DISUSUN OLEH :
M. YUNUS ZAKARIA
YARSI MATARAM
T.A 2019/2020
1
BAB I
KONSEP TEORI
A. DEFINISI
Osteoporosis adalah suatu keadaan pengurangan jaringan tulang per unit volume,
sehingga tidak mampu melindungi atau mencegah terjadinya fraktur terhadap trauma
minimal. Secara histopatologis osteoporosis ditandai oleh berkurangnya ketebalan korteks
disertai dengan berkurangnya jumlah maupun ukuran trabekula tulang.(Doengoes, Marilynn
E:2000).
Osteoporosis adalah kondisi terjadinya penurunan densitas/matriks/massa tulang,
peningkatan porositas tulang, dan penurunan proses mineralisasi disertai dengan kerusakan
arsitektur mikro jaringan tulang yang mengakibatkan penurunan kekokohan tulang sehingga
tulang menjadi mudah patah.( R. Boedhi Darmojo:2000)
osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang
menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan
fosfat, sehingga tulang menjadi keras dan padat.( Brunner & Suddarth:2002)
Penurunan Massa tulang ini sebagai akibat dari berkurangnya pembentukan, meningkatnya
perusakan (destruksi) atau kombinasi dari keduanya (Corwn elizabeth. 2001.).
Menurut pembagiannya dapat dibedakan atas : (Brunner & Suddarth:2002) :
1. Osteoporosis Primer yang terjadi bukan sebagai akibat penyakit yang lain, yang
dibedakan lagi atas :
a. Osteoporosis tipe I (pasca menopause), yang kehilangan tulang terutama dibagian
trabekula
b. Osteoporosis tipe II (senilis), terutama kehilangan Massa tulang daerah korteks
c. Osteoporosis idiopatik yang terjadi pada usia muda denganpenyebab yang tidak
diketahui
2. Osteoporosis sekunder yang terjadi pada atau akibat penyakit lain, antara lain
hiperparatiroid, gagal ginjal kronis, arthritis rematoid dan lain-lain.
2
bentuk untuk menggantikan nya. Kedua proses ini di kenal sebagai remodelling atau
regenerasi tulang, dan di sebabkan oleh aksi dua jenis sel yang berbeda dalam tulang.
1. Osteoklast
Merombak tulang dengan menggunakan asam dan enzim (suatu proses yang secara
teknik dikenal sebagai resorpsi tulang). Enzim merupakan protein mempercepat reaksi
kimia.
2. Osteoblast
Menghasilkan tulang baru untuk menggantikan tulang lama yang di rombak oleh
osteoklast (pembentukan tulang)
Saat anda mencapai usia 35 tahun, kepadatan tulang anda mulai menurun karena kecepatan
pembentukan tulang. Selanjutnya, jelaslah bahwa saat anda bertambah tua maka kepadatan
tulang secara alamiah akan menurun di bawah tingkat kepadatan sebagai orang dewasa muda
yang sehat akan tetapi, bila perbedaan ini menjadi bertambah besar (yaitu kepadatan tulang
anda menurun lebih rendah lagi) maka anda disebut mengalami osteopenia atau kepadatan
tulang rendah. Bila perbedaan ini menjadi bertambah besar maka anda mengalami
osteoporosis
Tulang kortikal yang padat maupun tulang trabekular berspons mengandung suatu matriks
yang hampir seluruhnya di susun oleh serabut kolagen. Kolagen merupakan serabut putih
yang tidak dapat di renggangkan yang memiliki kekuatan tegangan yang besar (dengan kata
lain kuat saat anda tarik). Akan tetapi agar tulang anda memiliki kompresi (tekanan) sebaik
mungkin (dengan kata lain, kuat saat anda dorong), matriks ini harus di perkuat oleh sejumlah
garam tulang. Ini merupakan sumber kalsium dan fosfat keduanya merupakan komponen
esensial dari garam tulang utama (dikenal sebagai hidroksiapatit). Sebagian besar makanan
mengandung jumlah fosfat yang cukup sehingga lebih umum terjadi kekurangan kalsium atau
vitamin D yang dapat menurunkan kekuatan tulang daripada kekuatan fosfat. Vitamin D di
perlukan tubuh agar dapat menyerap kalsium dari makanan di dalam usus. Sebagaian besar
vitamin D di buat di kulit anda dengan adanya paparan sinar matahari tetapi tetap
membutuhkan suplemen vitamin D dari makanan.
C.KLASIFIKASI
1.Osteoporosis primer, keadaan umum/biasa terjadi dan bukan keadaan patologis (alami)
a) Tipe 1 adalah tipe yang timbul pada wanita pascamenopause pada usia rata-rata 55-
65 tahun.
b) Tipe 2 terjadi pada orang lanjut usia, baik pria maupun wanita. Terjadi pada usia >
65 th, terjadi pada laki-laki dan perempuan tetapi 2 X lebih sering pada wanita.
2. Osteoporosis sekunder, terjadi karena penyakit dan obat-obatan.
Osteoporosis sekunder terutama disebabkan oleh penyakit penyakit tulang erosif dan akibat
obat-obatan yang toksik untuk tulang (misalnya glukokortikoid). Jenis ini ditemukan pada
kurang lebih 2-3 juta klien.
3. Osteoporosis idiopatik, idiopatik= belum diketahui penyebabnya dan ditemukan pada:
a) Usia kanak-kanak (juvenil)
b) Usia remaja (adolesen)
c) Wanita pra-menopouse
d) Pria usia pertengahan
3
D. ETIOLOGI
1. Determinan Massa Tulang
Massa tulang maksimal pada usia dewasa ditentukan oleh berbagai factor antara lain :
a. Faktor genetic
Perbedaan genetic mempunyai pengaruh terhadap kepadatan tulang
b. Faktor mekanik
Beban mekanik berpengaruh terhadap massa tulang, bertambahnya beban akan
menambah massa tulang dan berkurangnya massa tulang. Ada hubungan langsung dan nyata
antara massa otot dan massa tulang. Kedua hal tersebut menunjukkan respon terhadap kerja
mekanik. Beban mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot besar dan juga massa
tulang yang besar.
c. Faktor makanan dan hormon
Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup (protein dan
mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh genetic yang
bersangkutan
b. Factor mekanis
Pada umumnya aktifitas fisik akan menurun dengan bertambahnya usia dan karena
massa tulang merupakan fungsi beban mekanik, massa tulang tersebut pasti akan menurun
dengan bertambahnya usia.
c. Faktor lain
1.) Kalsium
Kalsium merupakan nutrisi yang penting, dengan masukan kalsium yang rendah dan
absorbsinya tidak baik akan mengakibatkan keseimbangan kalsium yang negatif
begitu sebaliknya.
4
2.) Protein
Parotein yang berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan keseimbangan kalsium
yang negatif
3.) Estrogen
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya
gangguan keseimbangan kalsium, karena menurunnya efisiensi absorbsi kalsium dari
makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium diginjal.
4.) Rokok dan kopi
Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan mengakibatkan
penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan kalsium yang rendah.
Mekanisme pengaruh rokok terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan
tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.
5.) Alkohol
Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan masukan kalsium yang
rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang meningkat. Mekanisme yang pasti
belum diketahui.
E. FAKTOR RESIKO
FAKTOR – FAKTOR RESIKO PENYBAB OSTEOPOROSI
Faktor mekanis merupakan faktor yang terpenting dalarn proses penurunan massa tulang
sehubungan dengan lanjutnya usia.Walaupun demikian telah terbukti bahwa ada interaksi
panting antara faktor mekanis dengan faktor nutrisi hormonal. Pada umumnya aktivitas fisis
akan menurun dengan bertambahnya usia, dan karena massa tulang merupakan fungsi
beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya usia.
5
b. Jenis Kelamin
Osreoporosis tiga kali lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria, perbedaan
ini disebabkan oleh faktor hormonal dan rangka tulang yang lebih kecil.
c. Faktor Genetik
e. Bentuk Tubuh
Kerangka tubuh dan skoliosis vertebra yang lemah juga dapat menyebabkan penyakit
osteoporesis. Keadaan ini terutama terjadi pada wanita antara usia 50-60 tahun dengan
identitas tulang yang rendah dan di atas usia 70 tahun dengan keadaan tubuh yng tidak
ideal.
a. Kalsium
Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses penurunan massa
tulang sehubungan dengan bertambahnya uisia, terutama pada wanita post menopause.
Kalsium, merupakan nutrisi yang sangat penting, wanita-wanita pada masa
pascamenopause, dengan masukan kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak baik, akan
mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya menjadi berkurang maka kemungkinan terjadinya
osteoporosis ada, pada wanita dalam masa menopause keseimbangan kalsiumnya akan
terganggu akibat masukan serta absorbsinya kurang dan ekskresi melalui urin yang
bertambah dapat menyebabkan kekurangan atau kehilangan estrogen serta pergeseran
keseimbangan kalsium sejumlah 25 mg per sehari pada masa menopause.
b. Protein
Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi penurunan massa
tulang. Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan ekskresi asam amino yang
mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi kalsium. Pada
umumnya protein tidak dimakan secara tersendiri, tetapi bersama makanan lain. Apabila
6
makanan tersebut mengandung fosfor, maka fosfor tersebut akan mengurangi ekskresi
kalsium melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut akan mengubah pengeluaran kalsium
melalui tinja. Hasil akhir dari makanan yang mengandung protein berlebihan akan
mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan kalsium yang negatif.
c. Estrogen
Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan mengakibatkan penurunan
massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh
merokok terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat
memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.
e. Alkohol
Alkoholi merupakan masalah yang sering ditemukan. Individu dengan pengguna alkohol
mempunyai kecenderungan masukan kalsium rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin
yang meningkat. Mekanisme yang jelas belum diketahui dengan pasti tentang pengguna
alkohol.
f. Gaya hidup.
Aktifitas fisik yang kurang dan imobilisasi dengan penurunan penyangga berat badan
merupakan stimulus penting bagi resorpsi tulang. Beban fisik yang terintegrasi merupakan
penentu dari puncak massa tulang.
F. PATOFISIOLOGI
Remodeling tulang normal pada orang dewasa akan meningkatkan massa tulang
sampai sekitar usia 35 tahun. Genetik, nutrisi, gaya hidpu (merokok, minum kopi), dan
aktifitas fisik mempengaruhi puncak massa tulang. Kehilangan karena usia mulai segera
setelah tercapai puncaknya massa tulang. Menghilangnya estrogen pada saat menopause
mengakibatkan percepatan resorbsi tulang dan berlangsung terus selama tahun-tahun pasca
menopause.
Faktor nutrisi mempengaruhi pertumbuhan osteoporosis. Vitamin D penting untuk
absorbsi kalsium dan untuk mineralisasi tulang normal. Diet mengandung kalsium dan
vitamin D harus mencukupi untuk mempertahankan remodelling tulang dan fungsi tubuh.
7
Asupan kalsium dan vitamin D yang tidak mencukupi selama bertahun-tahun mengakibatkan
pengurangan massa tulang dan pertumbuhan osteoporosis
G. PATHWAYS
Normal
Genetik,gaya hidup,alcohol,
penurunan prod.hormon
Kiposis/Gibbus
8
Pengaruh pada fisik Pengaruh pada psikososial
Lemas,letih
9
Osteoporosis teridentifikasi pada pemeriksaan sinar-x rutin bila sudah terjadi
demineralisasi 25% sampai 40%. Tampak radiolusesnsi tulang. Ketika vertebra kolaps,
vertebra torakalis menjadi berbentuk baji dan vertebra lumbalis menjadi bikonkaf.
Pemeriksaan laboratorium (missal kalsium serum, fosfat, serum, fosfatase alkalu, ekskresi
kalsium urine, ekskresi hidroksi prolin urine, hematokrit, laju endap darah), dan sinar-x
dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis medis lain (missal ; osteomalasia,
hiperparatiroidisme, dlll) yang juga menyumbang terjadinya kehilangan tulang.
Absorbsiometri foton-tunggal dapat digunakan untuk memantau massa tulang pada tulang
kortikal pada sendi pergelangan tangan. Absorpsiometri dual-foton, dual energy x-ray
absorpsiometry (DEXA) , dan CT mampu memberikan informasi mengenai massa tulang
pada tulang belakang dan panggul. Sangat berguna untuk mengidentifikasi tulang
osteoporosis dan mengkaji respon terhadap terapi.
J. PENATALAKSANAAN
a. Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi sepanjang hidup, dengan peningkatan
asupan kalsium pada permulaan umur pertengahan dapat melindungi terhadap
demineralisasi tulang
b. Pada menopause dapat diberikan terapi pengganti hormone dengan estrogen dan
progesterone untuk memperlambat kehilangan tulang dan mencegah terjadinya patah
tulang yang diakibatkan.
c. Medical treatment, oabt-obatan dapat diresepkan untuk menangani osteoporosis termasuk
kalsitonin, natrium fluoride, dan natrium etridonat. Efek samping (misal : gangguan
gastrointestinal, aliran panas, frekuensi urin), biasanya ringan dan hanya kadang-kadang
dialami. Natrium florida memperbaiki aktifitas osteoblastik dan pembentukan tulang.
d. Pemasangan penyangga tulang belakang (spinal brace) untuk mengurangi nyeri punggung
K. KLASIFIKASI
1. Osteoporosis primer, keadaan umum/biasa terjadi dan bukan keadaan patologis
(alami)
a. Tipe 1 adalah tipe yang timbul pada wanita pascamenopause pada usia rata-rata 55-65
tahun.
b. Tipe 2 terjadi pada orang lanjut usia, baik pria maupun wanita. Terjadi pada usia > 65
th, terjadi pada laki-laki dan perempuan tetapi 2 X lebih sering pada wanita.
10
2. Osteoporosis sekunder, terjadi karena penyakit dan obat-obatan.
Osteoporosis sekunder terutama disebabkan oleh penyakit penyakit tulang erosif dan akibat
obat-obatan yang toksik untuk tulang (misalnya glukokortikoid). Jenis ini ditemukan pada
kurang lebih 2-3 juta klien.
c. Wanita pra-menopouse
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Pengkajian adalah langkah awal dalam proses keperawatan secara keseluruhan, tahapan
pengkajian terdiri atas pengumpulan data, analisis data dan perumusan diagnosa
keperawatan, (Nursalam, 2008) yang meliputi:
a. Keluhan Utama:
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama
dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.
b. Riwayat Penyakit Dahulu :
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit lainnya.
c. Riwayat Penyakit Keluarga :
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit lainnya.
d. Riwayat Psikososial :
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang mengalami
stress yang berkepanjangan.
11
e. Riwayat Pemakaian Obat :
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yangdipakai, atau pernahkah pasien
tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Head To Toe
S : 36,5 C RR : 20 x/i
Pemeriksaan Kepala
Pemeriksaan mata
12
Telinga
Hidung
Leher
Thorak/paru
13
Inspeksi : Bentuk thorak : Biasanya Normal
Kardiovaskuler
Abdomen
Pola nutrisi
Kesulitan dalam hal tidur: sulit tidur karena nyeri pada sendi lutut
14
3. Analisa Data
Do :
Gangguan Rasa
15
Nyaman(Nyeri)
Do :
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Masalah yang biasa terjadi pada klien osteoporosis adalah sebagai berikut :
1. Nyeri akut yang berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebra ditandai
dengan klien mengeluh nyeri tulang belakang, mengeluh bengkak pada pergelangan
tangan, terdapat fraktur traumatic pada vertebra, klien tampak meringis.
2. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan
skeletal (kifosis) , nyeri sekunder, atau fraktur baru ditandai dengan klien mengeluh
kemampuan gerak cepat menurun, klien mengatakan badan terasa lemas, stamina
menurun, dan terdapat penurunan tinggi badan.
16
3. Risiko cedera yang berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan
ketidakseimbangan tubuh ditandai dengan klien mengeluh kemampuan gerak cepat
menurun, tulang belakang terlihat bungkuk.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri akut yang berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebra ditandai
dengan klien mengeluh nyeri tulang belakang, mengeluh bengkak pada pergelangan
tangan, terdapat fraktur traumatic pada vertebra, klien tampak meringis
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang dengan kriteria hasil
klien dapat mengekspresikan perasaan nyerinya, klien dapat tenang dan istirahat, klien
dapat mandiri dalam penanganan dan perawatannya secara sederhana.
Intervensi :
• Evaluasi keluhan nyeri/ketidaknyamanan, perhatikan lokasi dan karakteristik termasuk
intensitas (skala 1-10). Perhatikan petunjuk nyeri nonverbal (perubahan pada tanda vital
dan emosi/prilaku)
R/ Mempengaruhi pilihan/pengawasan keefektifan intervensi
• Ajarkan klien tentang alternative lain untuk mengatasi dan mengurangi rasa nyerinya
R/ alternative lain untuk mengatasi nyeri misalnya kompres hangat, mengatur posisi
untuk mencegah kesalahan posisi pada tulang/jaringan yang cedera
• Dorong menggunakan teknik manajemen stress contoh relaksasi progresif, latihan
nafasa dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan teraupetik
R/ Memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa control dan dapat
meningkatkan kemampuan koping dalam manajemen nyeri yang mungkin menetap
untuk periode lebih lama
• Kolaborasi dalam pemberian obat sesuai indikasi
R/ diberikan untuk menurunkan nyeri.
2. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan
skeletal (kifosis) , nyeri sekunder, atau fraktur baru ditandai dengan klien mengeluh
17
kemampuan gerak cepat menurun, klien mengatakan badan terasa lemas, stamina
menurun, dan terdapat penurunan tinggi badan
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien mampu melakukan mobilitas
fisik dengan criteria hasil klien dapat meningkatkan mobilitas fisik, berpartisipasi dalam
aktivitas yang diinginkan/diperlukan, klien mampu melakukan aktivitas hidup sehari-hari
secara mandiri
Intervensi :
• Kaji tingkat kemampuan klien yang masih ada
R/ sebagai dasar untuk memberikan alternative dan latihan gerak yang sesuai dengan
kemampuannya
• Rencanakan tentang pemberian program latihan, ajarkan klien tentang aktivitas hidup
sehari-hari yang dapat dikerjakan
R/ latihan akan meningkatkan pergerakan otot dan stimulasi sirkulasi darah
• Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas /perawatan diri secara bertahap jika dapat
ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan
R/ kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba,
memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam
melakukan aktivitas.
3. Risiko cedera yang berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan
ketidakseimbangan tubuh ditandai dengan klien mengeluh kemampuan gerak cepat
menurun, tulang belakang terlihat bungkuk
Tujuan :
cedera tidak terjadi dengan kriteria hasil klien tidak jatuh dan tidak mengalami fraktur,
klien dapat menghindari aktivitas yang mengakibatkan fraktur
Intervensi :
• Ciptakan lingkungan yang bebas dari bahaya missal : tempatkan klien pada tempat tidur
rendah, berikan penerangan yang cukup, tempatkan klien pada ruangan yang mudah
untuk diobservasi.
R/ menciptakan lingkungan yang aman mengurangi risiko terjadinya kecelakaan.
• Ajarkan pada klien untuk berhenti secara perlahan,tidak naik tangga dan mengangkat
beban berat.
18
R/ pergerakan yang cepat akan memudahkan terjadinya fraktur kompresi vertebra pada
klien osteoporosis
• Observasi efek samping obat-obatan yang digunakan.
R/ obat-obatan seperti diuretic, fenotiazin dapat menyebabkan pusing, mengantuk dan
lemah yang merupakan predisposisi klien untuk jatuh
D. Implementasi
Pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang
telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Fase implementasi atau pelaksanaan terdiri
dari beberapa kegiatan, yaitu validasi rencana keperawatan, mendokumentasikan rencana
keperawatan, memberikan asuhan keperawatan, dan pengumpulan data. Pelaksanaan
bertujuan untuk mengatasi diagnosa dan masalah keperawatan, kolaborasi dan membantu
dalam pencapaian tujuan yang ditetapkan dan mempasilitas koping, tahapan tindakan
keperawatan ada 3 antara lain :
1. Persiapan :
Perawat menyiapkan segala sesuatu yang perlu dalam tindakan keperawatan, yaitu
mengulang tindakan keperawatan yang diidentifikasikan pada tahap intervensi,menganalisa
pengetahuan dan ketermpilan yang diperlukan dalam mengetahui komplikasi dari tindakan
yang mungkin muncul, menentukan kelengkapan dan menentukan lingkungan yang
kondusif. Mengidentifikasi aspek hukum dan kode etik terhadap resiko dari kesalahan
tindakan.
2. Intervensi :
3. Dokumentasi :
E. Evaluasi
Hasil yang diharapkan meliputi:
1. Nyeri berkurang
19
5. Status psikologis yang seimbang
20
dan minuman yang mengandung alkohol, kafein, meroko. Bagi anda yang memiliki
gangguan pada asupan makanan termasuk kalsium dan vitamin D sebaiknya anda
berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan suplemen tambahan yang dibutuhkan
tubuh.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Osteoporosis adalah suatu keadaan pengurangan jaringan tulang per unit volume,
sehingga tidak mampu melindungi atau mencegah terjadinya fraktur terhadap trauma
minimal. Secara histopatologis osteoporosis ditandai oleh berkurangnya ketebalan
korteks disertai dengan berkurangnya jumlah maupun ukuran trabekula tulang.(Doengoes,
Marilynn E:2000).
B. Saran
Sebagai perawat dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan berperan dalam upaya
pendidikan dengan memberikan penyuluhan tentang pengertian osteoporosis, penyebab dan
gejala osteoporosis serta pengelolaan osteoporosis. Berperan juga dalam meningkatkan mutu
dan pemerataan pelayanan kesehatan serta peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik pasien
serta keluarganya dalam melaksanakan pengobatan osteoporosis. Peran yang terakhir adalah
peningkatan kerja sama dan system rujukan antar berbagai tingkat fasilitas pelayanan
kesehatan, hal ini akan memberi nilai posistif dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
21
DAFTAR PUSTAKA
22