Bab 1, 2, 3 Bismillah Insya Allah Fix
Bab 1, 2, 3 Bismillah Insya Allah Fix
PROPOSAL
Oleh
SAWITRI TOLINGGILO
Anak PraSekolah adalah anak dengan usia 3-5 tahun, serta sudah mulai
banyak melakukan aktivitas diluar rumah terlebih dengan teman sebayanya. Namun
dalam hal ini pengawasan orang tua diluar sekolah pun masih sangat diperlukan
untuk tumbuh kembang anak, selain harus melibatkan guru dalam proses belajar
disekolah, orang tua dirumah pun punya tugas penting dalam menjaga attitude atau
sikap untuk menghadapi dunia diluar rumah. Sikap yang patut diajarkan orang tua
ataupun guru disekolah, salah satunya yakni disiplin. Disiplin dalam hal ini menjadi
yang sangat terpenting untuk mendidik anak didalam rumah maupun diluar sekolah
(Chotim, 2016).
disebutkan bahwa mereka adalah anak yang berada pada rentang usia sejak lahir
sampai dengan 6 tahun. Anak usia dini di Indonesia adalah mereka yang sejak lahir
usia 0 tahun hingga memasuki jenjang SD awal. Anak usia dini ini merupakan anak
usia pra sekolah yang harus kita lebih perhatikan pertumbuhan dan perkembangannya
(Pulumoduyo, 2015).
Menurut BPS Indonesia tahun 2010 jumlah anak usia 0-9 tahun berjumlah
45,972 juta dari jumlah penduduk di Indonesia, menurut BPS Gorontalo jumlah anak
usia 0-9 tahun berjumlah 111,600 ribu jiwa. “Tahap-tahap perkembangan anak usia
dini tertentu harus dimiliki dan dialami oleh setiap anak penilaian baik buruknya
1
perkembangan anak tergantung pada tercapainya suatu fase perkembangan sesuai
“Masalah-masalah yang sering dialami anak usia prasekolah antara lain tidak
egois, kurang mandiri atau terlalu tergantung pada orang lain”. Diantara masalah-
masalah tersebut kedisiplinan adalah masalah yang harus ditangani sejak dini, karena
jika tidak ditangani sejak dini maka akan berpengaruh pada masa yang akan datang,
anak yang masih berperilaku dependent dimasa depan akan memiliki kecenderungan
1981).
Disiplin merupakan salah satu kebutuhan dasar yang harus ada dalam diri
seorang manusia, termasuk pada anak usia prasekolah. Dalam hal ini dengan tujuan
sebagai proses pemikiran dan pengembangan wataknya secara sehat. Dalam tindak
pola asuh orang tua disiplin itu sendiri didasari dari kasih sayang orang tua terhadap
anaknya, keseimbangan rasa kasih sayang orang tua menjamin kedisiplinan anak bisa
berjalan secara mulus. Oleh karena itu, guru sebagai orang tua disekolah menjadikan
disiplin sebagai pelayanan utama, untuk tindak pemahaman yang benar mengenai
disiplin, dan juga sebagai alat pendampingan guru, sehingga guru dapat bersikap baik
dan benar dalam mengajarkan disiplin terhadap anak didiknya (Suryadi, 2006).
dan diinternalisasikan ke dalam perilaku anak usia dini. Salah satu karakater yang
harus dimiliki adalah disiplin. Dengan disiplin, anak dapat memperoleh batasan untuk
2
memperbaiki tingkah lakunya yang salah. Untuk itulah, disiplin bertujuan agar anak
bagaimana berperilaku dengan cara yang sesuai dengan standar kelompok sosial,
sesuai peran yang ditetapkan kelompok budaya dimana ia berasal. Kedisiplinan dapat
dilakukan dan diajarkan pada anak di sekolah maupun dirumah sejak usia balita
hingga masa kanak-kanak dan sampai usia remaja yaitu dengan cara membuat
semacam peraturan atau tata tertib yang wajib dipatuhi oleh setiap anak (Dania,
2017).
Menurut Wantah (dalam Dania, 2017) menjelaskan bahwa terdapat dua cara
dalam membesarkan anak, yaitu konsep disiplin positif dan negatif. Menurut konsep
positif dari disiplin ialah sama dengan pendidikan dan bimbingan karena menekankan
pertumbuhan di dalam disiplin diri dan pengendalian diri serta akan melahirkan
motivasi dari dalam. Sedangkan konsep negatif disiplin berarti pengendalian dengan
kekuasaan luar, yang merupakan bentuk pengekangan dengan cara yang tidak
Oleh karena itu, disiplin positif berpengaruh baik terhadap perilaku anak.
Tahun 2014 Tentang Standar Nasional PAUD menjelaskan bahwa anak yang berada
pada rentang usia 5-6 tahun diharapkan mampu mencapai keberhasilan dalam
3
ada 4 indikator bahwa anak menunjukkan sikap kedisiplinan dalam menaati aturan
Dari tindakan kedisiplinan anak, jika anak bisa konsisten dalam segala
langsung ditujukan pada anak itu sendiri, sebaliknya jika anak belum bisa konsisten
dengan segala peraturan dan tata tertib disekolah ataupun dirumah, orang tua ataupun
guru bisa memberikan punishment ataupun hukuman agar dapat membentuk sifat dan
sikap anak menjadi lebih baik, tanpa harus membebani pikiran dan mental anak
(Suryadi, 2006).
mengatakan bahwa berkaitan dengan disiplin anak TK Aster Kecamatan Kota Barat
pengamatan setiap hari ada saja anak yang terlambat datang ke sekolah. Dari 19 anak,
terdapat 7 anak (36,8%) yang sering datang terlambat. Selain itu, ada pula anak yang
tidak mau berbaris. Hal ini dilakukan oleh 6 sampai 7 orang anak. Demikian pula
ketika berada di dalam kelas, terdapat 7 anak atau (36,8%) dari seluruh anak di TK
Aster Kota Barat Kota Gorontalo yang kurang disiplin. Perilaku kurang disiplin
mereka antara lain tampak dari beberapa aktivitas, seperti kurang tertib ketika belajar
di dalam kelas.
4
Berdasarkan penelitian Baumrind terhadap kualitas pendisiplinan anak
disiplin secara acak tidak terarah. (Horton, 2001) mengatakan parental discipline is
pembentukan disiplin oleh orang tua sangat penting dalam perkembangan kognitif
Dalam usia prasekolah pun jika anak bisa efisien dengan kedisiplinannya,
pemberian penghargaan (reward) pun menjadi solusi dalam proses pengingat anak
dalam menyikapi positif tindakan kedisiplinan. Hal demikian dilakukan agar menjadi
penguat perilaku positif anak. Reward dalam hal ini dikategorikan dalam dua hal,
yakni reward verbal dan reward non verbal. Reward verbal itu sendiri merupakan
reward yang diberikan secara langsung kepada anak dari guru ataupun orang tua,
diberikan secara langsung didasari dengan sikap kedisiplinan anak dalam melakukan
hal-hal disekelilingnya. Reward verbal seperti memberikan pujian pada saat anak
satunya yaitu dengan memberikan reward melalui metode token ekonomi (Harlock,
1978).
untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilaku yang tidak
5
anak mulai menunjukkan sikap sesuai dengan yang dipertunjukkan, token ekonomi
disini dengan tujuan menjadikan penguat pemikiran anak dalam tindak kedisiplinan.
dirancang untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan dalam hal ini perilaku positif
dan mengurangi perilaku yang tidak dinginkan dan dalam hal ini perilaku negatif.
Token ekonomi yang biasa dilakukan pada anak usia dini seperti pemberian point,
permen ataupun dengan pemberian stiker dengan gambar kartun yang pasti akan
disiplin anak sebelum dan setelah memperoleh perlakuan berupa Token Economy.
Hasil perhitungan rata-rata skor pratest sebesar 16,47 (71,61 %) dan rata-rata skor
pascatest sebesar 19,23 (83,61%). Hal tersebut menunjukkan adanya perbedaan skor
rata-rata pratest dan skor rata-rata pascatest dengan selisih skor sebesar 2,76. Ho pada
penelitian ini adalah skor rata-rata disiplin anak sebelum pemberian treatment berupa
Token Economy tidak sama dengan skor rata-rata disiplin anak setelah pemberian
treatment berupa Token Economy. Jika harga thitung > ttabel. Berarti H0diterima. Hasil
perhitungan uji-t menunjukkan thitung > ttabel dengan nilai thitung = 3,33 dan diketahui
ttabel=2,17. Sehingga dapat disimpulkan adanya perbedaan yang signifikan antara rata-
6
Berdasarkan data yang dikumpulkan peneliti dari TK Al-Hijrah Islam Kota
Gorontalo, TK Al-Hijrah Islam Kota Gorontalo didirikan pada bulan Juli 2017 dan di
temukan bahwa jumlah anak pra sekolah di TK Al-Hijrah Islam Kota Gorontalo
sebanyak 21 orang. Masalah yang ada disekolah itu adalah tidak membuang sampah
pada tempatnya, tidak mencuci tangan sebelum makan dan sesudah makan, dan juga
tidak memakai kaos kaki. Dalam tahap ini disiplin sekedar sosialisasi penyesuaian
anak.
Kota Gorontalo, bahwa masih ada anak yang kurang disiplin, yakni dengan masalah
disiplin tidak membuang sampah pada tempatnya, tidak mencuci tangan sebelum
makan dan sesudah makan, dan juga tidak memakai kaos kaki. Dengan hasil
observasi awal ini didapati ada 10 anak dengan masalah disiplin yakni 3 anak yang
tidak membuang sampah pada tempatnya, 5 anak tidak mencuci tangan sebelum
makan dan sesudah makan serta ada 2 anak yang tidak memakai kaos kaki. Dalam hal
ini penanganan disiplin anak oleh guru hanya ditegur. Dengan hasil observasi awal
tersebut menekankan bahwa disiplin anak itu sangat berpengaruh terhadap pola
tingkah laku anak dan juga pola kehidupan anak kedepannya, maka sangat
diharapkan agar anak bisa memulainya dari usia dini dengan bantuan dan dukungan
Gorontalo bahwa pemberian reward melalui metode token ekonomi belum pernah
7
dilakukan dan diaplikasikan dalam setiap proses pembelajaran, apalagi dalam hal ini
untuk mendisiplinkan anak usia 3-5 tahun yang bersekolah di TK Al-Hijrah Kota
Gorontalo.
Adapun dalam hal ini peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang
kedisiplinan dapat terwujud dalam sikap sehari-hari, yang sudah diajarkan sejak anak
usia dini.
1. Dengan hasil observasi awal ini didapati ada 5 anak yang tidak membuang
sampah pada tempatnya, 7 anak tidak mencuci tangan sebelum makan dan
sesudah makan serta ada 3 anak yang tidak memaki kaos kaki.
dan diaplikasikan dalam setiap proses pembelajaran, apalagi dalam hal ini
Kota Gorontalo.
8
1.3 Rumusan Masalah
ini yaitu “Apakah ada pengaruh pemberian reward melalui metode token ekonomi
Gorontalo?”
Kota Gorontalo.
terutama dalam menyikapi bidang pendidikan anak usia dini atau anak
9
prasekolah khususnya efektivitas pemberian reward melalui metode token
1. Bagi Penulis
untuk kedepannya.
tua tentang disiplin anak dan bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
4. Bagi Guru
Sebagai bahan ajar dan bisa diterapkan dalam proses pembelajaran anak
10
5. Bagi Sekolah
Dapat dimasukkan dalam salah satu teknik bermain anak demi tercapainya
11
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS
Anak Pra Sekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun. Dalam usia ini
anak umunya mengikuti program anak (3-5 tahun) dan kelompok bermain (usia 3
tahun). Sedangkan pada usia 4-6 tahun biasanya mereka mengikuti program Taman
(dimana terdapat sedikit perbedaan antara toddler dan pra sekolah) yang
perlu dicermati.
12
mencapai ukuran dewasa
pada usia 6 tahun, terus
tumbuh sampai usia 10
atau 12 tahun.
b. Mata
c. Telinga
d. Sistem Kardiovaskuler
13
kalinya, dan murmur
fungsional bisa
terdengar.
f. Sistem Neurologis
14
g. Sistem Sensori
Ada beberapa ciri-ciri anak pra sekolah yang telah dikemukakan oleh
kognitif, yaitu :
15
tahapan sebelumnya yaitu umumnya anak sangat aktif, mereka telah
sekitarnya. Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua
berbeda.
oleh anak pada usia tersebut, dan iri hati sering terjadi. Mereka sering
3. Tinggi Badan
16
b. Kecepatan pertumbuhan pada tahun keempat hamper sama dengan
c. Pertumbuhan pada tahun kelima sampai akhir masa pra sekolah TB rata-
4. Berat Badan
a. Secara fisik anak pada tahun ketiga terjadi penambahan BB 1,8 s/d 2,7
c. Pertumbuhan pada tahun kelima sampai akhir masa pra sekolah BB rata-
17
1) Pra operasional ditandai oleh adanya pemakaian kata-kata lebih
berubah.
4) Tahap pra operasional ini juga ditandai oleh beberapa hal, antara
18
Anak membentuk konsep yang tidak selengkap atau
egosentrik.
b) Fase intuisif
pengertiannya.
19
2. Perkembangan Bahasa Pra Sekolah
(ceriwis).
c. Anak usia 5 tahun : dapat mengatakan 2100 kata, dan mengetahui empat
warna atau lebih, nama-nama hari dalam seminggu, dan nama bulan
(Maryunani, 2016).
1) Tahap ini dialami pada anak saat usia 4-5 tahun (preschool age).
20
4) Akan tetapi bila anak-anak pada masa ini mendapatkan pola asuh
3) Pada usia ini, anak secara normal telah menguasai rasa otonomi
mulai berkembang.
kekuatannya.
21
8) Rasa bersalah, cemas, dan takut yang diakibatkan pada saat
a. Ketakutan :
(Maryunani, 2016).
22
b. Mekanisme Koping
3. Sosialisasi
23
5) Orang lain telah merekomendasikan sekolah.
4. Bermain
a. Permainan khas pada anak pra sekolah adalah permainan yang asosiatif-
imajiner/khayal.
anak dan orang tuanya seharusnya memonitor isi tayangan dan jumlah
5. Mainan
senam, kolam, boks pasir, puzzle dengan blok besar, krayon, cat, dan
24
b. Mainan dan games/permainan yang mendorong permainan
c. Anak pra sekolahn yang aktif dan cerdas perlu diawasi oleh orang
(Maryunani, 2016).
6. Disiplin
a. Figur penguasa harus menerapkan disiplin yang kuat, adil dan konsisten.
tepat.
7. Tugas-Tugas Perkembangan
g. Mengembangkan inisiatifnya.
25
h. Mempelajari landasan untuk mengerti kehidupan.
(Maryunani, 2016).
Perkembangan motorik halus dam kasar pada anak pra sekolah sebagai
berikut :
26
2. Perkembangan Motorik Kasar (Gross Motor) :
a. Pada fase phalic, berkisar dan sekitar usia 3-7 tahun, pusat kenikmatan
27
c. Tahap Oedipus secara khas menghilang pada periode pra sekolah akhir
2. Perkembangan Seksual :
b. Anak pra sekolah membentuk ikatan kuat pada orang tua dengan jenis
subyek tertentu.
2. Pada fase ini, kesadaran timbul, dan penekannya pada kontrol eksternal.
28
3. Standar moral anak berada pada orang lain dan ia mengobservasi mereka
2016).
2.1.2 Disiplin
pendidik terhadap anak didik agar mereka dapat berfungsi di masyarakat, dan disiplin
Disiplin juga bisa diartikan sebagai suatu proses belajar mengajar yang
mengarah kepada ketertiban dan pengendalian diri. Orang tua yang disiplin adalah
orang tua yang konsisten dapat diandalkan dan berkomunikasi langsung dengan jelas,
dapat menciptakan sistem yang baik dan menjadi model atau contoh bagi anak-
anaknya.
Sebagai manusia kita tidak hidup sendiri, tetapi selalu berada di dalam
kelompok masyarakat. Disiplin tidaklah merupakan suatu paksaan dari luar, namun
harus dari dalam diri orang tersebut. Dalam suatu proses pendidikan, anak di
harapkan mampu memahami disiplin agar mereka dapat bekerja sama dengan orang
lain. Karena itu mungkin tanpa adanya perilaku saling menghargai, maka suatu nilai-
nilai yang telah disepakati tidak akan berjalan dengan baik (Suryadi, 2006).
secara sukarela berdasarkan suatu rangsangan peraturan dan tata tertib yang
29
membatasi, terlepas apakah kelakuan itu diterima atau tidak. Sewaktu anak masih
1. Pendidikan
Anak diajarkan mengenal apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Ini
seorang kelompok.
2. Penghargaan
Ini berupa pujian, hadiah atau perlakuan khusus setelah anak melakukan
sesuatu, paling tidak mencoba melakukan apa yang diharapkan orang tua
3. Hukuman
sengaja. Berapapun usia anak, ketiga elemen diatas harus disertakan dalam
latihan kedisiplinan. Elemen pertama dan kedua, ditekankan bila anak masih
berusia dini, sedangkan unsur ketiga diterapkan saat anak sudah lebih besar
(Suryadi, 2006).
30
2.1.2.3 Tipe-Tipe Disiplin
Tipe disiplin yang diterapkan masing-masing orang tua bisa terbagi ke dalam
1. Disiplin Otoritatif
zaman dulu. Seorang anak harus menerapkan aturan tanpa bisa menolak
2. Disiplin Permisif
Tipe ini dikembalikan dari tipe otoritatif. Anak diizinkan untuk melakukan
apa saja yang disukai. Hanya sedikit aturan dan bimbingan yang diberikan
orang tua. Bila anak melakukan apa saja yang diharapkan, ia akan dianggap
pantas menerima rasa puas sebagai imbalan dari apa yang telah
dilakukannya.
3. Disiplin Demokratis
terutama pujian, diberikan secara murah hati bila anak melakukan hal yang
31
disiplin ini jarang memberikan hukuman fisik. Dari ketiga tipe disiplin
tersebut diatas, tidak semua tipe bisa diterapkan pada semua anak, karena
disiplin demokratis bisa dianggap yang terbaik, karena tipe ini berada di
menghasilkan anak yang patuh dan taat, tetapi tidak bisa menampilkan efek
buruk pada anak. Sedangkan tipe permisif dikritik sebagai bentuk bukan dari
disiplin, karena tidak termuat dalam bentuk unsur disiplin. Bila orang tua
merasa metode yang sudah dipilih tidak memberikan hasil yang diharapkan,
Dalam upaya menerpakan disiplin pada anak, orang tua bisa mengarahkan
4. Arah tindakan untuk anak agar memiliki dasar-dasar disiplin diri dan
mengungkapkan:
32
a. Pola pertemuan, yaitu dapat tidaknya cara dan kualitas pertemuan antara
orang tua dan anak sebagai pendidik dan terdidik yang interaksinya
bersifat non-subyektif.
(Suryadi, 2006).
Disiplin memerlukan suatu proses belajar, perlu adanya upaya dari orang
Orang tua juga dituntut untuk membina anak agar dapat membaca perilaku-
perilaku mereka. Ketiga upaya diatas disebut dengan kontrol eksternal. Kontrol yang
moral. Kontrol eksternal dapat menciptakan dunia kebersamaan yang menjadi syarat
Orang tua yang menggunakan hukuman keras sebagai bagian dari disiplin
yang lebih dari sekedar hubungan orang tua-anak yang kurang mesra.
33
Orang tua yang menerapkan disiplin dan sistem hukuman yang berlebihan,
orang tua yang hangat, yang menggunakan penjelasan dan tidak mengandalkan
Orang tua dituntut mampu membaca dunia anak dalam memberikan ganjaran
atau hukuman bagi setiap perilaku yang mendisiplinkan diri anak, sehingga setiap
orang tua dapat dianggap oleh anak sebagai pihak yang bisa memberikan bimbingan
dan bantuan. Setiap upaya yang dilakukan orang tua dalam membantu
Setiap perilaku tidak sekedar perilaku yang sifatnya mekanik tetapi juga harus
dengan anak-anak.
34
2. Kesadaran orang tua ditularkan pada anak
Orang tua senantiasa membantu anak agar mampu melakukan pengamatan diri
perilaku disiplin.
sebagai berikut:
Orang tua dalam suatu keluarga berperan sebagai guru, penuntun, pendidik,
dan pelindung anak. Oleh sebab itu keteladanan berupa disiplin positif dari orang tua
memiliki peranan yang sangat besar dalam upaya menegakkan disiplin pada anak.
Dalam mengembangkan disiplin anak, orang tua perlu memiliki keahlian dalam
35
berkomunikasi sehingga apa yang ingin disampaikan bisa efektif. Komunikasi efektif
mengerti dan menyadari apa yang dirasakan orang tua sehingga mudah diikuti.
2. Kemampuan orang tua mendengarkan anak secara reflek akan membantu dirinya
ketika anak sedang gelisah akan mampu mengembalikan anak pada kondisi sedia
kala (Suryadi, 2006). Intensitas kebutuhan anak untuk mendapatkan bantuan dari
(berdasarkan naluri).
(berdasarkan naluri).
36
c. Tingkatan tinggi, manakala anak sedikit sekali atau tidak lagi membutuhkan
bantuan serta kontrol orang tua untuk memiliki dan mengembangkan dasar-
Untuk menangani perilaku anak-anak secara memadai, para orang tua itu
harus sendiri harus lebih menjadi disiplin. Perilaku orang tua harus berubah sebelum
mereka dapat mengubah perilaku anak dan para orang tua harus menjadi pribadi yang
Sebagai orang tua jika ingin menangani sesuatu yang spesifik dan bukannya
abstrak, orang tua harus mengatasinya dengan baik dan jelas dalam memberikan
mainannya, tetapi jangan menyuruh anak agar menjadi anak yang rapih. Jelaskan
kepada anak jika setelah bermain, mainannya harus dirapikan kembali, dengan
demikian jika anak ingin main lagi, mainan itu mudah dicari.
2. Katakan dengan tepat kepada anak anda apa yang anda inginkan agar ia
Jika sebagai orang tua ingin anaknya menghentikan sesuatu perilaku buruknya,
bagaimana cara meminta sesuatu dari anda tanpa merengek. Dan katakan kepada
anda, jika kamu meminta Sesuatu dengan merengek, maka tidak akan diberikan.
37
3. Pujilah anak anda jika ia telah melakukan perintah.
Misalnya “Bagus sekali kamu bisa duduk dengan tenang”, dan bukannya “Kamu
adalah anak yang baik karena dapat duduk dengan tenang”. Pusatkanlah
perhatian pada perilaku anak, karena perilaku itulah yang membuat diri anak
Agar anak selalu ingat perilaku baik yang telah dilakukannya, pujilah setiap
perilaku yang telah dilakukannya. Jika para orang tua ingin mengajarkan perilaku
secara efektif, cara terbaik adalah memberikan contoh perbuatan yang mereka
inginkan dari anak-anak mereka. Pujian harus tetap diberikan untuk mengulangi
Orang tua janganlah menyatakan rasa kesalnya dengan memarahi anak, tetapi
Misalnya, jika orang tua ingin agar anaknya pergi tidur lebih awal, dan anak-
anak belum mau pergi tidur, maka melihat kondisi seperti ini orang tua janganlah
cepat-cepat mengambil tindakan untuk memarahi anak, tetapi akan lebih baik
6. Awasi mereka.
Awasilah jika anak sedang bermain. Dengan mengawasi anak pada saat bermain,
orang tua dapat mempelajari kebiasaan bermain anak dengan baik dan
38
menghasilkan perubahan. Jika orang tua tidak memberikan perhatian penuh maka
akan banyak perilaku keliru yang tidak dapat diperbaiki. Dalam pengawasan ini,
orang tua juga tidak perlu menemani anak setiap waktu sepanjang hari.
Biarkan perilaku anak yang sudah berlalu, dan jangan mengungkitnya kembali.
Kalau kita mengingatkan terus akan perilaku tersebut, tidak mustahil akan
Megingatkan kesalahan perilaku yang telah dilakukan anak hanyalah upaya agar
anak tidak mengulanginya lagi. Dan ini harus dilakukan dengan bijaksana dan
2.1.3 Reward
Reward menurut bahasa, berasal dari bahasa inggris reward yang berarti
penghargaan atau hadiah. Sedangkan menurut istilah, banyak sekali pendapat yang
imbalan. Menurut Maslow (Wantah, 2005) penghargaan adalah salah satu dari
Mufidah, 2012).
dengan harapan. Bagi anak usia dini, cara paling termudah adalah dengan
mengunakan reward berupa hadiah mainan atau pujian ketika ia melakukan sesuatu
39
yang sesuai dengan harapan, target penerapan reward pada anak usia dini adalah
pembiasaan, misalnya, belajar tepat waktu, tidur tepat waktu dan makan tepat waktu.
supaya peserta didik menjadi lebih giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau
mempertinggi prestasi yang telah dicapainya, dengan kata lain peserta didik menjadi
lebih keras kemauannya untuk bekerja atau berbuat yang lebih baik lagi (dalam
Susanti, 2013).
untuk meningkatkan motivasi belajar. Reward yang diberikan kepada peserta didik
ada berbagai macam bentuk. Secara garis besar reward dapat dibedakan menjadi
1. Pujian
Pujian adalah suatu bentuk reward yang paling mudah dilakukan. Pujian
dapat berupa kata-kata, seperti: baik, bagus, bagus sekali dan sebagainya. Selain,
40
berupa kata-kata, pujian dapat pula berupa isyarat atau pertanda misalnya dengan
menunjukkan ibu jari (jempol), dengan menepuk bahu anak, dengan tepuk
tangan, dan sebagainya. Pujian berperan dalam membangun konsep diri anak,
memberikan kepuasan dan meningkatkan perasaan aman. Anak pun sadar telah
melakukan perbuatan yang menjadi harapan orang tua atau pendidik. Ini akan
menciptakan keinginan anak untuk berperilaku lebih baik agar mendapat pujian
2. Penghormatan
Reward yang berupa penghormatan ini dapat berbentuk dua macam pula.
diakhir tahun. Kemudian ditampilkan siswa yang telah berhasil menjadi bintang
kelas, penobatan dan penampilan bintang pelajar untuk suatu kota atau daerah,
3. Hadiah
Reward yang berupa pemberian barang ini disebut juga reward materil. Yaitu,
41
terdiri dari alat-alat keperluan sekolah, seperti pensil, penggaris, buku dan lain
sebagainya. Bila anak telah berusaha melakukan sesuatu yang baik dalam situasi
yang sulit, penghargaan dalam bentuk hadiah akan berdampak positif bagi
mereka. Hadiah juga bisa diberikan saat semangat anak mengendur atau anak
4. Tanda Penghargaan
Jika hadiah adalah reward yang berupa barang, maka tanda penghargaan
adalah kebalikannya. Tanda penghargaan tidak dinilai dari segi harga dan
siapa yang berhak mendapatkan reward. Peserta didik yang pada suatu ketika
menunjukkan hasil yang berbeda dari biasanya, mungkin sangat baik diberi
reward. Seorang guru harus selalu ingat akan maksud dari pemberian reward itu.
sebagai salah satu alat menerapkan disiplin merupakan teknik yang baik untuk
mendidik disiplin anak. Dengan adanya hadiah atau ganjaran, mereka menjadi
termotivasi untuk mengikuti nilai-nilai yang baik bagi diri mereka (Susanti,
2013).
Berikut ini adalah berbagai cara yang dapat dilakukan dalam memberikan
42
a. Pujian yang indah, diberikan agar anak lebih bersemangat dalam belajar.
b. Imbalan materi atau hadiah, karena tidak sedikit anak-anak yang termotivasi
(Susanti, 2013).
reward menimbulkan iri hati pada peserta didik yang lain, sehingga ketika salah satu
peserta didik yang merasa dirinya lebih pandai, tidak akan merasa iri ketika tidak
mendapatkan reward yang sama. Kalau diperhatikan apa yang telah diuraikan tentang
maksud reward, serta macam-macam reward yang baik, ternyata bukanlah soal yang
betul murid-muridnya (2) janganlah hendaknya menimbulkan rasa cemburu atau iri
hati (3) hemat. (4) Janganlah memberi reward dengan menjanjikan lebih dahulu (5)
43
Adapun prinsip-prinsip dalam pemberian reward ada prinsip-prinsip yang
harus diperhatikan oleh orang tua maupun guru. Prinsip-prinsip itu adalah sebagai
berikut:
4. Dimusyawarahkan kesepakatannya.
dengan matang, karena reward yang akan diberikan pada dasarnya sangat
berpengaruh sekali pada perkembangan psikologis peserta didik itu sendiri. Guru atau
orang tua harus dengan bijaksana mungkin memberikan reward pada seorang peserta
didik. Karena kesalahan sedikit saja dalam pemberian reward ini maka akan
memiliki kelemahan dan kelebihan, sebagaimana dikutip dalam bukunya Armai Arif
terhadap jiwa peserta didik untuk melakukan perbuatan yang positif dan bersifat
progresif. (2) Dapat menjadi pendorong bagi peserta didik lainnya untuk mengikuti
anak yang telah memperoleh pujian dari gurunya. Pemberian reward memberikan
44
(1) Dapat menimbulkan dampak negatif apabila guru melakukannya secara
(Susanti, 2013).
disiplin anak sejak dini di rumah, kualitas emosional yang habitual (sudah menjadi
Kehidupan yang terkait inilah yang pada dasarnya membentuk pola pribadi seorang
anak.
Oleh karena itu, jika sikap disiplin menjadi amat penting, langkah
memasuki sekolah, prinsip dan asas pertumbuhannya. Guru yang akan menerapkan
sikap disiplin pada anak harus mampu mengambil hati atau membuat peserta didik
menjadi pola perasaan yang habitual yang akan menjadi dasar untuk menempa
pada pembahasan berikut ini bahwa, “Tahap pertama yang khas dari kesadaran diri
itu tampak bila si anak menarik perhatian pada dirinya, self conscious, serta
penampilan kebanggan, sakit hati ataupun rasa malu bila ia melanggar ketentuan
45
tertentu dari lingkungan yang langsung berkenaan dengan proses pembentukan
disiplin itu”. Tahap inilah yang dapat digunakan oleh guru untuk menjadi pengkontrol
pola prilaku peserta didik, sebagaimana yang diharapkan oleh pendidikan ataupun
Seperti yang kita tahu disiplin lebih dikenal dengan banyaknya peraturan
yang harus dituruti, dan disiplin sering sekali menjadi momok yang dilanggar, bagi
disepelekan oleh anak. Ini adalah salah satu dari banyaknya tantangan di dunia
disiplin itu.
pendidikan.
3. Keteladanan yang bermula dari perbuatan kecil dalam ketaatan disiplin. Hal ini
percontohan atau simulasi tentang semua hal yang berkaitan dengan ketaatan
46
terhadap disiplin. Bahkan orang kedua ini harus terjun langsung untuk
rumah, dan berarti memadukan (match) kondisi yang menstimulasi setiap titik
menerus berubah.
program yang menggunakan kepingan atau tanda yang diberikan sesegera mungkin
setiap kali perilaku target muncul, kemudian kepingan atau tanda yang terkumpul
dapat ditukar dengan pengukuh (reward) idaman subjek. Bentuk dari token ekonomi
sendiri misalnya bintang, poin, koin, pin, dan stiker tempel berkarakter kartun yang
dapat ditukar dengan hadiah atau hak-hak istimewa tertentu sesuai dengan ketentuan
yang telah disepakati. Dalam token ekonomi tingkah laku yang diharapkan muncul
bisa diperkuat dengan sesuatu yang diinginkan oleh anak, sehingga hasil perilaku
yang diharapkan oleh kita bisa ditukar dengan sesuatu yang diinginkan oleh anak”
47
2.1.4.2 Tujuan Token Ekonomi
Tujuan yang utama suatu token ekonomi, yaitu untuk meningkatkan perilaku
tujuan yang lebih utama dari token ekonomi untuk mengajar perilaku yang sesuai dan
alami. Token ekonomi dapat digunakan secara individu atau di dalam kelompok
(Sahyani, 2013).
1. Token.
3. Motif-motif penguat.
2013).
Menurut Wantah (dalam Sahyani, 2013) bahwa “Ada dua keuntungan dalam
langsung setelah perilaku yang diharapkan muncul dan kemudian ditukarkan untuk
sebuah motif penguat (hadiah). Hal tersebut dapat digunakan untuk “menjembatani”
48
penundaan yang sangat lama antara respon perilaku target dan hadiah, ketika terjadi
kesulitan atau tidak mungkin untuk memberikan penguat cadangan (hadiah) secara
individu”.
perilaku yang lain. Pelaksana program/orangtua dalam menerapkan treatment ini bisa
dengan sengaja atau tidak sengaja tidak memperhatikan kerelaan individu menerima
mereka, seperti makanan yang cukup, selimut yang nyaman, atau peluang layak untuk
kesenangan. Jika pelaksana program/ orangtua tidak terlatih dengan baik, bisa terjadi
yang tidak diinginkan bisa dihadiahi token, kekurangan ini dapat menghasilkan
49
hukuman kontingensi; f) Pengawasan pelaksana program; g) Menangani masalah
potensial”.
Penelitian yang dilakukan oleh Rezky Sahyani (2013) yang meneliti tentang
Efektivitas Token Ekonomi Untuk Meningkatkan Perilaku Makan Pada Anak Yang
behavioral checklist dengan jumlah sampel dua orang anak siswa kelas dua SD, usia
tujuh dan delapan tahun. Dimana hasil penelitian bahwa token ekonomi dapat
meningkatkan perilaku makan pada anak usia sekolah yang mengalami sulit makan.
Penelitian dalam hal ini terdapat perbedaan dari segi judulnya, pada penelitian Rezky
Sahyani akan melihat efektivitas token ekonomi untuk meningkatkan perilaku makan
pada anak yang mengalami sulit makan, sedang dalam hal ini saya akan meneliti
Silvia Yula Wardani, dan Ratih Christiana (2016) yang meneliti tentang Penerapan
dengan sampel penelitian berjumlah 20 anak. Dimana hasil penelitian bahwa teknik
50
token ekonomi dapat meningkatkan kemandirian anak TK Kartika IV-21 Kota
Madiun. Penelitian dalam hal ini terdapat perbedaan dari segi rancangan penelitian,
penelitian yang akan saya lakukan menggunakan rancangan penelitian secara quasi
eksperiment, desain penelitian ini sama dengan pretest-posttest control group design,
hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih
secara random.
secara purposive sampling pada siswa kelas 2 SMP Negeri 5 Jember. Dimana hasil
penelitian bahwa ada perbedaan efektivitas antara metode token ekonomi dan metode
diharapkan. Penelitian dalam hal ini terdapat perbedaan dari segi teknik pengambilan
sampel secara total sampling, tanpa kriteria khusus (kriteria inklusi dan kriteria
Penelitian yang dilakukan oleh Da’ina Tri Handayani, Nurul Hidayah (2014)
yang meneliti tentang Pengaruh Token Ekonomi Untuk Mengurangi Agresivitas Pada
51
penelitian single-case experimental design, dengan pengambilan sampel
penelitian bahwa token ekonomi dapat mengurangi gejala agresivitas pada anak,
penelitian yang akan saya lakukan, dalam hal ini perbedaannya terletak pada judulya,
Da’ina Tri Handayani dan Nurul Hidayah membahas tentang pengaruh token
anak usia 3-5 tahun di TK Al-Hijrah Islam Kota Gorontalo. Jelas dalam hal ini
pengaruh token ekonomi sangat berbeda dengan efektivitas pemberian reward melalui
dasar negeri Jongkang, Sleman. Dimana hasil penelitian bahwa metode token
52
Muriyawati, dan Faridah Ainur Rohmah. Perbedaannya terdapat pada sampel yang
ditujukan, yang dalam hal ini melibatkan siswa sekolah dasar di salah satu sekolah
Al-Hijrah Islam Kota Gorontalo, yang dalam hal ini jenjang pendidikannya berbeda
53
2.3 Kerangka Berfikir
1. Perkembangan Kognitif
2. Perkembangan Bahasa
3. Perkembangan Psikososial
4. Perkembangan Body Image
5. Perkembangan Motorik
6. Perkembangan Psikoseksual
7. Perkembangan Seksual
8. Perkembangan Moral
1. Pujian
Disiplin Pada Anak 2. Penghormatan
Verbal
3. Hadiah
4. Tanda Penghargaan
1. Disiplin Otoriatif
2. Disiplin Permisif
Token Ekonomi
3. Disiplin Demokratis Non Verbal
1. Bintang
Keterangan : 2. Poin
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir 3. Koin
= Yang diteliti 4. Pin
Sumber : (Maryunani, 2016)
5. Stiker Tempel
= Yang tidak diteliti Berkarakter Kartun
6.
54
2.4 Kerangka Konsep
Keterangan :
= Pengaruh
2.5 Hipotesis
55
BAB III
METODE PENELITIAN
jenis desain rancangan Pra-Pascatest dalam satu kelompok (one-group pra-post test
setelah itu diberi perlakuan (reward melalui metode token ekonomi) dan kemudian
karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-
lain)”.
56
variabel lain (Nursalam, 2017). Pada penelitian ini variabel independen adalah
dipengaruhi oleh variabel lain, artinya variabel dependen berubah akibat perubahan
pada variabel bebas (Nursalam, 2017). Pada penelitian ini variabel dependen adalah
Kedisiplinan Anak.
Cara Ukur
- Stiker tempel yang
bentuknya kartun
Terikat Suatu keadaan yang Lembar Observasi Disiplin ≥ 50% Ordinal
- kedisiplinan tercipta dan Tidak Disiplin
57
anak. terbentuk melalui < 50%
proses dari
serangkaian
perilaku yang
menunjukkan nilai-
nilai ketaatan,
kepatuhan,
kesetiaan,
keteraturan dan
ketertiban.
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2017). Pada penelitian ini,
populasi penelitian ini adalah semua anak-anak dengan usia 3-5 tahun di TK Al-
sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2017). Pada penelitian ini,
sampel penelitian ini adalah anak-anak yang bersekolah di TK Al-Hijrah Islam Kota
58
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Sumber data adalah subjek dari mana asal data penelitian itu diperoleh.
pengumpulan datanya. Maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang
merespon atau menjawab pertanyaan baik tertulis maupun lisan (Sujarweni, 2014).
kelompok fokus, dan panel, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan
narasumber. (Sujarweni, 2014). Data primer pada penelitian ini adalah hasil observasi
pada anak usia 3-5 tahun di TK Al-Hijrah Islam Kota Gorontalo yang diperoleh
Data Sekunder : Data yang didapat dari catatan, buku, majalah berupa
sebagai teori, majalah, dan lain sebagainya. (Sujarweni, 2014). Data sekunder pada
penelitian ini adalah yang didapatkan dari lingkungan sekitar dalam hal ini guru.
Lembar observasi merupakan adaptasi dari skripsi Fima Arifatun tahun 2015 dengan
Kanak-Kanak di Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Jurusan
59
Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Yogyakarta.
sebagai berikut :
1. Editing
kuisioner.
2. Coding
Coding adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka
atau bilangan
3. Processing
4. Cleaning
Apabila semua data telah selesai dimasukkan, maka perlu dicek kembali untuk
data.
60
3.7 Teknik Analisa Data
variabel independen yaitu pemberian Reward melalui metode Token Economy dan
variabel dependen yaitu kedisiplinan anak. Dalam penelitian ini menggunakan uji t
𝐻0 = Tidak Ada pengaruh pemberian Reward melalui metode Token Economy dalam
61
3.9 Etika Penelitian
persetujuan dan jika menolak maka peneliti tidak akan memaksakan dan
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Hanya sekelompok data tertentu saja yang akan dilaporkan pada hasil
penelitian.
62
DAFTAR PUSTAKA
Afifah Nur Fitri A., Y. J. (2016). Peran Orang Tua Dalam Penanaman Disiplin Pada
Anak Usia Prasekolah Melalui Pembiasaan Di Kelurahan Cihaurgeulis
Bandung. Jurnal FamilyEdu , 1-11.
Arfiana, & Lusiana, A. (2013). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Bahuwa, F. (2014). Meningkatkan Perilaku Disiplin Melalui Teknik Cinema Therapy
Pada Anak TK Aster Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo.
Elex. (2008). Bila Anak Usia Dini Bersekolah. Jakarta: Media Komputindo.
Freud, S. (1945). Group Psychology and the Analysis of Ego (1921). London:
Hogarth.
63
Kohlberg, L. (1976). "Moral Stages and Moralization." In T. Lickona (Ed.). Moral
and Development and Behavio: Theory, Research, and Social Issues. New
York: Holt Rinehart and Winston .
Mansur. (2005). Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Martha Efirlin, F. M. (2014). Penanaman Perilaku Disiplin Anak Usia 5-6 Tahun Di
TK Primanda Untan Pontianak. 1-9.
Maryunani, A. (2016). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita & Anak Pra-Sekolah. Bogor:
IN MEDIA.
64
Piaget, J. (1954). The Construction of Reality in the Child. New York: Basic Books.
Suryadi, D. (2006). Kiat Jitu Dalam Mendidik Anak. Jakarta: EDSA Mahkota .
65
Wong, W. &. (1998). Nuraing Care of Infants and Children. St Louis: Mosby.
Wyckoff, J. &. (1997). Disiplin Tanpa Teriakan atau Pukulan. Jakarta: Binarupa
Aksara .
66
LAMPIRAN
67
LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth,
Di Tempat
Dengan Hormat,
saya :
Nim : 841414021
Melalui Metode Token Ekonomi Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Anak Usia 3-5
Tahun Di TK Al-Hijrah Islam Kota Gorontalo”. Hasil penelitian ini akan berguna
sebagai referensi dan bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari anak dengan
dan lingkungan, seperti sebelum dan sesudah makan dengan mencuci tangan, dan
juga membuang sampah pada tempatnya. Saya meminta saudara/i untuk menanda-
Gorontalo, 2018
Peneliti
Sawitri Tolinggilo
68
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia untuk turut
Metode Token Ekonomi Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Anak Usia 3-5 Tahun Di
Tanda tangan saya menunjukan bahwa saya telah diberi informasi dan
Gorontalo, 2018
Responden
69
INSTRUMEN LEMBAR OBSERVASI PERILAKU DISIPLIN ANAK
NAMA :
UMUR :
JENIS KELAMIN :
PETUNJUK : Berilah skor anak dengan nilai 1 jika anak menunjukkan perilaku
6. Mengucap salam
70
13. Berdo’a sebelum makan
71