjang hidup. Hal ini dikarenakan pada masa metamorfosa anda
membutuhkan kalsium yang berbeda, bagi bayi membutuhkan 200-260 mg kemudian
beranjak anak-anak membutuhkan 700-1.300 mg, pada masa remaja dan ibu hamil
membutuhkan asupan kalsium yang lebih sekitar 1300 mg. Sedangkan pada orang
dewasa dibedakan menjadi dua yaitu wanita memerlukan 1200 mg sedangkan untuk pria
1000 mg. Dalam mencukupi kebutuhan kalsium setiap hari maka anda harus
memperhatikan kebutuhan sayuran hijau, roti dan sarden .
3. Kebutuhan vitamin D
Vitamin D terutama diproduksi oleh sinar UVB pada kulit, dengan jumlah terbatas
makanan juga menyediakan vitamin D (ikan berminyak, kuning telur, hati dan susu yang
diperkaya vitamin D dan margarin). Sumber makanan vitamin D dibutuhkan pada semua
kategori usia. Oleh karena itu konsumsi secara teratur minyak ikan dari salmon, sarden,
mackerel dan tuna segar tidak hanya akan memberikan vitamin D, tetapi juga asam
lemak n3 kardioprotektif yang dibutuhkan oleh tubuh. Vitamin D juga sangat dibutuhkan
dalam penyerapan kalsium sehingga dapat memberikan manfaat dengan optimal.
4. Makanan sehat
Sebuah diet seimbang yang sehat akan memastikan bahwa semua nutrisi yang
dibutuhkan untuk kesehatan tulang disediakan dalam menu diet anda. Diet memang tidak
saja dibutuhkan dalam menurunkan berat badan dan berhenti ketika berat badan anda
ideal karena ini merupakan hal yang sia-sia. Pola makanan sehat harus tetap anda
jaga memperhatikan asupan makanan dalam menjaga osteoporosis. Hindari makanan

20
dan minuman yang mengandung alkohol, kafein, meroko. Bagi anda yang memiliki
gangguan pada asupan makanan termasuk kalsium dan vitamin D sebaiknya anda
berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan suplemen tambahan yang dibutuhkan
tubuh.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Osteoporosis adalah suatu keadaan pengurangan jaringan tulang per unit volume,
sehingga tidak mampu melindungi atau mencegah terjadinya fraktur terhadap trauma
minimal. Secara histopatologis osteoporosis ditandai oleh berkurangnya ketebalan
korteks disertai dengan berkurangnya jumlah maupun ukuran trabekula tulang.(Doengoes,
Marilynn E:2000).

B. Saran
Sebagai perawat dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan berperan dalam upaya
pendidikan dengan memberikan penyuluhan tentang pengertian osteoporosis, penyebab dan
gejala osteoporosis serta pengelolaan osteoporosis. Berperan juga dalam meningkatkan mutu
dan pemerataan pelayanan kesehatan serta peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik pasien
serta keluarganya dalam melaksanakan pengobatan osteoporosis. Peran yang terakhir adalah
peningkatan kerja sama dan system rujukan antar berbagai tingkat fasilitas pelayanan
kesehatan, hal ini akan memberi nilai posistif dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.

21
DAFTAR PUSTAKA

Corwn elizabeth. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC


Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 3, Jakarta, EGC, 2002
Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 2000
Price, S. A & Wilson, L. Patifisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit; alih bahasa,
Brahm U. Pendit..[et. al]. Edisi 6. Jakarta: ECG.2001
R. Boedhi Darmojo, Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), Jakarta, Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2000
http://lutfyaini.blogspot.com/2013/09/laporan-pendahuluan-dan-askep.html

22

Anda mungkin juga menyukai