SKRIPSI
Oleh
NOVI SUSANTI
107018303956
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH ( PGMI )
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi
Jakarta
Oleh
NOVI SUSANTI
107018303956
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH ( PGMI )
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Yang mengesahkan
Pembimbing
ABSTRAK ..................................................................................... v
KATA PENGANTAR................................................................... vii
DAFTAR ISI.................................................................................. ix
DAFTAR TABEL DAN GRAFIK...............................................
DAFTAR GAMBAR.....................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................... 8
C. Pembatasan Masalah ......................................................... 8
D. Perumusan Masalah .......................................................... 8
E. Tujuan Penelitian .............................................................. 8
F. Manfaat Penelitian ............................................................ 9
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 69
B. Saran................................................................................... 69
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa
memberikan rahmat dan karunianya kepada penulis. Shalawat serta salam
dicurahkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW yang telah memberikan
penjelasan kepada umatnya melalui firman-firman Allah SWT.
Dalam mengerjakan skripsi ini, penulis tidak mungkin mampu
menyelesaikannya tanpa bantuan dari pihak-pihak tertentu baik waktu, tenaga,
fikiran maupun materi. Oleh karena itu, penulis haturkan banyak terimakasih
kepada:
1. Prof. H. Rif’at Syauqi Nawawi, M. A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.
2. Drs. Rusydi Zakaria, M. Ed., M. Phil, I., Ketua Jurusan Kependidikan
Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Fauzan M, A., Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dra. Eri Rossatria, M, Ag., Dosen Pembimbing yang telah meluangkan
waktu, arahan serta bimbingannya kepada penulis untuk meyelesaikan
skripsi ini.
5. Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan
pencerahan dan bimbingannya selama penulis mengenyam pendidikan di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6. Yanti Herlanti S.Pd., M.Pd., Dr. Fadilah Hasim dan Wiwin Heryani S.Pt.
Pengampuh kurikulum, ketua yayasan dan kepala sekolah yang telah
mengizinkan serta memotivasi penulis melakukan penelitian di SDS
Hikari Desa Keranggan.
7. Keluarga besar SDS Hikari terutama guru-guru rekan kerja seprofesi, yang
telah memberikan canda serta tawa sehingga penulis merasa nyaman dan
termotivasi menyelesaikan skripsi ini.
8. Kepada kedua orang tua tercinta H. Gunawan (Alm) dan Hj. Ida Farida
yang telah membesarkan dan mendidik penulis untuk terus berjuang dan
berkarya demi ummat dan bangsa. Terkhusus untuk bapak tercinta,
tersayang dan inspirasiku, semoga engkau selalu tersenyum di alam sana.
Terimakasih atas semua didikan yang bapak berikan kepada penulis
selama masa hidupmu.
9. Kakak-kakak tercinta (teh’ Nunung, a’Paih, teh’Nuni, a’Inu dan a’Rudi)
yang selalu menjaga dan selalu mengingatkan penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
10. Adik tercinta (Masturoh) yang selalu memberikan suport dan waktunya di
saat penulis menyelesaikan skripsi ini
11. Keluarga bear HMI Komisariat Tarbiyah dan Distrik HMI Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah. Terimakasih atas dukungan dan pengalaman
berorganisasi yang telah diberikan kepada penulis.
12. Sahabat tercinta angkatan 2007: (Ima, Eka, Iim, Yuyun, Dj, Iona, Rita,
Heri, Fahmi, Andi, Mufid, Wilda, Dara, Niken, Winda, Dede, dan Nani).
Serta keluarga besar jurusan PGMI fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
yang selalu memberikan canda dan senyumannya semasa kuliah sampai
sekarang.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikannya dengan balasan yang
terbaik. Harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca
kususnya mahasiswa Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan
dalam menulis skripsi ini, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan.
Jakarta, 11 Februari 2013
Penulis,
Novi Susanti
107018303956
DAFTAR AYAT, TABEL, DIAGRAM DAN GRAFIK
Ayat
Ayat 1 : surah Al-Imran ayat 145 dan 148 ...................................................... 24
Ayat 2 : surah An-Nisa ayat 134 ..................................................................... 25
Tabel
Tabel 3.1 : Desain penelitian dalam One-Shot Case Study ................................ 39
Tabel 3.2 : Variabel Penelitian ........................................................................... 40
Tabel 3.3 : Pemetaan Indikator Disiplin ke dalam Kisi-kisi ............................. 46
Tabel 4.1 : Anekdotal Record Sebelum diberikan treatment ............................. 57
Tabel 4.2 : Membiasakan diri untuk datang dan masuk kelas
Pada waktunya ................................................................................ 59
Tabel 4.3 : Melaksanakan dan Mengumpulkan Tugas-tugas yang Menjadi
Tanggung Jawabnya dengan Tepat Waktu ...................................... 60
1. RPP
2. Uji Validitas Instrumen
3. Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen Tes
Lampiran B: surat-surat
1. Permohonan Surat Bimbingan Skripsi
2. Surat Permohonan Izin Observasi
3. Surat Permohonan Izin Penelitian
4. Foto Kegiatan pasca 10 hari disiplin diterapkan
5. Uji Referensi
6. Jurnal mengenai 21 hari
7. Piagam penghargaan skripsi terbaik
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan
generasi mudanya untuk keberlangsungan kehidupan yang lebih baik di masa
depan. Keberhasilan pendidikan terlihat dari adanya pewarisan dan pengayaan
budaya bangsa dari generasi ke generasi secara berkelanjutan. Selain itu,
keberhasilan tersebut juga terlihat dari tertanamnya nilai-nilai luhur kepribadian
bangsa dalam diri peserta didik sehingga dapat menggambarkan karakter suatu
bangsa. Dengan kata lain, salah satu keberhasilan tersebut adalah tertanamnya
warisan karakter bangsa di dalam proses pendidikan, sehingga dapat
meningkatkan kualitas bangsa di masa yang akan datang.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional yang harus dijadikan sebagai pedoman dalam mengembangkan
pendidikan di Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas ini menyebutkan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kapada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1
1
UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen & UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: Visimedia, 2007), h. 38.
1
2
Dari pasal tersebut juga terlihat dengan jelas bahwa tujuan utama pendidikan
di Indonesia adalah membentuk kepribadian peserta didik dengan menanamkan
nilai-nilai luhur yang dapat menjadi karakter bangsa Indonesia. Untuk
mewujudkan semua cita-cita di atas, maka perlu ditegaskan kembali bahwa setiap
satuan pendidikan salah satunya harus dapat mengembangkan pola pendidikan
berbasis karakter. Tercerminnya karakter bangsa dalam diri peserta didik menjadi
satu dari banyak hal yang nyata dari keberhasilan suatu bangsa dalam bidang
pendidikan. Salah satu karakter yang harus ditanamkan kepada peserta didik
adalah nilai-nilai kedisiplinan.
Tujuan penerapan nilai-nilai kedisiplinan pada diri peserta didik di bangku
sekolah adalah mengarahkan peserta didik untuk berprilaku positif, karena dengan
membiasakan hidup disiplin meraka akan belajar mengenai hal-hal yang baik,
dimana semua kebaikan tersebut dapat menjadi bekal bagi mereka di masa yang
akan datang. Nilai-nilai kedisiplinan yang melekat dalam diri peserta didik dapat
membuat peserta didik tekun dan terbiasa hidup teratur. Kedisiplinan yang terus
dilatih akan menjadi kebiasaan yang tertanam dalam setiap kegiatan
kesehariannya.
Perilaku disiplin harus mulai ditanamkan sejak dini, karena nilai kedisiplinan
sangat diperlukan untuk pembentukan karakter peserta didik menjadi pribadi yang
bertanggung jawab. Membentuk kedisiplinan dalam diri peserta didik bukanlah
perkara yang mudah, perlu kerjasama diantara lingkungan yang dekat dengan
peserta didik. Sekolah adalah jenjang penting yang harus dilalui dalam kehidupan
peserta didik, dan salah satu tempat yang efektif untuk menanamkan nilai
kedisiplinan adalah sekolah. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah dapat
dengan leluasa menerapkan berbagai cara untuk mengarahkan peserta didik agar
dapat hidup disiplin. untuk menumbuhkan nilai kedisiplinan dalam diri peserta
didik secara menyeluruh dan bersifat permanen, sekolah harus fokus terhadap
pengembangan nilai kedisiplinan. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan
menerapkan kedisiplinan dalam setiap aspek pembelajaran yang berlangsung di
sekolah.
3
3
pelanggaran, melainkan dengan wejangan-wejangan. Oleh karena itu, reward
yang diberikan harus dapat mengarahkan peserta didik untuk selalu berperilaku
disiplin dalam kehidupan sehari-hari. Diharapkan, ketika peserta didik
mendapatkan reward, dan akan mampu memahami dengan jelas bahwa reward itu
memang berhak didapatkannya, sehingga dengan adanya reward yang mereka
dapatkan, mereka akan menganggap perilaku disiplin merupakan sebuah
kebutuhan dan bukan hanya pengajaran semata.
Hal yang sama dijelaskan oleh Sylvia Rimm dalam bukunya yang berjudul
“Mendidik dan Menerapkan Disiplin pada Anak Prasekolah” bahwa “Reward
diharapkan dapat memotivasi peserta didik untuk mendisiplinkan diri, kelak
disiplin diri akan membuat hidup mereka bahagia, berhasil, dan penuh kasih
sayang. 4. Pendapat ini semakin mempertegas bahwa, hadirnya reward seharusnya
membuat peserta didik mematuhi seluruh tata tertib yang telah ditentukan dengan
cara yang bahagia, karna reward adalah penghargaan bagi peserta didik yang
berprestasi baik prestasi sikap maupun akademiknya. Penggunaan cara yang tepat,
sekolah dengan sendirinya menciptakan suasana disiplin yang baik bagi peserta
didiknya.
Selanjutnya, pentingnya disiplin sejak dini juga dijelaskan di dalam buku
karangan Elizabet B. Hurlock bahwa anak membutuhkan disiplin. Disiplin dapat
mengantarkan mereka pada kebahagiaan, dan menjadi orang yang baik
penyesuaiannya. Melalui disiplinlah mereka dapat belajar berprilaku dengan cara
yang diterima masyarakat, dan sebagai hasilnya diterima oleh anggota kelompok
mereka. Disiplin sangat diperlukan untuk perkembangan anak, karna ia memenuhi
beberapa kebutuhan tertentu. Dengan demikian disiplin memperbesar kebahagiaan
dan penyesuaian pribadi serta sosial anak. Teknik penerapan kedisiplinan anak
dengan menggunakan reward bertujuan untuk membuat peserta didik semangat
untuk melaksanakan disiplin di sekolah. Perilaku disiplin yang dilakukan secara
3
Singgih Gunarsa, Psikologi untuk Membimbing, (Jakarta: Gunung Mulia, 2000), Cet.Ke-9, h.
137
4
Sylvia Rimm, Mendidik dan Menerapkan Disiplin pada Anak Prasekolah, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 47
5
terus menerus akan mengarahkan peserta didik untuk terus berperilaku disiplin
dalam kehidupan sehari-hari.
Lebih lanjut lagi, pendidikan mengenalkan kita pada proses pembelajaran.
Pembelajaran itu sendiri dapat di definisikan sebagai pengaruh permanen atas
prilaku, pengetahuan, dan keterampilan berfikir, yang diperoleh melalui
pengalaman.5Selain itu, hal yang sama pentingnya ketika kedisiplinan diajarkan
adalah faktor pembiasaan, sesuai dengan pendapat Ivan Pavlov dalam hukum
belajarnya “Law of Respondent Conditioning, yakni hukum pembiasaan yang
dituntut, menyatakan bahwa “jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan
(salah satunya berfungsi sebagai reinforce/ penguat stimulus), maka refleks dan
stimulus lainnya meningkat”.6 Pembiasaan yang dituntut adalah sikap kedisiplinan
yang dilakukan selama 21 hari, dan pembiasaan 21 hari juga diperkuat kembali
oleh Pavlov pada bukunya yang berjudul “Conditioned Reflexes: An Investigation
of the Physiological Activity of the Cerebral Cortex, yang menyatakan “perlakuan
yang dilakukan terus menerus selama 21 hari dapat mempengaruhi
pembiasaannya”.
Selanjtnya, baru-baru ini kalangan pendidikan sedang gencar membicarakan
tentang rancangan teknik yang tepat untuk perubahan sikap (disiplin) peserta didik.
Jadi pembahasan kali ini, memfokuskan pada rancangan pembelajaran di lapangan
itu sendiri. Pendekatan pembelajaran behavioral mengatakan bahwa, perilaku
harus dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati, bukan dengan proses
mental.7 Oleh karena itu, checklist reflektif digunakan sebagai alat penilaian diri
berprilaku disiplin. Alat kontrol checklist reflektif dirancang sesuai dengan
psikologi pemahaman siswa kelas 1 SD yang di dalamnya mengandung 5
indikator yang disertakan reward yang dapat memotivasi peserta didik mematuhi
tata tertib yang ada di sekolah.
5
John W.Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h.
266
6
Ratna Yudhawati, Teori-Teori Dasar Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher, 2011) h: 4
7
Ibid.,h. 266
6
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka masalah yang
diteliti dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Masih banyaknya peserta didik yang tidak disiplin
8
2. Sekolah yang belum serta merta menerapkan nilai kedisiplinan secara optimal
3. Penggunaan cara, alat atau strategi yang belum tepat untuk menerapkan
disiplin di sekolah dasar
4. Kurangnya pengawasan disiplin di berbagai sekolah
5. Belum terealisasikannya tekhnik Reward yang tepat untuk menerapkan disiplin
peserta didik kelas 1 SD.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya pembahasan dan tidak mungkin semuanya dapat diteliti
dalam waktu yang bersamaan, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada :
pemberian “Reward dengan menggunakan teknik “star” melalui checklist reflektif
untuk meningkatkan kedisiplinan peserta didik .
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang diuraikan, maka
penulis merumuskan masalah yang akan dijadikan dasar penelitian adalah:
“bagaimana dampak dari penggunaan reward dengan “star”melalui checklist
reflektif terhadap sikap kedisiplinan peserta didik kelas 1 SD Hikari?”
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak penerapan
reward dengan “star” melalui checklist reflektif terhadap sikap kedisiplinan
peserta didik
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik kepada
semua pihak yang terkait langsung terhadap dunia pendidikan, terutama bagi:
1. Secara teoritis, dapat memperkaya khasanah pendidikan khususnya tentang
bagaimana pemberian reward yang baik dalam meningkatkan kedisiplinan
9
peserta didik. Dan hasil penelitian ini sebagai penambah bahan kepustakaan
UIN Syarif hidayatullah Jakarta tentang alat pendidikan
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan bagi penelitian lebih
lanjut
3. Secara praktis, dengan adanya penelitian ini diharapkan penulis dapat
menerapkan penggunaan reward yang tepat ketika pembelajaran berlangsung.
Sehingga memberikan efek yang positif bagi kemajuan pengajaran di kelas.
BAB II
KAJIAN TEORI
1
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka,2002), Cet. Ke-2, h.268
2
Majalah Ayah Bunda dan Meadjohnson, Dari A sampai Z Tentang Perkembangan Anak, pada
bab perkembangan sosial anak (Jakarta:gaya favorit Press) h. 39
3
Elizabeth B. Hurlock (Alih Bahasa: dr. Med Meitasari Tjandrasa), Perkembangan Anak , jilid
2 (Jakarta: Erlangga, 1978) h. 82
4
Charles Schaefer (alih Bahasa: Drs. R. Turman Sirait), Bagaimana Membimbing, Mendidik
dan Mendisiplinkan Anak Secara Efektif “How to Influence Children”,5 (Jakarta: Restu Agung,
1996). Cet. Ke-1, h. xi
10
11
kualitas mental dan moral. 5 Sama halnya dengan pengertian disiplin selanjutnya,
menerangkan bahwa, disiplin sendiri adalah cara masyarakat (orang tua, guru,
orang dewasa lain) mengajarkan tingkah laku moral pada anak yang dapat
6
diterima oleh kelompoknya. tujuan semua disiplin adalah membentuk tingkah
laku, oleh karenanya harus disesuaikan dengan peran yang ditentukan oleh
kelompok sosialnya.
Seperti yang disampaikan dalam seminar Seminar Sehari Sinar Harapan, 28
November 1987. Displin secara luas dapat diartikan sebagai semacam pengaruh
yang dirancang untuk membantu anak mampu menghadapi tuntutan dari
lingkungan. Disiplin itu tumbuh dari kebutuhan untuk menjaga keseimbangan
antara kecenderungan dan keinginan individu untuk berbuat sesuatu yang dapat
dan ingin ia peroleh dari orang lain atau karena situasi kondisi tertentu, dengan
pembatasan peraturan yang diperlukan terhadap dirinya oleh lingkungan di mana
ia hidup.7
Disiplin juga membantu dalam mengendalikan tingkah laku dan
mengembangkan hati nurani, sehingga peka dengan nilai kebenaran. Disiplin
memungkinkan anak melakukan hal yang dapat diterima lingkungannya dan
mendapat penghargaan atau pujian. Disiplin berkaitan erat dengan cara
mengkoreksi, memperbaiki dan mengajarkan seseorang anak dalam bertingkah
laku yang baik tanpa merusak harga diri anak. Disiplin juga berperan penting
dalam perkembangan anak, karna dapat memenuhi kebutuhan akan rasa aman dan
kepastian tingkah laku. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
disiplin adalah suatu sikap moral individu yang terbentuk melalui serangkaian
prilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan
ketertiban berdasarkan acuan nilai moral.
5
Seto Mulyadi, Membantu Anak Balita Mengelola Amarahnya, (Jakarta: Erlangga, 2004) ,h:
36
6
Majalah Ayah Bunda dan Meadjohnson, Dari A sampai Z Tentang Perkembangan Anak,
pada bab perkembangan sosial anak (Jakarta: gaya favorit Press) h. 39
7
Conny Semiawan, Penerapan Pembelajaran pada Anak, (Jakarta: Indeks, PT Macana Jaya
Cemerlang, 2008) h: 89
12
2. Pentingnya Disiplin
Dalam masyarakat yang cepat berubah seperti sekarang ini, pendidikan nilai
bagi anak merupakan hal yang sangat penting, hal ini disebabkan di era global
dewasa ini, anak akan dihadapkan pada banyak pilihan tentang nilai yang
mungkin dianggapnya baik. Pertukaran dan pengikisan nilai-nilai suatu
masyarakat akan mungkin terjadi secara terbuka. Seperti yang telah diutarakan
Prof. Wina Sanjaya bahwa, “Nilai-nilai yang dianggap baik pada suatu kelompok
masyarakat bukan tak mungkin akan menjadi luntur digantikan oleh nilai-nilai
baru yang belum tentu cocok dengan budaya masyarakat”8.
Disiplin adalah satu dari banyaknya karakter yang harus dikembangkan di
dalam diri anak-anak. Menurut Emile Durkeim, “disiplin berguna bukan hanya
demi kepentingan masyarakat sebagai suatu sasaran mutlak, melainkan demi
kesejahteraan individu itu sendiri. Melalui kedisiplinan kita belajar
mengendalikan keinginan, tanpa ini mustahil orang dapat mendapatkan
kebahagiaan”. 9Lebih lanjut lagi, Elizabet B. Hurlock mengatakan bahwa anak
membutuhkan disiplin. “Disiplin dapat mengantarkan mereka pada kebahagiaan,
dan menjadi orang yang baik penyesuaiannya”10. Melalui disiplinlah mereka dapat
belajar berprilaku dengan cara yang diterima masyarakat, dan sebagai hasilnya
diterima oleh anggota kelompok mereka. Disiplin sangat diperlukan untuk
perkembangan anak, karna ia memenuhi beberapa kebutuhan tertentu. Dengan
demikian disiplin memperbesar kebahagiaan dan penyesuaian pribadi serta sosial
anak.
Disiplin memberikan manfaat kepada anak, sebagaimana dijelaskan
Hurlock dan artikel perkembangan sosial anak menjelaskan bahwa ada
5 manfaat yang diberikan oleh disiplin, yaitu: (1) disiplin memberi anak
rasa aman dengan memberi tahukan yang boleh dan yang tidak boleh
dilakukan. (2) disiplin membantu anak terhindar dari rasa bersalah dan
rasa malu akibat prilaku yang salah. Perasaan yang pasti mengakibatkan
rasa tidak bahagia dan penyesuaian yang buruk. Disiplin
8
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana Prenada Media,2006) h: 275
9
Emile Durkheim (Alih Bahasa: Drs. Lukas. Ginting) Pendidikan Moral ; Suatu Studi Teori
dan Aplikasi Sosiologis Pendidikan, (Jakarta: Erlangga,1990), h.35-36
10
Elizabeth B. Hurlock (Alih Bahasa: dr. Med Meitasari Tjandrasa), Perkembangan Anak ,
jilid 2 (Jakarta: Erlangga, 1978) h. 82
13
Dari banyaknya manfaat disiplin yang dibutuhkan oleh anak dan merupakan
penemuan pada proses penelitian ini, penerapan disiplin yang baik seyogyanya
memberikan keluasan untuk berpendapat sesuai dengan kemauan mereka. Karena
pada saat kedisiplinan diterapkan seorang anak akan senang jika peraturan dan
hakikat dari kedisiplinan tersebut keluar dari dalam hati mereka, dan kesan
tersebut sungguh memberikan dampak positif untuk membiasakan hidup disiplin.
Artinya, menerapkan disiplin yang baik tidak harus dengan pengekangan dan
kekerasan yang membuat mereka takut melainkan disaat disiplin diterapkan
mereka harus merasa nyaman untuk melakukan kedisiplinan di lingkungannya.
Selanjutnya, meskipun semua anak membutuhkan disiplin, kebutuhan
mereka bervariasi. Terdapat banyak kondisi yang mempengaruhi kebutuhan anak
akan disiplin, enam diantaranya dianggap sangat penting, diantaranya:13
(1) karena terdapat variasi dalam laju perkembangan berbagai anak, tidak
semua anak dengan usia yang sama dapat diharapkan mempunyai
kebutuhan akan disiplin yang sama, ataupun disiplin yang sama. (2)
kebutuhan akan disiplin bervariasi menurut waktu dalam sehari. (3)
kegiatan yang dilakukan anak mempengaruhi kebutuhan akan disiplin.
(4) kebutuhan akan disiplin bervariasi dengan hari dalam seminggu. (5)
disiplin lebih dibutuhkan dalam keluarga besar dari pada keluarga kecil.
(6) kebutuhan akan disiplin bervariasi dengan usia.
11
Ibid., h.83
12
Majalah Ayah Bunda dan Meadjohnson, Dari A sampai Z Tentang Perkembangan Anak,
pada bab perkembangan sosial anak (Jakarta:gaya favorit Press) h. 39
13
Ibid, h: 83-84
14
3. Tujuan Disiplin
Seperti beberapa pernyataan tentang pentingnya disiplin dalam kehidupan
manusia, disiplin juga memiliki tujuan berbeda yang diungkapkan beberapa
ilmuan. Diantaranya, Elizabeth menyatakan bahwa tujuan disiplin ialah
“membentuk prilaku sedemikian rupa sehingga ia akan sesuai dengan peran-peran
yang ditetapkan kelompok budaya, tempat individu itu berada”. 14
Selanjutnya,
menurut Seto Mulyadi pendidikan disiplin pada anak bertujuan untuk “membuat
anak bertanggung jawab dan membuat anak menyadari bahwa terdapat segala
konsekuensi dari segala tindakan yang dilakukannya”.15 Tujuan berikutnya adalah
“untuk membantu dan membimbing anak dalam menananmkan tingkah laku yang
baik dan mengajarkan anak menghindari tingkah laku yang buruk”. Tujuan
disiplin yang ketiga adalah untuk “membimbing, mendidik, dan melatih anak agar
ia mampu menentukan pilihannya sendiri secara bijaksana”. 16
Dari tujuan yang diterangkan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa,
sikap kedisiplinan sangat penting untuk diterapkan sejak dini. Seperti
pertumbuhan fase-fase awal pada umumnya, usia dini perlu diarahkan
kemauannya. Kemauan ini harus dibina dan dituntun sesuai tingkat
perkembangannya. Sehingga dengan pendidikan kedisiplinan mereka memahami
dengan sadar kesalahan yang mungkin pernah mereka lakukan, untuk kemudian
tidak akan mengulanginya lagi.
4. Unsur-unsur Disiplin
Disiplin diharapkan mampu untuk membentuk dan mendidik anak sesuai
dengan standar yang ditetapkan kelompok sosial mereka. Disiplin memiliki unsur-
unsur pokok yang harus dipahami diantaranya: 17
a. Peraturan sebagai pedoman prilaku
Pokok pertama disiplin adalah peraturan, sebagaimana yang telah diterangkan
sebelumnya, bahwa disiplin adalah salah satu pokok yang ditetapkan untuk
14
Ibid., h. 82.
15
Seto Mulyadi, Membantu Anak Balita Mengelola Amarahnya, (Jakarta: Erlangga, 2004)
h.36
16
Ibid.,h: 38
17
Op.cit, h:84
15
tingkah laku. Pola tersebut mungkin ditetapkan oleh orang tua, guru, atau teman-
teman bermainnya. Tujuannya ialah membekali anak dengan pedoman prilaku
yang disetujui dan tidak di setujui dalam situasi tertentu. Tentu saja dengan
adanya peraturan yang jelas maka anak akan memahami dengan baik mengapa
peraturan tersebut harus diikuti dan tidak diikuti, peraturan tersebut membantu
anak bersikap tegas atas pembentukan karakternya.
Peraturan sendiri memiliki dua fungsi yang sangat penting dalam membantu
anak menjadi manusia yang bermoral. (1) peraturan mempunyai nilai pendidikan,
sebab peraturan memperkenalkan pada prilaku anak yang disetujui oleh anggota
kelompok tersebut. (2) peraturan membantu mengengkang perilaku yang tidak
diinginkan. Jika seorang anak dihukum ketika melakukan kesalahan, maka anak
tersebut belajar tentang perilaku yang ia lakukan tidak diterima oleh masyarakat
atau golongan tertentu. Dan alhasil anak akan jera untuk melakukan kesalahan
yang sama.
2. Hukuman untuk pelanggaran peraturan
Pokok kedua disiplin adalah hukuman, hukuman berasal dari bahasa latin
punire dan berarti menjatuhkan hukuman pada seseorang karena suatu kesalahan,
perlawanan, atau pelanggaran sebagai ganjaran atau pembalasan. Seperti yang
dijelaskan sebelumnya, bahwa hukuman ini akan mendidik anak mempelajari hal-
hal yang baik untuk dirinya, jika sebuah hukuman secara jelas di terapkan maka
dipastikan seorang anak tidak akan melakukan hal yang salah tersebut, sehingga
hasil akhirnya, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang tegas.
Fungsi hukuman memiliki tiga peran penting yaitu: (1) hukuman
menghalangi pengulangan tindakan yang tidak diinginkan oleh
masyarakat. (2) hukuman berfungsi sebagai pendidik, sebelum seorang
anak mengerti peraturan, mereka dapat belajar tindakan tertentu benar
dengan tidak dihukumnya mereka, dan tindakan tertentu yang salah
dengan dihukumnya mereka. (3) sebagai motivasi untuk menghindari
prilaku yang tidak diterima, pengetahuan tentang akibat-akibat tindakan
yang salah perlu sebagai motivasi untuk meninghindari kesalahan
tersebut.18
18
Ibid., h.87
16
Dari ketiga fungsi diatas, jelas bahwa hukuman penting bagi tumbuh
kembang psikologi anak. Tentu saja dengan di dasari pemberian hukuman yang
mendidik (tidak ke fisik) dan hukuman yang bermakna (mengajarkan seorang
anak untuk memahami mengapa mereka dihukum). Selanjutnya, hukuman akan
dibahas pada bab punishment.
3. Penghargaan untuk prilaku yang baik.
Pokok ketiga dari disiplin ialah penggunaan penghargaan. Istilah
“penghargaan” berarti tiap bentuk penghargaan untuk suatu hasil yang baik.
Penghargaan tidak perlu berbentuk materi, tetapi dapat berupa kata-kata pujian,
senyuman atau tepukkan dipunggung.
Penghargaan memiliki tiga peranan penting: (1) penghargaan
mempunyai nilai mendidik. Bila suatu tindakan disetujui maka tindakan
itu bernilai baik. (2) penghargaan berfungsi sebagai motivasi untuk
mengulangi prilaku yang disetujui secara sosial. Dan yamg (3)
penghargaan berfungsi sebagai memperkuat prilaku yang disetujui secara
sosial. Dan lemahnya penghargaan melemahkan keinginan untuk
mengulangi perilaku ini. Selanjutnya penghargaan akan dijelaskan lebih
jauh di bab reward.19
4. Konsistensi
Konsistensi adalah pokok keempat, konsistensi berarti tingkat keseragaman
atau stabilitas. Ia tidak sama dengan ketetapan, yang berarti tidak adanya
perubahan. Dalam pembahasan tentang konsistensi, Hurlock menjelaskan bahwa,
konsistensi mempunyai tiga peran penting, diantaranya: (1) ia mempunyai nilai
mendidik yang besar. (2) konsiten memiliki nilai motivasi yang kuat. (3)
konsistensi mempertinggi penghargaan terhadap peraturan dan orang yang
berkuasa. 20
Selanjutnya, pembahasan yang sama mengenai konsisten menerangkan
bahwa, konsisten akan membuat anak tidak bingung terhadap apa yang
diharapkan dari mereka. Konsisten dalam disiplin memegang tiga peran penting:
“pertama, mendidik. Aturan yang konsisten mempercepat anak mempelajari
aturan. Kedua, konsistensi dapat meningkatkan motivasi. Anak yang selalu
19
Ibid., h.90
20
Ibid., h.91
17
21
Majalah Ayah Bunda dan Meadjohnson, Dari A sampai Z Tentang Perkembangan Anak,
pada bab perkembangan sosial anak (Jakarta:gaya favorit Press) h. 40
22
Soedijarto, Menuju Pendidikan yang Relefan dan Bermutu. (Jakarta: Balai Pustaka, 1989, h.
165
18
adalah latihan yang kontinu”. 23Yang diutamakan dari teori ini adalah belajar yang
terjadi secara otomatis. Teori ini juga mengatakan bahwa segala tingkah laku
manusia juga merupakan hasil conditioning, yaitu “hasil latihan atau kebiasaan
bereaksi terhadap syarat atau perangsang tertentu yang dialami dalam
kehidupannya”. Selanjutnya, teori Watson berpendapat bahwa,24 (a) perangsang
atau stimulus itu adalah situasi objektif, yang wujudnya dapat bermacam-macam,
perubahan sikap peserta didik yang perlu diobservasi secara bermakna digunakan
oleh manager kelas yaitu guru sebagai alat pengendalian sikap disiplin peserta
didik. (b) respons adalah reaksi objektif dari pada individu terhadap situasi
sebagai perangsang. Hal yang sama diutarakan oleh Wina Sanjaya, berpendapat
yang sama yaitu “ perubahan sikap terjadi disebabkan kebiasaan (conditioning).
Cara belajar sikap demikian menjadi dasar penanaman sikap tertentu terhadap
suatu objek.25
Lebih jauh lagi, pendekatan behavioral menekankan pentingnya bagaimana
peserta didik membuat hubungan antara pengalaman dan perilaku. Proses
pembentukan sikap melalui pembiasaan yang dilakukan Watson berbeda dengan
proses pembiasaan sikap yang dilakukan oleh Skinner, Skinner menekankan pada
proses peneguhan respon anak. Setiap kali anak akan menunjukan prestasi yang
baik diberikan penguatan (reinforcement) dengan cara memberikan hadiah atau
perilaku yang menyenangkan. Lama kelamaan anak akan berusaha meningkatkan
sikap positifnya26. pembahasan reinforcement atau penguatan akan lebih luas
dijelaskan pada bab reward.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa kontinuitas akan
menghasilkan perubahan sikap. Wina Sanjaya pada buku yang sama menerangkan
bahwa selain pola pembiasaan, perubahan sikap juga dipengaruhi oleh
“modeling”, yaitu, “pembentukan sikap melalui proses asimilasi atau proses
mencontoh”. Namun, anak harus diberi pemahaman mengapa hal itu dilakukan,
23
Djaali, Psikologi Pendidikan (Jakarta:Bumi Aksara, 2006) h. 86
24
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada 2010) h.267
25
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana Prenada Media,2006) h: 278
26
Ibid., h: 278
19
hal ini diperlukan agar sikap tertentu yang muncul benar-benar didasari oleh suatu
keyakinan kebenaran sebagai suatu sistem nilai. Selanjtnya, pemodelan dalam
proses pembelajaran juga dijelaskan oleh Dra.Sumiati yaitu, “proses pembelajaran
dengan menghadirkan pemodelan akan lebih mudah dipahami dan diterapkan
oleh siswa”
Sama seperti dokter yang selalu memberika obat sebagai solusi dari sebuah
penyakit. Permasalahan kedisiplinan pun harus dicari solusi yang tepat agar tujuan
disiplin dapat diterapkan secara hakikat. Beverly LaHaye sebagaimana dikutip
27
Seto Mulyadi, Membantu Anak Balita Mengelola Amarahnya, (Jakarta: Erlangga, 2004)
h:37
20
dalam bukunya Seto Mulyadi, mengajukan beberapa ciri disiplin yang baik
sebagai berikut: “(1) Disiplin harus bersikap membangun. (2) Disiplin
menyebabkan anak membuat pilihan yang bijaksa. (3) Disiplin harus konsisten.
(4) Disiplin sebagai tanda kasih sayang kepada anak. (5) Disiplin bersifat
rahasia”.28
Selanjutnya agar disiplin dapat diterapkan pada anak Seto Mulyadi, dalam
bukunya yang berjudul “Membantu Anak Balita Mengelola Amarahnya”,
menjelaskan bahwa ada 9 trik yang dapat dipakai untuk mendisiplinkan anak,
yaitu:
(1) Menyadari bahwa ada faktor motivasi di balik tingkah laku buruk yang
ditampilkan anak. (2) Tetapkan batasan yang jelas dan tepat. (3)
Hubungkan disiplin dengan situasi yang telah terjadi. (4) Konsekuensi. (5)
Jangan memberi sanksi disiplin di muka umum (6) Hindari amarah yang
meledak-ledak. (7) Tetapkan disiplin yang sesuai untuk prilaku buruk. (8)
Sanksi disiplin diberikan segera setelah prilaku buruk ditampilkan. (9)
Pengawasan hingga beberapa waktu. 29
Lebih dari itu, selain beberapa perlakuan yang telah dijelaskan diatas tadi,
ada pula perlakuan yang tidak kalah pentingnya salah satunya adalah mengajak
anak berdiskusi mengenai apa saja hal positif yang anak dapatkan ketika
mengikuti kedisiplinan dengan baik, seperti mendapatkan pujian, acungan jempol
bahkan hadiah. Berkaitan dengan penjelasan tersebut, Reisman dan Payne yang
dikutip dalam buku karangan Prof.Dr. H.Mulyasa, mengemukakan lebih banyak
lagi trik ataupun cara yang tepat untuk mendisiplinkan anak, ada sembilan strategi
untuk mendisiplinkan peserta didik, diantaranya sebagai berikut:
30
Majalah Ayah Bunda dan Meadjohnson, Dari A sampai Z Tentang Perkembangan Anak,
pada bab perkembangan sosial anak (Jakarta:gaya favorit Press) h. 40
22
tersebut terdapat dalam surah Al-Imran ayat 145 dan 148, surah An-Nisa ayat 134.
Kata “tsawab” selalu diterjemahkan kepada balasan yang baik. Sebagaimana salah
satu diantaranya dapat dilihat dalam firman Allah SWT:
145
“Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah,
sebagaimana ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa
menghendaki pahala dunia, niscaya kami berikan pahala dunia itu, dan
barang siapa menghendaki pahala akhirat, kami berikan (pula) pahala
akhirat. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang
bersyukur.” ( Q.S. Ali Imran [3] :145)
148
“Maka Allah Swt, berikan ganjaran pada mereka di dunia dan di akhirat
dengan ganjaran yang baik, dan Allah Swt, cinta kepada orang-orang
yang berbuat baik.” (Q.S. Ali Imran [3] 148)
134
2. Fungsi Reward
Reward digunakan sebagai alat untuk memotivasi anak bersikap sesuai
dengan harapan, bagi anak usia dini, cara paling termudah adalah dengan
mengunakan reward berupa hadiah mainan atau pujian ketika ia melakukan
sesuatu yang sesuai dengan harapan, target penerapan reward pada anak usia dini
adalah pembiasaan, misalnya, belajar tepat waktu, tidur tepat waktu dan makan
tepat waktu. Sesuai dengan penjelasannya, menurut Harlock fungsi reward terbagi
menjadi tiga diantaranya: “(1) Reward atau penghargaan mempunyai nilai
mendidik. (3) Reward atau penghargaan berfungsi sebagai motivasi untuk
mengulangi prilaku yang disetujui secara sosial. (3) Reward atau penghargaan
berfungsi sebagai memperkuat perilaku yang disetujui secara sosial”.38
37
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006), h.182.
38
Elizabet. B. Harlock. Perkembangan Anak, jilid II, (Jakarta: Erlangga, 1978).h. 90
39
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006), h.182..
25
3. Bentuk-bentuk Reward
Reward adalah metode yang bersifat positif terhadap proses pembelajaran
untuk meningkatkan motivasi belajar. Reward yang diberikan kepada peserta
didik ada berbagai macam bentuk. Secara garis besar reward dapat dibedakan
menjadi empat macam, yaitu:
a. Pujian
Pujian adalah suatu bentuk reward yang paling mudah dilakukan. Pujian
dapat berupa kata-kata, seperti: baik,bagus, bagus sekali dan sebagainya,
tetapi juga dapat berupa kata-kata yang berupa sugesti, misalnya; “Nah
lain kali akan lebih baik lagi jika.....” “ Kamu pasti bisa kalau kamu rajin
belajar”. Selain, berupa kata-kata, pujian dapat pula berupa isyarat atau
pertanda misalnya dengan menunjukkan ibu jari (jempol), dengan
menepuk bahu anak, dengan tepuk tangan, dan sebagainya.
b. Penghormatan
Reward yang berupa penghormatan ini dapat berbentuk dua macam pula.
Pertama, berbentuk semacam penobatan, yaitu peserta didik yang
mendapat penghormatan diumumkan dan ditampilkan dihadapan teman-
temannya. Dapat juga dihadapan teman-teman sekelas, teman-teman
sekolah, atau mungkin juga dihadapan oranga tua siswa. Misalnya, pada
malam perpisahan yang diadakan diakhir tahun. Kemudian ditampilkan
siswa yang telah berhasil menjadi bintang kelas, penobatan dan
penampilan bintang pelajar untuk suatu kota atau daerah, dan lain
sebagainya. Kedua, penghormatan yang berbentuk pemberian kekuasaan
untuk melakukan sesuatu. Misalnya, kepada siswa yang menyelesaikan
soal yang sulit disuruh mengerjakannya di papan tulis untuk dicontoh
teman-temannya, disuruh mengikuti lomba, dan lain sebagainya.
c. Hadiah
Yang dimaksud dengan hadiah disini adalah reward yang berbentuk
pemberian berupa barang. Reward yang berupa pemberian barang ini
disebut juga reward materil. Yaitu, terdiri dari alat-alat keperluan sekolah,
seperti pensil, penggaris, buku dan lain sebagainya.
d. Tanda Penghargaan
Jika hadiah adalah reward yang berupa barang, maka tanda penghargaan
adalah kebalikannya. Tanda penghargaan tidak dinilai dari segi harga dan
kegunaan barang-barang tersebut, sepertihalnya pada hadiah. Melainkan,
tanda penghargaan dinilai dari segi “kesan” atau “nilai kenang-
kenangannya”. Oleh karena itu reward atau tanda penghargaan ini disebut
40
Mulyasa,“Managemen Pendidikan Karakter” (Jakarta:Pt.Bumi aksara,2011)h:106
26
juga reward simbolis. Reward simbolis ini dapat berupa surat-surat tanda
jasa, sertifikat-sertifikat.41
41
Amier Daien Indrakusuma, loc.cit, h. 159-161.
42
Sumiati “Metode Pembelajaran” (Bandung: CV Wacana Prima. 2009) h:125-127
43
Wina Sanjaya “Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pembelajaran” (Jakarta:
Kencana Prenada Media: 2006) h: 37
27
siswa. Ketika siswa memiliki kebanggan terhadap sesuatu yang dia dapatkan yaitu
star, ternyata star mampu juga untuk mempertahankan sikap disiplin yang mereka
lakukan. Hal tersebut juga sama dijelaskan oleh artikel ibu dan anak yang
mengatakan bahwa anak yang secara konsisten mendapatkan ganjaran setiap
menunjukan tingkah laku tertentu akan termotivasi untuk mempertahankan
tingkah laku tersebut. 44
Teknik star ini diperoleh melalui pengamatan ketika peneliti melaksanakan PPKT
selama 4 bulan. Peneliti melihat bahwa teknik star seperti ini cukup membuat
anak termotivasi untuk melakukan semua hal yang diperintahkan oleh gurunya,
hal tersebut tentu saja merupakan tindakan yang positif. Jika hal ini banyak
diterapkan maka bukan tidak mungkin siswa mampu berkonsentrasi terhadap
proses pembelajaran.
5. Syarat-syarat Reward
Dalam menerapkan reward seorang guru hendaklah bijaksana jangan sampai
reward menimbulkan iri hati pada peserta didik yang lain, sehingga ketika salah
satu peserta didik yang merasa dirinya lebih pandai, tidak akan merasa iri ketika
tidak mendapatkan reward yang sama. Kalau diperhatikan apa yang telah
diuraikan tentang maksud reward, serta macam-macam reward yang baik,
ternyata bukanlah soal yang mudah. Berikut adalah syarat-sayarat yang perlu
diperhatikan guru ketika menggunakan reward dalam proses pembelajrannya,
diantaranya: “(1) mengenal betul-betul murid-muridnya (2) janganlah hendaknya
menimbulkan rasa cemburu atau iri hati (3) hemat. (4) Janganlah memberi
reward dengan menjanjikan lebih dahulu (5) Pendidik harus berhati-hati
memberikan reward” 45
Adapun prinsip-prinsip dalam pemberian reward ada prinsip-prinsip yang
harus diperhatikan oleh orang tua maupun guru. Prinsip-prinsip itu menurut
Lukman bin Ma‟sa adalah sebagai berikut: “(1) Penilaian didasarkan pada
„prilaku‟ bukan „pelaku‟. (2) Pemberian reward harus ada batasnya. (3) Reward
44
Majalah Ayah Bunda dan Meadjohnson, Dari A sampai Z Tentang Perkembangan Anak,
pada bab perkembangan sosial anak (Jakarta:gaya favorit Press) h. 40
45
M. Ngalim Purwanto, loc.cit, h.184
29
46
Lukman bin Ma‟sa. konsep penghargaan dan sanksi dalam pendidikan islam,
http://www.scribd.com/, 29 agustus 2009
47
Loc, cit ., Armai hal: 128-129
30
48
Conny Semiawan, Penerapan Pembelajaran pada Anak, (Jakarta: Indeks, PT Macana Jaya
Cemerlang,2008) hal : 90
49
Ibid.,hal : 90
50
Ibid., h: 95
31
dengan ketaatan terhadap disiplin. Bahkan orang kedua ini harus terjun
langsung untuk menerapkan nilai-nilai disiplin itub sendiri.
4. Pengembangan disiplin adalah penataan lingkungan, dalam hal ini
lingkungan rumah, dan berarti memadukan (match) kondisi yang
menstimulasi setiap titik dalam perkembangan anak dengan tantangan
untuk menemukan cara memperlakukan dirinya sendiri dalam suatu
lingkungan dunia yang terus menerus berubah.
5. Ketergantungan dan wibawa dalam penerapan yang disertai
pemahaman dalam dinamisme perkembangan peserta didik diperlukan
dalam membina kualitas emosional habitual yang positif.
51
Geoff Colvin, 7 Langkah untuk Menyusun Rencana Disiplin Kelas Proaktif, (Jakarta: Indeks,
PT. Macana Jaya Cemerlang, 2008), cet ke: I hal: 1
52
Ibid., h:1
32
rencana penegakan disiplin sekolah yang proaktif, c). Peran utama kepala sekolah
dan dukungan administratif, dan d). Membentuk tim kepemimpinan bentukan.
Selanjutnya, dalam buku karangan Geoff Colvin yang berjudul “ 7 Langkah
dalam Menyusun Rencana Disiplin Kelas Proaktif”, menjelaskan bahwa ada
komponen-komponen yang menjadi landasan berlangsungnya disiplin di sekolah,
diantaranya: 53
(1). Pernyataan tujuan. Langkah ini penting karna ada dua alasan. Yang
pertama, langkah ini memulai proses para guru bekerja bersama, yang
menghasilkan suatu produk yang jelas. Yang kedua, pernyataan tujuan
merancang panggung dan tempo untuk keseluruhan rencana. (2). Perilaku
yang diharapkan dari keseluruhan sekolah. (3). Mengajarkan perilaku yang
diharapkan. Inti pendekatan proaktif untuk membentuk disiplin dalam buku
ini adalah keadaan dimana prilaku yang diterapkan di sekolah merupakan
serangkaian keterampilan yang harus dibelajarkan kepada peserta didik (4).
Mempertahankan prilaku yang diharapkan. (5) Perbaikan perilaku
bermasalah. Sekolah harus memiliki rancangan yang kuat dalam
menerapkan disiplin ini, termasuk memiliki model yang proaktif untuk
memperbaiki perilaku yang bermasalah dengan efektif (6). Menggunakan
data, komponen data tersebut diantaranya: a). mendefinisikan peran tim
kepemimpinan, b). mengerti tujuan-tujuan sistem manajemen data yang
efektif, c). Memiliki petunjuk-petunjuk dalam mengembangkan sebuah
sistem menejemen data. (7) Mempertahankan rencana untuk jangka
panjang.
Durrant Joan dari University of Manitoba dan Ron Ensom dari Rumah Sakit Anak
di Timur Ontario, dalam Jurnal Asosiasi Medis Kanada, mengungkapkan,
“mendisiplinkan anak lewat hukuman fisik merupakan sesuatu yang
kontraproduktif. Kekerasan pada masa pertumbuhan akan membuat anak berisiko
lebih tinggi mengalami gangguan mental, seperti depresi. Selain itu penelitian
yang melibatkan 500 keluarga ini juga mengungkapkan bahwa anak yang jarang
53
dalam project PREPARE (Sugai, Kame‟enui, dan Colvin, 1990) dengan penenlitian dan
dari prosedur-prosedur praktik terbaik yang digunakan di beberapa sekolah distrik di Amerika ,
dalam melaksanakan rencana disiplin sekolah
33
dihukum secara fisik jauh lebih penurut kepada orang tua mereka”. 54
Hal ini jelas
menjadi hal yang sangat penting ketika sebuah lembaga menerapkan punishment
di sela-sela pendidikan kedisiplinan, karena seperti yang kita tahu kedisplinan erat
sekali dengan aturan yang mengikat kepada setiap orang, bahkan disiplin sering
disebut-sebut sebagai ketaatan terhadap peraturan yang diberikan dari seorang
penguasa atau pimpinannya. Lembaga yang baik seyogyanya menerapkan
kedisplinan dengan cara yang menyenangkan dan diterima oleh anggotanya,
sehingga yang tercipta adalah kerjasama dan sikap menghormati terhadap aturan
tersebut (aturan tersebut adalah kedisiplinan itu sendiri).
54
. Durrant Joan dari University of Manitoba dan Ron Ensom dari Rumah Sakit Anak di
Timur Ontario, mendisiplinkan anak lewat hukuman: Jurnal Asosiasi Medis Kanada, (kosmo.
Vivanews.com)
55
. John M. Echole da Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta:Gramedia Pustaka
utama,1996), h:456
56
. Y. Roestiyah, Didaktik Metodik (Jakarta: Rineka Cipta, 1978), h:63
57
. Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1937),
h:159
34
Hukuman bisa berjalan dengan baik apabila hukuman yang diberikan justru
menorehkan kesan penyesalan yang mendalam. Hukuman menjadi hal yang
58
. Malik Fadjar, Holistika Pemikiran Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo, 2005), h:202
59
. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006), h: 186
60
. Yanuar A, Jenis-jenis Hukuman Edukatif Untuk Anak SD, (Jogjakarta: DIVA Press, 2012)
h: 18
35
61
. Yanuar A, Jenis-jenis Hukuman Edukatif Untuk Anak SD, (Jogjakarta: DIVA Press, 2012)
h: 22- 24
36
(1) bersikap tegas, (2) jangan plinplan, (3) kompromi, (4) berikan
bimbingan, (5) berikan peringatan, (6) berikan alasan, (7) jangan
menunda-nunda hukuman, (8) tetaplah tenang, (9) ambil posisi yang tepat,
(10) jangan berceramah, (11) tunjukan sikap positif, (12) bermainlah
bersama, (13) hindari rasa jengkel, (14) jangan menampar, (15) jangan
lakukan penyuapan, (16) bersikaplah dewasa, (17) hadapi rengekan, (18)
berikan contoh yang baik. 64
Tujuan menghukum anak adalah agar ia menyadari kesalahannya serta tidak
mengulagi kesalahan yang serupa di kemudian hari. Pemberian hukuman lebih
ditekankan pada sisi edukatif guna membentuk pribadi anak yang selalu
bertanggung jawab atas setiap perbuatannya, berikut ini Yanuar A
mengungkapkan dua puluh dua ragam hukuman edukatif untuk anak, diantaranya:
62
. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006)
63
. Yanuar A, Jenis-jenis Hukuman Edukatif Untuk Anak SD, (Jogjakarta: DIVA Press, 2012)
h: 23-24
64
. Yanuar A, Jenis-jenis Hukuman Edukatif Untuk Anak SD, (Jogjakarta: DIVA Press, 2012) h:
97-106
37
Rreward dan punishment adalah salah satu dari banyaknya alat pengontrol bagi
sikap anak. Harapan akhirnya, anak tumbuh menjadi anak yang baik
penyesuaiannya dan bahagia hidupnya.
65
. Yanuar A, Jenis-jenis Hukuman Edukatif Untuk Anak SD, (Jogjakarta: DIVA Press, 2012)
h: 111-174
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1
Pavlov, Conditioned
Reflexes: An Investigation of the Physiological Activity of
the Cerebral Cortex”, (Psychclassics,yorku.ca/ Pavlov).
2
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2007), h. 107
38
39
treatment atau perlakuan (reward dan check list reflektif) selama 21 hari
kemudian diobservasi sikap kedisiplinannya. Dalam design ini kelompok
eksperimen sebelumnya tidak diberikan pretest, proses pembelajaranpun berjalan
seperti biasanya, hanya saja peserta didik harus mematuhi peraturan yang tertera
pada lembar checklist reflektif. Lembar checklist reflektif selalu diamati setiap
hari. Hal ini dilakukan karna dua alasan, pertama subyek yang diteliti adalah
peserta didik kelas 1 SD yang pola pemahamannya masih dilakukan dengan cara
yang nyata dan alasan yang ke dua adalah untuk mengurangi resiko ketidak
akuratan lembar checklist tersebut.
Pada penelitian ini, terdapat dua variabel penelitian, yaitu tekhnik reward
melalui checklist reflektif sebagai variabel yang menjadi sebab perubahan
(variabel X) dan sikap kedisiplinan peserta didik kelas 1 SD sebagai variabel yang
menjadi akibat dari variabel sebab (variabel O). Adapun desain penelitian dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1
Desain penelitian dalam One-Shot Case Study3
Hasil akhir dari penelitian ini adalah melihat sikap kedisiplinan siswa
setelah adanya treatment atau perlakuan yang diberikan selama 21 hari4. Adapun
indikator kedisiplinan pada peserta didik adalah: 5
3
Ibid., h. 107
4
Pavlov, Conditioned
Reflexes: An Investigation of the Physiological Activity of
the Cerebral Cortex”, (Psychclassics,yorku.ca/ Pavlov).
5
Dalam buku bahan pelatihan yang diterbitkan oleh: KEMENDIKNAS, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pusat Kurikulum 2011. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
40
C. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitan.6 Maksudnya adalah hal yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang
akan diteliti. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu:
Tabel 3.2
Variabel Penelitian
Variabel X Variabel O
sampel untuk melakukan penelitian dan sampel yang baik merupakan sampel
yang bersifat representatif terhadap populasinya.8 Populasi pada penelitian ini
adalah semua peserta didik kelas 1 SD yaitu sebanyak 32 orang. Karena jumlah
populasi kurang dari 100 orang, maka keseluruhan populasi dijadikan sebagai
subyek penelitian, maka dari itu penelitian ini adalah penelitian populasi.9
8
Ibid., h. 118
9
Loc, Cit... Suharsimi
10
Suharsimi Arikunto. Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT. Bumi Aksara 2009)
cet: 10. h: 138
42
yang telah ditetapkan, menaati peraturan sekolah dan kelas, berpakaian rapih,
serta mematuhi aturan permainan.
2. Responding
Peserta didik pada tahap ini dapat melakukan sikap disiplin yang dinginkan
sebelumnya tanpa harus ada paksaan dari sang guru.
3. Valuing
Pada tingkatan ini peserta didik diajak untuk menerangkan kejadian di sekitarnya
dengan menggunakan bahasa yang sederhana. Mereka diajak untuk
mengungkapkan pendapatnya terhadap pelanggaran yang mungkin terjadi di
setiap siklusnya, hal ini diharapkan akan membantu peserta didik belajar secara
bermakna. Meraka mampu mengingatkan temannya tentang kewajiban untuk
menaati tata tertib yang ada, sehingga hasil akhirnya peserta didik mampu
menerapkan kedisiplinan secara baik.
4. Organization
Setelah peserta didik mampu untuk memilih mana yang baik dan mana yang tidak
baik, selanjutnya tingkatan ini mengajak peserta didik untuk menggabungkan
pengetahuan serta pengalaman mereka kedalam penerapan yang dilakukan secara
terus-menerus sehingga menghasilkan kebiasaan hidup berdisiplin.
5. Characterization by value or value complex
Pada tingkatan yang terakhir, peserta didik diharapkan dapat menerapkan
kebiasaan baik dalam diri mereka, sehingga nilai kedisiplinan dapat membentuk
karakter yang baik yang tentu saja berguna bagi peserta didik itu sendiri.
Instrument yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini
adalah angket dalam bentuk checklist reflektif dibuat dengan menyesuaikan
keadaan perkembangan psikologi peserta didik. Pengisian hanya membubuhi
tanda checlist pada indikator yang mereka ikuti dan membubuhi tanda silang jika
mereka tidak mengikuti indikator tersebut. Pilihan difokuskan pada peningkatan
kedisiplinan peserta didik. Lebih lanjut dijelaskan dibawah ini:
1. Lembar checklist reflektif
Checklist reflektif sebagai pengganti angket. Adalah alat pengumpulan
data yang dibuat menyerupai alat penilaian diri yang dilengkapi dengan
43
gambar dan lembar kerja siswa. Checklist reflektif dirancang sesuai dengan
tingkat pemahaman dini yaitu peserta didik kelas 1 SD yang pada kali ini
adalah subyek penelitian. Checklist reflektif berfungsi tidak hanya sebagai alat
penelitian biasa, namun lebih dari itu berfungsi sebagai alat penilaian diri bagi
setiap individu peserta didik. Tujuan utamanya adalah peseta didik mampu
menilai dirinya sendiri melalui tanda cheklist yang mereka kumpulkan (ketika
berprilaku disiplin), dan mampu mengubah prilaku yang buruk (ketika tidak
disiplin) dengan melihat tanda silang pada raportnya. Lebih lanjut lagi fungsi
lainnya dari checklist reflektif adalah sebagai pedoman penilaian yang
berfungsi sebagai alat laporan tertulis antara guru dan orang tua wali murid.
Selanjutnya, checklist reflektif dibuat menyerupai buku raport yang
nantinya dapat dimiliki dan diisi oleh masing-masing peserta didik. Buku
rapor yang diberi nama “My Discipline Report” ini adalah trobosan baru yang
dirancang menyesuaikan tingkat pemahaman peserta didik yang didalamnya
dilengkapi dengan gambar, lembar kerja siswa dan tabel checklist. Proses
pemberian buku raport ini nantinya dimasukan dalam rancangan proses
pembelajaran, peserta didik pada mulanya diajak membahas materi tata tertib
yang mengerucut pada pembiasaan sikap disiplin. Pembiasaan ini akan
berlangsung selama 21 hari yang pada intinya peserta didik hanya membubuhi
tanda checklist pada setiap indikator yang diharapkan. Indikator yang
digunakan pada daftar checklist reflektif adalah 3 indikator yang sudah
disesuaikan dengan karakteristik sekolah diantaranya:
44
datang tepat
waktu
ketepatan waktu
mengumpulkan
tugas tepat waktu
Diagram 3.1
Indikator Disiplin yang disesuaikan dengan Karakteristik Sekolah
2. Lembar Observasi, jenis anecdotal record
Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengamati kejadian dalam proses kedisiplinan peserta didik setelah 21 hari
selama diberikannya treatment berupa reward melalui checklist reflektif. Proses
pembelajaran terjadi sepaerti biasanya, penelitipun terjun langsung sebagai guru
yang berperan aktif mengamati kedisplinan peserta didik, hanya saja pada lembar
observasi ini peneliti mengamati gejala-gejala yang terjadi setelah reward dan
checklist reflektif dilepaskan. Gejala-gejala tersebut meliputi dua kejadian yaitu,
seberapa jauh peserta didik terbiasa dalam hal sikap disiplin ataukah peserta didik
justru tidak mengalami pembiasaan yang berarti. Adapun lembar observasi ini
berupa lembar observasi jenis anecdotal record digunakan untuk mengetahui
aktivitas dan sikap peserta didik dalam sikap kedisiplinannya.
Maka, penelitian ini memilih teknik pengumpul data triangulasi, yaitu teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai tekhnik
12
pengumpul data dan sumber data yang telah ada. Adapun teknik pengumpulan
data adalah sebagai berikut:
1. Observasi, anecdotal record
Yang pertama adalah teknik observasi jenis partisipatif, yaitu peneliti terlibat
langsung dalam kegiatan sehari-hari dalam proses pembiasaan kedisiplinan siswa,
peran peneliti atau guru disini adalah, sebagai pemodelan atas aturan yang telah
ditetapkan dan juga sebagai pengontrol dari aturan-aturan yang telah berlaku
tersebut. Instrumen yang digunakan dalam observasi ini adalah anecdotal record.
2. Dokumentasi
Karena perubahan yang diharapkan adalah perubahan sikap disiplin peserta
didik, alangkah baiknya jika perubahan sikap tersebut dapat di dokumentasikan
secara nyata, mengingat banyaknya indikator yang harus dikuasai oleh peserta
didik. Hasil yang diharapkan peneliti adalah, tumbuhnya kesadaran bahwa sikap
disiplin sangat diperlukan oleh peserta didik, selain itu disaat perubahan itu
berlangsung peserta didik dalam keadaan senang mengikuti semua peraturan yang
telah diberikan. Dan dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah,
rekaman kegiatan pembelajaran di kelas.
3. Checklist Reflektif
Pengukuran sikap kedisiplian peserta didik yang menggunakan daftar
checklist reflektif. Masing-masing indikator mewakili satu sub indikator (biru
muda) indikator ini diberi bobot skor 1 apabila disiplin dan 0 apabila tidak
disiplin. Adapun penjelasan tentang skala pengukuran yang dipakai dalam
penelitian ini adalah skala Guttman, yaitu skala pengukuran yang ingin
mengetahui hasil sacara tegas atau jawaban yang jujur. Skala Guttman selain
dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat dibuat dalam bentuk checklist.
Jawaban dapat dibuat skor 1 tertinggi dan 0 terendah, misalnya 1 untuk disiplin
12
Ibid., h:330
46
13
dan 0 untuk tidak disiplin. Skala pengukuran hanya menggunakan 2 jawaban
yaitu, tanda checklist jika peserta didik mengikuti peraturan atau bersikap disiplin.
Dan tanda silang jika peserta didik tidak mengikuti peraturan atau tidak bersikap
disiplin. indikator tersebut disusun berdasarkan lima indikator sikap kedisplinan
peserta didik yang akan diteliti, yaitu: tentang ketepatan waktu, 1. Membiasakan
diri untuk datang dan masuk kelas pada waktunya, 2. Melaksanakan dan
mengumpulkan tugas-tugas kelas yang menjadi tanggung jawabnya dengan tepat
waktu. Tentang menaati peraturan, 1. Membiasakan diri untuk mematuhi
peraturan kelas, 2. Memebiasakan diri untuk mematuhi peraturan bersama yang
telah disepakati sebelumnya. Tentang kerapihan berbusana,1. Berpakaian rapih
dan sopan. Adapun kisi-kisi diantaranya:
Tabel 3.1
Pemetaan Indikator Disiplin ke dalam Kisi-kisi
Daftar checklist reflektif ini diisi sendiri oleh peserta didik setiap harinya
selama 21 hari, disetiap hari jumat peserta didik dapat menghitung tanda
checklist tersebut lalu dapat ditukarkan dengan bintang yang dapat
ditempelkannya di papan disiplinnya. Kemudian di hari senin ketika upacara
bendera peserta didik yang mendapatkan bintang terbanyak akan mendapatkan
pin star, yang akan dipakainya seminggu penuh. Star disini berperan sebagai
reward bagi peserta didik yang berhasil menerapkan sikap disiplin dengan
baik. Untuk memperkecil kesalahan pada data yang dikumpulkan, maka
peneliti selalu memandu dan mengobservasi lembar checklist reflektif peserta
didik setiap harinya
F. Validitas Instrument
Validitas berasal dari kata Validity, dapat diartikat tepat atau sahih, yakni
sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi
48
ukuranya.14 Selanjutnya hal yang sama juga diungkapkan oleh Prof. Dr. Sugiono,
Instrument yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data
(mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur. dengan kata lain validitas diperlukan
untuk menentukan alat pengukuran yang tepat dalam sebuah penelitian. 15
Penelitian ini adalah penelitian yang mengukur sikap peserta didik (sikap
kedisiplinan), jadi validitas yang dipakai adalah validitas nontest. Sesuai dengan
yang dijelaskan oleh Prof. Sugiono, validitas nontest yang digunakan untuk
16
mengukur sikap cukup memenuhi validitas konstruksi (construct). Selanjutnya
Sutrisno Hadi menyatakan bahwa construct validity sama dengan logical validity
atau validity by definition.17 Artinya, Instrument yang mempunyai validitas
konstruksi, jika instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur gejala
sesuai dengan yang didefinisikan. Dalam hal ini Sutrisno Hadi menyatakan bahwa
“bila bangunan teorinya sudah benar, maka hasil pengukuran dengan alat ukur
(intrumen) yang berbasis pada teori itu sudah dipandang sebagai hasil yang
valid.18
Selanjutnya sesuai dengan pemahaman ditas, maka definisi yang dijabarkan
dengan sangat jelas adalah definisi sikap kedisiplian peserta didik itu sendiri.
Ketercapaiaan tujuan harus didasarkan pada teori yang jelas pula. Oleh karena itu,
indikator yang dipakai dalam instrument penelitian sikap kedisplinan ini, adalah
Instrument yang dicanangkan oleh KEMENDIKNAS, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pusat Kurikulum. Pengembangan Pendidikan Budaya dan
Karakter Bangsa 20011-2012. Yang menyatakan ada 6 indikator kedisiplinan
peserta didik yang harus dikuasai oleh siswa kelas 1 SD. Diantaranya adalah: . 1.
Datang ke sekolah dan masuk kelas pada waktunya, 2. Melaksanakan tugas-tugas
kelas yang menjadi tanggung jawabnya, 3. Duduk pada tempat yang telah
14
Ahmad Sofyan,dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006), Cet Ke-1,h. 105
15
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2007), h. 173
16
Ibid. ,h.176
17
Ibid
18
Ibid, h: 177
49
19
Dalam buku bahan pelatihan yang diterbitkan oleh: KEMENDIKNAS, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pusat Kurikulum 2011. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa.
20
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2007), h.177
50
3. Yanti Herlanti
Pernah mengajar di MI Ash Putera 1997-2006
Trainer Pendidikan di dompet dhuafa 2007- 2008
Dosen di Pendidikan Biologi dan PGMI UIN Jakarta 2008- sekarang
d. Presentase
51
Agar data yang terkumpul dapat memberikan angka yang sesuai dengan yang
diinginkan, maka peneliti melalui data checklist reflektif dianalisa secara
deskriptif kuantitatif melalui distribusi frekuensi dengan memberikan
persentase, dalam hal ini penulis menggunakan rumus sebagai berikut:
1. Rumus persentase
a. Teknik analisis data checklist reflektif selama 21 hari
𝑥
P = x 100%
21
b. Teknik analisis data pasca 21 hari
𝑥
P = x 100%
6
2. Kategorisasi
Sedangkan untuk menyimpulkan tentang efektifitas pemberian reward dan
punishment selama 21 hari dengan menggunakan checklist reflektif dalam
meningkatkan disiplin paserta didik, penulis menggunakan statistik
deskriptif yakni melalui nilai mean (rata-rata) dan nilai median (nilai
tengah) yang didapatkan melaui rumus persentase sabagai berikut:21
a. Nilai rata-rata
NS
M
BS
NS : Nilai Skor
BS : Banyaknya Siswa
21
Zamzam Muhazir, Lembaga Bimbingan Belajar Sebagai Alternatif Dalam Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa, (KI-Manajemen Pendidikan,2008), 35
52
Sangat Baik : Jika nilai presentase berada dalam interval lebih atau diatas
median (berwarna hijau)
Baik : Jika nilai presentase berada dalam interval antara median dan
rata-rata (berwarna kuning)
Buruk : Jika nilai presentase berada dalam interval kurang atau dibawah
rata-rata (berwarna merah)
22
Ruseffendi, Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan, (Bandung:UPI Press,1988)
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
1
Profil Sekolah Hikari
53
54
b. Perencanaan Tindakan:
Tindakan pada penelitian ini, diawali dengan menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dilengkapi dengan Lembar Kerja
Siswa (LKS), sedangkan materi yang diajarkan pada tindakan ini adalah tata
tertib di Sekolah pada pembelajaran Kewarganegaraan. Selanjutnya RPP yang
dibuat didiskusikan dengan pengampu kurikulum sekolah (Ibu. Yanti
Herlanti) untuk mengetahui kelayakan RPP yang akan disajikan kepada
peserta didik. Kegiatan selanjutnya adalah menyiapkan “discipline report”
atau daftar check list reflektif, papan star, dan pin star. Media ini digunakan
sebagai alat bantu penerapan reward dan punishment di kelas maupun di
sekolah. Tidak hanya alat yang dipersiapkan, guru dalam hal ini
mempersiapkan kertas anekdotal record untuk digunakan sebagai catatan
yang menceritakan gerak gerik perubahan sikap peserta didik
Penelitian dilaksanakan di kelas I yang berjumlah 32 siswa. Pada saat
pembelajaran berlangsung siswa diajak membahas pentingnya hidup dengan
cara mengikuti tata tertib yang ada dan juga siswa diajak memahami bahwa di
sekeliling mereka banyak sekali tata tertib yang wajib di ikuti. Temuan
mengenai tata tertib dibagi oleh guru menjadi 3, yaitu tata tertib yang ada di
rumah, tata tertib yang ada di sekolah, dan tata tertib yang ada di masyarakat.
Selanjutnya penemuan dibahas dengan cara memberikan contoh tata tertib
dari ketiga bagian tersebut melalui kegiatan sehari-hari yang telah mereka
jalani. Adapun kegiatan tersebut diantaranya:
1. Contoh kegiatan tata tertib yang ada di rumah : pulang sekolah ganti
baju dan menggantungkannya di tempat yang telah disediakan, mencuci
tangan dan kaki, mengerjakan PR, dan meminta izin sewaktu ingin
bermain ke luar rumah.
2. Contoh kegiatan tata tertib yang ada di sekolah: datang tepat waktu (10
menit sebelum masuk sekolah), mengerjakan tugas LKS, tidak membuat
kegaduhan sewaktu jam pelajaran berlangsung, menggunakan seragam
yang sesuai, dan mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
56
maka 1 kali check list akan digantikan dengan 1 star. Jadi peserta didik
setiap melaksanakan tata tertib dengan baik selama 1 hari penuh maka
akan mendapatkan bintang sebanyak 19 star. Namun hal yang berbeda
akan terjadi jika peserta didik melanggar tata tertib yang telah mereka
sepakati. Setidaknya mereka mendapat teguran berupa; berkurangnya star
atau pencabutan star apabila terjadi pelanggaran yang berat. Pelanggaran
tersebut berupa melukai teman, tidak meminta maaf jika berbuat salah,
dan berkata kasar atau jorok. star tersebut selanjutnya akan ditempelkan
oleh peserta didik di papan “Save My Discipline”
3. Pin Star : digunakan sebagai hasil akhir dari penerapan disiplin.
Pembagian star diberikan pada setiap akhir pekan sekolah atau pada hari
Jum’at. Penghargaan ini diharapkan dapat menjadi pembangkit atau
shock refleksi dari penerapan disiplin disekolah dengan baik. Pin star
tersebut akan dipakai peserta didik kemanapun mereka pergi bermain,
baik di rumah maupun di Sekolah.
d. Tahap Pengamatan
Tahap pengamatan ini tertuju pada pengolahan hasil check list reflektif
atau “discipline report” yang telah diisi selama 21 hari setiap kali jam pulang
sekolah oleh siswa. Sebelumnya, guru atau peneliti mengulang terus-menerus
aturan main yang tertulis di “discipline report”. Hal ini dilakukan agar
peraturan main selalu diingat siswa dan tidak lagi melanggar hal yang sama.
Selain itu, data juga diperkuat dengan adanya anekdotal record, yaitu catatan
yang menceritakan mengenai perkembangan dan perubahan sikap disiplin
peserta didik selama berada di sekolah.
Berdasarkan pengamatan atau anekdotal record selama proses
pembelajaran berlangsung, berikut ini adalah catatan kondisi awal siswa
sebelum diberikannya treatment berupa check list reflektif melalui reward,
diantaranya:
58
Tabel 4.1
Anekdotal Record Sebelum diberikan treatment
Tabel 4.2
Membiasakan Diri Untuk Datang dan Masuk Kelas Pada Waktunya
Proses Pasca
Kategori
Interval f % Interval f %
Sangat Baik > 92,9 16 50 100 29 90,625
Baik 86,9 - 92,9 4 12,5 99,4 - 100 0 0
Buruk < 86,9 12 37,5 < 99,4 3 9,375
Total 32 100 32 100
61
Deskripsi
Data diatas menjelaskan bahwa, disiplin pada indikator datang dan masuk
kelas pada waktunya berada pada perubahan yang positif. Terjadi peningkatan
pada proses ke pasca, terlihat angka yang berubah pada setiap kategori, interval
dan frekuensi, dengan data angka sebagai berikut; sangat baik memiliki
peningkatan dengan selisih frekuensi 13 point dan kategori buruk memiliki
penurunan dengan selisih frekuensi 9 point.
Proses Pasca
Kategori
Interval f % Interval f %
Sangat Baik 100 17 53,125 100 32 100
Baik 92,7 - 100 5 15,625 100 0 0
Buruk < 92,7 10 31,25 < 100 0 0
Total 32 100 32 100
62
Deskripsi
Sama seperti indikator sebelumnya bahwa terjadi peningkatan ke arah
yang positif, hanya saja pada indikator ini peningkatannya sangat terlihat. Data
diatas menunjukan angka maksimal yaitu 100% pada perubahan sikap peserta
didik pasca check list reflektif diberlakukan. Semua peserta didik merasa
termotivasi untuk mengerjakan tugas dengan tepat waktu.
Proses Pasca
Kategori
Interval f % Interval f %
Sangat Baik > 98,3 21 65,625 > 83 15 46,875
Baik 97,8 - 98,3 0 0 80,4 - 83 7 21,875
Buruk < 97,8 11 34,375 < 80,4 10 31,25
Total 32 100 32 100
Deskripsi
Berbeda dengan indikator yang lainnya, pada indikator ini sikap
kedisiplinan peserta didik justru mengalami perubahan yang negatif. Pernyataan
63
tersebut terlihat dari data diatas bahwa, peserta didik justru mengalami
penurunan. Kategori sangat baik mempunyai selisih frekuensi penurunan
sebanyak 6 point dan kategori buruk hanya mempunyai selisih frekuensi
peningkatan sebanyak 1 point. Hal ini disebabkan salah satunya karena banyaknya
sub indikator yang harus diikuti oleh peserta didik dan ketidak sengajaan peserta
didik melakukan pelanggaran yang ada pada indikator ketiga.
Proses Pasca
Kategori
Interval f % Interval f %
Sangat Baik > 96,0 16 50 100 18 56,25
Baik 94,5 - 96,0 4 12,5 95,6 - 100 4 12,5
Buruk < 94,5 12 37,5 < 95,6 10 31,25
Total 32 100 32 100
64
Deskripsi
Berbeda dengan indikator sebelumnya, pada indikator ini peserta didik justru
mengalami perubahan ke arah yang positif. Mudah untuk mengikuti peraturan
yang diberlakukan adalah alasan peserta didik mengapa indikator disiplin ini
mengalami peningkatan. Terlihat pada meningkatnya interval dan frekuensi dari
proses ke pasca, kategori baik naik sebanyak 2 point dan kategori buruk turun
sebanyak 2 point. Hal tersebut membuktikan bahwa indikator ke 4 ini menunjukan
peningkatan yang baik untuk sikap kediaplinan peserta didik.
Proses Pasca
Kategori
Interval f % Interval f %
Sangat Baik > 95,2 23 71,875 100 25 78,125
Baik 93,7 - 95,2 0 0 94,2 - 100 0 0
Buruk < 93,7 9 28,125 < 94,2 7 21,875
Total 32 100 32 100
Deskripsi
Sama seperti indikator sebelumnya, indikator berpakaian rapih dan sopan
mengalami peningkatan dari proses ke pasca. Terlihat dari data diatas,kategori
65
35
30
25
20
sangat baik
15
baik
10 buruk
0
proses pasca proses pasca proses pasca proses pasca proses pasca
Grafik 4.1
Grafik Berkategorisasi Perubahan Sikap Disiplin Siswa
Deskripsi
Diagram diatas menerangkan bahwa¸ penerapan kedisiplinan dengan
menggunakan checklist reflektif + reward mengalami perubahan yang positif.
Terlihat dari data kuantitatif diatas, bahwa 4 indikator berada dalam katagori
“sangat baik” dengan keterangan meningkat, sedangkan 6 indikator disiplin
berkategori “buruk” berada dalam keterangan menurun. Dengan deskripsi data,
indikator 1 terdapat penurunan sebesar 9 point, indikator 2 sebesar 10 point,
indikator 4 sebesar 2 point, dan indikator 5 sebesar 2 point., dan indikator 3
sebesar 1 point. Dari hasil data kuantitatif diatas membuktikan bahwa sebagian
66
besar peserta didik sudah terbiasa berprilaku disiplin dan penggunaan checklist
reflektif + reward mengalami keberhasilan.
Gambaran umum tentang hasil penelitian diuraikan berupa tabel dan grafik
yang menginterpretasikan perubahan sikap ketika proses dan pasca pada setiap
indikator, adalah sebagai beriku:
Tabel 4.7
Gambaran Perubahan Sikap Disiplin Siswa Ketika Proses dan Pasca
Peningkatan dan penurunan sikap disiplin siswa akan lebih terlihat pada
grafik berikut ini
67
120
100
80
60
40
20
0
proses pasca proses pasca proses pasca proses pasca proses pasca
Grafik 4.2
Grafik Umum Rata-rata Perubahan Sikap
Deskripsi
Diagram 4.1 menunjukan bahwa perubahan sikap siswa ketika proses ke
paska terjadi peningkatan hampir pada setiap indikator. Pada indikator 1 terdapat
peningkatan sebesar 12,49%, indikator 2 sebesar 7,3 %, indikator 4 sebesar
1,08%, dan indikator 5 sebesar 0,52%. Namun pada indikator 3 terjadi penurunan
sebesar 17,31%. Hal tersebut terjadi karena, peraturan yang dituntut pada
indikator 3 lebih banyak, sedangkan waktu yang disedikan untuk mendisiplinkan
peserta didik sangat singkat. Sehingga peserta didik merasa kesulitan untuk
mematuhi peraturan –peraturan yang diberikan. Selain itu, karena terlalu banyak
peraturan yang diberikan ada beberapa peserta didik “lupa” dengan peraturan-
peraturan yang diberikan
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan skripsi ini ditemukan bahwa, reward dengan star
melalui checklist reflektif berdampak positif dalam meningkatkan sikap
kedisplinan peserta didik kelas 1 SD Hikari desa Karanggan. Hal ini dapat dilihat
dari menurunnya presentase kategori “buruk” hampir pada semua indikator
kedisiplinan. Keberhasilan penarapan reward dengan star melalui checklist
reflektif ini di dukung oleh dua hal, diantaranya: (1) setelah memperoleh reward
berupa star anak merasa bangga dan terdorong untuk meningkatkan
kedisiplinannya, dan (2) tanggung jawab yang besar dari guru dalam mengawasi
pembinaan kedisiplinan siswa secara konsekuensi. Berdasarkan temuan tersebut
dapat disimpulkan bahwa reward menggunakan star melalui checklist reflektif
mempunyai dampak positif dalam meningkatkan sikap disiplin peserta didik
B. Saran
Karena reward menggunakan star mlalui checklist reflektif dapat
meningkatkan sikap kedisiplinan peserta didik, maka penulis mengajukan saran
sebagai berikut:
1. Untuk guru dan sekolah, perlu disosialisasi penggunakan reward melalui
checklist reflektif secara intensif dalam mengembangkan pembiasaan disiplin
peserta didik di berbagai sekolah.
2. Untuk orang tua, perlu adanya kolaborasi antara guru dan orang tua wali murid
demi terciptanya sikap kedisplinan yang diharapkan.
69
Daftar Pustaka
Amini, Ibrahim, Agar Tidak Salah Mendidik Anak, Cetakan:1, Jakarta: Al-Huda,
2006.
Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam ,Jakarta: Ciputat
Pers,2002.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Cet:14,
Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Bernhardt, Karl, Discipline and Child Guidance, London: Mc Graw Hill Book
Company.
Colvin, Geoff, 7 Langkah untuk Menyusun Rencana Disiplin Kelas Proaktif,
Cet:1, Jakarta: Indeks, PT. Macana Jaya Cemerlang, 2008.
Durkheim, Emile, Pendidikan Moral ; Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologis
Pendidikan, Alih Bahasa: Drs. Lukas Ginting, Jakarta: Erlangga,1990.
Sabri, Alisuf, Pengantar Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya, 2007.
Hurlock, Elizabeth, Perkembangan Anak , jilid 2, Alih Bahasa: dr. Med Meitasari
Tjandrasa, Jakarta: Erlangga, 1978.
Lukman bin Ma’sa. konsep penghargaan dan sanksi dalam pendidikan islam,
http://www.scribd.com/, 29 agustus 2009.
Majalah Ayah Bunda dan Mead Johnson, dari A Sampai Z Perkembangan Anak,
Buku Pegangan Untuk Pasangan Muda, Jakarta: PT. Gaya Favorit Press.
Soedijarto, Menuju Pendidikan yang Relefan dan Bermutu, Jakarta: Balai Pustaka,
1989.
Soemanto, Wasty, Drs, Psikologi Pendidikan “Landasan Kerja Pemimpin
Pendidikan”, Jakarta: Rhineka Cipta, 1990.
Sofyan, Ahmad,dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, Cet:1,
Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Cet. Ke-2, Jakarta: Balai Pustaka,2002.
Uno, Hamzah, Dr, M.Pd, Orientasi Baru dalam Strategi Pembelajaran, Cet:3,
Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006.
Webe, Agung, Smart Teaching “5 Metode Aktif Lejitkan Prestasi Anak Didik,
Yogyakarta: Galangpress, 2010.
Wheldall, Kevin, Discipline in Schools, Psychological Perspectives on the Elton
Report, New York: Routledge London and New York, 1992.
INSTRUMEN PENELITIAN
1. RPP
2. Uji Validitas Instrumen
3. Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen Tes
A. Identitas
NamaSekolah : SD HIKARI
1 IPA Mengenal berbagai (1.2) Mengidentifikasi penyebab benda - Mengamati secara sederhana penyebab
bentuk energi dan bergerak (batere, per/pegas, dorongan benda bergerak melalui mainan yang telah
manfaatnya dalam tangan, dan magnet) => FOKUS dipilihnya
kehidupan sehari-
hari MATERI: BATERE dan PER/ PEGAS - Menjelaskan penyebab gerak benda
2 MTK Mengenal (5.1) Membandingkan berat benda - Melakukan penimbangan satuan tidak
pengukuran berat melalui percobaan baku dengan menggunakan benda- benda
yang ada di sekitarnya
(5.2) Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan berat benda - Memecahkan masalah yang berkaitan
dengan berat benda
3 IPS Mendeskripsikan (2.1) Menceritakan kembali peristiwa - Mengekspresikan melalui ungkapan kata-
lingkungan rumah penting yang dialami sendiri kata mereka mengenai membuat mainan
dilingkungankeluarga bersama
4 PKN Menerapkan (4.1) Mengikuti tata tertib di rumah dan di - Penilaian diri mengenai pembiasaan
kewajiban anak di sekolah menjalankan beberapa kewajiban dirumah
rumah dan di dan di sekolah “bertanggung jawab atas
sekolah mainan yang sudahdipakai”
C. Tujuan Pembelajaran
Siswa Mampu:
F. Langkah-langkah
Senin
Aktivitas dengan Komponen PAIKEM
Tahap Waktu Indikator Nilai Karakter
Guru Siswa
Siswa
bertanya
dengan
antusias
Kegiatan Eksplorasi 07.50 Guru menyapa siswa dan mempersiapkan Siswa Kedisiplinan
Inti siswa untuk siap belajar mengikuti
(35‟) Kesungguhan
instruksi guru
Guru meberikan motivasi kepada siswa,
Kemandirian
seperti memberitahukan tujuan dan fungsi
pembelajaran hari ini (mengenalkan tokoh
baru yang akan menemani pembelajaran
hari ini) Siswa
bersemangat
Guru mengajak siswa bermain bersama
tokoh baru
IPA:
Guru bersama siswa bersiap-siap untuk
Menjelaskan
penyebab gerak
benda snack time selama (20‟)
gerak tersebut
benda
Guru mencabut dan menerapkan baterai di
mainan tersebut
Konfirmasi 09.15 PKn: penilaian Guru bersama siswa merapihkan mainan Siswa Bersungguh-
diri mengenain dan kelas sesudah pengamatan menuliskan di sungguh
(35‟) pembiasaan
menjalankan kertas yang
Guru menanpilkan Main map meteri Kedisiplinan
beberapa telah
kewajiban di pembelajaran mengenai gerak benda dan
disediakan Tanggung
rumah dan di manafaat energi dalam kehidupan sehari-
oleh guru untik jawab
sekolah “ hari.
bertanggung membuat
jawab atas Guru meminta siswa membuat yang sama maind map
semua mainan
dengan yang di papan tulis dengan membuat
yang sudah di
pakai” dan menambahkan konsep yang telah
ditemukan oleh siswa (autentic assesment
=> fortofolio)
Selasa
Aktivitas dengan Komponen Paikem
Tahap Waktu Indikator Nilai Karakter
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Kegiatan Eksplorasi 07.50 Guru bersama siswa mengulang sekilas Siswa Kedisiplinan
Inti pembelajaran kemarin dengan membuka menjawab
(35‟) Kejujuran
maind mapp yang sudah di buat pertanyaan
guru dengan Kewajiban
Guru meminta satu siswa untuk menjelaskan
gembira
maind mapp yang telah dibuat kebenaran
Elaborasi (35‟) Jika belum sampai pada materi, guru Siswa Kedisiplinan
mengajukan pertanyaan kembali “ coba lihat, menjawab
Kesungguhan
apa perbedaan dari kedua benda pertanyaan
ini?”(Questioning) guru dengan kesantunan
tertib dan
Guru menunggu jawaban siswa
mengacungka
MTK:
Guru mengajak siswa untuk mencoba n tangan
- Melakukan melakukan penimbangan dengan satuan
penimbangan tidak baku yang ada di sekitar mereka ambil
satuan tidak mengerjakan tugas yang telah guru berikan
baku dengan sebelumnya (inquiry dan konstruktivisme)
menggunakan
Guru berdoa bersama siswa sebelum snack
benda- benda
time
yang ada di
sekitarnya Guru meminta siswa untuk duduk hening dan
tertib untuk mencuci tangan dan mengambil Siswa
- Memecahkan kotak makannya mengikuti
masalah yang intruksi guru
Guru mempersiapkan siswa untuk snack time
berkaitan dengan
selama 15‟
berat benda
Konfirmasi 09.15 Guru melanjutkan materi dengan melakukan Siswa bermain Ketertiban
Rabu
Aktivitas dengan Komponen Paikem
Tahap Waktu Indikator Nilai Karakter
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Kegiatan Eksplorasi 07.50 Guru mengulang materi yang telah Siswa Kesungguhan
Inti dipelajari kemarin secara singkat dan jelas mengikuti
(35‟) Tanggung
dengan sekali lagi menunjuk satu siswa materi yang
jawab
untuk menjelaskan di depan kelas sedang
diajarkan
Guru meminta siswa untuk mengeluarkan
mainan kesukaan mereka yang ada di Siswa
rumah mengikuti
instruksi yang
Guru memberikan lks yang berkaitan
guru berikan
dengan mainan tersebut (autentic
assesment => individu)
Elaborasi (35‟) Bahasa Guru meminta siswa satu persatu untuk Siswa Kesungguhan
Indonesia: menceritakannya di depan kelas dengan mengikuti
santun
suara yang kencang proses
-
pembelajaran
Mengekspresikan Guru mengajak siswa untuk berdoa
dengan tertib
melalui ungkapan sebelum snack time
cerita singkat
Guru meminta siswa untuk duduk tertib
mengenai mainan
kesukaan yang Guru mempersiapkan siswa untuk snack
didapat dari time selama 15‟
keluarga
Penutup 10.15 Guru meminta siswa untuk duduk dengan Siswa Kedisiplinan
Kamis
Aktivitas dengan Komponen Paikem
Tahap Waktu Indikator Nilai Karakter
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
siswa
Kegiatan Eksplorasi 07.50 Guru mengulas kembali pembelajaran yang Siswa Kesungguhan
Inti telah berlangsung dari hari senin sampai mendengarkan
(35‟) Tanggung
rabu. dan mengikuti
jawab
instruksi guru
Guru menanyakan “ apa yang kalian
dengan kesantunan
lakukan ketika selesai bermain?”. Dan
gembira
pernahkah kalian di minta ibu untuk
membereskan mainan nya?”. (questioning)
Elaborasi (35‟) Guru bertanya kembali “ untuk apa mainan Siswa Tanggung
menjawab
di simpan dan di jaga?” (questioning) pertanyaan jawab
guru
Guru menunggu jawaban siswa Kesungguhan
Konfirmasi 09.15 PKn: Guru menanyakan kepada siswa, tahukah Siswa Kesungguhan
Mengetahui
( )
Instrument Observasi
“PENINGKATAN KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS 1 MENGGUNAKAN
REWARD DAN PUNISHMENT DI SD HIKARI DESA KARANGGAN”
Name:
Kelas : My Star:
Sign:
Teacher Parents
MY DISCIPLINE REPORT
Comment [N2]: report
Mata Pelajaran : PKn
SK : Membiasakan Tertib di Rumah dan di Sekolah
KD : Melaksanakan Tertib di Sekolah
Indikator : Membiasakan Diri Untuk Datang ke Sekolah dan Masuk Kelas Pada Waktunya
No Hari Tanggal Aku Tiba di Sekolah pada Jam? Comment [N3]: Kenapa bukan check list saja?
Misalnya diganti dengan kalimat : hari ini aku datang
1. tepat waktu, beri check list jika ya dan sebaliknya
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30
Mata Pelajaran : PKn
SK : Menerapkan Kewajiban Anak di Rumah dan di Sekolah
KD : Mengikuti Kewajiban Anak di Sekolah
Indikator : Melaksanakan Tugas-tugas kelas yang menjadi tanggung jawabnya
Isi sesuai dengan contoh, lalu beri tanda Check list ( ) jika kamu sudah mengerjakan Pr dan LKS ok!!
Papan Tulis
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
18 17 16 15 14 13 12 11
19 20 21 22 23 24 25 26
34 33 32 31 30 29 28 27
Meja Guru
Lembar Pemahaman Siswa
“PENINGKATAN KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS 1 MENGGUNAKAN
REWARD DAN PUNISHMENT DI SD HIKARI DESA KARANGGAN”
SARAN:
Asik... hari ini aku akan menceritakan kegiatanku sewaktu di rumah dan di sekolah, 1. LBuat daftar tata tertib yang ada di sekolah dan
buat kolom check list
lalu aku akan menceritakan pula peraturan yang aku jalani ketika aku ada di rumah dan di sekolah 2. Lembar ini jadikan sebagai modul/metode yang
diterapkan
Peraturan di sekolah:
........................................................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................................................
Peraturan di rumah:
........................................................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................................................
INGAT:
KATA BU GURU ANAK YANG BAIK ADALAH ANAK YANG MEMATUHI TATA TERTIB, dan
MENDENGARKAN MAMAH, PAPAH dan GURUKU ADALAH TATA TERTIB YANG PALING
PENTING!!!!
Instrument Observasi - Check list
“PENINGKATAN KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS 1 MENGGUNAKAN
REWARD DAN PUNISHMENT DI SD HIKARI DESA KARANGGAN”
Berilah tanda check list ( ) apabila kamu mematuhi tata tertib sekolah dan kelas
Berilah tanda silang ( ) apabila kamu melanggar tata tertib sekolah dan kelas
Dengarkan penjelasan ibu guru!!
Bulan: .....................................
Tanggal
1 Hadir tepat waktu dan
segera berbaris rapih
2 Selalu berpakaian
rapih dan memakai
alas kaki ketika keluar
kelas
3 Selalu 4 S (senyum,
salam, sapa dan
santun)
4 Berkata baik dan
sopan
5 Makan dan minum
sambil duduk
6 Saling menghargai dan
menjaga barang milik
sendiri/ orang lain
7 Menjaga kebersihan
lingkungan
8 Tidak merusak
tumbuhan dan tidak
mencoret-coret meja,
kursi,tembok
9 Selalu mendengarkan
dan tertib ketika guru
menjelaskan
10 Mengejakan tugas
tepat waktu
11 menyimpan alas kaki
dan loker dengan
benar
Lembar Pemahaman Siswa
“PENINGKATAN KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS 1 MENGGUNAKAN
REWARD DAN PUNISHMENT DI SD HIKARI DESA KARANGGAN”
Ceritakan seluruh kejadian ketika proses pembelajaran berlangsung, perhatikan aktifitas peserta
didik mengenai aktifitasnya mengikuti aturan permainan
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................
Observer
(...........................................................)
Lembar Pemahaman Siswa
DAMPAK “REWARD + CHECK LIST REFLEKTIF” TERHADAP SIKAP
KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS 1 DI SD HIKARI DESA KARANGGAN
INGAT:
KATA BU GURU ANAK YANG BAIK ADALAH ANAK YANG MEMATUHI TATA TERTIB,
dan MENDENGARKAN MAMAH, PAPAH dan GURU ADALAH TATA TERTIB YANG PALING
PENTING!!!!
Indikator : II (Menaati Peraturan ) Membiasakan diri untuk mematuhi peraturan
kelas
Mata Pelajaran/ SK : PKn/ Membiasakan Tertib di Rumah dan di Sekolah
KD : Melaksanakan Tata tertib di Sekolah
Berilah tanda check list ( ) apabila kamu mematuhi tata tertib kelas
Dan berilah tanda silang ( ) apabila kamu melanggar tata tertib kelas
Dengarkan penjelasan ibu guru!!
Bulan: .....................................
Tanggal
5 Membuang sampah
pada tempatnya
6 Tidak merusak
tumbuhan
8 Menyimpan sandal
pada tempatnya
9 Memperhatikan ketika
guru menjelaskan
pelajaran
10 Tidak mencoret-
coret meja dan
tembok
Bulan: .....................................
Tanggal
1
..............................................................................
..............................................................................
..............................................................................
2
..............................................................................
..............................................................................
..............................................................................
3
..............................................................................
..............................................................................
..............................................................................
4
..............................................................................
..............................................................................
..............................................................................
5
..............................................................................
..............................................................................
..............................................................................
Lembar Pemahaman Siswa
DAMPAK “REWARD + CHECK LIST REFLEKTIF” TERHADAP SIKAP
KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS 1 DI SD HIKARI DESA KARANGGAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
REKAPITULASI HASIL UJI INSTRUMEN
1. Berikut ini adalah prosentase berkategori dan diagram batang perubahan sikap
disiplin peserta didik kelas 1 SD Hikari Desa Karanggan selama 21 hari menggunakan
checklist reflektif dan reward dan pasca 6 hari, diantaranya:
no nama 1. Membiasakan Diri Untuk Datang ke Sekolah dan Masuk Kelas Pada Waktunya
hasil 1 hasil 2
1 L1 81 buruk 95,2 buruk
2 P2 90,5 baik 95,2 buruk
3 P3 100 sangat baik 100 sangat baik
4 L4 52,4 buruk 100 sangat baik
5 L5 100 sangat baik 100 sangat baik
6 P6 95,2 sangat baik 100 sangat baik
7 P7 61,9 buruk 90,5 buruk
8 L8 85,7 buruk 100 sangat baik
9 L9 100 sangat baik 100 sangat baik
10 L10 90,5 baik 100 sangat baik
11 L11 100 sangat baik 100 sangat baik
12 P12 100 sangat baik 100 sangat baik
13 L13 100 sangat baik 100 sangat baik
14 L14 95,2 sangat baik 100 sangat baik
15 P15 100 sangat baik 100 sangat baik
16 P18 81 buruk 100 sangat baik
17 L19 85,7 buruk 100 sangat baik
18 P20 100 sangat baik 100 sangat baik
19 L21 95,2 sangat baik 100 sangat baik
20 L22 100 sangat baik 100 sangat baik
21 P23 81 buruk 100 sangat baik
22 L24 90,5 baik 100 sangat baik
23 P26 100 sangat baik 100 sangat baik
24 L27 28,6 buruk 100 sangat baik
25 L28 95,2 sangat baik 100 sangat baik
26 P29 100 sangat baik 100 sangat baik
27 L30 100 sangat baik 100 sangat baik
28 L31 76,2 buruk 100 sangat baik
29 P32 81 buruk 100 sangat baik
30 P33 61,9 buruk 100 sangat baik
31 P34 61,9 buruk 100 sangat baik
32 P35 90,5 baik 100 sangat baik
Diagram batang perubahan sikap kedisplinan indikator 1
35
30
25
20 sangat baik
15 baik
10 buruk
0
proses pasca
Dengan rata-rata
102.00
100.00
98.00
96.00
94.00
92.00
90.00
88.00
86.00
84.00
82.00
80.00
proses pasca
35
30
25
20
proses
15
pasca
10
5
0
sangat baik baik buruk
Dengan rata-rata
102.00
100.00
98.00
96.00
94.00
92.00
90.00
88.00
proses pasca
25
20
15
proses
10
pasca
5
0
sangat baik baik buruk
Dengan rata-rata
120.00
100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
proses pasca
d. Prosentase berkategori, indikator 4: Membiasakan diri untuk mematuhi peraturan
bersama yang telah disepakati sebelumnya
20
18
16
14
12
10 proses
8
pasca
6
4
2
0
sangat baik baik buruk
Dengan rata-rata
95.80
95.60
95.40
95.20
95.00
94.80
94.60
94.40
94.20
94.00
proses pasca
30
25
20
15 proses
10 pasca
5
0
sangat baik baik buruk
Dengan rata-rata
94.4
94.3
94.2
94.1
94
93.9
93.8
93.7
93.6
93.5
93.4
proses pasca
Prosentase dan kategori keseluruhan sikap disiplin peserta didik kelas 1 SD Hikari
Desa Karanggan
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
Ayo kita tebalkan gambarnya lalu diberi warna???
dia itu temannya jalu, tapi sewaktu ibu Novi temukan dijalan dia tidak memiliki
nama, maukah memebantu ibu Novi untuk memberikan nama kepada temannya
jalu ini?
Namanya adalah?
DAFTAR LAMPIRAN
1. RPP
2. Uji Validitas Instrumen
3. Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen Tes
Lampiran B: surat-surat
1. Permohonan Surat Bimbingan Skripsi
2. Surat Permohonan Izin Observasi
3. Surat Permohonan Izin Penelitian
4. Foto Kegiatan pasca 10 hari disiplin diterapkan
5. Uji Referensi
6. Jurnal mengenai 21 hari
7. Piagam penghargaan skripsi terbaik
PAPAN STAR
PIN STAR