Anda di halaman 1dari 182

DAMPAK REWARD DENGAN “STAR” MELALUI CHECKLIST

REFLEKTIF TERHADAP SIKAP KEDISIPLINAN SISWA KELAS 1 SD

Penelitian Dilakukan di SD Hikari Desa Karanggan Kecamatan Setu

Kota Tangerang Selatan

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi


Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

NOVI SUSANTI
107018303956

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH ( PGMI )
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

DAMPAK REWARD DENGAN “STAR” MELALUI CHECKLIST


REFLEKTIF TERHADAP SIKAP KEDISIPLINAN SISWA KELAS 1 SD

Penelitian Dilakukan di SD Hikari Desa Karanggan Kecamatan Setu

Kota Tangerang Selatan

Skripsi

Diajukan untuk Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)


pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Oleh

NOVI SUSANTI
107018303956

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing

Dra. Eri Rossatria, M. Ag


NIP. 19470717 1966082001

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH ( PGMI )
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul “Dampak Reward Dengan “Star” Melalui Checklist Reflektif


Terhadap Sikap Kedisiplinan Siswa Kelas 1 di SD Hikari Desa Karanggan”
di susun oleh Novi Susanti, 107018303956, Program Studi Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, telah melalui bimbingan dan
dinyatakan sah sebagai karya ilmiah, serta berhak untuk diajukan pada sidang
munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Fakultas.

Jakarta, 06 Februari 2013

Yang mengesahkan

Pembimbing

Dra. Eri Rossatria, M. Ag


NIP. 19470717 1966082001
DAFTAR ISI

ABSTRAK ..................................................................................... v
KATA PENGANTAR................................................................... vii
DAFTAR ISI.................................................................................. ix
DAFTAR TABEL DAN GRAFIK...............................................
DAFTAR GAMBAR.....................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................... 8
C. Pembatasan Masalah ......................................................... 8
D. Perumusan Masalah .......................................................... 8
E. Tujuan Penelitian .............................................................. 8
F. Manfaat Penelitian ............................................................ 9

BAB II KAJIAN TEORI


A. Hakikat Disiplin dalam pendidikan.................................... 10
1. Pengertian Disiplin.......................................................... 10
2. Pentingnya Disiplin......................................................... 12
3. Tujuan Disiplin ............................................................... 14
4. Unsur-unsur Disiplin....................................................... 15
5. Cara Menerapkan Disiplin yang Efektif ......................... 19
B. Hakikat reward dalam pendidikan ..................................... 21
1. Pengertian reward......................................................... 21
2. Fungsi reward............................................................... 24
3. Bentuk-bentuk reward .................................................. 25
4. Reward berupa “star” ................................................. 27
5. Syarat-syarat reward..................................................... 28
C. Pelaksanaan reward dalam pengendalian disiplin siswa ... 29
1. Implementasi disiplin di sekolah .................................. 31
2. Pengenalan punishment di sekolah ............................... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................... 38
B. Metode dan Desaint Penelitian.......................................... 38
C. Variabel Penelitian ............................................................ 40
D. Populasi dan Sampel ......................................................... 40
E. Instrument Pengumpul Data .............................................. 41
F. Tehnik Pengumpul data..................................................... 44
G. Validasi Instrument ........................................................... 47
H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data............................... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN


A. Gambaran Umum Sekolah Hikari ...................................... 53
B. Kondisi Kedisiplinan dan Tindakan Pemberian
Treatment ........................................................................... 54
C. Pembahasan dan Hasil Penelitian....................................... 59
D. Reward melalui Checklist Reflektif memberi dampak
terhadap sikap kedisiplinan siswa ...................................... 67

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 69
B. Saran................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 69


LAMPIRAN- LAMPIRAN .............................................................. 73
ABSTRAK
Novi Susanti, “Dampak Reward dengan “Star” melalui Checklist Reflektif
Terhadap Sikap Kedisiplinan Siswa Kelas 1 SD”. Skripsi Program Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah, Jurusan Kependidikan Islam, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dosen
Pembimbing: Eri Rossatria, M. Ag,.

Penelitian ini bertujuan mengetahui dampak reward dengan “star” melalui


checklist reflektif terhadap sikap kedisiplinan siswa kelas 1 SD. Metode
penelitian yang digunakan adalah eksperimen bentuk pre-eksperimental designs
(One- Shot Case Study). Penelitian ini dilakukan di SDS Hikari Kp. Koceak Ds.
Keranggan Kec. Setu Tangerang Selatan Banten, kelas 1 yang berjumlah 32
siswa pada semester genap tahun ajaran 2011-2012. Subyek penelitian diberikan
treatment atau perlakuan berupa reward dengan “Star” serta penggunaan
checklist reflektif selama 21 hari, kemudian diobservasi sikap kedisiplinannya.

Hasil penelitian menunjukan reward dengan “star” melalui checklist reflektif


dapat meningkatkan sikap kedisiplinan siswa kelas 1 SDS Hikari desa Keranggan.
Hal ini dapat dilihat dari menurunnya presentase kategori “buruk” hampir pada
semua indikator kedisiplinan. Dengan demikian reward berupa “star” melalui
checklist reflektif berdampak positif pada sikap kedisiplinan siswa.

Kata Kunci: Kedisiplinan dan Reward berupa“star” melalui Checklist reflektif


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa
memberikan rahmat dan karunianya kepada penulis. Shalawat serta salam
dicurahkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW yang telah memberikan
penjelasan kepada umatnya melalui firman-firman Allah SWT.
Dalam mengerjakan skripsi ini, penulis tidak mungkin mampu
menyelesaikannya tanpa bantuan dari pihak-pihak tertentu baik waktu, tenaga,
fikiran maupun materi. Oleh karena itu, penulis haturkan banyak terimakasih
kepada:
1. Prof. H. Rif’at Syauqi Nawawi, M. A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.
2. Drs. Rusydi Zakaria, M. Ed., M. Phil, I., Ketua Jurusan Kependidikan
Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Fauzan M, A., Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dra. Eri Rossatria, M, Ag., Dosen Pembimbing yang telah meluangkan
waktu, arahan serta bimbingannya kepada penulis untuk meyelesaikan
skripsi ini.
5. Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan
pencerahan dan bimbingannya selama penulis mengenyam pendidikan di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6. Yanti Herlanti S.Pd., M.Pd., Dr. Fadilah Hasim dan Wiwin Heryani S.Pt.
Pengampuh kurikulum, ketua yayasan dan kepala sekolah yang telah
mengizinkan serta memotivasi penulis melakukan penelitian di SDS
Hikari Desa Keranggan.
7. Keluarga besar SDS Hikari terutama guru-guru rekan kerja seprofesi, yang
telah memberikan canda serta tawa sehingga penulis merasa nyaman dan
termotivasi menyelesaikan skripsi ini.
8. Kepada kedua orang tua tercinta H. Gunawan (Alm) dan Hj. Ida Farida
yang telah membesarkan dan mendidik penulis untuk terus berjuang dan
berkarya demi ummat dan bangsa. Terkhusus untuk bapak tercinta,
tersayang dan inspirasiku, semoga engkau selalu tersenyum di alam sana.
Terimakasih atas semua didikan yang bapak berikan kepada penulis
selama masa hidupmu.
9. Kakak-kakak tercinta (teh’ Nunung, a’Paih, teh’Nuni, a’Inu dan a’Rudi)
yang selalu menjaga dan selalu mengingatkan penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
10. Adik tercinta (Masturoh) yang selalu memberikan suport dan waktunya di
saat penulis menyelesaikan skripsi ini
11. Keluarga bear HMI Komisariat Tarbiyah dan Distrik HMI Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah. Terimakasih atas dukungan dan pengalaman
berorganisasi yang telah diberikan kepada penulis.
12. Sahabat tercinta angkatan 2007: (Ima, Eka, Iim, Yuyun, Dj, Iona, Rita,
Heri, Fahmi, Andi, Mufid, Wilda, Dara, Niken, Winda, Dede, dan Nani).
Serta keluarga besar jurusan PGMI fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
yang selalu memberikan canda dan senyumannya semasa kuliah sampai
sekarang.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikannya dengan balasan yang
terbaik. Harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca
kususnya mahasiswa Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan
dalam menulis skripsi ini, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan.
Jakarta, 11 Februari 2013
Penulis,

Novi Susanti
107018303956
DAFTAR AYAT, TABEL, DIAGRAM DAN GRAFIK
Ayat
Ayat 1 : surah Al-Imran ayat 145 dan 148 ...................................................... 24
Ayat 2 : surah An-Nisa ayat 134 ..................................................................... 25
Tabel
Tabel 3.1 : Desain penelitian dalam One-Shot Case Study ................................ 39
Tabel 3.2 : Variabel Penelitian ........................................................................... 40
Tabel 3.3 : Pemetaan Indikator Disiplin ke dalam Kisi-kisi ............................. 46
Tabel 4.1 : Anekdotal Record Sebelum diberikan treatment ............................. 57
Tabel 4.2 : Membiasakan diri untuk datang dan masuk kelas
Pada waktunya ................................................................................ 59
Tabel 4.3 : Melaksanakan dan Mengumpulkan Tugas-tugas yang Menjadi
Tanggung Jawabnya dengan Tepat Waktu ...................................... 60

Tabel 4.4 : Membiasakan Diri Untuk Mematuhi Peraturan Kelas ......................61


Tabel 4. 5 : Membiasakan Diri Mematuhi Peraturan Bersama yang Telah
Disepakati Bersama ..........................................................................62
Tabel 4.6 : Berpakaian rapih dan Sopan .............................................................63
Tabel 4.7 : Gambaran Perubahan Sikap Disiplin Siswa
Ketika Proses dan Pasca ....................................................................65
Diagram
Diagram 3.1 : Indikator Disiplin yang disesuaikan
dengan Karakteristik Sekolah ........................................................... 43
Grafik
Grafik 4.1 : Grafik Berkategorisasi Perubahan Sikap Disiplin Siswa ............... 64

Grafik 4.2 : Grafik Umum Rata-rata Perubahan Sikap ........................................ 66


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A : Instrumen Penelitian

Lampiran A.1 : Instrumen Tes Kedisiplinan Siswa

1. RPP
2. Uji Validitas Instrumen
3. Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen Tes

Lampiran A.2 : Instrumen Non Tes

1. Angket: a. Lembar Checklist Reflektif


b. Catatan Anekdotal Record

2. Profil SDS Hikari

Lampiran B: surat-surat
1. Permohonan Surat Bimbingan Skripsi
2. Surat Permohonan Izin Observasi
3. Surat Permohonan Izin Penelitian
4. Foto Kegiatan pasca 10 hari disiplin diterapkan
5. Uji Referensi
6. Jurnal mengenai 21 hari
7. Piagam penghargaan skripsi terbaik
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan
generasi mudanya untuk keberlangsungan kehidupan yang lebih baik di masa
depan. Keberhasilan pendidikan terlihat dari adanya pewarisan dan pengayaan
budaya bangsa dari generasi ke generasi secara berkelanjutan. Selain itu,
keberhasilan tersebut juga terlihat dari tertanamnya nilai-nilai luhur kepribadian
bangsa dalam diri peserta didik sehingga dapat menggambarkan karakter suatu
bangsa. Dengan kata lain, salah satu keberhasilan tersebut adalah tertanamnya
warisan karakter bangsa di dalam proses pendidikan, sehingga dapat
meningkatkan kualitas bangsa di masa yang akan datang.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional yang harus dijadikan sebagai pedoman dalam mengembangkan
pendidikan di Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas ini menyebutkan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kapada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

Tujuan pendidikan nasional ini merupakan rumusan mengenai kualitas


manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Oleh
karena itu pengembangan mutu pendidikan melalui penentuan visi, misi, dan
tujuan pada setiap satuan pendidikan haruslah mengarah pada tujuan pendidikan
nasional tersebut.

1
UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen & UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: Visimedia, 2007), h. 38.

1
2

Dari pasal tersebut juga terlihat dengan jelas bahwa tujuan utama pendidikan
di Indonesia adalah membentuk kepribadian peserta didik dengan menanamkan
nilai-nilai luhur yang dapat menjadi karakter bangsa Indonesia. Untuk
mewujudkan semua cita-cita di atas, maka perlu ditegaskan kembali bahwa setiap
satuan pendidikan salah satunya harus dapat mengembangkan pola pendidikan
berbasis karakter. Tercerminnya karakter bangsa dalam diri peserta didik menjadi
satu dari banyak hal yang nyata dari keberhasilan suatu bangsa dalam bidang
pendidikan. Salah satu karakter yang harus ditanamkan kepada peserta didik
adalah nilai-nilai kedisiplinan.
Tujuan penerapan nilai-nilai kedisiplinan pada diri peserta didik di bangku
sekolah adalah mengarahkan peserta didik untuk berprilaku positif, karena dengan
membiasakan hidup disiplin meraka akan belajar mengenai hal-hal yang baik,
dimana semua kebaikan tersebut dapat menjadi bekal bagi mereka di masa yang
akan datang. Nilai-nilai kedisiplinan yang melekat dalam diri peserta didik dapat
membuat peserta didik tekun dan terbiasa hidup teratur. Kedisiplinan yang terus
dilatih akan menjadi kebiasaan yang tertanam dalam setiap kegiatan
kesehariannya.
Perilaku disiplin harus mulai ditanamkan sejak dini, karena nilai kedisiplinan
sangat diperlukan untuk pembentukan karakter peserta didik menjadi pribadi yang
bertanggung jawab. Membentuk kedisiplinan dalam diri peserta didik bukanlah
perkara yang mudah, perlu kerjasama diantara lingkungan yang dekat dengan
peserta didik. Sekolah adalah jenjang penting yang harus dilalui dalam kehidupan
peserta didik, dan salah satu tempat yang efektif untuk menanamkan nilai
kedisiplinan adalah sekolah. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah dapat
dengan leluasa menerapkan berbagai cara untuk mengarahkan peserta didik agar
dapat hidup disiplin. untuk menumbuhkan nilai kedisiplinan dalam diri peserta
didik secara menyeluruh dan bersifat permanen, sekolah harus fokus terhadap
pengembangan nilai kedisiplinan. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan
menerapkan kedisiplinan dalam setiap aspek pembelajaran yang berlangsung di
sekolah.
3

Kedisiplinan yang diterapkan di sekolah membutuhkan kerjasama dari


berbagai pihak yang berhubungan langsung dengan peserta didik, yaitu
lingkungan sekolah, keluarga, dan lingkungan masyarakat. Penerapan disiplin di
sekolah harus dilakukan secara konsekuen. Langkah awal yang harus dilakukan
pihak sekolah adalah merumuskan beberapa tata tertib yang harus dijalankan di
sekolah. Setelah itu, pihak sekolah memerintahkan kepada seluruh peserta didik
untuk menjalankan seluruh tata tertib yang telah ditentukan di sekolah tersebut.
Seperti yang kita tahu, bahwa penerapan kedisiplinan tidak semudah membalikan
telapak tangan, maka tantangan selanjutnya adalah sekolah harus menemukan cara
yang tepat untuk menerapkan nilai-nilai kedisiplinan yang tidak mengengkang dan
memberikan rasa nyaman kepada peserta didik. Penerapan kedisiplinan dengan
membubuhi reward dan punishment adalah satu dari banyaknya rekomendasi
cara yang tepat untuk menerapkan kedisplinan di sekolah. Penghargaan (reward)
diberikan kepada peserta didik yang melaksanakan seluruh tata tertib sekolah
dengan baik dan memberikan peringatan (punishment) kepada peserta didik yang
melanggar tata tertib.
Penggunaan reward yang ideal untuk menerapkan disiplin di sekolah harus
dilakukan sebaik mungkin, sehingga membuat peserta didik tidak memiliki
perasaan yang iri hati, tidak merasa dibedakan antara peserta didik yang satu
dengan yang lainnya atau membuat peserta didik justru hanya mengharapkan
hadiah itu sendiri. karena tujuan utama dari penerapan disiplin adalah untuk
membiasakan peserta didik menaati tata tertib yang telah ditetapkan di sekolah,
bukan untuk membuat mereka menjadi diri yang mementingkan reward dari pada
perubahan sikap disiplin itu sendiri.
Menurut Ahmad Rohani, “menegakkan disiplin tidak bertujuan untuk
mengurangi kebebasan dan kemerdekaan peserta didik, akan tetapi sebaliknya
ingin memberikan kemerdekaan yang lebih besar terhadap peserta didik dalam
batas-batas kemampuannya.2 Selanjutnya, Singgih Gunarsa dalam bukunya yang
berjudul “Psikologi Untuk Membimbing” mengatakan bahwa, sesuai
perkembangannya kedisiplinan tidak lagi diajarkan dengan kekerasan terhadap
2
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), Cet. Ke-2, h. 134
4

3
pelanggaran, melainkan dengan wejangan-wejangan. Oleh karena itu, reward
yang diberikan harus dapat mengarahkan peserta didik untuk selalu berperilaku
disiplin dalam kehidupan sehari-hari. Diharapkan, ketika peserta didik
mendapatkan reward, dan akan mampu memahami dengan jelas bahwa reward itu
memang berhak didapatkannya, sehingga dengan adanya reward yang mereka
dapatkan, mereka akan menganggap perilaku disiplin merupakan sebuah
kebutuhan dan bukan hanya pengajaran semata.
Hal yang sama dijelaskan oleh Sylvia Rimm dalam bukunya yang berjudul
“Mendidik dan Menerapkan Disiplin pada Anak Prasekolah” bahwa “Reward
diharapkan dapat memotivasi peserta didik untuk mendisiplinkan diri, kelak
disiplin diri akan membuat hidup mereka bahagia, berhasil, dan penuh kasih
sayang. 4. Pendapat ini semakin mempertegas bahwa, hadirnya reward seharusnya
membuat peserta didik mematuhi seluruh tata tertib yang telah ditentukan dengan
cara yang bahagia, karna reward adalah penghargaan bagi peserta didik yang
berprestasi baik prestasi sikap maupun akademiknya. Penggunaan cara yang tepat,
sekolah dengan sendirinya menciptakan suasana disiplin yang baik bagi peserta
didiknya.
Selanjutnya, pentingnya disiplin sejak dini juga dijelaskan di dalam buku
karangan Elizabet B. Hurlock bahwa anak membutuhkan disiplin. Disiplin dapat
mengantarkan mereka pada kebahagiaan, dan menjadi orang yang baik
penyesuaiannya. Melalui disiplinlah mereka dapat belajar berprilaku dengan cara
yang diterima masyarakat, dan sebagai hasilnya diterima oleh anggota kelompok
mereka. Disiplin sangat diperlukan untuk perkembangan anak, karna ia memenuhi
beberapa kebutuhan tertentu. Dengan demikian disiplin memperbesar kebahagiaan
dan penyesuaian pribadi serta sosial anak. Teknik penerapan kedisiplinan anak
dengan menggunakan reward bertujuan untuk membuat peserta didik semangat
untuk melaksanakan disiplin di sekolah. Perilaku disiplin yang dilakukan secara

3
Singgih Gunarsa, Psikologi untuk Membimbing, (Jakarta: Gunung Mulia, 2000), Cet.Ke-9, h.
137
4
Sylvia Rimm, Mendidik dan Menerapkan Disiplin pada Anak Prasekolah, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 47
5

terus menerus akan mengarahkan peserta didik untuk terus berperilaku disiplin
dalam kehidupan sehari-hari.
Lebih lanjut lagi, pendidikan mengenalkan kita pada proses pembelajaran.
Pembelajaran itu sendiri dapat di definisikan sebagai pengaruh permanen atas
prilaku, pengetahuan, dan keterampilan berfikir, yang diperoleh melalui
pengalaman.5Selain itu, hal yang sama pentingnya ketika kedisiplinan diajarkan
adalah faktor pembiasaan, sesuai dengan pendapat Ivan Pavlov dalam hukum
belajarnya “Law of Respondent Conditioning, yakni hukum pembiasaan yang
dituntut, menyatakan bahwa “jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan
(salah satunya berfungsi sebagai reinforce/ penguat stimulus), maka refleks dan
stimulus lainnya meningkat”.6 Pembiasaan yang dituntut adalah sikap kedisiplinan
yang dilakukan selama 21 hari, dan pembiasaan 21 hari juga diperkuat kembali
oleh Pavlov pada bukunya yang berjudul “Conditioned Reflexes: An Investigation
of the Physiological Activity of the Cerebral Cortex, yang menyatakan “perlakuan
yang dilakukan terus menerus selama 21 hari dapat mempengaruhi
pembiasaannya”.
Selanjtnya, baru-baru ini kalangan pendidikan sedang gencar membicarakan
tentang rancangan teknik yang tepat untuk perubahan sikap (disiplin) peserta didik.
Jadi pembahasan kali ini, memfokuskan pada rancangan pembelajaran di lapangan
itu sendiri. Pendekatan pembelajaran behavioral mengatakan bahwa, perilaku
harus dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati, bukan dengan proses
mental.7 Oleh karena itu, checklist reflektif digunakan sebagai alat penilaian diri
berprilaku disiplin. Alat kontrol checklist reflektif dirancang sesuai dengan
psikologi pemahaman siswa kelas 1 SD yang di dalamnya mengandung 5
indikator yang disertakan reward yang dapat memotivasi peserta didik mematuhi
tata tertib yang ada di sekolah.

5
John W.Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h.
266
6
Ratna Yudhawati, Teori-Teori Dasar Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher, 2011) h: 4
7
Ibid.,h. 266
6

Penerapan kedisipilinan dengan reward akhir-akhir ini mulai menjadi trend


pengembangan karakter peserta didik dibeberapa sekolah di kota-kota besar. Salah
satu sekolah yang telah menerapkan nilai-nilai kedisiplinan dengan pemberian
reward beserta punishment adalah SD Al-Fath Cirendeu, Ciputat. Berdasarkan
pengamatan yang peneliti lakukan selama melaksanakan Praktik Profesi Keguruan
Terpadu (PPKT) selama 4 bulan, peneliti melihat bahwa sebagai sekolah unggulan,
sekolah ini sudah dapat dikatakan berhasil menerapkan nilai-nilai kedisiplinan
dalam diri peserta didik. Penerapan kedisiplinan yang dilakukan adalah penerapan
terpadu yang dalam hal ini guru berperan penting dalam mengarahkan peserta
didik untuk memahami nilai kedisiplinan tersebut secara terpadu. Keterpaduan
antara pemahaman peserta didik pada hal yang baik dan buruk dengan
pemahaman yang diberikan guru, menjadikan peserta didik secara sadar
berperilaku disiplin dalam setiap kegiatan di sekolah. Selain itu, keberhasilan ini
juga sangat didukung oleh perhatian yang diberikan guru terhadap setiap tingkah
laku peserta didik, hal ini membuat peserta didik menyadari setiap perilaku yang
dilakukan, sehingga mereka dapat membedakan perilaku yang boleh dilakukan
dan perilaku yang tidak boleh dilakukan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ety Marwatu ditemukan bahwa
sebagian besar peserta didik merasa nyaman melanggar tata tertib yang ditetapkan
di sekolah.8 Pelanggaran yang masih sering dilakukan peserta didik di sekolah
adalah 1). Peserta didik yang tidak mengerjakan tugas yang telah diberikan oleh
guru. 2). Seringnya peserta didik keluar kelas ketika proses pembelajaran. 3).
Peserta didik yang tidak memperhatikan penjelasan guru. 4). Seringnya kondisi
peserta didik yang gaduh.
Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah ternyata belum mampu
menjawab semua masalah pelanggaran kedisiplinan di berbagai sekolah.
Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan selama mengajar kurang lebih
satu semester di SD Hikari pada anak kelas satu, peneliti menemukan kesulitan
dalam menerapkan nilai kedisiplinan dalam diri peserta didik. Meskipun nilai
8
Eti, Marwatu, MP 2010. 105018200675. “Pemberian Reward dan Punishment dalam
Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa di SMA PGRI 56 Ciputat”, Skripsi pada sarjana UIN Syarif
Hidayatulaah Jakarta, Jakarta, 2009, h.48, tidak dipublikasikan
7

kedisiplinan terus diterapkan dalam setiap aspek pembelajaran yang berlangsung


di sekolah, peneliti melihat masih banyak peserta didik yang melakukan
pelanggaran terhadap peraturan yang telah ditentukan. Pelanggaran tersebut,
seperti: 1). Peserta didik yang melakukan kegaduhan pada saat pembelajaran
berlangsung. 2). Peserta didik yang tidak mendengarkan penjelasan guru ketika
sedang belajar. 3). Peserta didik yang melanggar kesepakatan bersama, seperti
dilarang menggunakan bahasa gaul 4). Peserta didik yang mengabaikan tugasnya.
5). Dan peserta didik yang berkelahi di jam istirahat.
Bila pelanggaran ini terus berlangsung dan dibiarkan tanpa adanya tindakan
yang nyata, dampaknya akan sangat buruk terhadap pembentukkan karakter
peserta didik. Berdasarkan hal tersebut, peneliti merasa penting untuk melakukan
penelitian yang berhubungan dengan disiplin peserta didik.
Karena perkembangan psikologis peserta didik pada tingkat SD/MI
memerlukan tindakan yang konkrit, maka peneliti akan menggunaan teknik yang
lebih konkrit pula untuk mempermudah penerapan reward di sekolah. Teknik
tersebut yaitu dengan penggunaan “star” di dalam proses belajar mengajar. “Star”
disini digunakan sebagai reward yang diberikan kepada peserta didik, dan “Star”
bisa didapatkan bagi peserta didik yang menerapkan disiplinnya dengan baik.
Check list reflektif digunakan sebagai alat untuk melihat sejauh mana siswa secara
jujur menerapkan kedisiplinan di sekolah. Checklist reflektif bersifat penilaian diri
diharapkan dapat membuat peserta didik menilai dirinya sendiri, sehingga
tujuannya adalah peserta didik secara sadar menerapkan kedisiplinan itu sendiri.
Dari berbagai permasalah di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “DAMPAK REWARD DENGAN “STAR” MELALUI CHECKLIST
REFLEKTIF TERHADAP SIKAP KEDISIPLINAN SISWA KELAS 1 SD
HIKARI DESA KARANGGAN”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka masalah yang
diteliti dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Masih banyaknya peserta didik yang tidak disiplin
8

2. Sekolah yang belum serta merta menerapkan nilai kedisiplinan secara optimal
3. Penggunaan cara, alat atau strategi yang belum tepat untuk menerapkan
disiplin di sekolah dasar
4. Kurangnya pengawasan disiplin di berbagai sekolah
5. Belum terealisasikannya tekhnik Reward yang tepat untuk menerapkan disiplin
peserta didik kelas 1 SD.

C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya pembahasan dan tidak mungkin semuanya dapat diteliti
dalam waktu yang bersamaan, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada :
pemberian “Reward dengan menggunakan teknik “star” melalui checklist reflektif
untuk meningkatkan kedisiplinan peserta didik .

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang diuraikan, maka
penulis merumuskan masalah yang akan dijadikan dasar penelitian adalah:
“bagaimana dampak dari penggunaan reward dengan “star”melalui checklist
reflektif terhadap sikap kedisiplinan peserta didik kelas 1 SD Hikari?”

E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak penerapan
reward dengan “star” melalui checklist reflektif terhadap sikap kedisiplinan
peserta didik

F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik kepada
semua pihak yang terkait langsung terhadap dunia pendidikan, terutama bagi:
1. Secara teoritis, dapat memperkaya khasanah pendidikan khususnya tentang
bagaimana pemberian reward yang baik dalam meningkatkan kedisiplinan
9

peserta didik. Dan hasil penelitian ini sebagai penambah bahan kepustakaan
UIN Syarif hidayatullah Jakarta tentang alat pendidikan
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan bagi penelitian lebih
lanjut
3. Secara praktis, dengan adanya penelitian ini diharapkan penulis dapat
menerapkan penggunaan reward yang tepat ketika pembelajaran berlangsung.
Sehingga memberikan efek yang positif bagi kemajuan pengajaran di kelas.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Hakikat disiplin dalam pendidikan


1. Pengertian Disiplin
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disiplin berarti “tata tertib (di
sekolah, kemiliteran dan lain sebagainya), ketaatan atau kepatuhan terhadap
peraturan atau tata tertib”.1 Selanjutnya pengertian disiplin yang diterangkan oleh
Elizabet B. Hurlock dan artikel tentang perkembangan sosial anak, disiplin berasal
dari kata “disciple”, yakni “seorang yang belajar dari atau secara suka rela
mengikuti seorang pemimpin”.2 Lebih luas lagi dalam kamus populernya
menerangkan pengertian “disiplin” adalah sama dengan “hukuman”. Menurut
konsep ini, “disiplin digunakan apabila anak melanggar peraturan dan perintah
yang diberikan orang tua, guru atau orang dewasa yang berwenang mengatur
kehidupan bermasyarakat, tempat anak itu tinggal”. 3
Demikian pula pernyataan Charles Schaefer menerangkan bahwa, inti dari
disiplin ialah untuk mengajarkan seseorang mengikuti ajaran dari seorang
pemimpin. Dimana tujuan dari disiplin ialah untuk membuat anak-anak anda
terlatih dan terkontrol, dengan mengajarkan mereka berbagai bentuk tingkah laku
4
yang pantas atau yang tidak pantas atau masih asing bagi mereka. Sama halnya
dengan pernyataan sebelumnya. Psikolog pendidikan, Soetarlinah Sukadji,
menjelaskan bahwa disiplin merupakan suatu proses bimbingan yang bertujuan
menananmkan pola prilaku dan kebiasaan tertentu, terutama untuk meningkatkan

1
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka,2002), Cet. Ke-2, h.268
2
Majalah Ayah Bunda dan Meadjohnson, Dari A sampai Z Tentang Perkembangan Anak, pada
bab perkembangan sosial anak (Jakarta:gaya favorit Press) h. 39
3
Elizabeth B. Hurlock (Alih Bahasa: dr. Med Meitasari Tjandrasa), Perkembangan Anak , jilid
2 (Jakarta: Erlangga, 1978) h. 82
4
Charles Schaefer (alih Bahasa: Drs. R. Turman Sirait), Bagaimana Membimbing, Mendidik
dan Mendisiplinkan Anak Secara Efektif “How to Influence Children”,5 (Jakarta: Restu Agung,
1996). Cet. Ke-1, h. xi

10
11

kualitas mental dan moral. 5 Sama halnya dengan pengertian disiplin selanjutnya,
menerangkan bahwa, disiplin sendiri adalah cara masyarakat (orang tua, guru,
orang dewasa lain) mengajarkan tingkah laku moral pada anak yang dapat
6
diterima oleh kelompoknya. tujuan semua disiplin adalah membentuk tingkah
laku, oleh karenanya harus disesuaikan dengan peran yang ditentukan oleh
kelompok sosialnya.
Seperti yang disampaikan dalam seminar Seminar Sehari Sinar Harapan, 28
November 1987. Displin secara luas dapat diartikan sebagai semacam pengaruh
yang dirancang untuk membantu anak mampu menghadapi tuntutan dari
lingkungan. Disiplin itu tumbuh dari kebutuhan untuk menjaga keseimbangan
antara kecenderungan dan keinginan individu untuk berbuat sesuatu yang dapat
dan ingin ia peroleh dari orang lain atau karena situasi kondisi tertentu, dengan
pembatasan peraturan yang diperlukan terhadap dirinya oleh lingkungan di mana
ia hidup.7
Disiplin juga membantu dalam mengendalikan tingkah laku dan
mengembangkan hati nurani, sehingga peka dengan nilai kebenaran. Disiplin
memungkinkan anak melakukan hal yang dapat diterima lingkungannya dan
mendapat penghargaan atau pujian. Disiplin berkaitan erat dengan cara
mengkoreksi, memperbaiki dan mengajarkan seseorang anak dalam bertingkah
laku yang baik tanpa merusak harga diri anak. Disiplin juga berperan penting
dalam perkembangan anak, karna dapat memenuhi kebutuhan akan rasa aman dan
kepastian tingkah laku. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
disiplin adalah suatu sikap moral individu yang terbentuk melalui serangkaian
prilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan
ketertiban berdasarkan acuan nilai moral.

5
Seto Mulyadi, Membantu Anak Balita Mengelola Amarahnya, (Jakarta: Erlangga, 2004) ,h:
36
6
Majalah Ayah Bunda dan Meadjohnson, Dari A sampai Z Tentang Perkembangan Anak,
pada bab perkembangan sosial anak (Jakarta: gaya favorit Press) h. 39
7
Conny Semiawan, Penerapan Pembelajaran pada Anak, (Jakarta: Indeks, PT Macana Jaya
Cemerlang, 2008) h: 89
12

2. Pentingnya Disiplin
Dalam masyarakat yang cepat berubah seperti sekarang ini, pendidikan nilai
bagi anak merupakan hal yang sangat penting, hal ini disebabkan di era global
dewasa ini, anak akan dihadapkan pada banyak pilihan tentang nilai yang
mungkin dianggapnya baik. Pertukaran dan pengikisan nilai-nilai suatu
masyarakat akan mungkin terjadi secara terbuka. Seperti yang telah diutarakan
Prof. Wina Sanjaya bahwa, “Nilai-nilai yang dianggap baik pada suatu kelompok
masyarakat bukan tak mungkin akan menjadi luntur digantikan oleh nilai-nilai
baru yang belum tentu cocok dengan budaya masyarakat”8.
Disiplin adalah satu dari banyaknya karakter yang harus dikembangkan di
dalam diri anak-anak. Menurut Emile Durkeim, “disiplin berguna bukan hanya
demi kepentingan masyarakat sebagai suatu sasaran mutlak, melainkan demi
kesejahteraan individu itu sendiri. Melalui kedisiplinan kita belajar
mengendalikan keinginan, tanpa ini mustahil orang dapat mendapatkan
kebahagiaan”. 9Lebih lanjut lagi, Elizabet B. Hurlock mengatakan bahwa anak
membutuhkan disiplin. “Disiplin dapat mengantarkan mereka pada kebahagiaan,
dan menjadi orang yang baik penyesuaiannya”10. Melalui disiplinlah mereka dapat
belajar berprilaku dengan cara yang diterima masyarakat, dan sebagai hasilnya
diterima oleh anggota kelompok mereka. Disiplin sangat diperlukan untuk
perkembangan anak, karna ia memenuhi beberapa kebutuhan tertentu. Dengan
demikian disiplin memperbesar kebahagiaan dan penyesuaian pribadi serta sosial
anak.
Disiplin memberikan manfaat kepada anak, sebagaimana dijelaskan
Hurlock dan artikel perkembangan sosial anak menjelaskan bahwa ada
5 manfaat yang diberikan oleh disiplin, yaitu: (1) disiplin memberi anak
rasa aman dengan memberi tahukan yang boleh dan yang tidak boleh
dilakukan. (2) disiplin membantu anak terhindar dari rasa bersalah dan
rasa malu akibat prilaku yang salah. Perasaan yang pasti mengakibatkan
rasa tidak bahagia dan penyesuaian yang buruk. Disiplin

8
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana Prenada Media,2006) h: 275
9
Emile Durkheim (Alih Bahasa: Drs. Lukas. Ginting) Pendidikan Moral ; Suatu Studi Teori
dan Aplikasi Sosiologis Pendidikan, (Jakarta: Erlangga,1990), h.35-36
10
Elizabeth B. Hurlock (Alih Bahasa: dr. Med Meitasari Tjandrasa), Perkembangan Anak ,
jilid 2 (Jakarta: Erlangga, 1978) h. 82
13

memungkinkan anak hidup menurut standar yang disetujui kelompok


sosial dan dengan demikian memperoleh persetujuan sosial. (3) disiplin
mengajarkan anak belajar untuk bersikap menurut cara yang akan
mendatangkan pujian yang akan ditafsirkan anak sebagai tanda kasih
sayang dan penerimaan. Hal ini esensial bagi penyesuaian yang berhasil
dan kebahagiaan. (4) disiplin yang sesuai dengan perkembangan
berfungsi sebagai motivasi pendorong ego yang mendorong anak
mencapai apa yang diharapkan darinya. (5) disiplin membantu anak
mengembangkan hati nurani “suara dari dalam” pembimbing dalam
pengambilan keputusan dan pengendalian prilaku.11 12

Dari banyaknya manfaat disiplin yang dibutuhkan oleh anak dan merupakan
penemuan pada proses penelitian ini, penerapan disiplin yang baik seyogyanya
memberikan keluasan untuk berpendapat sesuai dengan kemauan mereka. Karena
pada saat kedisiplinan diterapkan seorang anak akan senang jika peraturan dan
hakikat dari kedisiplinan tersebut keluar dari dalam hati mereka, dan kesan
tersebut sungguh memberikan dampak positif untuk membiasakan hidup disiplin.
Artinya, menerapkan disiplin yang baik tidak harus dengan pengekangan dan
kekerasan yang membuat mereka takut melainkan disaat disiplin diterapkan
mereka harus merasa nyaman untuk melakukan kedisiplinan di lingkungannya.
Selanjutnya, meskipun semua anak membutuhkan disiplin, kebutuhan
mereka bervariasi. Terdapat banyak kondisi yang mempengaruhi kebutuhan anak
akan disiplin, enam diantaranya dianggap sangat penting, diantaranya:13
(1) karena terdapat variasi dalam laju perkembangan berbagai anak, tidak
semua anak dengan usia yang sama dapat diharapkan mempunyai
kebutuhan akan disiplin yang sama, ataupun disiplin yang sama. (2)
kebutuhan akan disiplin bervariasi menurut waktu dalam sehari. (3)
kegiatan yang dilakukan anak mempengaruhi kebutuhan akan disiplin.
(4) kebutuhan akan disiplin bervariasi dengan hari dalam seminggu. (5)
disiplin lebih dibutuhkan dalam keluarga besar dari pada keluarga kecil.
(6) kebutuhan akan disiplin bervariasi dengan usia.

11
Ibid., h.83
12
Majalah Ayah Bunda dan Meadjohnson, Dari A sampai Z Tentang Perkembangan Anak,
pada bab perkembangan sosial anak (Jakarta:gaya favorit Press) h. 39
13
Ibid, h: 83-84
14

3. Tujuan Disiplin
Seperti beberapa pernyataan tentang pentingnya disiplin dalam kehidupan
manusia, disiplin juga memiliki tujuan berbeda yang diungkapkan beberapa
ilmuan. Diantaranya, Elizabeth menyatakan bahwa tujuan disiplin ialah
“membentuk prilaku sedemikian rupa sehingga ia akan sesuai dengan peran-peran
yang ditetapkan kelompok budaya, tempat individu itu berada”. 14
Selanjutnya,
menurut Seto Mulyadi pendidikan disiplin pada anak bertujuan untuk “membuat
anak bertanggung jawab dan membuat anak menyadari bahwa terdapat segala
konsekuensi dari segala tindakan yang dilakukannya”.15 Tujuan berikutnya adalah
“untuk membantu dan membimbing anak dalam menananmkan tingkah laku yang
baik dan mengajarkan anak menghindari tingkah laku yang buruk”. Tujuan
disiplin yang ketiga adalah untuk “membimbing, mendidik, dan melatih anak agar
ia mampu menentukan pilihannya sendiri secara bijaksana”. 16

Dari tujuan yang diterangkan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa,
sikap kedisiplinan sangat penting untuk diterapkan sejak dini. Seperti
pertumbuhan fase-fase awal pada umumnya, usia dini perlu diarahkan
kemauannya. Kemauan ini harus dibina dan dituntun sesuai tingkat
perkembangannya. Sehingga dengan pendidikan kedisiplinan mereka memahami
dengan sadar kesalahan yang mungkin pernah mereka lakukan, untuk kemudian
tidak akan mengulanginya lagi.

4. Unsur-unsur Disiplin
Disiplin diharapkan mampu untuk membentuk dan mendidik anak sesuai
dengan standar yang ditetapkan kelompok sosial mereka. Disiplin memiliki unsur-
unsur pokok yang harus dipahami diantaranya: 17
a. Peraturan sebagai pedoman prilaku
Pokok pertama disiplin adalah peraturan, sebagaimana yang telah diterangkan
sebelumnya, bahwa disiplin adalah salah satu pokok yang ditetapkan untuk
14
Ibid., h. 82.
15
Seto Mulyadi, Membantu Anak Balita Mengelola Amarahnya, (Jakarta: Erlangga, 2004)
h.36
16
Ibid.,h: 38
17
Op.cit, h:84
15

tingkah laku. Pola tersebut mungkin ditetapkan oleh orang tua, guru, atau teman-
teman bermainnya. Tujuannya ialah membekali anak dengan pedoman prilaku
yang disetujui dan tidak di setujui dalam situasi tertentu. Tentu saja dengan
adanya peraturan yang jelas maka anak akan memahami dengan baik mengapa
peraturan tersebut harus diikuti dan tidak diikuti, peraturan tersebut membantu
anak bersikap tegas atas pembentukan karakternya.
Peraturan sendiri memiliki dua fungsi yang sangat penting dalam membantu
anak menjadi manusia yang bermoral. (1) peraturan mempunyai nilai pendidikan,
sebab peraturan memperkenalkan pada prilaku anak yang disetujui oleh anggota
kelompok tersebut. (2) peraturan membantu mengengkang perilaku yang tidak
diinginkan. Jika seorang anak dihukum ketika melakukan kesalahan, maka anak
tersebut belajar tentang perilaku yang ia lakukan tidak diterima oleh masyarakat
atau golongan tertentu. Dan alhasil anak akan jera untuk melakukan kesalahan
yang sama.
2. Hukuman untuk pelanggaran peraturan
Pokok kedua disiplin adalah hukuman, hukuman berasal dari bahasa latin
punire dan berarti menjatuhkan hukuman pada seseorang karena suatu kesalahan,
perlawanan, atau pelanggaran sebagai ganjaran atau pembalasan. Seperti yang
dijelaskan sebelumnya, bahwa hukuman ini akan mendidik anak mempelajari hal-
hal yang baik untuk dirinya, jika sebuah hukuman secara jelas di terapkan maka
dipastikan seorang anak tidak akan melakukan hal yang salah tersebut, sehingga
hasil akhirnya, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang tegas.
Fungsi hukuman memiliki tiga peran penting yaitu: (1) hukuman
menghalangi pengulangan tindakan yang tidak diinginkan oleh
masyarakat. (2) hukuman berfungsi sebagai pendidik, sebelum seorang
anak mengerti peraturan, mereka dapat belajar tindakan tertentu benar
dengan tidak dihukumnya mereka, dan tindakan tertentu yang salah
dengan dihukumnya mereka. (3) sebagai motivasi untuk menghindari
prilaku yang tidak diterima, pengetahuan tentang akibat-akibat tindakan
yang salah perlu sebagai motivasi untuk meninghindari kesalahan
tersebut.18

18
Ibid., h.87
16

Dari ketiga fungsi diatas, jelas bahwa hukuman penting bagi tumbuh
kembang psikologi anak. Tentu saja dengan di dasari pemberian hukuman yang
mendidik (tidak ke fisik) dan hukuman yang bermakna (mengajarkan seorang
anak untuk memahami mengapa mereka dihukum). Selanjutnya, hukuman akan
dibahas pada bab punishment.
3. Penghargaan untuk prilaku yang baik.
Pokok ketiga dari disiplin ialah penggunaan penghargaan. Istilah
“penghargaan” berarti tiap bentuk penghargaan untuk suatu hasil yang baik.
Penghargaan tidak perlu berbentuk materi, tetapi dapat berupa kata-kata pujian,
senyuman atau tepukkan dipunggung.
Penghargaan memiliki tiga peranan penting: (1) penghargaan
mempunyai nilai mendidik. Bila suatu tindakan disetujui maka tindakan
itu bernilai baik. (2) penghargaan berfungsi sebagai motivasi untuk
mengulangi prilaku yang disetujui secara sosial. Dan yamg (3)
penghargaan berfungsi sebagai memperkuat prilaku yang disetujui secara
sosial. Dan lemahnya penghargaan melemahkan keinginan untuk
mengulangi perilaku ini. Selanjutnya penghargaan akan dijelaskan lebih
jauh di bab reward.19

4. Konsistensi
Konsistensi adalah pokok keempat, konsistensi berarti tingkat keseragaman
atau stabilitas. Ia tidak sama dengan ketetapan, yang berarti tidak adanya
perubahan. Dalam pembahasan tentang konsistensi, Hurlock menjelaskan bahwa,
konsistensi mempunyai tiga peran penting, diantaranya: (1) ia mempunyai nilai
mendidik yang besar. (2) konsiten memiliki nilai motivasi yang kuat. (3)
konsistensi mempertinggi penghargaan terhadap peraturan dan orang yang
berkuasa. 20
Selanjutnya, pembahasan yang sama mengenai konsisten menerangkan
bahwa, konsisten akan membuat anak tidak bingung terhadap apa yang
diharapkan dari mereka. Konsisten dalam disiplin memegang tiga peran penting:
“pertama, mendidik. Aturan yang konsisten mempercepat anak mempelajari
aturan. Kedua, konsistensi dapat meningkatkan motivasi. Anak yang selalu

19
Ibid., h.90
20
Ibid., h.91
17

mendapatkan ganjaran setiap menunjukan tingkah laku tersebut akan termotivasi


untuk mempertahankan tingkah laku tersebut. ketiga, konsistensi membuat anak
menghargai aturan dan figur otoritas”. 21
Konsistensi mempunyai beberapa nilai penting. Ia memacu proses belajar
dengan membantu anak mempelajari peraturan dan menggabungkan peraturan
tersebut kedalam suatu kode moral. Hasilnya, anak-anak yang terus menerus
diberikan pendidikan moral secara konsisten cenderung secara keseluruhan
menjadi lebih matang secara moral dibandingkan teman sebayanya yang diberikan
pendidikan moral yang tidak konsisten. “Pengetahuan bahwa disiplin yang
diterima di rumah dan di sekolah konsisten, akan menciptaka dalam diri anak rasa
hormat terhadap orang tua dan guru”.
Selanjutnya, Soegeng Prijodarminto, sebagaimana dikutip oleh Dr.Soedijarto
dalam bukunya, Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu,
mengatakan bahwa “kuat tidaknya disiplin diri seseorang akan dipengaruhi oleh
pengalaman pribadinya dalam melatih dan mempribadikan disiplin kedalam
dirinya.” Seorang anak yang menginjak dewasa akan memiliki disiplin pribadi
yang kuat apabila dalam proses perkembangannya memperoleh pengalaman yang
positif dari usanya melaksanakan disiplin, tetapi sebaliknya akan goyah kalau
dalam perjalan menuju kedewasaan mengalami kekecewaan dalam mencoba
berdisiplin.22
Disiplin tidak akan terbentuk dengan sendirinya, akan tetapi memerlukan
proses untuk menumbuhkanya. Oleh karena itu, disiplin harus dimulai dan
dibiasakan dengan melakuknya secara berulang-ulang atau terus menerus
sehingga menjadi kebiasaan yang pada akhirnya akan menjadi kepribadian.
Seperti telah dijelaskan oleh teori belajar behaviorisme, Mengenai
pembiasaan yang membutuhkan kontinuitas, mendapatkan penjelasan yang sama
oleh John B.Watson yang menyatakan bahwa, “yang terpenting dalam belajar

21
Majalah Ayah Bunda dan Meadjohnson, Dari A sampai Z Tentang Perkembangan Anak,
pada bab perkembangan sosial anak (Jakarta:gaya favorit Press) h. 40
22
Soedijarto, Menuju Pendidikan yang Relefan dan Bermutu. (Jakarta: Balai Pustaka, 1989, h.
165
18

adalah latihan yang kontinu”. 23Yang diutamakan dari teori ini adalah belajar yang
terjadi secara otomatis. Teori ini juga mengatakan bahwa segala tingkah laku
manusia juga merupakan hasil conditioning, yaitu “hasil latihan atau kebiasaan
bereaksi terhadap syarat atau perangsang tertentu yang dialami dalam
kehidupannya”. Selanjutnya, teori Watson berpendapat bahwa,24 (a) perangsang
atau stimulus itu adalah situasi objektif, yang wujudnya dapat bermacam-macam,
perubahan sikap peserta didik yang perlu diobservasi secara bermakna digunakan
oleh manager kelas yaitu guru sebagai alat pengendalian sikap disiplin peserta
didik. (b) respons adalah reaksi objektif dari pada individu terhadap situasi
sebagai perangsang. Hal yang sama diutarakan oleh Wina Sanjaya, berpendapat
yang sama yaitu “ perubahan sikap terjadi disebabkan kebiasaan (conditioning).
Cara belajar sikap demikian menjadi dasar penanaman sikap tertentu terhadap
suatu objek.25
Lebih jauh lagi, pendekatan behavioral menekankan pentingnya bagaimana
peserta didik membuat hubungan antara pengalaman dan perilaku. Proses
pembentukan sikap melalui pembiasaan yang dilakukan Watson berbeda dengan
proses pembiasaan sikap yang dilakukan oleh Skinner, Skinner menekankan pada
proses peneguhan respon anak. Setiap kali anak akan menunjukan prestasi yang
baik diberikan penguatan (reinforcement) dengan cara memberikan hadiah atau
perilaku yang menyenangkan. Lama kelamaan anak akan berusaha meningkatkan
sikap positifnya26. pembahasan reinforcement atau penguatan akan lebih luas
dijelaskan pada bab reward.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa kontinuitas akan
menghasilkan perubahan sikap. Wina Sanjaya pada buku yang sama menerangkan
bahwa selain pola pembiasaan, perubahan sikap juga dipengaruhi oleh
“modeling”, yaitu, “pembentukan sikap melalui proses asimilasi atau proses
mencontoh”. Namun, anak harus diberi pemahaman mengapa hal itu dilakukan,

23
Djaali, Psikologi Pendidikan (Jakarta:Bumi Aksara, 2006) h. 86
24
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada 2010) h.267
25
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana Prenada Media,2006) h: 278
26
Ibid., h: 278
19

hal ini diperlukan agar sikap tertentu yang muncul benar-benar didasari oleh suatu
keyakinan kebenaran sebagai suatu sistem nilai. Selanjtnya, pemodelan dalam
proses pembelajaran juga dijelaskan oleh Dra.Sumiati yaitu, “proses pembelajaran
dengan menghadirkan pemodelan akan lebih mudah dipahami dan diterapkan
oleh siswa”

5. Cara Menerapkan Disiplin yang Efektif


a. Mengenal akibat disiplin yang dipaksakan
Kedisiplinan diterapkan sejak dini, tetapi penerapan disiplin tidak selamannya
dapat diterima dengan sepenuh hati oleh peserta didik. Peserta didik mungkin
tidak menyukai peraturan yang diterapkan oleh guru atau orang tuanya. Akibatnya
anak merasa terpaksa menjalankan disiplin. Berikut ini Seto mulyadi menjelaskan
beberapa akibat yang ditimbulkan karena disiplin yang dipaksakan, diantaranya:
(1) Disiplin yang terjadi sesaat saja, peserta didik cenderung berlaku
disiplin hanya saat ada guru atau orang tua. Hal ini dilakukan untuk
menghindari konsekuensi dari ketidakdisiplinannya. (2) Anak
cenderung lebih mengingat hal-hal negatif dari disiplin dari pada hal-
hal positif, orang tua berharap agar anak dapat menjalankan disiplin
dengan senang hati dan sukarela. Anak yang menjalankan disiplin
dengan keterpaksaan justru melakukannya dengan hati yang berat dan
merasa terbebani. Akibatnya anak menjadi tertekan atau justru
melakukan pelanggaran atas bentuk protesnya terhadap paksaan dalam
menjalankan disiplin. (3) Tujuan disiplin menjadi kurang efektif, karena
adanya tekanan dari guru dan orang tua yang memaksakan anak harus
berdisiplin sehingga ada keterpaksaan dari diri anak membuat tujuab
disiplin menjadi kurang efektif, padahal tujuan disiplin sebenarnya
adalah membantu membentuk anak bertanggung jawab terhadap dirinya
sendiri dan orang lain. Tolak ukur keberhasilan penerapan kedisiplinan
tidak dilihat dari sejauh mana anak mematuhi setiap aturan yang
ditetapkan atau sejauh mana ia memenuhi keinginan orang tuanya.
Kepatuhan seperti itu ialah hanya tujuan jangka pendek dari pendidikan
disiplin. Hal inilah yang sesungguhnya menjadi hakikat dari disiplin.27

Sama seperti dokter yang selalu memberika obat sebagai solusi dari sebuah
penyakit. Permasalahan kedisiplinan pun harus dicari solusi yang tepat agar tujuan
disiplin dapat diterapkan secara hakikat. Beverly LaHaye sebagaimana dikutip

27
Seto Mulyadi, Membantu Anak Balita Mengelola Amarahnya, (Jakarta: Erlangga, 2004)
h:37
20

dalam bukunya Seto Mulyadi, mengajukan beberapa ciri disiplin yang baik
sebagai berikut: “(1) Disiplin harus bersikap membangun. (2) Disiplin
menyebabkan anak membuat pilihan yang bijaksa. (3) Disiplin harus konsisten.
(4) Disiplin sebagai tanda kasih sayang kepada anak. (5) Disiplin bersifat
rahasia”.28
Selanjutnya agar disiplin dapat diterapkan pada anak Seto Mulyadi, dalam
bukunya yang berjudul “Membantu Anak Balita Mengelola Amarahnya”,
menjelaskan bahwa ada 9 trik yang dapat dipakai untuk mendisiplinkan anak,
yaitu:
(1) Menyadari bahwa ada faktor motivasi di balik tingkah laku buruk yang
ditampilkan anak. (2) Tetapkan batasan yang jelas dan tepat. (3)
Hubungkan disiplin dengan situasi yang telah terjadi. (4) Konsekuensi. (5)
Jangan memberi sanksi disiplin di muka umum (6) Hindari amarah yang
meledak-ledak. (7) Tetapkan disiplin yang sesuai untuk prilaku buruk. (8)
Sanksi disiplin diberikan segera setelah prilaku buruk ditampilkan. (9)
Pengawasan hingga beberapa waktu. 29

Lebih dari itu, selain beberapa perlakuan yang telah dijelaskan diatas tadi,
ada pula perlakuan yang tidak kalah pentingnya salah satunya adalah mengajak
anak berdiskusi mengenai apa saja hal positif yang anak dapatkan ketika
mengikuti kedisiplinan dengan baik, seperti mendapatkan pujian, acungan jempol
bahkan hadiah. Berkaitan dengan penjelasan tersebut, Reisman dan Payne yang
dikutip dalam buku karangan Prof.Dr. H.Mulyasa, mengemukakan lebih banyak
lagi trik ataupun cara yang tepat untuk mendisiplinkan anak, ada sembilan strategi
untuk mendisiplinkan peserta didik, diantaranya sebagai berikut:

(1) konsep diri (self-concept), strategi ini menekankan bahwa konsep-


konsep diri masing-masing individu merupakan faktor penting dari setiap
perilaku. Untuk menumbuhkan konsep diri, guru disarankan bersikap
empatik, menerima, hangat, dan terbuka, sehingga peserta didik dapat
mengeksplorasikan pikiran dan perasaannya dalam memecahkan masalah.
(2) keterampilan berkomunikasi (communication skills), guru harus
memiliki keterampilan komunikasi yang efektif agar mampu menerima
semua perasaan, dan mendorong timbulnya kepatuhan peserta didik. (3)
konsekuensi-konsekuensi logis dan alami (natural and logical
consequences), perilaku-perilaku yang salah terjadi karena peserta didik
28
Ibid., h:38
29
Ibid., h:39-41
21

telah mengembangkan kepercayaan yang salah terhadap dirinya. (5)


analisis transaksional (transactional analysis), disarankan agar guru
belajar sebagai orang dewasa, terutama apabila berhadapan dengan peserta
didik yang menghadapi masalah. (6) terapi realistis (reality therapy),
sekolah harus berupaya mengurangi kegagalan dan meningkatkan
keterlibatan. Dalam hal ini guru harus bersikap positif dan
bertanggungjawab. (7) disiplin yang terinteraksi (assertive discipline),
metode ini menekankan pengendalian penuh oleh guru untuk
mengembangkan dan mempertahankan peraturan. (8) modifikasi prilaku
(behavior modivication), perilaku salah disebabkan oleh lingkungan,
sebagai tindakan remediasi. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam
pembelajaran perlu diciptakan lingkungan yang kondusif. (9) tantangan
bagi disiplin (dare to discipline) guru diharapkan cekatan, sangat
terorganisasi, dan dalam pengendalian yang tegas.
Selanjutnya, diterangkan pada artikel ibu dan anak bahwa, ada tiga macam
teknik disiplin, yaitu:
(1). Teknik disiplin otoriter. Dalam teknik disiplin otoriter, aturan
ditegakkan secara kaku. Bila tingkah laku anak tidak sesuai dengan
patokan yang berlaku, pasti ada hukumannya. Tapi, hanya sedikit atau
bahkan tidak ada pujian, bila anak bertingkah laku sesuai dengan aturan.
(2) Teknik disiplin permisif. Teknik ini bisa dikatakan tidak mengarahkan
anak untuk sesuai dengan masyarakat. Mereka diperbolehkan untuk
melakukan apa saja. (3) Teknik Demokratis. Yang menjadi pemikiran
dasar teknik disiplin ini adalah mengembangkan kendali tingkah laku
sehingga anak mampu melakukan hal yang benar tanpa harus ada yang
mengawasi. 30
Dari banyak macam teknik yang dijelaskan diatas, terlihat sekali bahwa
kedisiplinan bisa diberikan dengan banyak cara. Tujuan nya hanya satu yaitu
mengajarkan anak bertindak sesuai dengan hukum lingkungannya, sehingga anak
akan mudah untuk diterima di masyarakat dengan baik.

B. Hakikat Reward dalam pendidikan


1. Pengertian Reward
Reward adalah ganjaran Ganjaran menurut bahasa, berasal dari bahasa
Inggris reward yang berarti penghargaan atau hadiah. Sementara itu, dalam

30
Majalah Ayah Bunda dan Meadjohnson, Dari A sampai Z Tentang Perkembangan Anak,
pada bab perkembangan sosial anak (Jakarta:gaya favorit Press) h. 40
22

bahasa Arab “ganjaran” di istilahkan dengan “tsawab”. Kata “tsawab”bisa juga


berarti: “pahala, upah dan balasan.31
Sedangkan reward menurut beberapa pakar adalah sebagai berikut:
Sebagaimana dikutip dalam bukunya Armai Arief “Pengantar Ilmu dan
Metodologi Pendidikan Islam” menjelaskan bahwa, kata “tsawab” dalam
kaitannya dengan pendidikan islam adalah “pemberian ganjaran yang baik
terhadap perilaku baik dari anak didik”. Dalam pengertian yang luas, pengertian
istilah “ganjaran” adalah: “(a). ganjaran adalah alat pendidikan preventif dan
represif yang menyenangkan dan bisa menjadi pendorong atau motivator belajar
bagi murid, dan (b). ganjaran adalah hadiah dari perilaku yang baik dari anak
didik dalam proses pendidikan”.32 Selanjutnya, Ngalim Purwanto menjelaskan arti
ganjaran adalah “alat untuk mendidik anak-anak supaya anak dapat merasa senang
karna perbuatan atau pekerjaannya mendapatkan penghargaan”.33
Penjelasan berikutnya adalah, menurut Amir Daien Indrakusuma “reward
adalah penilaian yang bersifat positif terhadap belajar siswa”.34 Hal yang sama
juga diungkapkan oleh Alisuf Sabri, reward merupakan “alat pendidikan yang
diberikan kepada anak-anak yang menunjukan prestasi atau hasil pendidikan yang
baik, baik dari segi prestasi kepribadiannya (kelakuan, kerajinan, dan sebagainya)
maupun dalam prestasi belajarnya”.35Selanjutnya menurut Ramayulis, reward
adalah “suatu yang menyenangkan yang dijadikan sebagai hadiah bagi anak yang
berprestasi baik dalam belajar, dalam sikap prilaku”.36
Dalam agama Islam juga dikenal metode reward. Ini terbukti dengan adanya
pahala. Pahala adalah bentuk penghargaan yang diberikan Allah SWT kepada
umat manusia yang beriman dan mengerjakan amal-amal shaleh, misalnya: shalat,
puasa, membaca Al-Qur‟an, dan perbuatan-perbuatan baik lainnya. Kata “tsawab”
31
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta:Ciputat
Pers,2002)., h:125
32
Ibid., h:127
33
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006), h.182.
34
Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional,1973)
,h.159.
35
Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2007) , Cet.ke-18, h.182.
36
Ramayulis, ilmu pendidikan islam (jakarta:kalam mulia. 2008) Cet.ke 6 hal. 210.
23

tersebut terdapat dalam surah Al-Imran ayat 145 dan 148, surah An-Nisa ayat 134.
Kata “tsawab” selalu diterjemahkan kepada balasan yang baik. Sebagaimana salah
satu diantaranya dapat dilihat dalam firman Allah SWT:

145

“Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah,
sebagaimana ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa
menghendaki pahala dunia, niscaya kami berikan pahala dunia itu, dan
barang siapa menghendaki pahala akhirat, kami berikan (pula) pahala
akhirat. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang
bersyukur.” ( Q.S. Ali Imran [3] :145)

148

“Maka Allah Swt, berikan ganjaran pada mereka di dunia dan di akhirat
dengan ganjaran yang baik, dan Allah Swt, cinta kepada orang-orang
yang berbuat baik.” (Q.S. Ali Imran [3] 148)

134

“barang siapa yang menghendaki pahala di dunia saja (maka ia merugi),


karena di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. Dan Allah maha
mendengar lagi maha melihat.” (Q.S. An- Nisa [4] 134)
Dari ketiga ayat diatas dapat dipahami, bahwa kata “tsawab” identik
dengan ganjaran yang baik. Seiring dengan hal ini, maka yang dimaksud
24

dengan kata “tsawab” dalam kaitannya dengan pendidikan islam adalah


pemberian ganjaran yang baik terhadap perilaku baik dari anak didik. 37

Dari berbagai pengertian tentang reward di atas, dapat ditarik kesimpulan


bahwa: (1) Reward merupakan hal yang menyenangkan (2) Reward bertujuan
untuk memberikan kebahagian bagi siapapun yang mendapatkannya. (3) Reward
didapatkan ketika telah mengerjakan sesuatu yang membanggakan

2. Fungsi Reward
Reward digunakan sebagai alat untuk memotivasi anak bersikap sesuai
dengan harapan, bagi anak usia dini, cara paling termudah adalah dengan
mengunakan reward berupa hadiah mainan atau pujian ketika ia melakukan
sesuatu yang sesuai dengan harapan, target penerapan reward pada anak usia dini
adalah pembiasaan, misalnya, belajar tepat waktu, tidur tepat waktu dan makan
tepat waktu. Sesuai dengan penjelasannya, menurut Harlock fungsi reward terbagi
menjadi tiga diantaranya: “(1) Reward atau penghargaan mempunyai nilai
mendidik. (3) Reward atau penghargaan berfungsi sebagai motivasi untuk
mengulangi prilaku yang disetujui secara sosial. (3) Reward atau penghargaan
berfungsi sebagai memperkuat perilaku yang disetujui secara sosial”.38

Selanjutnya maksud dari pemberian reward kepada peserta didik adalah ”


supaya peserta didik menjadi lebih giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau
mempertinggi prestasi yang telah dicapainya, dengan kata lain peserta didik
menjadi lebih keras kemauannya untuk bekerja atau berbuat yang lebih baik
lagi”.39 Fungsi berikutnya dikutip dalam bukunya oleh Prof. Mulyasa “reward
atau penghargaan dapat menumbuhsuburkan rasa cinta, bangga, dan tanggung
jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan. Rasa cinta, bangga, dan tanggung

37
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006), h.182.
38
Elizabet. B. Harlock. Perkembangan Anak, jilid II, (Jakarta: Erlangga, 1978).h. 90
39
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006), h.182..
25

jawab memungkinkan seseorang dapat melaksanakannya dengan baik, disiplin,


dan penuh kesungguhan; sehingga mencapai hasil yang maksimal”. 40

3. Bentuk-bentuk Reward
Reward adalah metode yang bersifat positif terhadap proses pembelajaran
untuk meningkatkan motivasi belajar. Reward yang diberikan kepada peserta
didik ada berbagai macam bentuk. Secara garis besar reward dapat dibedakan
menjadi empat macam, yaitu:
a. Pujian
Pujian adalah suatu bentuk reward yang paling mudah dilakukan. Pujian
dapat berupa kata-kata, seperti: baik,bagus, bagus sekali dan sebagainya,
tetapi juga dapat berupa kata-kata yang berupa sugesti, misalnya; “Nah
lain kali akan lebih baik lagi jika.....” “ Kamu pasti bisa kalau kamu rajin
belajar”. Selain, berupa kata-kata, pujian dapat pula berupa isyarat atau
pertanda misalnya dengan menunjukkan ibu jari (jempol), dengan
menepuk bahu anak, dengan tepuk tangan, dan sebagainya.
b. Penghormatan
Reward yang berupa penghormatan ini dapat berbentuk dua macam pula.
Pertama, berbentuk semacam penobatan, yaitu peserta didik yang
mendapat penghormatan diumumkan dan ditampilkan dihadapan teman-
temannya. Dapat juga dihadapan teman-teman sekelas, teman-teman
sekolah, atau mungkin juga dihadapan oranga tua siswa. Misalnya, pada
malam perpisahan yang diadakan diakhir tahun. Kemudian ditampilkan
siswa yang telah berhasil menjadi bintang kelas, penobatan dan
penampilan bintang pelajar untuk suatu kota atau daerah, dan lain
sebagainya. Kedua, penghormatan yang berbentuk pemberian kekuasaan
untuk melakukan sesuatu. Misalnya, kepada siswa yang menyelesaikan
soal yang sulit disuruh mengerjakannya di papan tulis untuk dicontoh
teman-temannya, disuruh mengikuti lomba, dan lain sebagainya.
c. Hadiah
Yang dimaksud dengan hadiah disini adalah reward yang berbentuk
pemberian berupa barang. Reward yang berupa pemberian barang ini
disebut juga reward materil. Yaitu, terdiri dari alat-alat keperluan sekolah,
seperti pensil, penggaris, buku dan lain sebagainya.
d. Tanda Penghargaan
Jika hadiah adalah reward yang berupa barang, maka tanda penghargaan
adalah kebalikannya. Tanda penghargaan tidak dinilai dari segi harga dan
kegunaan barang-barang tersebut, sepertihalnya pada hadiah. Melainkan,
tanda penghargaan dinilai dari segi “kesan” atau “nilai kenang-
kenangannya”. Oleh karena itu reward atau tanda penghargaan ini disebut

40
Mulyasa,“Managemen Pendidikan Karakter” (Jakarta:Pt.Bumi aksara,2011)h:106
26

juga reward simbolis. Reward simbolis ini dapat berupa surat-surat tanda
jasa, sertifikat-sertifikat.41

Sama seperti penjelasan diatas, reward dikenal sebagai penguatan


(Reinforcement) oleh Skinner. Menurut Skinner ada berbagai cara untuk
menunjukan penguatan yang positif kepada siswa, diantaranya dengan 2 respon,
respon verbal (kata-kata) atau respon non verbal (gerakan isyarat). Berikut ini
penjelasan atas pernyataan tersebut:
Respons verbal terdiri dari: “(1). Penguatan verbal menurut kata-kata
pujian, penghargaan, persetujuan dan sebagainya. (2). Penguatan verbal
berbentuk kalimat. Respons non verbal (gerakan-gerakan fisik, gestural)
penguatan dengan menggunakan isyarat dari anggota tubuh misalnya: (1)
gerakan kepala (2) wajah ceria/cerah (3) wajah mendung, (4) tersenyum,
(5) tertawa, (6) kontak pandang mata, (7) mengangkat jempol, (8) tepuk
tangan. Pengutan selanjutnya adalah penguatan yang menggunakan
sentuhan (contact), seperti: (1) memegang atau menepuk bahu, (2)
mengusap kepala (3) jabat tangan. Penguatan dengan pendekatan kepada
siswa, diantaranya: guru berdiri disamping siswa, guru duduk dekat siswa.
Penguatan dengan memberikan hadiah, seperti: (1) benda, seperti alat-alat
tulis, boneka, mobil-mobilan dan sebagainya. (2) simbol, seperti simbol
bintang ketika mendapatkan juara 1, (3) kegiatan, seperti sisiwa yang
paling cepat menyelesaikan tugas ditunjuk sebagai pemimpin kelas.

Menurut buku yang sama, penguatan diberikan dengan didasari beberapa


tujuan, diantaranya: “(1) memberikan umpan balik (feedback) bagi siswa atas
perilakunya (2) meningkatkan dan memusatkan perhatian siswa terhadap materi
pembelajaran yang sedang dibahas (3) mendorong, membangkitkan, dan
meningkatkan motivasi belajar (4) memberikan ganjaran dan membersarkan hati
siswa agar lebih aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran”. 42
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Wina Sanjaya, “keterampilan dasar
penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respon yang merupakan bagian
dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan
untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi siswa atas perbuatan atau
responnya yang diberikan sebagai suatu dorongan atau koreksi”.43

41
Amier Daien Indrakusuma, loc.cit, h. 159-161.
42
Sumiati “Metode Pembelajaran” (Bandung: CV Wacana Prima. 2009) h:125-127
43
Wina Sanjaya “Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pembelajaran” (Jakarta:
Kencana Prenada Media: 2006) h: 37
27

Dari berbagai macam reward tersebut diatas dalam penerapannya seorang


guru dapat memilih bentuk macam-macam reward yang cocok dengan peserta
didik dan disesuaikan denan situasi dan kondisi. Dalam memberikan reward
seorang guru hendaknya dapat mengetahui siapa yang berhak mendapatkan
reward. Peserta didik yang pada suatu ketika menunjukkan hasil yang berbeda
dari biasanya, mungkin sangat baik diberi reward. Seorang guru harus selalu ingat
akan maksud dari pemberian reward itu.
Selanjutnya, seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa peran reward
sebagai salah satu alat menerapkan disiplin merupakan teknik yang baik untuk
mendidik disiplin anak. Dengan adanya hadiah atau ganjaran, mereka menjadi
termotivasi untuk mengikuti nilai-nilai yang baik bagi diri mereka.
Berikut ini adalah berbagai cara yang dapat dilakukan dalam memberikan
ganjaran, antara lain: (a) Pujian yang indah, diberikan agar anak lebih
bersemangat dalam belajar. (b) Imbalan materi atau hadiah, karena tidak sedikit
anak-anak yang termotivasi dengan pemberian hadiah. (c) Do‟a misalnya” semoga
Allah Swt, menambah kebaikan padamu”. (d) tanda penghargaan, hal ini
sekaligus menjadikan kenang-kenangan bagi murid atas prilaku yang diperoleh.
(e) Wasiat kepada orang tua, maksudnya melaporkan segala sesuatu yang
berkenaan dengan kebaikan murid di sekolah, kepada orang tuanya di rumah

4. Reward berupa “Star”


Reward berupa “Star”yang dimaksud pada penelitian ini adalah, star yang
dibuat dengan menggunakan kertas warna yang sudah tidak terpakai.
Pemodifikasian yang dilakukan adalah langkah awal untuk menghemat
pengeluaran dana pembelajaran yang diperlukan, star tersebut dicetak dengan
menggunakan cetakan yang lucu dan memakai kertas yang berwarna-warni
sehingga siswa merasa termotivasi untuk bisa mendapatkan star. selain itu, proses
pemberian yang dibubuhi kalimat pujian berupa “good job, you smart boy/ girl),
acungan jempol, serta senyuman dapat menambah kebanggaan terhadap diri
siswa. Tidak hanya reward yang diterapkan dalam penanaman disiplin ini,
punishment juga mempunyai peranan penting terhadap penanaman kedisiplinan
28

siswa. Ketika siswa memiliki kebanggan terhadap sesuatu yang dia dapatkan yaitu
star, ternyata star mampu juga untuk mempertahankan sikap disiplin yang mereka
lakukan. Hal tersebut juga sama dijelaskan oleh artikel ibu dan anak yang
mengatakan bahwa anak yang secara konsisten mendapatkan ganjaran setiap
menunjukan tingkah laku tertentu akan termotivasi untuk mempertahankan
tingkah laku tersebut. 44
Teknik star ini diperoleh melalui pengamatan ketika peneliti melaksanakan PPKT
selama 4 bulan. Peneliti melihat bahwa teknik star seperti ini cukup membuat
anak termotivasi untuk melakukan semua hal yang diperintahkan oleh gurunya,
hal tersebut tentu saja merupakan tindakan yang positif. Jika hal ini banyak
diterapkan maka bukan tidak mungkin siswa mampu berkonsentrasi terhadap
proses pembelajaran.

5. Syarat-syarat Reward
Dalam menerapkan reward seorang guru hendaklah bijaksana jangan sampai
reward menimbulkan iri hati pada peserta didik yang lain, sehingga ketika salah
satu peserta didik yang merasa dirinya lebih pandai, tidak akan merasa iri ketika
tidak mendapatkan reward yang sama. Kalau diperhatikan apa yang telah
diuraikan tentang maksud reward, serta macam-macam reward yang baik,
ternyata bukanlah soal yang mudah. Berikut adalah syarat-sayarat yang perlu
diperhatikan guru ketika menggunakan reward dalam proses pembelajrannya,
diantaranya: “(1) mengenal betul-betul murid-muridnya (2) janganlah hendaknya
menimbulkan rasa cemburu atau iri hati (3) hemat. (4) Janganlah memberi
reward dengan menjanjikan lebih dahulu (5) Pendidik harus berhati-hati
memberikan reward” 45
Adapun prinsip-prinsip dalam pemberian reward ada prinsip-prinsip yang
harus diperhatikan oleh orang tua maupun guru. Prinsip-prinsip itu menurut
Lukman bin Ma‟sa adalah sebagai berikut: “(1) Penilaian didasarkan pada
„prilaku‟ bukan „pelaku‟. (2) Pemberian reward harus ada batasnya. (3) Reward
44
Majalah Ayah Bunda dan Meadjohnson, Dari A sampai Z Tentang Perkembangan Anak,
pada bab perkembangan sosial anak (Jakarta:gaya favorit Press) h. 40
45
M. Ngalim Purwanto, loc.cit, h.184
29

berupa perhatian. (4) Dimusyawarahkan kesepakatannya. (5) Didasarkan pada


proses bukan hasil.”46
Berdasarkan prisnsip-prinsip diatas pemberian reward haruslah dipersiapkan
dengan matang, karna reward yang akan diberikan pada dasarnya sangat
berpengaruh sekali pada perkembangan psikologis peserta didik itu sendiri. Guru
atau orang tua harus dengan bijaksana mungkin memberikan reward pada
seorang peserta didik. Karna kesalahan sedikit saja dalam pemberian reward ini
maka akan berdampak buruk bagi pserta didik itu sendiri.
Karena reward merupakan salah satu alat pendidikan, meka reward memiliki
kelemahan dan kelebihan, sebagaimana dikutip dalam bukunya Armai Arif ada
dua kelebihan dan dua kelemahan reward.
Kelebihan reward adalah: (1) Memberikan pengaruh yang cukup besar
terhadap jiwa peserta didik untuk melakukan perbuatan yang positif dan
bersifat progresif. (2) Dapat menjadi pendorong bagi peserta didik lainnya
untuk mengikuti anak yang telah memperoleh pujian dari gurunya.
Pemberian reward memberikan kontribusi terhadap tercapainya tujuan
pendidika. Kekurangan reward, diantaranya: (1) Dapat menimbulkan
dampak negatif apabila guru melakukannya secara berlebihan, sehingga
peserta didik merasa lebih tinggi dibandingkan teman-temanya. (2)
Umumnya reward membutuhkan alat tertentu sehingga membutuhkan
biaya. 47

6. Pelaksanaan Reward dalam Pengendaliaan Kedisiplinan Siswa


a. Implementasi disiplin di Sekolah
Masalah disiplin di dunia pendidikan tidak dapat terlepas dari pertumbuhan
disiplin anak sejak dini di rumah, kualitas emosional yang habitual (sudah
menjadi kebiasaan) akan ikut menentukan bagaimana ia menyesuaikan dirinya;
kemudian di sekolah dan berlanjut di masyarakat sebagai dasar yang diperoleh
sebelumnya. Kehidupan yang terkait inilah yang pada dasarnya membentuk pola
pribadi seorang anak.
Oleh karena itu, jika sikap disiplin menjadi amat penting, langkah
selanjutnya adalah memahami dahulu psikologi perkembangan anak sebelum ia

46
Lukman bin Ma‟sa. konsep penghargaan dan sanksi dalam pendidikan islam,
http://www.scribd.com/, 29 agustus 2009
47
Loc, cit ., Armai hal: 128-129
30

memasuki sekolah, prinsip dan asas pertumbuhannya.48 Guru yang akan


menerapkan sikap disiplin pada anak harus mampu mengambil hati atau membuat
peserta didik menyenangi kesan-kesan pertama yang diberikan oleh guru,
sehingga kemudian menjadi pola perasaan yang habitual yang akan menjadi dasar
untuk menempa disiplin di sekolah. Untuk menempa disiplin di sekolah sebaiknya
memahami mekanisme yang terpenting di dalam penerapan disiplin, sebagaimana
di jelaskan pada pembahasan berikut ini bahwa, “Tahap pertama yang khas dari
kesadaran diri itu tampak bila si anak menarik perhatian pada dirinya, self
conscious, serta penampilan kebanggan, sakit hati ataupun rasa malu bila ia
melanggar ketentuan tertentu dari lingkungan yang langsung berkenaan dengan
proses pembentukan disiplin itu”.49 Tahap inilah yang dapat digunakan oleh guru
untuk menjadi pengkontrol pola prilaku peserta didik, sebagaimana yang
diharapkan oleh pendidikan ataupun perkembangan psikologi anak yang positif.
Seperti yang kita tahu disiplin lebih dikenal dengan banyaknya peraturan
yang harus dituruti, dan disiplin sering sekali menjadi momok yang dilanggar,
bagi sebagian anak- anak disiplin membuatnya tidak leluasa mengungkapkan
ekspresi yang menjadikannya terkengkang. Pada akhirnya disiplin adalah kalimat
yang disepelekan oleh anak. Ini adalah salah satu dari banyaknya tantangan di
dunia pendidikan, bagaimana kedisiplinan menjadi sesuatu yang dibutuhkan
bukan sesuatu yang dilupakan. Conny semiawan, menjelaskan tentang disiplin
pribadi yang menuntut pemahaman siswa yang dalam ketika kedisiplinan
diterapkan. Kesimpulan tentang disiplin pribadi dalam mendidik menuntut:50
1. Hubungan emosional yang secara kualitatif kondusif melandasi
pengembangan disiplin itu.
2. Keteraturan yang ajek berkesinambungan dalam menjalankan berbagai
aturan, melalui suatu sistem yang komponennya saling berinteraksi
menuju tujuan pendidikan.
3. Keteladanan yang bermula dari perbuatan kecil dalam ketaatan disiplin.
Hal ini perlu adanya kerjasama dari orang tempat bergantung untuk
melakukan percontohan atau simulasi tentang semua hal yang berkaitan

48
Conny Semiawan, Penerapan Pembelajaran pada Anak, (Jakarta: Indeks, PT Macana Jaya
Cemerlang,2008) hal : 90
49
Ibid.,hal : 90
50
Ibid., h: 95
31

dengan ketaatan terhadap disiplin. Bahkan orang kedua ini harus terjun
langsung untuk menerapkan nilai-nilai disiplin itub sendiri.
4. Pengembangan disiplin adalah penataan lingkungan, dalam hal ini
lingkungan rumah, dan berarti memadukan (match) kondisi yang
menstimulasi setiap titik dalam perkembangan anak dengan tantangan
untuk menemukan cara memperlakukan dirinya sendiri dalam suatu
lingkungan dunia yang terus menerus berubah.
5. Ketergantungan dan wibawa dalam penerapan yang disertai
pemahaman dalam dinamisme perkembangan peserta didik diperlukan
dalam membina kualitas emosional habitual yang positif.

2. Implementasi Reward dan Punisment di Sekolah


Disiplin selalu dipandang sebagai dasar untuk berfungsinya peraturan sekolah
dengan benar, jika peraturan sekolah berjalan dengan benar maka akan terciptanya
proses pendidikan yang diharapkan. Pendidikan yang dimaksud adalah perubahan
tingkah laku dan juga menambahnya ilmu pengetahuan pada setiap individu
peserta didik. Tugas yang berat tersebut berada di pundak sekolah-sekolah yang
pada dasarnya mengantarkan peserta didik untuk berwawasan luas serta memiliki
karakter (disiplin) yang baik.
Penegakan disiplin di sekolah menjadi sangat penting, hal ini disebabkan
karena tumbuhnya keprihatinan atas banyaknya masalah prilaku atau kurangnya
penegakan disiplin. Seperti yang telah diungkapkan oleh Geoff Colvin “menurut
polling Gallup dari anggota masyarakat dan para pendidik selama beberapa tahun
lalu telah memeringkatkan tata tertib sekolah dan prilaku murid dalam peringkat
51
tiga tertinggi dari masalah utama yang dihadapi sekolah-sekolah kita. Oleh
sebab itu ketercapaian menciptakan disiplin pada diri setiap peserta didik
sungguhlah tidak mudah. Ada banyak sekali yang harus dirombak demi
ketercapaian keinginan tersebut. Salah satunya adalah mempersatukan cara
pandang penentu keberhasilan, Geoff Colvin lebih lanjut akan menjelaskan kunci
yang paling esensial dari penegakan disiplin di sekolah-sekolah sebagai kerangka
acuan mempersatukan cara pandang penentu keberhasilan, diantarannya:52 a).
menetapkan perlunya penengakan disisplin yang proaktif, b). karakteristik penting

51
Geoff Colvin, 7 Langkah untuk Menyusun Rencana Disiplin Kelas Proaktif, (Jakarta: Indeks,
PT. Macana Jaya Cemerlang, 2008), cet ke: I hal: 1
52
Ibid., h:1
32

rencana penegakan disiplin sekolah yang proaktif, c). Peran utama kepala sekolah
dan dukungan administratif, dan d). Membentuk tim kepemimpinan bentukan.
Selanjutnya, dalam buku karangan Geoff Colvin yang berjudul “ 7 Langkah
dalam Menyusun Rencana Disiplin Kelas Proaktif”, menjelaskan bahwa ada
komponen-komponen yang menjadi landasan berlangsungnya disiplin di sekolah,
diantaranya: 53
(1). Pernyataan tujuan. Langkah ini penting karna ada dua alasan. Yang
pertama, langkah ini memulai proses para guru bekerja bersama, yang
menghasilkan suatu produk yang jelas. Yang kedua, pernyataan tujuan
merancang panggung dan tempo untuk keseluruhan rencana. (2). Perilaku
yang diharapkan dari keseluruhan sekolah. (3). Mengajarkan perilaku yang
diharapkan. Inti pendekatan proaktif untuk membentuk disiplin dalam buku
ini adalah keadaan dimana prilaku yang diterapkan di sekolah merupakan
serangkaian keterampilan yang harus dibelajarkan kepada peserta didik (4).
Mempertahankan prilaku yang diharapkan. (5) Perbaikan perilaku
bermasalah. Sekolah harus memiliki rancangan yang kuat dalam
menerapkan disiplin ini, termasuk memiliki model yang proaktif untuk
memperbaiki perilaku yang bermasalah dengan efektif (6). Menggunakan
data, komponen data tersebut diantaranya: a). mendefinisikan peran tim
kepemimpinan, b). mengerti tujuan-tujuan sistem manajemen data yang
efektif, c). Memiliki petunjuk-petunjuk dalam mengembangkan sebuah
sistem menejemen data. (7) Mempertahankan rencana untuk jangka
panjang.

Pengenalan Punishment di sekolah

Durrant Joan dari University of Manitoba dan Ron Ensom dari Rumah Sakit Anak
di Timur Ontario, dalam Jurnal Asosiasi Medis Kanada, mengungkapkan,
“mendisiplinkan anak lewat hukuman fisik merupakan sesuatu yang
kontraproduktif. Kekerasan pada masa pertumbuhan akan membuat anak berisiko
lebih tinggi mengalami gangguan mental, seperti depresi. Selain itu penelitian
yang melibatkan 500 keluarga ini juga mengungkapkan bahwa anak yang jarang

53
dalam project PREPARE (Sugai, Kame‟enui, dan Colvin, 1990) dengan penenlitian dan
dari prosedur-prosedur praktik terbaik yang digunakan di beberapa sekolah distrik di Amerika ,
dalam melaksanakan rencana disiplin sekolah
33

dihukum secara fisik jauh lebih penurut kepada orang tua mereka”. 54
Hal ini jelas
menjadi hal yang sangat penting ketika sebuah lembaga menerapkan punishment
di sela-sela pendidikan kedisiplinan, karena seperti yang kita tahu kedisplinan erat
sekali dengan aturan yang mengikat kepada setiap orang, bahkan disiplin sering
disebut-sebut sebagai ketaatan terhadap peraturan yang diberikan dari seorang
penguasa atau pimpinannya. Lembaga yang baik seyogyanya menerapkan
kedisplinan dengan cara yang menyenangkan dan diterima oleh anggotanya,
sehingga yang tercipta adalah kerjasama dan sikap menghormati terhadap aturan
tersebut (aturan tersebut adalah kedisiplinan itu sendiri).

Sebelum lebih jauh mengenal punishment di sekolah, terlebih dahulu akan


diterangkan tentang beberapa pengertian punishment, diantaranya: “Punishment
sama dengan hukuman menurut bahasa, kata hukuman berasal dari bahasa Inggris,
yaitu dari kata punishment yang berarti hukuman (law) atau siksaan”.55
Sedangkan menurut istilah, hukuman memiliki banyak makna. Roestiyah
memaknai hukuman sebagai “suatu perbuatan yang tidak menyenangkan dari
orang yang lebih tinggi kedudukannya terhadap pelanggaran dan kejahatan yang
dilakukan, dengan maksud memperbaiki kesalahan anak”.56 Definisi ini memiliki
kesamaan dengan yang diungkapkan oleh Amier Daien, hukuman dimaknai
sebagai “tindakan yang dijatuhkan kepada anak secara sadar dan disengaja
sehingga menimbulkan nestapa. Dan dengan adanya nestapa itu anak akan
menjadi sadar akan perbuatannya serta berjanji untuk tidak mengulanginya”.57

Sedikit berbeda dengan dua definisi tersebut. Hukuman (punishment) sering


dimaknai sebagai “usaha edukatif yang digunakan untuk memperbaiki dan
mengarahkan anak ke arah yang benar, bukan praktik hukuman dan siksaan yang

54
. Durrant Joan dari University of Manitoba dan Ron Ensom dari Rumah Sakit Anak di
Timur Ontario, mendisiplinkan anak lewat hukuman: Jurnal Asosiasi Medis Kanada, (kosmo.
Vivanews.com)
55
. John M. Echole da Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta:Gramedia Pustaka
utama,1996), h:456
56
. Y. Roestiyah, Didaktik Metodik (Jakarta: Rineka Cipta, 1978), h:63
57
. Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1937),
h:159
34

memasung kreativitas”.58 Hukuman juga sering diartikan sebagai “penderitaan


yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh seseorang (orang tua, guru,
dan sebagainya). Setelah terjadi suatu pelanggaran, kejahatan atau kesalahan” . 59

Selanjutnya, definisi hukuman dalam pendidikan memiliki pengertian yang


sangat luas, mulai hukuman yang ringan sampai hukuman yang berat, mulai dari
lirikan yang menyengat sampai pukulan yang menyakitkan. Namun, meskipun
hukuman banyak macamnya, pengertian pokok dalam hukuman tetap satu, yaitu
adanya unsur yang menyakitkan, baik jiwa maupun raga. Dari bebagai pengertian
tentang hukuman, terlihat sekali bahwa hukuman mengarah pada nilai yang
negatif, karena adanya perlakuan yang tidak menyenangkan, mempunyai tujuan
yang sama yaitu membuat si pelaku jera atau tidak akan mengulangi kesalahan
yang sama. Hanya Malik fajar yang berani secara tegas mengatakan bahwa
hukuman bukanlah praktik penyiksaan yang memasung kreativitas anak.

Pemaknaan punishment atau hukuman yang mengarah kenegatif, sungguh


menjadi momok yang menyeramkan di dunia pendidikan, baik di lingkungan
sekolah, rumah, ataupun di masyarakat. Hukuman seharusnya memberikan efek
jera yang positif untuk anak, anak jera karena mereaka memahami dengan baik
hal negatif apa yang mereka dapatkan jika mereka tetap melakukan kesalahan
yang sama. Sejatinya hukuman diberikan, karena si pemberi hukuman merasa
takut jika si penerima hukuman akan mendapatkan nestapa yang lebih buruk, ini
membuktikan bahwa adanya kasih sayang dari si pemberi hukuman. Dengan kata
lain “hukuman dalam dunia pendidikan bukanlah suatu bentuk siksaan, melainkan
suatu usaha untuk mengembalikan anak ke arah yang lebih baik serta memotivasi
mereka agar menjadi pribadi yang imajinatif, kreatif, dan produktif”.60

Hukuman bisa berjalan dengan baik apabila hukuman yang diberikan justru
menorehkan kesan penyesalan yang mendalam. Hukuman menjadi hal yang

58
. Malik Fadjar, Holistika Pemikiran Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo, 2005), h:202
59
. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006), h: 186
60
. Yanuar A, Jenis-jenis Hukuman Edukatif Untuk Anak SD, (Jogjakarta: DIVA Press, 2012)
h: 18
35

positif jika hukuman menjadikan anak termotivasi untuk tidak melakukan


kesalahannya di kemudian hari tanpa meninggalkan bekas rasa sakit hatinya,
sehingga motivasi selanjutnya menjadikannya selalu bersikap baik pada setiap
saat. Dengan kata lain, hukuman pada konteks ini justru menjadi alat pendidikan
yang positif yang dapat membangun karakter dan kepribadiaan anak menjadi lebih
baik dari sebelumnya.

Dalam pemberian hukuman yang tujuannya adalah mendidik dan merupakan


alat koreksi terhadap tingkah laku yang rumit. Hukuman yang diberikan tentu saja
bukan hukuman yang bersifat fisik, seperti mencubit, memukul, menjewer atau
yang lainnya. Hukuman yang dberikan harus memenuhi prinsip pemberian
huikuman. Berikut ini adalah prinsip hukuman dari beberapa pakar diantaranya,
M.J. Langeveld mengatakan, “(1) titik pandang yang berpendirian bahwa
hukuman itu ialah sebagai akibat dari pelanggaran atau kesalahan yang diperbuat,
bukan kesalahan yang diperbuat di masa lampau, (2) titik pandang yang
berpendirian bahwa hukuman itu adalah titik tolak untuk mengadakan perbaikan”.
Selanjutnya prinsip hukuman dijelaskan secara umum, memiliki enam prinsip,
diantaranya: (1) tetapkan hukuman bersama-sama, (2) jangan menunda hukuman,
(3) berikan hukuman yang sesuai dan tidak berlebihan, (4) perhatikan batas
waktunya, (5) tunjukan akibat alaminya, seperti anak dibiarkan untuk menerima
akibat dari perbuatannya, (6) berikan penghargaan atas usahanya”61. Menurut
Ngalim Purwanto, prinsip hukuman diantaranya:

(1) tiap-tiap hukuam hendaknya dapat dipertanggungjawabkan, (2)


hukuman haruslah bersikap memperbaiki, (3) hukuman tidak boleh
bersifat ancaman atau pembalasan dendam, (4) jangan menghukum saat
ada tengah marah, (5) setiap hukuman harus diberikan secara sadar atau
dipertimbangkan terlebih dahulu, (6) bagi si terhukum, hukuman
hendaknya dapat dirasakan sebagai pelajaran yang berharga, (7) jangan
melakukan hukuman fisik, (8) hubungan hendaknya tidak boleh

61
. Yanuar A, Jenis-jenis Hukuman Edukatif Untuk Anak SD, (Jogjakarta: DIVA Press, 2012)
h: 22- 24
36

menceredai hubungan antara si pemberi hukuman dan yang terhukum, (9)


adanya kesanggupan memberikan maaf kepada si penerima hukuman. 62
Melalui penjelasan di atas, hukuman adalah alat pendidikan yang mudah serta
positif untuk diikuti, prinsip-prinsip tersebut ada untuk diikuti dan diaplikasikan
secepat mungkin di berbagai ranah kehidupan. Selanjutnya, Yanuar A
berpendapat bahwa, “dalam menjatuhkan hukuman, guru atau orang tua selalu
dituntut untuk berfikir secara serius dan cerdas, sehingga bisa benar-benar mampu
memberikan hukuman yang efektif dan tepat kepada anak, disertai dengan pujian
atau pelukan ketika anak telah mampu berprilaku dengan baik atau mencapai
target perilaku yang diharapkan”.63 Karangan serta buku yang sama, Yanuar A
mengungkapkan bahwa ada 18 trik menghukum anak diantaranya:

(1) bersikap tegas, (2) jangan plinplan, (3) kompromi, (4) berikan
bimbingan, (5) berikan peringatan, (6) berikan alasan, (7) jangan
menunda-nunda hukuman, (8) tetaplah tenang, (9) ambil posisi yang tepat,
(10) jangan berceramah, (11) tunjukan sikap positif, (12) bermainlah
bersama, (13) hindari rasa jengkel, (14) jangan menampar, (15) jangan
lakukan penyuapan, (16) bersikaplah dewasa, (17) hadapi rengekan, (18)
berikan contoh yang baik. 64
Tujuan menghukum anak adalah agar ia menyadari kesalahannya serta tidak
mengulagi kesalahan yang serupa di kemudian hari. Pemberian hukuman lebih
ditekankan pada sisi edukatif guna membentuk pribadi anak yang selalu
bertanggung jawab atas setiap perbuatannya, berikut ini Yanuar A
mengungkapkan dua puluh dua ragam hukuman edukatif untuk anak, diantaranya:

(1) memperlihatkan wajah masam untuk anak, (2) memberikan Time-Out


untuk anak, (3) memberi anak tugas bersih-bersih, (4) menyuruh anak
meminta maaf kepada orang yang bersangkutan, (5) menyuruh anak
belajar, (6) menyuruh anak mengerjakan PR, (7) menyuruh anak
membantu pekerjaan anda, (8) menyuruh anda berjanji untuk tidak
mengulangi kesalahannya, (9) menyuruh anak membaca buku, (10)
menyuruh anak menceritakan isi bacaan, (11) menyuruh anak menghafal,

62
. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006)
63
. Yanuar A, Jenis-jenis Hukuman Edukatif Untuk Anak SD, (Jogjakarta: DIVA Press, 2012)
h: 23-24
64
. Yanuar A, Jenis-jenis Hukuman Edukatif Untuk Anak SD, (Jogjakarta: DIVA Press, 2012) h:
97-106
37

(12) menyuruh anak menulis, (13) menyuruh anak menggambar, (14)


menyuruh anak bernyanyi, (15) menyuruh anak bercerita tentang
pengalamanannya. (16) menyuruh anak menyatakan, “aku sayang ayah/
ibu”, (17) menyuruh anak menuliskan hobi dan cita-citanya, (18)
menyuruh anak membuat rangkuman tugas-tugas sekolah, (19) menyuruh
anak mencatat hal-hal penting dari koran atau menyusunnya menjadi
sebuah kliping, (20) menyuruh anak menerjemahkan, (21) mengurangi
uang saku anak, (22) memotong jam menonton televisi.65

Rreward dan punishment adalah salah satu dari banyaknya alat pengontrol bagi
sikap anak. Harapan akhirnya, anak tumbuh menjadi anak yang baik
penyesuaiannya dan bahagia hidupnya.

65
. Yanuar A, Jenis-jenis Hukuman Edukatif Untuk Anak SD, (Jogjakarta: DIVA Press, 2012)
h: 111-174
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan selama 21 hari, sesuai dengan “pembiasaan” yang
dilakukan Pavlov dalam bukunya yang berjudul “Conditioned Reflexes: An
Investigation of the Physiological Activity of the Cerebral Cortex”, perlakuan
yang terus menerus dilakukan selama 21 hari mampu mengantarkan fikiran untuk
terbiasa melakukan hal tersebut, terbukti dengan perlakuan kepada seekor anjing
yang menyatakan bahwa “ini berarti 21 kali anjing tersebut diberikan perlakuan
yang sama, anjing itu mengeluarkan air liurnya pada waktu dan suara lonceng
yang sama”1. Penelitian ini dilaksanakan di bulan April Semester genap tahun
pelajaran 2011-2012, adapun lokasi yang peneliti lakukan sebagai tempat
penelitian adalah di SD Hikari yang beralamat di Kp. Koceak Ds. Keranggan Kec.
Setu Tangerang Selatan Banten.

B. Metode dan Desain Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
eksperimen bentuk pre-eksperimental designs (nondesigns). Dikatakan pre-
eksperimental design, karena design ini belum merupakan eksperimen yang
sungguh-sungguh. Ada variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya
variabel dependen. Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen itu
bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen. Hal ini dapat terjadi,
karena tidak adanya variabel kontrol, dan sampel tidak dipilih secara random. 2
Bentuk pre-eksperimental design memiliki beberapa macam. Sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai, maka penelitian yang digunakan adalah bentuk
One-Shot Case Study, dengan desain penelitian ini kelompok akan diberikan

1
Pavlov, Conditioned
Reflexes: An Investigation of the Physiological Activity of
the Cerebral Cortex”, (Psychclassics,yorku.ca/ Pavlov).
2
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2007), h. 107

38
39

treatment atau perlakuan (reward dan check list reflektif) selama 21 hari
kemudian diobservasi sikap kedisiplinannya. Dalam design ini kelompok
eksperimen sebelumnya tidak diberikan pretest, proses pembelajaranpun berjalan
seperti biasanya, hanya saja peserta didik harus mematuhi peraturan yang tertera
pada lembar checklist reflektif. Lembar checklist reflektif selalu diamati setiap
hari. Hal ini dilakukan karna dua alasan, pertama subyek yang diteliti adalah
peserta didik kelas 1 SD yang pola pemahamannya masih dilakukan dengan cara
yang nyata dan alasan yang ke dua adalah untuk mengurangi resiko ketidak
akuratan lembar checklist tersebut.
Pada penelitian ini, terdapat dua variabel penelitian, yaitu tekhnik reward
melalui checklist reflektif sebagai variabel yang menjadi sebab perubahan
(variabel X) dan sikap kedisiplinan peserta didik kelas 1 SD sebagai variabel yang
menjadi akibat dari variabel sebab (variabel O). Adapun desain penelitian dapat
dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1
Desain penelitian dalam One-Shot Case Study3

X : treatment yang diberikan


X O1 - O2
(variabel bebas)
O1: (variabel terikat)
Sikap kedisiplinan ketika proses 21 hari
O2: Sikap Kedisiplinan selama 6 hari pasca
reward dan checklist reflektif di
hentikan

Hasil akhir dari penelitian ini adalah melihat sikap kedisiplinan siswa
setelah adanya treatment atau perlakuan yang diberikan selama 21 hari4. Adapun
indikator kedisiplinan pada peserta didik adalah: 5

3
Ibid., h. 107
4
Pavlov, Conditioned
Reflexes: An Investigation of the Physiological Activity of
the Cerebral Cortex”, (Psychclassics,yorku.ca/ Pavlov).
5
Dalam buku bahan pelatihan yang diterbitkan oleh: KEMENDIKNAS, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pusat Kurikulum 2011. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
40

1. Datang ke sekolah dan masuk kelas pada waktunya,


2. Melaksanakan tugas-tugas kelas yang menjadi tanggung jawabnya,
3. Duduk pada tempat yang telah ditetapkan,
4. Menaati peraturan sekolah dan kelas,
5. Berpakaian rapih dan,
6. Mematuhi aturan permainan.
Karena menyesuaikan dengan karakteristik sekolah tempat penelitian, maka
indikator disederhanakan menjadi 3 indikator pokok yaitu: 1. Ketepatan waktu, 2.
Menaati peraturan, 3.kerapihan berbusana.

C. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitan.6 Maksudnya adalah hal yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang
akan diteliti. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu:

Tabel 3.2
Variabel Penelitian

Variabel X Variabel O

5 Indikator Kedisiplinan dan Reward Sikap Kedisiplinan Siswa


melalui Checklist Reflektif

D. Populasi dan Sampel


Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.7 Dengan kata lain populasi
merupakan keseluruhan dari subjek penelitian, yang kemudian akan diambil
6
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), Cet ke-14, h. 161
7
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2007), h. 124
41

sampel untuk melakukan penelitian dan sampel yang baik merupakan sampel
yang bersifat representatif terhadap populasinya.8 Populasi pada penelitian ini
adalah semua peserta didik kelas 1 SD yaitu sebanyak 32 orang. Karena jumlah
populasi kurang dari 100 orang, maka keseluruhan populasi dijadikan sebagai
subyek penelitian, maka dari itu penelitian ini adalah penelitian populasi.9

E. Instrumen Pengumpul Data


Instrumen penelitian diartikan sebagai alat yang dapat menunjang sejumlah
data dan diperkirakan dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
atau untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Instrument penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah: instrument observasi berupa angket
checklish reflektif, anecdotal record, wawancara, serta catatan guru dan siswa
yang dalam penyusunannya menggunakan beberapa prosedur yang telah
ditetapkan, yaitu: penyusunan kisi-kisi, konsultasi kepada dosen pembimbing,
validasi instrumen dan uji coba instrument. Lebih lanjut lagi, dalam pembuatan
indikator, ada aspek yang ditelaah meliputi kesesuaian indikator, aspek bahasa,
dan aspek materi. Instrument yang disusunpun meliputi soal-soal yang sesuai
dengan aspek (affective domain) perkembangan kedisiplinan siswa kelas 1 SD
Taksonomi Bloom yaitu:10
1. Recesiving
Pada tingkatan ini, peserta didik diajak untuk memilih. Mana yang akan mereka
ambil “mematuhi tata tertib sebagai hasil kedisiplinan atau melanggar tata tertib”
pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Peserta didik mengungkapkan
pendapatnya mengenai proses pembelajaran tersebut.
Selanjutnya peserta didik mengikuti secara baik peraturan yang telah ditetapkan
oleh guru, diantaranya: datang kesekolah dan masuk kelas pada waktunya,
melaksanakan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya, duduk pada tempat

8
Ibid., h. 118
9
Loc, Cit... Suharsimi
10
Suharsimi Arikunto. Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT. Bumi Aksara 2009)
cet: 10. h: 138
42

yang telah ditetapkan, menaati peraturan sekolah dan kelas, berpakaian rapih,
serta mematuhi aturan permainan.
2. Responding
Peserta didik pada tahap ini dapat melakukan sikap disiplin yang dinginkan
sebelumnya tanpa harus ada paksaan dari sang guru.
3. Valuing
Pada tingkatan ini peserta didik diajak untuk menerangkan kejadian di sekitarnya
dengan menggunakan bahasa yang sederhana. Mereka diajak untuk
mengungkapkan pendapatnya terhadap pelanggaran yang mungkin terjadi di
setiap siklusnya, hal ini diharapkan akan membantu peserta didik belajar secara
bermakna. Meraka mampu mengingatkan temannya tentang kewajiban untuk
menaati tata tertib yang ada, sehingga hasil akhirnya peserta didik mampu
menerapkan kedisiplinan secara baik.
4. Organization
Setelah peserta didik mampu untuk memilih mana yang baik dan mana yang tidak
baik, selanjutnya tingkatan ini mengajak peserta didik untuk menggabungkan
pengetahuan serta pengalaman mereka kedalam penerapan yang dilakukan secara
terus-menerus sehingga menghasilkan kebiasaan hidup berdisiplin.
5. Characterization by value or value complex
Pada tingkatan yang terakhir, peserta didik diharapkan dapat menerapkan
kebiasaan baik dalam diri mereka, sehingga nilai kedisiplinan dapat membentuk
karakter yang baik yang tentu saja berguna bagi peserta didik itu sendiri.
Instrument yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini
adalah angket dalam bentuk checklist reflektif dibuat dengan menyesuaikan
keadaan perkembangan psikologi peserta didik. Pengisian hanya membubuhi
tanda checlist pada indikator yang mereka ikuti dan membubuhi tanda silang jika
mereka tidak mengikuti indikator tersebut. Pilihan difokuskan pada peningkatan
kedisiplinan peserta didik. Lebih lanjut dijelaskan dibawah ini:
1. Lembar checklist reflektif
Checklist reflektif sebagai pengganti angket. Adalah alat pengumpulan
data yang dibuat menyerupai alat penilaian diri yang dilengkapi dengan
43

gambar dan lembar kerja siswa. Checklist reflektif dirancang sesuai dengan
tingkat pemahaman dini yaitu peserta didik kelas 1 SD yang pada kali ini
adalah subyek penelitian. Checklist reflektif berfungsi tidak hanya sebagai alat
penelitian biasa, namun lebih dari itu berfungsi sebagai alat penilaian diri bagi
setiap individu peserta didik. Tujuan utamanya adalah peseta didik mampu
menilai dirinya sendiri melalui tanda cheklist yang mereka kumpulkan (ketika
berprilaku disiplin), dan mampu mengubah prilaku yang buruk (ketika tidak
disiplin) dengan melihat tanda silang pada raportnya. Lebih lanjut lagi fungsi
lainnya dari checklist reflektif adalah sebagai pedoman penilaian yang
berfungsi sebagai alat laporan tertulis antara guru dan orang tua wali murid.
Selanjutnya, checklist reflektif dibuat menyerupai buku raport yang
nantinya dapat dimiliki dan diisi oleh masing-masing peserta didik. Buku
rapor yang diberi nama “My Discipline Report” ini adalah trobosan baru yang
dirancang menyesuaikan tingkat pemahaman peserta didik yang didalamnya
dilengkapi dengan gambar, lembar kerja siswa dan tabel checklist. Proses
pemberian buku raport ini nantinya dimasukan dalam rancangan proses
pembelajaran, peserta didik pada mulanya diajak membahas materi tata tertib
yang mengerucut pada pembiasaan sikap disiplin. Pembiasaan ini akan
berlangsung selama 21 hari yang pada intinya peserta didik hanya membubuhi
tanda checklist pada setiap indikator yang diharapkan. Indikator yang
digunakan pada daftar checklist reflektif adalah 3 indikator yang sudah
disesuaikan dengan karakteristik sekolah diantaranya:
44

datang tepat
waktu
ketepatan waktu
mengumpulkan
tugas tepat waktu

3 indikator peraturan kelas


menaati
peraturan
peraturan
bersama
kerapihan
berbusana

Diagram 3.1
Indikator Disiplin yang disesuaikan dengan Karakteristik Sekolah
2. Lembar Observasi, jenis anecdotal record
Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengamati kejadian dalam proses kedisiplinan peserta didik setelah 21 hari
selama diberikannya treatment berupa reward melalui checklist reflektif. Proses
pembelajaran terjadi sepaerti biasanya, penelitipun terjun langsung sebagai guru
yang berperan aktif mengamati kedisplinan peserta didik, hanya saja pada lembar
observasi ini peneliti mengamati gejala-gejala yang terjadi setelah reward dan
checklist reflektif dilepaskan. Gejala-gejala tersebut meliputi dua kejadian yaitu,
seberapa jauh peserta didik terbiasa dalam hal sikap disiplin ataukah peserta didik
justru tidak mengalami pembiasaan yang berarti. Adapun lembar observasi ini
berupa lembar observasi jenis anecdotal record digunakan untuk mengetahui
aktivitas dan sikap peserta didik dalam sikap kedisiplinannya.

F. Teknik pengumpulan data


Sugiono menjelaskan bahwa “pengumpulan data dapat dilakukan dalam
berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara”. 11
Karena subyek
penelitian adalah peserta didik kelas 1 SD, setting dan caranyapun sedikit
dimodifikasi, mengingat pemahaman peserta didik belum pada tahap yang tinggi.
11
Loc.cit h: 308
45

Maka, penelitian ini memilih teknik pengumpul data triangulasi, yaitu teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai tekhnik
12
pengumpul data dan sumber data yang telah ada. Adapun teknik pengumpulan
data adalah sebagai berikut:
1. Observasi, anecdotal record
Yang pertama adalah teknik observasi jenis partisipatif, yaitu peneliti terlibat
langsung dalam kegiatan sehari-hari dalam proses pembiasaan kedisiplinan siswa,
peran peneliti atau guru disini adalah, sebagai pemodelan atas aturan yang telah
ditetapkan dan juga sebagai pengontrol dari aturan-aturan yang telah berlaku
tersebut. Instrumen yang digunakan dalam observasi ini adalah anecdotal record.

2. Dokumentasi
Karena perubahan yang diharapkan adalah perubahan sikap disiplin peserta
didik, alangkah baiknya jika perubahan sikap tersebut dapat di dokumentasikan
secara nyata, mengingat banyaknya indikator yang harus dikuasai oleh peserta
didik. Hasil yang diharapkan peneliti adalah, tumbuhnya kesadaran bahwa sikap
disiplin sangat diperlukan oleh peserta didik, selain itu disaat perubahan itu
berlangsung peserta didik dalam keadaan senang mengikuti semua peraturan yang
telah diberikan. Dan dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah,
rekaman kegiatan pembelajaran di kelas.
3. Checklist Reflektif
Pengukuran sikap kedisiplian peserta didik yang menggunakan daftar
checklist reflektif. Masing-masing indikator mewakili satu sub indikator (biru
muda) indikator ini diberi bobot skor 1 apabila disiplin dan 0 apabila tidak
disiplin. Adapun penjelasan tentang skala pengukuran yang dipakai dalam
penelitian ini adalah skala Guttman, yaitu skala pengukuran yang ingin
mengetahui hasil sacara tegas atau jawaban yang jujur. Skala Guttman selain
dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat dibuat dalam bentuk checklist.
Jawaban dapat dibuat skor 1 tertinggi dan 0 terendah, misalnya 1 untuk disiplin

12
Ibid., h:330
46

13
dan 0 untuk tidak disiplin. Skala pengukuran hanya menggunakan 2 jawaban
yaitu, tanda checklist jika peserta didik mengikuti peraturan atau bersikap disiplin.
Dan tanda silang jika peserta didik tidak mengikuti peraturan atau tidak bersikap
disiplin. indikator tersebut disusun berdasarkan lima indikator sikap kedisplinan
peserta didik yang akan diteliti, yaitu: tentang ketepatan waktu, 1. Membiasakan
diri untuk datang dan masuk kelas pada waktunya, 2. Melaksanakan dan
mengumpulkan tugas-tugas kelas yang menjadi tanggung jawabnya dengan tepat
waktu. Tentang menaati peraturan, 1. Membiasakan diri untuk mematuhi
peraturan kelas, 2. Memebiasakan diri untuk mematuhi peraturan bersama yang
telah disepakati sebelumnya. Tentang kerapihan berbusana,1. Berpakaian rapih
dan sopan. Adapun kisi-kisi diantaranya:

Tabel 3.1
Pemetaan Indikator Disiplin ke dalam Kisi-kisi

Aspek Sikap Indikator Sikap


Sub Indikator Sikap Kedisiplinan
Kedisiplinan Kedisiplinan
Membiasakan diri
untuk datang
langsung masuk -
kelas pada
waktunya
Ketepatan waktu Melaksanakan dan 1. Melaksanakan tugas-tugas yang
mengumpulkan menjadi tanggung jawabnya
tugas-tugas yang
menjadi tanggung 2. Mengumpulkan tugas-tugas yang
jawabnya dengan menjadi tanggung jawabnya
tepat waktu
1. Berbaris rapih ketika bel berbunyi
2. Memberi salam ketika bertemu
Membiasakan diri dengan setiap orang
Menaati Peraturan untuk mematuhi 3. Makan dan minum sambil duduk
pearaturan kelas 4. Meminta izin ketika ingin memakai
barang milik orang lain
5. Membuang sampah pada tempatnya
13
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2007), h. 139
47

6. Tidak merusak tumbuhan


7. Menyimpan sepatu dan tas pada
tempatnya
8. Menyimpan sandal pada tempatnya
9. Memperhatikan ketika guru
menjelaskan pelajaran
10. Tidak mencoret- coret meja dan
tembok
11. Berkata baik dan sopan pada setiap
pelajaran
Membiasakan diri 1. Tidak mengobrol sewaktu bu guru
untuk memetuhi menjelaskan
peraturan berasama 2. Bekerjasama setelah belajar untuk
yang telah membersihkan kelas
disepakati 3. Salaing memebantu jika ada teman
sebelumnya yang kesulitan mengisi LKS
Kerapihan Berpakaian rapih 1. Berpakaian rapih
Berbusana dan sopan 2. Berpakaian sopan

Daftar checklist reflektif ini diisi sendiri oleh peserta didik setiap harinya
selama 21 hari, disetiap hari jumat peserta didik dapat menghitung tanda
checklist tersebut lalu dapat ditukarkan dengan bintang yang dapat
ditempelkannya di papan disiplinnya. Kemudian di hari senin ketika upacara
bendera peserta didik yang mendapatkan bintang terbanyak akan mendapatkan
pin star, yang akan dipakainya seminggu penuh. Star disini berperan sebagai
reward bagi peserta didik yang berhasil menerapkan sikap disiplin dengan
baik. Untuk memperkecil kesalahan pada data yang dikumpulkan, maka
peneliti selalu memandu dan mengobservasi lembar checklist reflektif peserta
didik setiap harinya

F. Validitas Instrument
Validitas berasal dari kata Validity, dapat diartikat tepat atau sahih, yakni
sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi
48

ukuranya.14 Selanjutnya hal yang sama juga diungkapkan oleh Prof. Dr. Sugiono,
Instrument yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data
(mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur. dengan kata lain validitas diperlukan
untuk menentukan alat pengukuran yang tepat dalam sebuah penelitian. 15
Penelitian ini adalah penelitian yang mengukur sikap peserta didik (sikap
kedisiplinan), jadi validitas yang dipakai adalah validitas nontest. Sesuai dengan
yang dijelaskan oleh Prof. Sugiono, validitas nontest yang digunakan untuk
16
mengukur sikap cukup memenuhi validitas konstruksi (construct). Selanjutnya
Sutrisno Hadi menyatakan bahwa construct validity sama dengan logical validity
atau validity by definition.17 Artinya, Instrument yang mempunyai validitas
konstruksi, jika instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur gejala
sesuai dengan yang didefinisikan. Dalam hal ini Sutrisno Hadi menyatakan bahwa
“bila bangunan teorinya sudah benar, maka hasil pengukuran dengan alat ukur
(intrumen) yang berbasis pada teori itu sudah dipandang sebagai hasil yang
valid.18
Selanjutnya sesuai dengan pemahaman ditas, maka definisi yang dijabarkan
dengan sangat jelas adalah definisi sikap kedisiplian peserta didik itu sendiri.
Ketercapaiaan tujuan harus didasarkan pada teori yang jelas pula. Oleh karena itu,
indikator yang dipakai dalam instrument penelitian sikap kedisplinan ini, adalah
Instrument yang dicanangkan oleh KEMENDIKNAS, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pusat Kurikulum. Pengembangan Pendidikan Budaya dan
Karakter Bangsa 20011-2012. Yang menyatakan ada 6 indikator kedisiplinan
peserta didik yang harus dikuasai oleh siswa kelas 1 SD. Diantaranya adalah: . 1.
Datang ke sekolah dan masuk kelas pada waktunya, 2. Melaksanakan tugas-tugas
kelas yang menjadi tanggung jawabnya, 3. Duduk pada tempat yang telah

14
Ahmad Sofyan,dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006), Cet Ke-1,h. 105
15
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2007), h. 173
16
Ibid. ,h.176
17
Ibid
18
Ibid, h: 177
49

ditetapkan, 4. Menaati peraturan sekolah dan kelas, 5. Berpakaian rapih dan, 6.


Mematuhi aturan permainan. 19
Karena subyek penelitian adalah peserta didik kelas 1 SD, maka instrumen
disesuai dengan psikologi peserta didik, yaitu instrument dipenuhi gambar dan
instrument tersebut berupa indikator-indikator singkat yang nantinya peserta didik
hanya membubuhi tandan checklist (checklist reflektif) pada setiap kolom
pernyataan yang dianggap mereka kerjakan pada satu hari penuh di sekolah.
Setelah instrument dibuat, langkah selanjutnya adalah pengujian validitas dan
realibilitas instrument. Pengujian penelitian ini mengunakan cara pengujian
validitas konstrak (construct validity), yaitu pengujian yang dapat menggunakan
pendapat para ahli (judgement experts), yang nantinya akan dimintai pendapatnya
tentang instrument yang telah disusun itu. Para ahli tersebut akan memberikan
keputusan, apakah instrumen tersebut dapat digunakan tanpa perbaikan, ada
perbaikan, atau mungkin dirombak total. Jumlah tenaga ahli yang digunakan
minimal tiga orang dan umumnya mereka yang telah bergelar doktor sesuai
20
dengan lingkup yang diteliti. dan pada penelitian ini validasi konstruk untuk
instrument dilakukan oleh:
1. Eri Rossatria, M.Ag
Guru SDI. Padang 1966-1968
Guru PGAN selama 6 tahun di Jakarta 1970 – 1981
Ketua Program Study PGMI 2007- 2012
Dosen Fakultas Tarbiyah 1982 – Sekarang

2. Kenti Martiastuti, M.Si


Alumnus S2 Ilmu Kehidupan
IPB bergerak di pendidikan Usia Dini
Pengajar Psikologi perkembangan peserta didik di UT

19
Dalam buku bahan pelatihan yang diterbitkan oleh: KEMENDIKNAS, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pusat Kurikulum 2011. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa.
20
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2007), h.177
50

3. Yanti Herlanti
Pernah mengajar di MI Ash Putera 1997-2006
Trainer Pendidikan di dompet dhuafa 2007- 2008
Dosen di Pendidikan Biologi dan PGMI UIN Jakarta 2008- sekarang

4. Nafia Wafiqni, M.Pd


Dosen PGMI UIN Jakarta, konsentrasi pada psikologi perkembangan anak

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data


Data-data yang diperoleh dari hasil instrument (checklist reflektif) selanjutnya
akan diolah dan dianalisis melalui tahap editing, tabulasi, dan scoring.
a. Editing adalah, memeriksa instrumen yang diisi tentang kebenaran dan
kelengkapannya, kemudian dikelompokan sesuai dengan isinya. kelengkapan
data pengisian checklist reflektif setiap harinya
b. Tabulating adalah, membuat tabel-tabel untuk memasukan jawabam-jawaban
responden yang kemudian dicari prosentasenya untuk dianalisa, memasukan
data-data dari checlist reflektif yang diisi siswa.
c. Skorsing, untuk menentukan skor hasil penelitian ditetapkan bahwa jawaban
item diberi skor, skor 1 untuk disiplin dan 0 untuk pelanggaran. terdapat 3 kali
pengolahan data, diantaranya
Data pertama adalah data yang didapatkan selama 21 hari menggunakan
checklist reflektif dan reward. Diedit, ditabulating dan dan diskorsing seuai
dengan data checklist reflektif
Data kedua adalah data yang diperoleh melalui pengamatan salam 6 hari pasca
di tariknya checklist reflektif (diperlukan untuk melihat profres dari checklist
reflektif). Diedit, ditabulating dan dan diskorsing seuai dengan pengamatan
Data ketiga adalah data yang diperoleh dari penggabungan antara 21 hari
ketika menggunakan checklist reflektif dan reward dan 6 hari pasca dicabutnya
checklist reflektif

d. Presentase
51

Agar data yang terkumpul dapat memberikan angka yang sesuai dengan yang
diinginkan, maka peneliti melalui data checklist reflektif dianalisa secara
deskriptif kuantitatif melalui distribusi frekuensi dengan memberikan
persentase, dalam hal ini penulis menggunakan rumus sebagai berikut:
1. Rumus persentase
a. Teknik analisis data checklist reflektif selama 21 hari
𝑥
P = x 100%
21
b. Teknik analisis data pasca 21 hari

𝑥
P = x 100%
6

2. Kategorisasi
Sedangkan untuk menyimpulkan tentang efektifitas pemberian reward dan
punishment selama 21 hari dengan menggunakan checklist reflektif dalam
meningkatkan disiplin paserta didik, penulis menggunakan statistik
deskriptif yakni melalui nilai mean (rata-rata) dan nilai median (nilai
tengah) yang didapatkan melaui rumus persentase sabagai berikut:21
a. Nilai rata-rata

NS
M
BS

Ket: M : Nilai Rata-rata

NS : Nilai Skor

BS : Banyaknya Siswa

b. Mencari nilai Median, median adalah nilai tengah

21
Zamzam Muhazir, Lembaga Bimbingan Belajar Sebagai Alternatif Dalam Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa, (KI-Manajemen Pendidikan,2008), 35
52

Untuk memberikan Interpretasi hasil rata-rata dari data checklist reflektif


yang diperoleh, digunakan pedoman interpretasi sikap sebagai berikut:22

Sangat Baik : Jika nilai presentase berada dalam interval lebih atau diatas
median (berwarna hijau)

Baik : Jika nilai presentase berada dalam interval antara median dan
rata-rata (berwarna kuning)

Buruk : Jika nilai presentase berada dalam interval kurang atau dibawah
rata-rata (berwarna merah)

22
Ruseffendi, Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan, (Bandung:UPI Press,1988)
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Sekolah Hikari


Sekolah Hikari adalah sekolah dasar yang didirikan pada tahun 2010. Sekolah
yang dibangun di atas tanah seluas 4400 m2 ini, terletak di Desa Keranggan,
Kecamatan Setu kota Tangerang Selatan. Sekolah Hikari berkibar di bawah
naungan bendera Yayasan Semarak Pendidikan Indonesia, yang memiliki Visi
yaitu; “sebagai generasi penerus yang memiliki pengetahuan dasar yang kokoh
dan karakter yang tangguh.” Dan misi dari sekolah ini adalah: 1.
Menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran yang sederhana, ceria, dan
efektif sesuai dengan perkembangan anak. 2. Melengkapi pembekalan
pengetahuan dasar untuk anak-anak dengan pembentukan karakter, kematangan
emosinal, kearifan lokal dan wawasan global.1
Selanjutnya, sesuai dengan bunyi visi dari sekolah Hikari adalah mencetak
generasi penerus yang kokoh, tangguh dan berkarakter maka sekolah ini sangat
mendukung 100% penerapan sikap kedisiplinan siswanya. Pergerakan untuk
memiliki sekolah yang berkarakter selalu di canangkan pada setiap saat. Seminar
demi seminar, diskusi demi diskusi, bahkan pertemuan demi pertremuan selalu
diadakan rutin oleh yayasan Semarak Pendidikan Indonesia demi terciptanya
sekolah yang berkarakter. Demi cita-cita tersebut sekolah ini rela menyisihkan
pendapatannya untuk mendidik guru-gurunya mengikuti studi banding ke
berbagai sekolah di negara-negara yang sudah berhasil mencetak siswa yang
berkarakter. Keunikan selanjutnya terdapat pada lokasi dibangunnya sekolah ini.
Sekolah ini sengaja dibangun di tengah-tengah perkampungan yang sebagian
besar orang tua wali murid bekerja sebagai buruh pabrik yang berpenghasilan
menengah ke bawah. Sistem pendaftaranpun tidak memberatkan orang tua wali
murid yang berpenghasilan menengah ke bawah, cukup dengan mengganti
pembayaran dengan kotoran kambing atau bekerja membuat batako di sekolah.

1
Profil Sekolah Hikari

53
54

Lebih lanjut lagi, proses pembelajaran di sekolah Hikari adalah active


learning dan kontekstual learning, yaitu proses pembelajaran yang menggali
pengetahuan siswanya dan mengikut sertakan siswa secara langsung apa yang
akan dipelajari. Selanjutnya, kurikulum sekolah Hikari menganut kurikulum
Indonesia dengan mengkolaborasikan beberapa nilai baik yang dimiliki kurikulum
dari negara-negara lain, hal ini dikarenakan tujuan yang utama dari sekolah ini
yaitu membentuk karakter yang positif pada diri siswa.

B. Kondisi Kedisiplinan dan Tindakan Pemberian Treatment


Untuk mengetahui kondisi kedisiplinan dan pemberian treatment yang tepat,
maka dilakukan beberapa langkah, diantaranya:
a. Observasi Awal:
Pada tahap observasi ini, peneliti atau guru menganalisis sikap yang
membuat proses pembelajaran terganggu, setidaknya hampir 90% peserta
didik melakukan kegaduhan di kelas, seperti berlarian, mengobrol, bersuara
kencang, bahkan sampai berkelahi. Dugaan sementara, sikap gaduh yang
dilakukan oleh siswa dikarenakan proses pembelajaran yang tidak menarik
atau “boring”. Melalui observasi awal, sikap boring yang ditunjukan peserta
didik salah satu penyebabnya adalah karena tidak adanya aturan main yang
jelas di kelas. Seperti, ketika peserta didik yang melakukan kegaduhan,
peserta didik tersebut bersikap seperti acuh tak acuh terhadap perlakuannya.
Kurangnya pengajaran tentang konsekuensi menyebabkan sikapnya sulit
untuk dikendalikan, tidak adanya konsekuensi juga menyebabkan peserta
didik tidak bergairah mengikuti proses pembelajaran (karena mereka berfikir
bahwa tidak adanya pengaruh untuk mereka jika mereka melanggar
peraturan). Melalui observasi tersebut, maka perlu adanya pemodifikasian
tekhnik dan alat yang dapat membangkitkan gairah belajar siswa, salah
satunya adalah pemberian rangsangan berupa reward “star” kepada peserta
didik.
55

b. Perencanaan Tindakan:
Tindakan pada penelitian ini, diawali dengan menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dilengkapi dengan Lembar Kerja
Siswa (LKS), sedangkan materi yang diajarkan pada tindakan ini adalah tata
tertib di Sekolah pada pembelajaran Kewarganegaraan. Selanjutnya RPP yang
dibuat didiskusikan dengan pengampu kurikulum sekolah (Ibu. Yanti
Herlanti) untuk mengetahui kelayakan RPP yang akan disajikan kepada
peserta didik. Kegiatan selanjutnya adalah menyiapkan “discipline report”
atau daftar check list reflektif, papan star, dan pin star. Media ini digunakan
sebagai alat bantu penerapan reward dan punishment di kelas maupun di
sekolah. Tidak hanya alat yang dipersiapkan, guru dalam hal ini
mempersiapkan kertas anekdotal record untuk digunakan sebagai catatan
yang menceritakan gerak gerik perubahan sikap peserta didik
Penelitian dilaksanakan di kelas I yang berjumlah 32 siswa. Pada saat
pembelajaran berlangsung siswa diajak membahas pentingnya hidup dengan
cara mengikuti tata tertib yang ada dan juga siswa diajak memahami bahwa di
sekeliling mereka banyak sekali tata tertib yang wajib di ikuti. Temuan
mengenai tata tertib dibagi oleh guru menjadi 3, yaitu tata tertib yang ada di
rumah, tata tertib yang ada di sekolah, dan tata tertib yang ada di masyarakat.
Selanjutnya penemuan dibahas dengan cara memberikan contoh tata tertib
dari ketiga bagian tersebut melalui kegiatan sehari-hari yang telah mereka
jalani. Adapun kegiatan tersebut diantaranya:
1. Contoh kegiatan tata tertib yang ada di rumah : pulang sekolah ganti
baju dan menggantungkannya di tempat yang telah disediakan, mencuci
tangan dan kaki, mengerjakan PR, dan meminta izin sewaktu ingin
bermain ke luar rumah.
2. Contoh kegiatan tata tertib yang ada di sekolah: datang tepat waktu (10
menit sebelum masuk sekolah), mengerjakan tugas LKS, tidak membuat
kegaduhan sewaktu jam pelajaran berlangsung, menggunakan seragam
yang sesuai, dan mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
56

3. Contoh kegiatan tata tertib yang ada di masyarakat : mengikuti rambu-


rambu lalau lintas dengan baik, tidak membuang sampah disembarang
tempat, tidak berkelahi, tidak berkata kasar, dll.
4. Pada tahap ini, peneliti ingin memeberikan pemahaman kepada peserta
didik mengenai tata tertib yang harus diikuti dengan proses pembelajaran
yang bermakna. Pemahaman yang nantinya dibekalkan dengan “discipline
report” (dijelaskan pada pembahasan berikutnya) atau check list reflektif
selama 21 hari, diharapkan mampu mengubah kebiasaan buruk peserta
didik sewaktu berada di sekolah. Selanjutnya, pembekalan pemahaman
melalui materi pembelajaran yang bermakna ini menitik beratkan pada
seberapa jauh peserta didik memahami secara dalam mengenai pentingnya
bersikap disiplin demi terciptanya tata tertib yang selaras dengan
lingkungan mereka.

c. Tahap Pelaksanaan Pemberian Checklist Reflektif Dan Reward.


Pembelajaran mengenai materi tata tertib pada pembelajaran
Kewarganegaraan berlangsung selama 1 hari. Peserta didik diajak membahas
tata tertib yang harus mereka ikuti, proses pembahasan didapatkan melalui
temuan siswa mengenai contoh-contoh kegiatan yang mereka rasakan sebagai
contoh tata tertib, dan penekanan terkahir, mengerucut kepada pengenalan
mengenai alat-alat penelitian seperti “discipline report”, papan star, dan pin
star.
1. Discipline Report; digunakan sebagai refleksi dari penerapan disiplin
di Sekolah. Penilaian diberlakukan seperti penilaian ranah afektif, yaitu
penilaian diri. Diharapkan dengan catatan yang dimiliki masing-masing
peserta didik, maka dapat memberikan shock terapi mengenai penerapan
disiplin di Sekolah.
2. Papan Atau Kartu Star: digunakan sebagai refleksi dari penerapan
disiplin secara nyata. Papan star nantinya akan digunakan apabila peserta
didik mampu menerapkan disiplin dengan baik selama 1 hari penuh,
dilihat dari “discipline report” yang diisi masing-masing peserta didik
57

maka 1 kali check list akan digantikan dengan 1 star. Jadi peserta didik
setiap melaksanakan tata tertib dengan baik selama 1 hari penuh maka
akan mendapatkan bintang sebanyak 19 star. Namun hal yang berbeda
akan terjadi jika peserta didik melanggar tata tertib yang telah mereka
sepakati. Setidaknya mereka mendapat teguran berupa; berkurangnya star
atau pencabutan star apabila terjadi pelanggaran yang berat. Pelanggaran
tersebut berupa melukai teman, tidak meminta maaf jika berbuat salah,
dan berkata kasar atau jorok. star tersebut selanjutnya akan ditempelkan
oleh peserta didik di papan “Save My Discipline”
3. Pin Star : digunakan sebagai hasil akhir dari penerapan disiplin.
Pembagian star diberikan pada setiap akhir pekan sekolah atau pada hari
Jum’at. Penghargaan ini diharapkan dapat menjadi pembangkit atau
shock refleksi dari penerapan disiplin disekolah dengan baik. Pin star
tersebut akan dipakai peserta didik kemanapun mereka pergi bermain,
baik di rumah maupun di Sekolah.

d. Tahap Pengamatan
Tahap pengamatan ini tertuju pada pengolahan hasil check list reflektif
atau “discipline report” yang telah diisi selama 21 hari setiap kali jam pulang
sekolah oleh siswa. Sebelumnya, guru atau peneliti mengulang terus-menerus
aturan main yang tertulis di “discipline report”. Hal ini dilakukan agar
peraturan main selalu diingat siswa dan tidak lagi melanggar hal yang sama.
Selain itu, data juga diperkuat dengan adanya anekdotal record, yaitu catatan
yang menceritakan mengenai perkembangan dan perubahan sikap disiplin
peserta didik selama berada di sekolah.
Berdasarkan pengamatan atau anekdotal record selama proses
pembelajaran berlangsung, berikut ini adalah catatan kondisi awal siswa
sebelum diberikannya treatment berupa check list reflektif melalui reward,
diantaranya:
58

Tabel 4.1
Anekdotal Record Sebelum diberikan treatment

No Indikator disiplin Kondisi awal

1 Membiasakan diri  Masih ada 2-3 bahkan 6 peserta didik yang


datang tepat waktu dan datang terlambat di setiap harinya (lihat
masuk kelas pada Anecdotal record pada tanggal: 29 maret dan 2
waktunya april 2012)
2 Melaksanakan dan  Ketika mengerjakan tugas, peserta didik
mengumpulkan tugas- banyak yang bercanda seperti berlarian,
tugas kelas yang mengobrol, sampai dengan bersuara kencang
menjadi tanggung  3-6 peserta didk yang belum menyelesaikan
jawab dengan tepat tugasnya dengan baik (A R: 12 April 2012)
waktu
3 Membiasakan diri  Masih ada peserta didik yang makan dan
untuk mematuhi minum sambil berjalan atau berdiri
peraturan kelas  Masih ada peserta didik yang tidak meminta
izin ketika pembelajarn berlangsung seperti; ke
kamar kecil, minum ataupun bertanya
 Masih adanya peserta didik yang tidak
menaruh alat-alat sekolahnya tidak pada
tempatnya. Seperti; tas di loker dan sepatu di
rak sepatu
 Masih adanya peserta didik yang gaduh
sewaktu proses pembelajaran berlangsung
 Masih adanya peserta didik yang membuang
sampah tidak pada tempatnya.
 Dan masih adanya peserta didik yang berkata
kotor dan menggunakan bahasa yang gaul
(A R : 2 maret 2012)
4 Membiasakan diri  Masih adanya peserta didik yang merusak
59

untuk mematuhi tanaman, berkelahi dan mengucapkan kata-kata


peraturan bersama kotor (lihat A R : 18 April 2012)
yang telah disepakati  Masih adanya peserta didik yang mengobrol
sebelumnya sewaktu guru bicara
 Masih adanya peserta didik yang acuh ketika
kondisi kelas kotor
 Masih adanya peserta didik yang acuh dengan
teman sebangkunya. (A R: Catatan guru kelas,
A R: 2 maret dan 2 April 2012)
5 Memahami tata tertib  Masih adanya peserta didik yang memakai
berpakaian rapih seragam yang tidak sesuai dengan harinya
 Masih adanya peserta didik yang tiak memakai
dasi dan topi sewaktu upacara hari senin
 Masih adanya peserta didik yang acuh dengan
kerapihan seragamnya (A R: 2 Maret 2012)

Berdasarkan tabel pengamatan terlihat jelas bahwa sikap disiplin peserta


didik sangat memprihatinkan. Sikap tidak disiplin tersebut akan menjadi penyakit
yang sulit dihilangkan jika tidak ditangani sedini mungkin.

C. Pembahasan dan Analisis Penelitian


Dari keseluruhan pembahasan, berikut ini adalah hasil penelitian yang
diuraikan secara rinci berupa tabel dan grafik yang menginterpretasikan
perubahan sikap ketika proses dan pasca pada setiap indikator. Analisis data
menggunakan tekhnik katagorisasi, yaitu tekhnik yang membantu
menginterpretasikan data mengenai perubahan sikap. Dikarenakan penelitian ini
memfokuskan pada perubahan sikap disiplin siswa, maka katagorisasi yang dapat
menginterpretasikan data dengan tepat adalah; katagori sangat baik, baik dan
buruk. Perubahan tersebut terinterpretasikan sebagai berikut:
60

Indikator 1; Datang dan Masuk Kelas Pada Waktunya


Melihat kondisi awal, bahwa banyaknya peserta didik yang selalu datang
terlambat ke Sekolah sehingga menggangu proses pembelajaran yang telah
berlangsung, maka sekolah mengharuskan peserta didiknya untuk tiba dan masuk
kelas pada waktunya. Peraturan yang mengikuti karakteristik sekolah ini,
memutuskan bahwa jam tiba di sekolah pada pukul 07.10 yaitu 20 menit sebelum
bel sekolah berbunyi yaitu, pukul 07.30 WIB. Sosialisasi peraturan ini,
mengikutsertakan RPP sehingga peserta didik tidak hanya dipaksa untuk
melakukan peraturan yang berlaku, melainkan mereka memahami dengan
“hakiki” untuk apa mereka melakukan hal tersebut. Treatment ini dilakukan
dengan proses pembiasaan yang mengikutsertakan reward di dalamnya, yaitu
mereka akan mendapatkan bintang jika mereka tidak datang terlambat ke
Sekolah. Untuk memudahkan proses pembiasaan indikator “tiba dan masuk kelas
pada waktunya”, guru membekalkan setiap anak beberapa alat yang dapat mereka
gunakan untuk mengisi “discipline report” terkait dengan indikator 1 ini,
diantaranya: jam digital dan pensil yang ditempelkan di tembok. Ketika anak-
anak tiba di Sekolah, mereka akan langsung disambut dengan jam analog, pensil,
dan discipline report. Mereka harus menuliskan di rapor disiplinnya yang
disesuaikan dengan waktu yang ada di jam tersebut, dan proses ini berlangsung
selama 21 hari. Berikut ini adalah akumulasi perubahan sikap selama proses dan
pasca yang disertai pengkategorian, adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2
Membiasakan Diri Untuk Datang dan Masuk Kelas Pada Waktunya

Proses Pasca
Kategori
Interval f % Interval f %
Sangat Baik > 92,9 16 50 100 29 90,625
Baik 86,9 - 92,9 4 12,5 99,4 - 100 0 0
Buruk < 86,9 12 37,5 < 99,4 3 9,375
Total 32 100 32 100
61

Deskripsi
Data diatas menjelaskan bahwa, disiplin pada indikator datang dan masuk
kelas pada waktunya berada pada perubahan yang positif. Terjadi peningkatan
pada proses ke pasca, terlihat angka yang berubah pada setiap kategori, interval
dan frekuensi, dengan data angka sebagai berikut; sangat baik memiliki
peningkatan dengan selisih frekuensi 13 point dan kategori buruk memiliki
penurunan dengan selisih frekuensi 9 point.

Indikator 2; Melaksanakan dan Mengumpulkan Tugas-tugas yang


Menjadi Tanggung Jawabnya dengan Tepat Waktu

Sama seperti indikator sebelumnya bahwa, yang menjadi dasar perlunya


diberlakukan peraturan pada indikator 2 ini adalah gambaran awal situasi peserta
didik yang menyederhanakan tugas yang telah diberika oleh guru. Sikap peserta
didik yang acuh terhadap tugas membuat guru harus ekstra strategi untuk
menumbuhkan minat belajar siswa ketika mengerjakan tugas. Seperti yang kita
tahu bahwa, fungsi dari tugas (LKS) adalah sebagai penilaian dan juga feedback
dari peserta didik atas pemahaman pembelajaran yang telah berlangsung
sebelumnya. Seperti biasa pada indikator ini, ketika siswa mengerjakan tugasnya
maka siswa akan membubuhi tanda check list pada disciplin report dan kemudian
akan ditukarkan dengan star yang dapat mereka tempelkan di kartu star miliknya.
Untuk mengatahui progres perubahan sikap pada indikator 2, berikut ini adalah
tabel yang menerangkan perubahan tersebut.
Tabel 4.3
Melaksanakan dan Mengumpulkan Tugas-tugas yang Menjadi Tanggung Jawabnya
dengan Tepat Waktu

Proses Pasca
Kategori
Interval f % Interval f %
Sangat Baik 100 17 53,125 100 32 100
Baik 92,7 - 100 5 15,625 100 0 0
Buruk < 92,7 10 31,25 < 100 0 0
Total 32 100 32 100
62

Deskripsi
Sama seperti indikator sebelumnya bahwa terjadi peningkatan ke arah
yang positif, hanya saja pada indikator ini peningkatannya sangat terlihat. Data
diatas menunjukan angka maksimal yaitu 100% pada perubahan sikap peserta
didik pasca check list reflektif diberlakukan. Semua peserta didik merasa
termotivasi untuk mengerjakan tugas dengan tepat waktu.

Indikator 3; Membiasakan Diri Untuk Mematuhi Peraturan Kelas


Pada indikator ini peserta didik diharuskan mematuhi 11 sub peraturan yang
telah disepakati sebelumnya oleh sekolah. Pertimbangan ini didasari oleh
karakteristik sekolah dan lingkungan Sekolah Hikari. Pada 11 sub tersebut
diantaranya: (1) berbaris rapih ketika bel berbunyi, (2) memberi salam ketika
bertemu denga seseorang, (3) makan dan minum sambil duduk, (4) meminta izin
ketika ingin memakai barang milik orang lain, (5) membuang sampah pada
tempatnya, (6) tidak merusak tumbuhan, (7) menyimpan sepatu dan tas pada
tempatnya, (8) menyimpan sandal pada tempatnya, (9) memperhatikan ketika
guru menjelaskan pelajaran, (10) tidak mencoret-coret meja dan tembok, (11)
berkata baik dan sopan pada setiap pelajaran. Kondisi peserta didik ketika proses
dan pasca diberikannya pembiasaan kedisiplinan dapat terlihat pada tabel berikut
ini:
Tabel : 4.4
Membiasakan Diri Untuk Mematuhi Peraturan Kelas

Proses Pasca
Kategori
Interval f % Interval f %
Sangat Baik > 98,3 21 65,625 > 83 15 46,875
Baik 97,8 - 98,3 0 0 80,4 - 83 7 21,875
Buruk < 97,8 11 34,375 < 80,4 10 31,25
Total 32 100 32 100

Deskripsi
Berbeda dengan indikator yang lainnya, pada indikator ini sikap
kedisiplinan peserta didik justru mengalami perubahan yang negatif. Pernyataan
63

tersebut terlihat dari data diatas bahwa, peserta didik justru mengalami
penurunan. Kategori sangat baik mempunyai selisih frekuensi penurunan
sebanyak 6 point dan kategori buruk hanya mempunyai selisih frekuensi
peningkatan sebanyak 1 point. Hal ini disebabkan salah satunya karena banyaknya
sub indikator yang harus diikuti oleh peserta didik dan ketidak sengajaan peserta
didik melakukan pelanggaran yang ada pada indikator ketiga.

Indikator 4; Membiasakan Diri Mematuhi Peraturan Bersama yang Telah


Disepakati Bersama
Pada indikator ke 4 ini, peserta didik harus mengikuti 3 sub indikator yang telah
disepakati bersama-sama, diantaranya: (1) tidak mengobrol sewaktu bu guru sedang
menjelaskan, (2) bekerjasama setelah belajar untuk memebersihkan kelas, (3) saling
membantu jika ada teman yang kesulitan mengisi LKS. Terbentuknya indikator ini
didasari oleh kondisi kelas yang gaduh. Untuk memudahkan pemahaman peserta didik,
sub indikator disisipi kedalam proses pembelajaran. Pada awalnya peserta didik
diberikan pertanyaan tentang “kenyamanan” yang mereka harapkan ketika ada di dalam
kelas. Kemudian guru menuliskan semua pendapat peserta didik yang berkaitan dengan
pernyataan tersebut. Setelah terkumpul, pendapat tersebut di kaji bersama-sama antara
guru dan peserta didik, dan disepakati ada 3 sub indikator yang harus dipatuhi bersama-
sama. Berikut ini data yang menunjukan perubahan sikap disiplin peserta didik pada
indikator yang ketiga, adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5
Membiasakan Diri Mematuhi Peraturan Bersama yang Telah Disepakati Bersama

Proses Pasca
Kategori
Interval f % Interval f %
Sangat Baik > 96,0 16 50 100 18 56,25
Baik 94,5 - 96,0 4 12,5 95,6 - 100 4 12,5
Buruk < 94,5 12 37,5 < 95,6 10 31,25
Total 32 100 32 100
64

Deskripsi
Berbeda dengan indikator sebelumnya, pada indikator ini peserta didik justru
mengalami perubahan ke arah yang positif. Mudah untuk mengikuti peraturan
yang diberlakukan adalah alasan peserta didik mengapa indikator disiplin ini
mengalami peningkatan. Terlihat pada meningkatnya interval dan frekuensi dari
proses ke pasca, kategori baik naik sebanyak 2 point dan kategori buruk turun
sebanyak 2 point. Hal tersebut membuktikan bahwa indikator ke 4 ini menunjukan
peningkatan yang baik untuk sikap kediaplinan peserta didik.

Indikator 5; Berpakaian Rapih dan Sopan


Indikator terakhir yang harus diikuti oleh peserta didik adalah berpakaian
rapih dan sopan, untuk memahami indikator ini peserta didik hanya mengerjakan
LKS yang berkaitan dengan kerapihan berpakaian. Kerapihan ini meliputi:
memakai seragam tepat pada hari yang telah ditentukan, penggunaan dasi dan topi
pada saat upacara, selalu memperhatikan kerapihan seragam sekolah ketika masuk
kedalam kelas, dan memperhatikan kebersihan seragamnya. Sedangkan berpakaian
sopan meliputi: memakai rok dibawah lutut dan memakai seragam yang tidak ketat
di badan, peraturan ini berlaku sama, pada pakaian yang mereka gunakan diluar
jam pelajaran sekolah. Berikut ini perubahan sikap kedisiplinan peserta didik di SD
Hikari pada proses ke pasca, adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6
Berpakaian Rapih dan Sopan

Proses Pasca
Kategori
Interval f % Interval f %
Sangat Baik > 95,2 23 71,875 100 25 78,125
Baik 93,7 - 95,2 0 0 94,2 - 100 0 0
Buruk < 93,7 9 28,125 < 94,2 7 21,875
Total 32 100 32 100

Deskripsi
Sama seperti indikator sebelumnya, indikator berpakaian rapih dan sopan
mengalami peningkatan dari proses ke pasca. Terlihat dari data diatas,kategori
65

sangat baik mengalami peningkatan sebanyak 2 point dan penurunan pada


kategori buruk sebanyak 2 point. Hal ini membuktikan bahwa indikator
berpakaian rapih dan sopan mengalami keberhasilan yang positif.
dibawah ini adalah grafik perubahan sikap kedisiplinan berkategori secara
keseluruhan, diantaranya:

35

30

25

20

sangat baik
15
baik
10 buruk

0
proses pasca proses pasca proses pasca proses pasca proses pasca

Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5

Grafik 4.1
Grafik Berkategorisasi Perubahan Sikap Disiplin Siswa

Deskripsi
Diagram diatas menerangkan bahwa¸ penerapan kedisiplinan dengan
menggunakan checklist reflektif + reward mengalami perubahan yang positif.
Terlihat dari data kuantitatif diatas, bahwa 4 indikator berada dalam katagori
“sangat baik” dengan keterangan meningkat, sedangkan 6 indikator disiplin
berkategori “buruk” berada dalam keterangan menurun. Dengan deskripsi data,
indikator 1 terdapat penurunan sebesar 9 point, indikator 2 sebesar 10 point,
indikator 4 sebesar 2 point, dan indikator 5 sebesar 2 point., dan indikator 3
sebesar 1 point. Dari hasil data kuantitatif diatas membuktikan bahwa sebagian
66

besar peserta didik sudah terbiasa berprilaku disiplin dan penggunaan checklist
reflektif + reward mengalami keberhasilan.
Gambaran umum tentang hasil penelitian diuraikan berupa tabel dan grafik
yang menginterpretasikan perubahan sikap ketika proses dan pasca pada setiap
indikator, adalah sebagai beriku:

Tabel 4.7
Gambaran Perubahan Sikap Disiplin Siswa Ketika Proses dan Pasca

Indikator Proses Pasca Selisih Keterangan


% % %
Membiasakan diri untuk datang kesekolah 86,91 99,4 12,49 Meningkat
dan masuk kelas pada waktunya
Melaksanakan dan mengumpulkan tugas- 92,7 100 7,3 Meningkat
tugas kelas yang menjadi tanggung jawabnya
dengan tepat waktu
Membiasakan diri mematuhi peraturan kelas 97,78 80,47 -17,31 Menurun

Membiasakan diri mematuhi peraturan 94,55 95,63 1,08 Meningkat


bersama yang telah disepakati sebelumnya
Berpakaian rapih dan sopan 93,75 94,27 0,52 Meningkat

Peningkatan dan penurunan sikap disiplin siswa akan lebih terlihat pada
grafik berikut ini
67

120

100

80

60

40

20

0
proses pasca proses pasca proses pasca proses pasca proses pasca

Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5

Grafik 4.2
Grafik Umum Rata-rata Perubahan Sikap
Deskripsi
Diagram 4.1 menunjukan bahwa perubahan sikap siswa ketika proses ke
paska terjadi peningkatan hampir pada setiap indikator. Pada indikator 1 terdapat
peningkatan sebesar 12,49%, indikator 2 sebesar 7,3 %, indikator 4 sebesar
1,08%, dan indikator 5 sebesar 0,52%. Namun pada indikator 3 terjadi penurunan
sebesar 17,31%. Hal tersebut terjadi karena, peraturan yang dituntut pada
indikator 3 lebih banyak, sedangkan waktu yang disedikan untuk mendisiplinkan
peserta didik sangat singkat. Sehingga peserta didik merasa kesulitan untuk
mematuhi peraturan –peraturan yang diberikan. Selain itu, karena terlalu banyak
peraturan yang diberikan ada beberapa peserta didik “lupa” dengan peraturan-
peraturan yang diberikan

D. Reward melalui Checklist Reflektif memberi dampak terhadap sikap


kedisiplinan siswa
Dari penyajian data diatas terlihat bahwa hasil keseluruhan indikator
kedisiplinan yang diteliti terjadi peningkatan yang signifikan. Pada aspek datang
dan masuk kelas pada waktunya berada pada perubahan yang positif, mengalami
68

peningkatan sebesar 90,6 %. Bahkan pada aspek melaksanakan dan


mengumpulkan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya dengan tepat waktu
menunjukan hasil yang maksimal yaitu 100%. Adapun pada aspek membiasakan
diri mematuhi peraturan bersama yang telah disepakati sebelumnya mengalami
peningkatan sebesar 56,25 %. Dan pada aspek berpakaian rapih dan sopan
mengalami peningkatan sebesar 78,1 %. Berbeda pada aspek membiasakan diri
untuk mematuhi peraturan kelas, mengalami penurunan pada kategori sangat baik
sebesar 46,8 % namun terjadi peningkatan pada kategori baik sebesar 21,8 %, dan
kategori buruk menurun sebesar 31,2 %. Menurut data yang terkumpul indikator
yang mengalami pelanggaran cukup berfariasi dari hari ke hari salah satunya
adalah menyimpan sepatu dan tas pada tempatnya. Setelah menjalani wawancara
pelanggaran pada aspek tersebut dikarenakan tidak terbiasanya peserta didik
melakukan hal itu, itu artinya butuh kontinuitas pada aspek ini. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa reward melalui checklist reflektif memberikan dampak
terhadap sikap kedisiplinan peserta didik, khususnya kelas 1 SD Hikari desa
Keranggan.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan skripsi ini ditemukan bahwa, reward dengan star
melalui checklist reflektif berdampak positif dalam meningkatkan sikap
kedisplinan peserta didik kelas 1 SD Hikari desa Karanggan. Hal ini dapat dilihat
dari menurunnya presentase kategori “buruk” hampir pada semua indikator
kedisiplinan. Keberhasilan penarapan reward dengan star melalui checklist
reflektif ini di dukung oleh dua hal, diantaranya: (1) setelah memperoleh reward
berupa star anak merasa bangga dan terdorong untuk meningkatkan
kedisiplinannya, dan (2) tanggung jawab yang besar dari guru dalam mengawasi
pembinaan kedisiplinan siswa secara konsekuensi. Berdasarkan temuan tersebut
dapat disimpulkan bahwa reward menggunakan star melalui checklist reflektif
mempunyai dampak positif dalam meningkatkan sikap disiplin peserta didik

B. Saran
Karena reward menggunakan star mlalui checklist reflektif dapat
meningkatkan sikap kedisiplinan peserta didik, maka penulis mengajukan saran
sebagai berikut:
1. Untuk guru dan sekolah, perlu disosialisasi penggunakan reward melalui
checklist reflektif secara intensif dalam mengembangkan pembiasaan disiplin
peserta didik di berbagai sekolah.
2. Untuk orang tua, perlu adanya kolaborasi antara guru dan orang tua wali murid
demi terciptanya sikap kedisplinan yang diharapkan.

69
Daftar Pustaka

Amini, Ibrahim, Agar Tidak Salah Mendidik Anak, Cetakan:1, Jakarta: Al-Huda,
2006.

Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam ,Jakarta: Ciputat
Pers,2002.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Cet:14,
Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Bahan pelatihan yang diterbitkan oleh: KEMENDIKNAS, Badan Penelitian dan


Pengembangan Pusat Kurikulum 2011. Pengembangan Pendidikan
Budaya dan Karakter Bangsa.

Bernhardt, Karl, Discipline and Child Guidance, London: Mc Graw Hill Book
Company.
Colvin, Geoff, 7 Langkah untuk Menyusun Rencana Disiplin Kelas Proaktif,
Cet:1, Jakarta: Indeks, PT. Macana Jaya Cemerlang, 2008.

Daien, Amir Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya: Usaha


Nasional,1973.

Djaali, Prof.Dr, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2006.

Durkheim, Emile, Pendidikan Moral ; Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologis
Pendidikan, Alih Bahasa: Drs. Lukas Ginting, Jakarta: Erlangga,1990.

Sabri, Alisuf, Pengantar Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya, 2007.

Effendi, Rust, Statistika Pendidikan, Bandung:UPI Press,1988.

Eti, Marwatu, MP 2010. 105018200675. “Pemberian Reward dan Punishment


dalam Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa di SMA PGRI 56 Ciputat”,
Skripsi pada sarjana UIN Syarif Hidayatulaah Jakarta, Jakarta, 2009.

Gunarsa, Singgih, Psikologi untuk Membimbing, Jakarta: Gunung Mulia, 2000

Hurlock, Elizabeth, Perkembangan Anak , jilid 2, Alih Bahasa: dr. Med Meitasari
Tjandrasa, Jakarta: Erlangga, 1978.

Irwanto, Drs, Psikologi Umum, Jakarta: PT Prenhallindo, 2002.

Jareonsettasin, Teerakiat, Pendidikan Sathya Sai: Filosofi dan Praktisnya, Edisi:1,


Thailand: International Institute of Sathya Sai Education, 2002.
Jumsai, Art-ong, Na Ayudhya, B.A, M.A., D.I.C.,Ph.D, Lima Nilai Kemanusiaan
dan Keutamaan Manusia (Human Excellence), Edisi:1, Thailand:
International Institute of Sathya Sai Education, 2002.

Jumsai, Art-ong, Na Ayudhya, B.A, M.A., D.I.C.,Ph.D, Model Pembelajaran


Nilai-Nilai Kemanusiaan Terpadu “Pendekatan yang Efektif untuk
Mengembangkan Nilai-nilai Kemanusiaan atau Budi Pekerti pada Peserta
Didik, Jakarta: Yayasan Pendidikan Sathya Sai Indonesia, 2008.

Kementrian Pendidikan Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat


Kurikulum dan Perbukuan, Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter,
2011.

Khalsa, Sirnam, Teaching Discipline and Self Respect: Effective strategies,


Anecdotes, and Lessons for Successful Classroom Management,
California: Corwin Press, 2007.

Lickona, Thomas, Educating for Character “Bagaimana Sekolah Dapat


Memberikan Pendidikan Tentang Sikap Hormat dan Tanggung Jawab,
Edisi: 1, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012.

Lukman bin Ma’sa. konsep penghargaan dan sanksi dalam pendidikan islam,
http://www.scribd.com/, 29 agustus 2009.

Madsen, Charles, Teaching Discipline A Positive Approach for Educational


Development, Edisi:3, Florida: United States of America, 1933.

Majalah Ayah Bunda dan Mead Johnson, dari A Sampai Z Perkembangan Anak,
Buku Pegangan Untuk Pasangan Muda, Jakarta: PT. Gaya Favorit Press.

Muhazir, Zamzam, Lembaga Bimbingan Belajar Sebagai Alternatif Dalam


Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa, KI-Manajemen Pendidikan,2008.

Mulyadi, Seto, Dr, M. Psi, Membantu Anak Balita Mengelola Amarahnya,


Jakarta: Erlangga, 2004.

Mulyasa,M.Pd, Prof. Dr.H.E, Managemen Pendidikan Karakter, Jakarta:Pt.Bumi


aksara,2011

Nur, Muhammad, Abdul Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, Bandung:


Kelompok Penerbit Mizan, 1997

Purwanto, M. Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2006.

Ramayulis, ilmu pendidikan islam, Cet: 6, Jakarta: Kalam mulia. 2008.


Rohani, Ahmad, Pengelolaan Pengajaran, Cet. Ke-2, Jakarta: Rineka Cipta,
2004
Ruseffendi, Prof, Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan, Bandung: CV
Andira Bandung, 1998.
Sanjaya, Wina, Prof. Dr , M.Pd, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media,2006.

Santrock, John W, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media


Group,2008.

Semiawan, Conny, Prof. Dr, Penerapan Pembelajaran pada Anak, Jakarta:


Indeks, PT Macana Jaya Cemerlang,2008.

Schaefer, Charles, Bagaimana Membimbing, Mendidik dan Mendisiplinkan Anak


Secara Efektif “How to Influence Children”, Cet. Ke-1, Jakarta: Restu
Agung, 1996.

Soedijarto, Menuju Pendidikan yang Relefan dan Bermutu, Jakarta: Balai Pustaka,
1989.
Soemanto, Wasty, Drs, Psikologi Pendidikan “Landasan Kerja Pemimpin
Pendidikan”, Jakarta: Rhineka Cipta, 1990.
Sofyan, Ahmad,dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, Cet:1,
Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan


R&D, Bandung: Alfabeta, 2007.

Sumiati, Dra, Metode Pembelajaran, Bandung: CV Wacana Prima. 2009.

Suryabrata, Sumadi, Drs, B.A.,M.A.,Ed.s.,Ph.D, Psikologi Pendidikan, Jakarta:


PT. Raja Grafindo Persada 2010.

Sylvia, Rimm, Mendidik dan Menerapkan Disiplin pada Anak Prasekolah,


Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003.

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Cet. Ke-2, Jakarta: Balai Pustaka,2002.

Uno, Hamzah, Dr, M.Pd, Orientasi Baru dalam Strategi Pembelajaran, Cet:3,
Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006.
Webe, Agung, Smart Teaching “5 Metode Aktif Lejitkan Prestasi Anak Didik,
Yogyakarta: Galangpress, 2010.
Wheldall, Kevin, Discipline in Schools, Psychological Perspectives on the Elton
Report, New York: Routledge London and New York, 1992.

Yanuar, A, Jenis-jenis Hukuman Edukatif untuk Anak SD, Cet:1, Jogjakarta:


DIVE Press, 2012
LAMPIRAN A

INSTRUMEN PENELITIAN

Lampiran A.1 : Instrumen Tes Kedisiplinan Siswa

1. RPP
2. Uji Validitas Instrumen
3. Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen Tes

Lampiran A.2 : Instrumen Non Tes

1. Angket: a. Lembar Checklist Reflektif


b. Catatan Anekdotal Record

2. Profil SDS Hikari


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MINGGUAN
BERBASIS PAIKEM

TEMA : KOTAK MAINANKU

By: Miss. Novi

A. Identitas
NamaSekolah : SD HIKARI

Kelas/Smester : I (Satu) / II (Dua)

MateriPokok : Gerak Benda

Waktu : 22 jam (35‟) / 805 menit

Hari/Tanggal : Senin- jum‟at / 09 - 13 April 2012

B. TEMA : Kotak mainanku


No Mata SK KD Indikator
Pelajaran

1 IPA Mengenal berbagai (1.2) Mengidentifikasi penyebab benda - Mengamati secara sederhana penyebab
bentuk energi dan bergerak (batere, per/pegas, dorongan benda bergerak melalui mainan yang telah
manfaatnya dalam tangan, dan magnet) => FOKUS dipilihnya
kehidupan sehari-
hari MATERI: BATERE dan PER/ PEGAS - Menjelaskan penyebab gerak benda

- Menyimpulkan jenis penyebab gerak


benda

2 MTK Mengenal (5.1) Membandingkan berat benda - Melakukan penimbangan satuan tidak
pengukuran berat melalui percobaan baku dengan menggunakan benda- benda
yang ada di sekitarnya
(5.2) Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan berat benda - Memecahkan masalah yang berkaitan
dengan berat benda

- Study kasus mengenai berat benda

3 IPS Mendeskripsikan (2.1) Menceritakan kembali peristiwa - Mengekspresikan melalui ungkapan kata-
lingkungan rumah penting yang dialami sendiri kata mereka mengenai membuat mainan
dilingkungankeluarga bersama

4 PKN Menerapkan (4.1) Mengikuti tata tertib di rumah dan di - Penilaian diri mengenai pembiasaan
kewajiban anak di sekolah menjalankan beberapa kewajiban dirumah
rumah dan di dan di sekolah “bertanggung jawab atas
sekolah mainan yang sudahdipakai”

- Memahami indikator kedisiplinan


dengan membahas bersama-sama tata
tertib yang ada di daftar Checklist
Reflektif

5 Bahasa Menulis, Menuliskan huruf tegak bersambung - Beragumen dengan menggunakan


Indonesia menulispermulaan yang dicontohkan oleh guru bahasanya sendiri tentang penyebab
dengan huruf gerakbenda
tegakbersambung
- Menceritakan dengan singkat proses
melalui kegiatan
pembelajaran yang telah berlangsung
dikte dan menyalin

C. Tujuan Pembelajaran
Siswa Mampu:

1. Menyebutkanberbagai cara benda bisa bergerakmelaluipengamatan


2. Menjelaskan penyebab gerak benda
3. Menyimpulkan penyebab gerak benda
4. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan gerak benda
5. Mamapu memecahkan masalah yang berkaitan dengan berat benda pada kehidupan sehari-hari
6. Memahami kewajiban di rumah dan disekolah
7. Membiasakan diri dengan membereskan mainan yang telah selesai dimainkan
8. Mengungkapkan bahasa yang baik ketika menceritakan tentang peristiwa membua tmainan bersama
9. Mampu menulis huruf tegak bersambung dengan baik
D. MateriPembelajaran => Peta Konsep
Sub materi: Penyebab benda bergerak
E. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Pendekatan Aktif Inovatif Kreatif dan Menyenangkan

2. Metode : Ceramah, Diskusi, TanyaJawab, Inquiry, Observasi, Pengamatan,

F. Langkah-langkah

Senin
Aktivitas dengan Komponen PAIKEM
Tahap Waktu Indikator Nilai Karakter
Guru Siswa

Pendahuluan 07.30 Guru menanyakan keadaan siswa di pagi Siswa Santun

(20 „) hari mengikuti


intruksi guru
Guru bersama siswa berbaris di luar kelas
duduk hening untuk berdoa

Guru mengecek baju siswa seperti biasa


Religius
Telling Story tentang “Tanggung Jawab”
kebersihan
Guru meminta siswa masuk kedalam kelas, Siswa
namun terlebih dahulu guru meminta siswa mendengarka keperduli
untuk duduk rapih. n cerita guru
Tanggung
Guru bertanya kepada siswa (Questioning) jawab
“menurut kamu barisan manakah yang Siswa duduk Sungguh-
paling rapih dan siapa yang terlebih dahulu dengan rapih sungguh
untuk masuk kedalam kelas, anak laki-laki
atau anak perempuan?”

Siswa
bertanya
dengan
antusias

Kegiatan Eksplorasi 07.50 Guru menyapa siswa dan mempersiapkan Siswa Kedisiplinan
Inti siswa untuk siap belajar mengikuti
(35‟) Kesungguhan
instruksi guru
Guru meberikan motivasi kepada siswa,
Kemandirian
seperti memberitahukan tujuan dan fungsi
pembelajaran hari ini (mengenalkan tokoh
baru yang akan menemani pembelajaran
hari ini) Siswa
bersemangat
Guru mengajak siswa bermain bersama
tokoh baru

Guru mengajak siswa fokus kepada tas


mainan bu guru.

Guru membagi siswa kedalam 6 kelompok

Guru mengajak sisiwa untuk memilih mainan


yang ada di tas mainanku

Guru memerintahkan siswa untuk


mengamati bagaimana cara benda tersebut
bergerak. Siswa
mengikuti
Guru memberikan waktu selama 5 menit
permainan

Guru bertanya kepada siswa tentang diskusi tersebut

yang meraka lakukan tentang mainan itu

Guru menuliskan jawaban siswa di papan


tulis
IPA: Mengamati
secara Guru memberikan siswa LKS untuk
sederhana
dikerjakan (autentic assesment => tes
penyebab
benda bergerak tulis)
melalui mainan
yang telah Guru membahas pengetahuan siswa secara
dipilihnya bersama-sama.

IPA:
Guru bersama siswa bersiap-siap untuk
Menjelaskan
penyebab gerak
benda snack time selama (20‟)

Elaborasi (35‟) Guru mengulang membahas hasil kerja Siswa Kesungguhan


siswa secara bersama-sama. memperhatika
Kepedulian
(Konstruktivisme) n terlebih
sosial dengan
dahulu cara
Guru bersama siswa mengamati permainan kerja kelompok
menjawab
yang bergerak dengan cara yang baru,
lembar
seperti dengan bantuan batre dan pegas
pengamatann
Guru bertanya kembali kepada siswa ya
pengalaman yang dia temukan diluar sana,
tentang bagaimana cara menggerakan
mainan tersebut? (Questioning).

Guru berkolaborasi bersama-sama dengan


siswa, dengan membahas penyebab mainan
IPA: boneka bu guru bergerak (Learning
Menyimpul Comunity)
kan jenis
penyebab Guru bersama siswa mengamati mainan

gerak tersebut

benda
Guru mencabut dan menerapkan baterai di
mainan tersebut

Guru bertanya mengapa si Jalu bisa bicara


dan terkadang tidak bisa bicara?

Adakah sesuatu yang bisa membuat dia


hidup?

Guru menunggu jawaban siswa dan


menulisnya di papan tulis

Guru bertanya “lalu benda apa saja yang


bisa hidup dengan menggunakan baterai?

Guru menulis jawaban siswa di papan tulis

Guru menanyakan tentang pegas. Tahukah


kamu pegas?

Pernahkah kamu melihatnya?

Guru membongkar pulpen, dan


mengenalkan apa itu pegas.

Guru menanyakan benda apa lagi yang bisa


Siswa
bergerak dengan menggunakan pegas?
mengikuti
Guru mencatat jawaban siswa di papan tulis proses
pembelajaran
Guru bersama siswa menyimpulkan
secara tertib
pembahasan hari ini dengan membaca
bersama-sama

Guru meminta siswa untuk menulisnya di


kertas yang telah disediakan.

Guru memberikan waktu kepada siswa untuk


mengerjakannya.

Konfirmasi 09.15 PKn: penilaian Guru bersama siswa merapihkan mainan Siswa Bersungguh-
diri mengenain dan kelas sesudah pengamatan menuliskan di sungguh
(35‟) pembiasaan
menjalankan kertas yang
Guru menanpilkan Main map meteri Kedisiplinan
beberapa telah
kewajiban di pembelajaran mengenai gerak benda dan
disediakan Tanggung
rumah dan di manafaat energi dalam kehidupan sehari-
oleh guru untik jawab
sekolah “ hari.
bertanggung membuat
jawab atas Guru meminta siswa membuat yang sama maind map
semua mainan
dengan yang di papan tulis dengan membuat
yang sudah di
pakai” dan menambahkan konsep yang telah
ditemukan oleh siswa (autentic assesment
=> fortofolio)

Guru mempersilahkan siswa istirahat selama


(25‟)

Penutup 10.15 Guru memberikan kesempatan kepada siswa Siswa Keberanian


untuk menyimpulkan kegiatan pembelajaran mengikuti
(45‟) (Learning Comunity) instruksi guru Kemandirian

Guru menutup pelajaran dengan bersama- Bertanggung


sama merapihkan kelas dan mempersiapkan jawab
untuk berdoa pulang

quis (5 pertanyaan) (autentic assesment


=> individu)

Selasa
Aktivitas dengan Komponen Paikem
Tahap Waktu Indikator Nilai Karakter
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

Pendahuluan 07.30 Guru menanyakan keadaan siswa di pagi Siswa Kedisiplinan

(20‟) hari mengikuti


instruksi guru
Guru bersama siswa berbaris di luar kelas
Religius
duduk hening untuk berdoa
Bersungguh-
Telling Story atau membahas pertanyaan
sungguh
siswa
kedisiplinan
Guru meminta siswa masuk kedalam kelas,
namun guru meminta siswa untuk duduk
rapih terlebih dahulu

Kegiatan Eksplorasi 07.50 Guru bersama siswa mengulang sekilas Siswa Kedisiplinan
Inti pembelajaran kemarin dengan membuka menjawab
(35‟) Kejujuran
maind mapp yang sudah di buat pertanyaan
guru dengan Kewajiban
Guru meminta satu siswa untuk menjelaskan
gembira
maind mapp yang telah dibuat kebenaran

Guru mengaitkan dengan meteri selanjutnya


yaitu matematika.

Guru masih menggunakan mainan untuk


media pembelajaran

Guru menegaskan bahwa ada sebab lain


Siswa maju
yang menyebabkan suatu benda sulit
dengan
bergerak (yaitu beratnya).
percaya diri

Guru sebelumnya bertanya “ apakah sebab


itu?” (Questioning)

Guru memancing siswa dengan melakukan


percobaan yang sesuai dengan materi

Guru mengeluarkan benda yang sama Siswa

namun berbeda berat dan ukurannya. Seperti memperhatika


bola dan balok n guru

Guru bertanya kepada siswa mengapa Siswa


bendanya tidak bergerak bersama-sama?. menjawab
Padahal bendanya sama? (questioning) pertanyaan
guru dengan
Guru menunggu dan menuliskan jawaban
tertib
siswa di papan tulis (Konstruktivisme)

Elaborasi (35‟) Jika belum sampai pada materi, guru Siswa Kedisiplinan
mengajukan pertanyaan kembali “ coba lihat, menjawab
Kesungguhan
apa perbedaan dari kedua benda pertanyaan
ini?”(Questioning) guru dengan kesantunan
tertib dan
Guru menunggu jawaban siswa
mengacungka
MTK:
Guru mengajak siswa untuk mencoba n tangan
- Melakukan melakukan penimbangan dengan satuan
penimbangan tidak baku yang ada di sekitar mereka ambil
satuan tidak mengerjakan tugas yang telah guru berikan
baku dengan sebelumnya (inquiry dan konstruktivisme)
menggunakan
Guru berdoa bersama siswa sebelum snack
benda- benda
time
yang ada di
sekitarnya Guru meminta siswa untuk duduk hening dan
tertib untuk mencuci tangan dan mengambil Siswa
- Memecahkan kotak makannya mengikuti
masalah yang intruksi guru
Guru mempersiapkan siswa untuk snack time
berkaitan dengan
selama 15‟
berat benda

Konfirmasi 09.15 Guru melanjutkan materi dengan melakukan Siswa bermain Ketertiban

(35‟) permainan yaitu tebak berat benda dengan bersama-


Kedisiplinan
menggunakan satuan tidak baku yaitu sama dengan
kelereng (inquiry) guru dengan Tanggung
gembira jawab
Guru mengingatkan kembali peraturan
bermain di luar dengan jelas

Guru Mempersilahkan siswa untuk istirahat


selama 25‟

Penutup 10.15 Guru menanyakan permainan apa yang Siswa Kesungguhan

(45‟) Bahasa dimainkan di luar sewaktu jam istirahat tadi menjawab


Tanggung
Indonesia: pertanyaan
Guru mengulas sedikit pembelajaran hari ini jawab
- Menceritakan guru dengan
dengan memberi kesempatan kepada siswa
dengan singkat gembira dan Kepedulian
menjelaskan materi apa yang dia dapatkan
proses semangat sosial
hari ini.
pembelajaran
kesantunan
yang telah Guru bersama siswa merapihkan kelas dan

berlangsung mempersiapkan untuk berdoa pulang Siswa


mengikuti
perintah
dengan tertib

Rabu
Aktivitas dengan Komponen Paikem
Tahap Waktu Indikator Nilai Karakter
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

Pendahuluan 07.30 Guru menanyakan keadaan siswa di pagi Siswa Kesantunan

(20‟) hari menjawab


Kedisiplinan
pertanyaan
Guru mengecek kebersihan siswa dalam
yang diberikan
berseragam
oleh guru
Kebersihan
Guru bersama siswa berbaris di luar kelas
Guru
duduk hening untuk berdoa
mengikuti
Telling Story tentang “ KESUNGGUHAN perintah guru
YANG BERBUAH MANIS” dengan tertib

Guru meminta siswa masuk kedalam kelas, Religius


namun terlebih dahulu guru meminta siswa
untuk duduk rapih
kesungguhan

Kegiatan Eksplorasi 07.50 Guru mengulang materi yang telah Siswa Kesungguhan
Inti dipelajari kemarin secara singkat dan jelas mengikuti
(35‟) Tanggung
dengan sekali lagi menunjuk satu siswa materi yang
jawab
untuk menjelaskan di depan kelas sedang
diajarkan
Guru meminta siswa untuk mengeluarkan
mainan kesukaan mereka yang ada di Siswa
rumah mengikuti
instruksi yang
Guru memberikan lks yang berkaitan
guru berikan
dengan mainan tersebut (autentic
assesment => individu)

Elaborasi (35‟) Bahasa Guru meminta siswa satu persatu untuk Siswa Kesungguhan
Indonesia: menceritakannya di depan kelas dengan mengikuti
santun
suara yang kencang proses
-
pembelajaran
Mengekspresikan Guru mengajak siswa untuk berdoa
dengan tertib
melalui ungkapan sebelum snack time
cerita singkat
Guru meminta siswa untuk duduk tertib
mengenai mainan
kesukaan yang Guru mempersiapkan siswa untuk snack
didapat dari time selama 15‟
keluarga

Konfirmasi 09.15 Guru menanyakan makan yang telah Siswa Kesungguhan

(35‟) dibawa oleh anak-anak mengikuti


Kedisiplinan
intruksi guru
Guru mengkaitkan mainan itu dengan
dengan tertib ketertiban
materi yang kemarin, yaitu cara benda
bergerak, berat benda, dan bagaimana
benda itu dapat bergerak

Guru memberikan kesempatan kepada


siswa untuk menjawab pertanyaan
(Konstruktivisme dan inquiry)

Guru mengulang aturan permainan ketika


jam istirahat sedang berlangsung

Guru Mempersilahkan siswa untuk istirahat


selama 25‟

Penutup 10.15 Guru meminta siswa untuk duduk dengan Siswa Kedisiplinan

(45‟) rapih mengikuti


ketertiban
perintah bu
Guru bertanya keadaan mereka setelah
guru
istirahat
Siswa
Guru bertanya kepada siswa, apa yang
berterimakasih
sudah mereka pelajari hari ini dengan
(questioning) teman-
temannya
Guru memberikan kesempatan kepada
- Penilaian diri
siswa untuk menjawab
mengenai
pembiasaan Guru membagikan pr kepada siswa.
menjalankan Mengenai pembiasaan menjalankan
beberapa kewajiban di rumah (autentic assesment
kewajiban => penilaian diri)
dirumah dan di
Guru bersama siswa merapihkan kelas dan
sekolah
mempersiapkan untuk berdoa pulang

Kamis
Aktivitas dengan Komponen Paikem
Tahap Waktu Indikator Nilai Karakter
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

Pendahuluan 07.30 Guru menanyakan keadaan siswa di pagi Siswa Kesantunan

(20‟) hari menjawab


Ketertiban
pertanyaan
Guru mengecek kebersihan dan kerapihan
guru
siswa
Siswa Kebersihan
Guru bersama siswa berbaris di luar kelas
duduk hening untuk berdoa mengikuti
intruksi guru
Telling Story atau membahas pertanyaan Religius

siswa

Guru meminta siswa masuk kedalam kelas,


namun guru meminta siswa untuk duduk
rapih terlebih dahulu

Kegiatan Eksplorasi 07.50 Guru mengulas kembali pembelajaran yang Siswa Kesungguhan
Inti telah berlangsung dari hari senin sampai mendengarkan
(35‟) Tanggung
rabu. dan mengikuti
jawab
instruksi guru
Guru menanyakan “ apa yang kalian
dengan kesantunan
lakukan ketika selesai bermain?”. Dan
gembira
pernahkah kalian di minta ibu untuk
membereskan mainan nya?”. (questioning)

Guru menunggu jawaban siswa

Guru bertanya kepada siswa “ apa yang Siswa


dilakukan untuk menjaga mainan kalian?. menjawab
Seperti di lap, disimpan, dibersihkan, atau di pertanyaan
tata di tempat yang baik” guru

Elaborasi (35‟) Guru bertanya kembali “ untuk apa mainan Siswa Tanggung
menjawab
di simpan dan di jaga?” (questioning) pertanyaan jawab
guru
Guru menunggu jawaban siswa Kesungguhan

Guru menjelaskan bagaimana mengerjakan kesantunan


lks selanjutnya

Guru bersama siswa membahas mengenai


PKn:
lks yang diberikan yaitu, lks penilaian diri
- Penilaian diri mengenai tanggung jawab yang
mengenai
dilaksanankan di sekolah “membersihkan
pembiasaan
menjalankan dan membereskan mainan yang selesai
beberapa digunakan (autentic assesment =>
kewajiban
penilaian diri).
dirumah dan di
sekolah
Guru mempersiapkan siswa untuk snack
time selama 15‟

Konfirmasi 09.15 PKn: Guru menanyakan kepada siswa, tahukah Siswa Kesungguhan

(35‟) kamu untuk apa kita mengikuti tata tertib? mengikuti


Memahami Ketertiban
intruksi untuk
indikator Guru menunggu jawaban siswa dan
mengerjakan Tanggung
kedisiplinan menulis jawabannya di papan tulis
lks yang telah jawab
dengan
Guru menyampaikan kepada siswa, bahwa diberikan
membahas
sekolahpun memiliki peraturan.
bersama-sama
tata tertib yang Guru mengenalkan dan membahas
ada di daftar bersama-sama mengenai peraturan
Checklist tersebut.
Reflektif
Guru mengenalkan lembar checlist reflektif
kepada siswa, lembar perlembar.

Guru mengenalkan media pemotivasi


kedisiplinan siswa seperti: Papan Star, Star,
pin disiplin.

Guru menjelaskan cara mengisi lembar


checklist reflektif (seperti mengenalkan jam
analog, pulpen, kaca) dan bagaimana cara
siswa mendapatkan media tambahan
tersebut.

Guru bersama siswa mengisi lembar


checklist reflektif, seperti membubuhi nama,
memberikan gambar, mengisi LKS halaman
4, halaman 7, dan halaman 9.

Guru Mempersilahkan siswa untuk istirahat


selama 25‟

Penutup 10.15 Guru menanyakan keadaan mereka setelah Siswa Kesungguhan


(45‟) beristirahat mengikuti KBM

Guru meminta siswa meneruskan tugas Tanggung


yang belum diselesaikan di unfinis foldernya jawab
sambil menunggu waktu jam pulang
sekolah

Jika waktu masih berlanjut, guru meminta


siswa untuk mengerjakan lks yang telah
disediakan dan bagi siswa yang belum
menyelesaikan tugasnya bisa dibawa
pulang untuk PR

Guru bersama siswa merapihkan kelas dan


mempersiapkan untuk berdoa pulang

Desa Koceak, 13 Januari 2012

Mengetahui

Kepala sekolah Pengampuh Kurikulum Guru Pengampuh KBM

(.................................) (......................................) (.....................................)


8 Indikator Disiplin pada peserta didik kelas 1 Sekolah Dasar menurut kemen diknas Comment [N1]: Secara Umum:
1. Indikatornya 8 atau 6 kah?
1. Datang ke sekolah dan masuk kelas pada waktunya 2. Jika mengacu pada judul , bentuk Reward dan
Punishmentnya tidak terlihat
2. Melaksanakan tugas-tugas kelas yang menjadi tanggung jawabnya 3. Sulit untuk melihat skor total “Disiplin” karena ada
yg kualitatif, ada juga yg bisa dikuantitatif
3. Duduk pada tempat yang telah ditetapkan
4. Menaati peraturan sekolah dan kelas
SARAN:
5. Berpakaian rapih 1. PERJELAS JUDUL
6. Mematuhi aturan permainan 2. BEDAKAN INSTRUMEN UNTUK MENGUKUR
VARIABEL DENGAN METODE ATAU MODUL YANG
KITA GUNAKAN DALAM MELAKUKAN TREATMENT,
MISAL PADA INDIKATOR DUDUK PADA TEMPATNYA
 APA YANG AKAN DIUKUR?
Riwayat Singkat Validator
Nama Validator (dengan gelar) : Kenti Martiastuti, M,Pd

Riwayat singkat validator yang berhubungan dengan keahlian :

1. Dosen Psikologi Anak UPI Bandung – Sekarang

Catatan/ Rekomendasi/ Perbaikan terhadap instrument:

Perbaikan dikirimkan lewat internet, di lembar berikutnya.

Tangerang Selatan, 13 Maret 2012

( )
Instrument Observasi
“PENINGKATAN KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS 1 MENGGUNAKAN
REWARD DAN PUNISHMENT DI SD HIKARI DESA KARANGGAN”

Name:

Kelas : My Star:

Sign:
Teacher Parents

MY DISCIPLINE REPORT
Comment [N2]: report
Mata Pelajaran : PKn
SK : Membiasakan Tertib di Rumah dan di Sekolah
KD : Melaksanakan Tertib di Sekolah
Indikator : Membiasakan Diri Untuk Datang ke Sekolah dan Masuk Kelas Pada Waktunya

No Hari Tanggal Aku Tiba di Sekolah pada Jam? Comment [N3]: Kenapa bukan check list saja?
Misalnya diganti dengan kalimat : hari ini aku datang
1. tepat waktu, beri check list jika ya dan sebaliknya

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30
Mata Pelajaran : PKn
SK : Menerapkan Kewajiban Anak di Rumah dan di Sekolah
KD : Mengikuti Kewajiban Anak di Sekolah
Indikator : Melaksanakan Tugas-tugas kelas yang menjadi tanggung jawabnya

Isi sesuai dengan contoh, lalu beri tanda Check list ( ) jika kamu sudah mengerjakan Pr dan LKS ok!!

No Hari Tanggal PR ku LKS Ku Apa yang kamu bersihkan hari ini?


1 2 3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
Mata Pelajaran : PKn
SK : Membiasakan Tertib di Rumah dan di Sekolah
KD : Melaksanakan Tata tertib di Sekolah
Indikator : Duduk pada tempat yang telah ditetapkan Comment [N4]: instrumennya mana?

Aku anak yang baik


Aku harus mengikuti tata tertib dengan baik pula
Sekarang aku akan warnai dimana aku duduk
Karna duduk pada tempat yang ditetapkan adalah tata tertib yang harus
aku ikuti

Papan Tulis

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

18 17 16 15 14 13 12 11

19 20 21 22 23 24 25 26

34 33 32 31 30 29 28 27

Meja Guru
Lembar Pemahaman Siswa
“PENINGKATAN KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS 1 MENGGUNAKAN
REWARD DAN PUNISHMENT DI SD HIKARI DESA KARANGGAN”

Mata Pelajaran : PKn


SK : Membiasakan Tertib di Rumah dan di Sekolah
KD : Melaksanakan Tata tertib di Sekolah
Indikator : Menceritakan dengan menggunakan bahasa mereka mengenai peraturan
yang udah terbentuk di rumah atau di awal semester sekolah Comment [N5]: Deskriptif sajakah? Bagaimana
mengukurnya?

SARAN:
Asik... hari ini aku akan menceritakan kegiatanku sewaktu di rumah dan di sekolah, 1. LBuat daftar tata tertib yang ada di sekolah dan
buat kolom check list
lalu aku akan menceritakan pula peraturan yang aku jalani ketika aku ada di rumah dan di sekolah 2. Lembar ini jadikan sebagai modul/metode yang
diterapkan

Peraturan di sekolah:
........................................................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................................................

Peraturan di rumah:
........................................................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................................................

INGAT:
KATA BU GURU ANAK YANG BAIK ADALAH ANAK YANG MEMATUHI TATA TERTIB, dan
MENDENGARKAN MAMAH, PAPAH dan GURUKU ADALAH TATA TERTIB YANG PALING
PENTING!!!!
Instrument Observasi - Check list
“PENINGKATAN KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS 1 MENGGUNAKAN
REWARD DAN PUNISHMENT DI SD HIKARI DESA KARANGGAN”

Mata Pelajaran : PKn


SK : Membiasakan Tertib di Rumah dan di Sekolah
KD : Melaksanakan Tata tertib di Sekolah
Indikator : Menaati Peraturan Sekolah dan Kelas

Berilah tanda check list ( ) apabila kamu mematuhi tata tertib sekolah dan kelas
Berilah tanda silang ( ) apabila kamu melanggar tata tertib sekolah dan kelas
Dengarkan penjelasan ibu guru!!

Bulan: .....................................
Tanggal
1 Hadir tepat waktu dan
segera berbaris rapih
2 Selalu berpakaian
rapih dan memakai
alas kaki ketika keluar
kelas
3 Selalu 4 S (senyum,
salam, sapa dan
santun)
4 Berkata baik dan
sopan
5 Makan dan minum
sambil duduk
6 Saling menghargai dan
menjaga barang milik
sendiri/ orang lain
7 Menjaga kebersihan
lingkungan
8 Tidak merusak
tumbuhan dan tidak
mencoret-coret meja,
kursi,tembok
9 Selalu mendengarkan
dan tertib ketika guru
menjelaskan
10 Mengejakan tugas
tepat waktu
11 menyimpan alas kaki
dan loker dengan
benar
Lembar Pemahaman Siswa
“PENINGKATAN KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS 1 MENGGUNAKAN
REWARD DAN PUNISHMENT DI SD HIKARI DESA KARANGGAN”

Mata Pelajaran : Seni Rupa


Kelas/ Semester : 1/2
SK : Mengekspresikan diri melalui karya seni rupa
KD : mengekspresikan diri melalui teknik mewarnai, menggunting, dan
menempel.
Indikator : Memahami tata tertib Berpakaian Rapih melaui kegiatan mewarnai
dengan tepat dan menempelkan gambar atribut yang dianggap kurang
dari seragam sekolah yang telah ditetapkan
Instrument Observasi Cheklist
“PENINGKATAN KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS 1 MENGGUNAKAN
REWARD DAN PUNISHMENT DI SD HIKARI DESA KARANGGAN”

Mata Pelajaran : PKn


SK : Membiasakan Tertib di Rumah dan di Sekolah
KD : Melaksanakan Tertib di Sekolah
Indikator : Berpakaian Rapih dan Sopan

Anak yang baik selalu berpakaian rapih loh.


Ayo kita lihat cermin, apakah kamu sama seperti contoh?
Cek satu persatu atribut sekolahmu, lalu beri tanda check list ( ) jika kamu memakainya, namun
jika tidak berilah tanda silang ( ).

Apa warna baju Apakah Rapih tidak


No Hari dan celanamu? bajuku ya rambut
rapih? (Topi) (Kaos kaki) (Sepatu) ku?
(Dasi)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
Instrument Observasi _ Catatan Harian
“PENINGKATAN KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS 1 MENGGUNAKAN
REWARD DAN PUNISHMENT DI SD HIKARI DESA KARANGGAN”

Indikator : Mematuhi Aturan Permainan

Hari dan Tanggal : .......................................................................................................


Mata Pelajaran : .......................................................................................................
Sub Materi : .......................................................................................................
Perintah yang harus dilaksanankan :
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................

Ceritakan seluruh kejadian ketika proses pembelajaran berlangsung, perhatikan aktifitas peserta
didik mengenai aktifitasnya mengikuti aturan permainan

..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................

Tanggerang Selatan, ........................... 2012

Observer

(...........................................................)
Lembar Pemahaman Siswa
DAMPAK “REWARD + CHECK LIST REFLEKTIF” TERHADAP SIKAP
KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS 1 DI SD HIKARI DESA KARANGGAN

Indikator : II (Menaati Peraturan )


SK : Membiasakan Tertib di Rumah dan di Sekolah
KD : Melaksanakan Tata tertib di Sekolah
Tujuan : Memahami dengan menggunakan bahasa siswa apa yang disebut
peraturan

Seringkah kamu mendengar kata “ peraturan” ?


Untuk apakah kita mamatuhi peraturan itu?
Ayo.. kita tulis jawabannya di bawah ini !!!

Dimana saja kamu mendengar kata “Peraturan ?


............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
.........................................................

Untuk apa kita mematuhi peraturan ?


............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
.........................................................

INGAT:
KATA BU GURU ANAK YANG BAIK ADALAH ANAK YANG MEMATUHI TATA TERTIB,
dan MENDENGARKAN MAMAH, PAPAH dan GURU ADALAH TATA TERTIB YANG PALING
PENTING!!!!
Indikator : II (Menaati Peraturan ) Membiasakan diri untuk mematuhi peraturan
kelas
Mata Pelajaran/ SK : PKn/ Membiasakan Tertib di Rumah dan di Sekolah
KD : Melaksanakan Tata tertib di Sekolah

Berilah tanda check list ( ) apabila kamu mematuhi tata tertib kelas
Dan berilah tanda silang ( ) apabila kamu melanggar tata tertib kelas
Dengarkan penjelasan ibu guru!!

Bulan: .....................................
Tanggal

1 Berbaris rapih ketika


bel berbunyi

2 Memberi salam ketika


bertemu dengan
setiap orang

3 Makan dan minum


sambil duduk

4 Meminta izin ketika


ingin memakai barang
milik orang lain

5 Membuang sampah
pada tempatnya

6 Tidak merusak
tumbuhan

7 Menyimpan sepatu dan


tas pada tempatnya

8 Menyimpan sandal
pada tempatnya

9 Memperhatikan ketika
guru menjelaskan
pelajaran

10 Tidak mencoret-
coret meja dan
tembok

11 Berkata baik dan


sopan pada setiap
pelajaran
Indikator : II (Menaati Peraturan ) Membiasakan diri untuk mematuhi peraturan
bersama yang telah disepakati sebelumnya
Mata Pelajaran/ SK : PKn/ Membiasakan Tertib di Rumah dan di Sekolah
KD : Melaksanakan Tata tertib di Sekolah

Ayo... kita sebutkan apa yang menjadi peraturan bersama.


Lalu Berilah tanda check list ( ) apabila kamu mematuhi tata tertib itu
Dan berilah tanda silang ( ) apabila kamu melanggar tata tertib itu
Dengarkan penjelasan ibu guru!!

Bulan: .....................................
Tanggal

1
..............................................................................

..............................................................................

..............................................................................

2
..............................................................................

..............................................................................

..............................................................................

3
..............................................................................

..............................................................................

..............................................................................

4
..............................................................................

..............................................................................

..............................................................................

5
..............................................................................

..............................................................................

..............................................................................
Lembar Pemahaman Siswa
DAMPAK “REWARD + CHECK LIST REFLEKTIF” TERHADAP SIKAP
KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS 1 DI SD HIKARI DESA KARANGGAN

Indikator : III (Kerapihan Berbusana)


Mata Pelajaran/ SK : Seni Rupa/ Mengekspresikan diri melalui karya seni rupa
KD : Mengekspresikan diri melalui teknik mewarnai, menggunting, dan
menempel.
Tujuan :Memahami tata tertib Berpakaian Rapih melalui kegiatan mewarnai
dengan tepat dan menempelkan gambar atribut yang dianggap kurang
dari seragam sekolah yang telah ditetapkan
Indikator : III (Kerapihan Berbusana) Berpakaian Rapih dan Sopan
Mata Pelajaran/ SK : Membiasakan Tertib di Rumah dan di Sekolah
KD : Melaksanakan Tertib di Sekolah

Anak yang baik selalu berpakaian rapih loh.


Ayo kita lihat cermin, apakah kamu sama seperti contoh?
Cek satu persatu atribut sekolahmu, lalu beri tanda check list ( )
jika kamu memakainya, namun jika tidak berilah tanda silang ( ).

Apa warna baju Apakah Rapih


dan celanamu? bajuku tidak ya
No Hari
rapih? (Topi) (Kaos kaki) (Sepatu) rambut
(Dasi) ku?

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.
REKAPITULASI HASIL UJI INSTRUMEN

1. Berikut ini adalah prosentase berkategori dan diagram batang perubahan sikap
disiplin peserta didik kelas 1 SD Hikari Desa Karanggan selama 21 hari menggunakan
checklist reflektif dan reward dan pasca 6 hari, diantaranya:

a. Prosentase berkategori, indikator: Ketepatan waktu, membiasakan diri untuk datang


ke sekolah dan masuk kelas pada waktunya

no nama 1. Membiasakan Diri Untuk Datang ke Sekolah dan Masuk Kelas Pada Waktunya
hasil 1 hasil 2
1 L1 81 buruk 95,2 buruk
2 P2 90,5 baik 95,2 buruk
3 P3 100 sangat baik 100 sangat baik
4 L4 52,4 buruk 100 sangat baik
5 L5 100 sangat baik 100 sangat baik
6 P6 95,2 sangat baik 100 sangat baik
7 P7 61,9 buruk 90,5 buruk
8 L8 85,7 buruk 100 sangat baik
9 L9 100 sangat baik 100 sangat baik
10 L10 90,5 baik 100 sangat baik
11 L11 100 sangat baik 100 sangat baik
12 P12 100 sangat baik 100 sangat baik
13 L13 100 sangat baik 100 sangat baik
14 L14 95,2 sangat baik 100 sangat baik
15 P15 100 sangat baik 100 sangat baik
16 P18 81 buruk 100 sangat baik
17 L19 85,7 buruk 100 sangat baik
18 P20 100 sangat baik 100 sangat baik
19 L21 95,2 sangat baik 100 sangat baik
20 L22 100 sangat baik 100 sangat baik
21 P23 81 buruk 100 sangat baik
22 L24 90,5 baik 100 sangat baik
23 P26 100 sangat baik 100 sangat baik
24 L27 28,6 buruk 100 sangat baik
25 L28 95,2 sangat baik 100 sangat baik
26 P29 100 sangat baik 100 sangat baik
27 L30 100 sangat baik 100 sangat baik
28 L31 76,2 buruk 100 sangat baik
29 P32 81 buruk 100 sangat baik
30 P33 61,9 buruk 100 sangat baik
31 P34 61,9 buruk 100 sangat baik
32 P35 90,5 baik 100 sangat baik
Diagram batang perubahan sikap kedisplinan indikator 1

35

30

25

20 sangat baik
15 baik

10 buruk

0
proses pasca

Dengan rata-rata

102.00
100.00
98.00
96.00
94.00
92.00
90.00
88.00
86.00
84.00
82.00
80.00
proses pasca

b. Prosentase berkategori, indikator 2: Ketepatan waktu, melaksanakan dan


mengumpulkan tugas-tugas kelas yang menjadi tanggung jawabnya dengan tepat waktu

2. Melaksanakan dan mengumpulkan Tugas-tugas kelas yang menjadi


no nama tanggung jawabnya dengan tepat waktu
hasil 1 hasil 2
1 L1 71,4 buruk 100 sangat baik
2 P2 95,2 baik 100 sangat baik
3 P3 100 sangat baik 100 sangat baik
4 L4 100 sangat baik 100 sangat baik
5 L5 100 sangat baik 100 sangat baik
6 P6 100 sangat baik 100 sangat baik
7 P7 100 sangat baik 100 sangat baik
8 L8 95,2 baik 100 sangat baik
9 L9 100 sangat baik 100 sangat baik
10 L10 81,0 buruk 100 sangat baik
11 L11 100 sangat baik 100 sangat baik
12 P12 95,2 baik 100 sangat baik
13 L13 90,5 buruk 100 sangat baik
14 L14 57,1 buruk 100 sangat baik
15 P15 90,5 buruk 100 sangat baik
16 P18 100 sangat baik 100 sangat baik
17 L19 57,1 buruk 100 sangat baik
18 P20 90,5 buruk 100 sangat baik
19 L21 100 sangat baik 100 sangat baik
20 L22 90,5 buruk 100 sangat baik
21 P23 100 sangat baik 100 sangat baik
22 L24 95,2 baik 100 sangat baik
23 P26 90,5 buruk 100 sangat baik
24 L27 100 sangat baik 100 sangat baik
25 L28 100 sangat baik 100 sangat baik
26 P29 95,2 baik 100 sangat baik
27 L30 100 sangat baik 100 sangat baik
28 L31 100 sangat baik 100 sangat baik
29 P32 100 sangat baik 100 sangat baik
30 P33 71,4 buruk 100 sangat baik
31 P34 100 sangat baik 100 sangat baik
32 P35 100 sangat baik 100 sangat baik

Diagram batang perubahan sikap indikator 2

35
30
25

20
proses
15
pasca
10
5
0
sangat baik baik buruk
Dengan rata-rata

102.00
100.00
98.00
96.00
94.00
92.00
90.00
88.00
proses pasca

c. Prosentase berkategori, indikator: Membiasakan diri untuk mematuhi peraturan kelas

no nama 3. membiasakan diri untuk memanuhi peraturan kelas


hasil 1 hasil 2
1 L1 97,8 sangat baik 77,3 buruk
2 P2 100 sangat baik 83,3 sangat baik
3 P3 98,3 sangat baik 80,3 buruk
4 L4 92,6 buruk 83,3 sangat baik
5 L5 98,3 sangat baik 83,3 sangat baik
6 P6 93,1 buruk 81,8 baik
7 P7 93,9 buruk 83,3 buruk
8 L8 94,8 buruk 78,8 buruk
9 L9 100 sangat baik 83,3 sangat baik
10 L10 100 sangat baik 83,3 sangat baik
11 L11 100 sangat baik 83,3 sangat baik
12 P12 100 sangat baik 81,8 baik
13 L13 97 buruk 74,2 buruk
14 L14 100 sangat baik 83,3 sangat baik
15 P15 100 sangat baik 66,7 buruk
16 P18 100 sangat baik 83,3 sangat baik
17 L19 93,9 buruk 81,8 baik
18 P20 98,3 sangat baik 81,8 baik
19 L21 94,8 buruk 81,8 baik
20 L22 98,7 sangat baik 81,8 buruk
21 P23 99,6 sangat baik 81,8 baik
22 L24 98,3 sangat baik 63,6 buruk
23 P26 97,4 buruk 80,3 buruk
24 L27 96,5 buruk 81,8 baik
25 L28 97 buruk 83,3 sangat baik
26 P29 99,6 sangat baik 83,3 sangat baik
27 L30 99,1 sangat baik 83,3 sangat baik
28 L31 93,5 buruk 83,3 sangat baik
29 P32 98,3 sangat baik 83,3 sangat baik
30 P33 100 sangat baik 83,3 sangat baik
31 P34 100 sangat baik 83,3 sangat baik
32 P35 98,3 sangat baik 66,7 buruk

Diagram batang perubahan sikap kedisiplinan indikator 3

25
20
15
proses
10
pasca
5
0
sangat baik baik buruk

Dengan rata-rata

120.00

100.00

80.00

60.00

40.00

20.00

0.00
proses pasca
d. Prosentase berkategori, indikator 4: Membiasakan diri untuk mematuhi peraturan
bersama yang telah disepakati sebelumnya

4. membiasakan diri untuk mematuhi peraturan bersama yang telah


no nama disepakati sebelumnya
hasil 1 hasil 2
1 L1 98,4 sangat baik 84 buruk
2 P2 98,4 sangat baik 100 sangat baik
3 P3 100 sangat baik 100 buruk
4 L4 90,5 buruk 100 sangat baik
5 L5 93,7 buruk 89 baik
6 P6 90,5 buruk 95 buruk
7 P7 93,7 buruk 100 buruk
8 L8 93,7 buruk 89 buruk
9 L9 100 sangat baik 100 sangat baik
10 L10 100 sangat baik 100 sangat baik
11 L11 100 sangat baik 100 sangat baik
12 P12 100 sangat baik 100 sangat baik
13 L13 95,2 baik 89 buruk
14 L14 100 sangat baik 100 sangat baik
15 P15 95,2 baik 95 baik
16 P18 100 sangat baik 100 sangat baik
17 L19 77,8 buruk 100 sangat baik
18 P20 100 sangat baik 100 sangat baik
19 L21 87,3 buruk 100 sangat baik
20 L22 95,2 baik 100 sangat baik
21 P23 100 sangat baik 100 sangat baik
22 L24 77,8 buruk 72 buruk
23 P26 100 sangat baik 100 sangat baik
24 L27 88,9 buruk 84 buruk
25 L28 87,3 buruk 89 buruk
26 P29 100 sangat baik 100 sangat baik
27 L30 81 buruk 95 baik
28 L31 96,8 sangat baik 95 baik
29 P32 95,2 baik 100 sangat baik
30 P33 96,8 sangat baik 100 sangat baik
31 P34 93,7 buruk 84 buruk
32 P35 98,4 sangat baik 100 sangat baik
Diagram batang perubahan sikap kedisiplinan indikator 4

20
18
16
14
12
10 proses
8
pasca
6
4
2
0
sangat baik baik buruk

Dengan rata-rata

95.80
95.60
95.40
95.20
95.00
94.80
94.60
94.40
94.20
94.00
proses pasca

e. Prosentase berkategori, indikator 5: Berpakaian rapih dan sopan

No nama 5.berpakaian rapih dan sopan


hasil 1 hasil 2
1 L1 95,2 sangat baik 83,3 buruk
2 P2 95,2 sangat baik 100 sangat baik
3 P3 85,7 sangat baik 100 sangat baik
4 L4 81 buruk 100 sangat baik
5 L5 81 buruk 83,3 buruk
6 P6 100 sangat baik 100 sangat baik
7 P7 81 buruk 66,7 buruk
8 L8 90,5 buruk 100 sangat baik
9 L9 76,2 buruk 66,7 buruk
10 L10 100 sangat baik 100 sangat baik
11 L11 100 sangat baik 100 sangat baik
12 P12 100 sangat baik 100 sangat baik
13 L13 90,5 buruk 100 sangat baik
14 L14 100 sangat baik 100 sangat baik
15 P15 100 sangat baik 100 sangat baik
16 P18 100 sangat baik 100 sangat baik
17 L19 100 sangat baik 100 sangat baik
18 P20 100 sangat baik 100 sangat baik
19 L21 95,2 sangat baik 100 sangat baik
20 L22 100 sangat baik 100 sangat baik
21 P23 100 sangat baik 100 sangat baik
22 L24 85,7 buruk 100 sangat baik
23 P26 100 sangat baik 100 sangat baik
24 L27 95,2 sangat baik 100 sangat baik
25 L28 95,2 sangat baik 100 sangat baik
26 P29 81 buruk 66,7 buruk
27 L30 100 sangat baik 100 sangat baik
28 L31 95,2 sangat baik 100 sangat baik
29 P32 100 sangat baik 100 sangat baik
30 P33 90,5 sangat baik 83,3 buruk
31 P34 100 sangat baik 100 sangat baik
32 P35 85,7 buruk 66,7 buruk

Diagram batang perubahan sikap indikator 5

30
25
20
15 proses
10 pasca
5
0
sangat baik baik buruk
Dengan rata-rata

94.4
94.3
94.2
94.1
94
93.9
93.8
93.7
93.6
93.5
93.4
proses pasca

Prosentase dan kategori keseluruhan sikap disiplin peserta didik kelas 1 SD Hikari
Desa Karanggan

no nama hasil keseluruhan sikap kedisiplinan siswa


hasil 1 hasil 2
1 L1 88,8 baik 87,9 buruk
2 P2 95,9 baik 95,7 sangat baik
3 P3 96,8 sangat baik 96,1 sangat baik
4 L4 83,3 baik 96,7 sangat baik
5 L5 94,6 baik 91,1 buruk
6 P6 95,8 sangat baik 95,3 baik
7 P7 86,1 baik 88,1 buruk
8 L8 92 baik 93,6 baik
9 L9 95,2 sangat baik 90 buruk
10 L10 94,3 baik 96,7 sangat baik
11 L11 100 sangat baik 96,7 sangat baik
12 P12 99 sangat baik 96,4 sangat baik
13 L13 94,6 baik 92,7 buruk
14 L14 90,5 baik 96,7 sangat baik
15 P15 97,1 sangat baik 92,3 buruk
16 P18 96,2 sangat baik 96,4 sangat baik
17 L19 82,9 baik 96,4 sangat baik
18 P20 97,7 sangat baik 96,4 sangat baik
19 L21 94,5 baik 96,4 sangat baik
20 L22 96,9 sangat baik 96,4 sangat baik
21 P23 96,1 sangat baik 96,4 sangat baik
22 L24 89,5 baik 87,2 buruk
23 P26 97,6 sangat baik 96,1 sangat baik
24 L27 81,8 baik 93,1 buruk
25 L28 94,9 sangat baik 94,5 baik
26 P29 95,2 sangat baik 90 buruk
27 L30 96 sangat baik 95,6 sangat baik
28 L31 92,4 baik 95,6 sangat baik
29 P32 94,9 sangat baik 96,7 sangat baik
30 P33 84,1 baik 93,4 buruk
31 P34 91,1 baik 93,4 buruk
32 P35 94,6 baik 86,7 buruk
Apa pendapatmu tentang gambar ini?.
Maukah kamu mencetaknya?
Lalu kamu beri warna
Lihat gambar ini dengan gambar yang telah kamu buat
Adakah perbedaannya??

..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
Ayo kita tebalkan gambarnya lalu diberi warna???

Setelah kamu meberikan warna, jadi lebih indah bukan


Selanjutnya, ayo.... kita beri nama dan berikan alasanmu mengapa kamu berikan
nama itu?

Nama robotku :........................................................


Alasan ku
.........................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................
Bagus ya gambarnya.
Tahukah kamu siapa kedua tokoh itu??? Ayo... coba diingat
Dan Apa pekerjaannya?, pekerjaannya sangat mulia loh
Dan yang paling baik mereka berteman sangat baik
Ayo.. kita cari tahu

Siapakah nama kedua tokoh itu?..............................................................................................


Apa pekerjaannya ?....................................................................................................................
Pernahkah kamu berfoto bersama temanmu? ....................................................................
Siapa saja, sebutkan ya? ..........................................................................................................
.........................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................

Ayo...kita cetak, dikertas lain. lalu beri warna


Ayo tebak

Siapa nama tokoh diatas? ....................................................................................................

Ayo... kita beri warna!!!!


Ayo.... kita cetak gambarnya di kertas lain.

Kemudian kamu warnai ulang

Samakah dengan gambar diatas?

dia itu temannya jalu, tapi sewaktu ibu Novi temukan dijalan dia tidak memiliki
nama, maukah memebantu ibu Novi untuk memberikan nama kepada temannya
jalu ini?

Namanya adalah?

Tahukah kamu, hewan apakah itu?.................................................................................


Ayo kita tebalkan gambarnya lalu diberi warna???. O...ya, gambar ini belum selesai,
jadi tugasmu adalah meneruskan gambar gaunnya menjadi lebih indah
LAMPIRAN B
1. Permohonan Surat Bimbingan Skripsi
2. Surat Permohonan Izin Observasi
3. Surat Permohonan Izin Penelitian
4. Foto Kegiatan pasca 10 hari disiplin diterapkan
5. Uji Referensi
6. Jurnal mengenai 21 hari
7. Piagam penghargaan skripsi terbaik
DAFTAR AYAT, TABEL, DIAGRAM DAN GRAFIK
Ayat
Ayat 1 : surah Al-Imran ayat 145 dan 148 ...................................................... 24
Ayat 2 : surah An-Nisa ayat 134 ..................................................................... 25
Tabel
Tabel 3.1 : Desain penelitian dalam One-Shot Case Study ................................ 39
Tabel 3.2 : Variabel Penelitian ........................................................................... 40
Tabel 3.3 : Pemetaan Indikator Disiplin ke dalam Kisi-kisi ............................. 46
Tabel 4.1 : Anekdotal Record Sebelum diberikan treatment ............................. 57
Tabel 4.2 : Membiasakan diri untuk datang dan masuk kelas
Pada waktunya ................................................................................ 59
Tabel 4.3 : Melaksanakan dan Mengumpulkan Tugas-tugas yang Menjadi
Tanggung Jawabnya dengan Tepat Waktu ...................................... 60

Tabel 4.4 : Membiasakan Diri Untuk Mematuhi Peraturan Kelas ......................61


Tabel 4. 5 : Membiasakan Diri Mematuhi Peraturan Bersama yang Telah
Disepakati Bersama ..........................................................................62
Tabel 4.6 : Berpakaian rapih dan Sopan .............................................................63
Tabel 4.7 : Gambaran Perubahan Sikap Disiplin Siswa
Ketika Proses dan Pasca ....................................................................65
Diagram
Diagram 3.1 : Indikator Disiplin yang disesuaikan
dengan Karakteristik Sekolah ........................................................... 43
Grafik
Grafik 4.1 : Grafik Berkategorisasi Perubahan Sikap Disiplin Siswa................ 64

Grafik 4.2 : Grafik Umum Rata-rata Perubahan Sikap ........................................ 66

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A : Instrumen Penelitian

Lampiran A.1 : Instrumen Tes Kedisiplinan Siswa

1. RPP
2. Uji Validitas Instrumen
3. Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen Tes

Lampiran A.2 : Instrumen Non Tes

1. Angket: a. Lembar Checklist Reflektif


b. Catatan Anekdotal Record

2. Profil SDS Hikari

Lampiran B: surat-surat
1. Permohonan Surat Bimbingan Skripsi
2. Surat Permohonan Izin Observasi
3. Surat Permohonan Izin Penelitian
4. Foto Kegiatan pasca 10 hari disiplin diterapkan
5. Uji Referensi
6. Jurnal mengenai 21 hari
7. Piagam penghargaan skripsi terbaik
PAPAN STAR

PIN STAR

Anda mungkin juga menyukai