Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. DEFINISI AUTISME
Autisme masa kanak-kanak dini adalah penarikan diri dan kehilangan kontak dengan
realitas atau orang lain. Pada bayi tidak terlihat tanda dan gejala. (Sacharin, R, M, 1996 :
305)
Autisme Infantil adalah Gangguan kualitatif pada komunikasi verbal dan non verbal,
aktifitas imajinatif dan interaksi sosial timbal balik yang terjadi sebelum usia 30
bulan.(Behrman, 1999: 120)
Autisme menurut Rutter 1970 adalah Gangguan yang melibatkan kegagalan untuk
mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30 bulan), hambatan dalam pembicaraan,
perkembangan bahasa, fenomena ritualistik dan konvulsif.(Sacharin, R, M, 1996: 305)
Autisme pada anak merupakan gangguan perkembangan pervasif (DSM IV, sadock dan
sadock 2000)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa autisme adalah gangguan
perkembangan pervasif, atau kualitatif pada komunikasi verbal dan non verbal, aktivitas
imajinatif dan interaksi sosial timbal balik berupa kegagalan mengembangkan hubungan
antar pribadi (umur 30 bulan),hambatan dalam pembicaraan, perkembangan bahasa,
fenomena ritualistik dan konvulsif serta penarikan diri dan kehilangan kontak dengan
realitas.

B. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi 3-4 per 1000 anak. Perbandingan laki-laki dari wanita 3-4:1. Penyakit
sistemik, infeksi dan neurologi (kejang) dapat menunjukan gejala seperti austik.

C. ETIOLOGI
a. Genetik (80% untuk kembar monozigot dan 20% untuk kembar dizigot) terutama
pada keluarga anak austik (abnormalitas kognitif dan kemampuan bicara).
b. Kelainan kromosim (sindrom x yang mudah pecah atau fragil).
c. Neurokimia (katekolamin, serotonin, dopamin belum pasti).
d. Cidera otak, kerentanan utama, aphasia, defisit pengaktif retikulum, keadaan tidak
menguntungkan antara faktor psikogenik dan perkembangan syaraf, perubahan
struktur serebellum, lesi hipokompus otak depan.

1
e. Penyakit otak organik dengan adanya gangguan komunikasi dan gangguan sensori
serta kejang epilepsi
f. Lingkungan terutama sikap orang tua, dan kepribadian anak

Gambaran Autisme pada masa perkembangan anak dipengaruhi oleh


Pada masa bayi terdapat kegagalan mengemong atau menghibur anak, anak tidak
berespon saat diangkat dan tampak lemah. Tidak adanya kontak mata, memberikan kesan
jauh atau tidak mengenal. Bayi yang lebih tua memperlihatkan rasa ingin tahu atau minat
pada lingkungan, bermainan cenderung tanpa imajinasi dan komunikasi pra verbal
kemungkinan terganggu dan tampak berteriak-teriak. Pada masa anak-anak dan remaja,
anak yang autis memperlihatkan respon yang abnormal terhadap suara anak takut pada
suara tertentu, dan tercengggang pada suara lainnya. Bicara dapat terganggu dan dapat
mengalami kebisuan. Mereka yang mampu berbicara memperlihatkan kelainan ekolialia
dan konstruksi telegramatik. Dengan bertumbuhnya anak pada waktu berbicara
cenderung menonjolkan diri dengan kelainan intonasi dan penentuan waktu. Ditemukan
kelainan persepsi visual dan fokus konsentrasi pada bagian prifer (rincian suatu lukisan
secara sebagian bukan menyeluruh). Tertarik tekstur dan dapat menggunakan secara luas
panca indera penciuman, kecap dan raba ketika mengeksplorais lingkungannya. Pada
usia dini mempunyai pergerakan khusus yang dapt menyita perhatiannya (berlonjak,
memutar, tepuk tangan, menggerakan jari tangan). Kegiatan ini ritual dan menetap pada
keaadan yang menyenangkan atau stres. Kelainann lain adalh destruktif , marah
berlebihan dan kurangnya istirahat.
Pada masa remaja perilaku tidak sesuai dan tanpa inhibisi, anak austik dapat menyelidiki
kontak seksual pada orang asing.

D. CARA MENGETAHUI AUTISME PADA ANAK


Anak mengalami autisme dapat dilihat dengan:
a. Orang tua harus mengetahui tahap-tahap perkembangan normal.
b. Orang tua harus mengetahui tanda-tanda autisme pada anak.
c. Observasi orang tua, pengasuh, guru tentang perilaku anak dirumah, diTK, saat
bermain, pada saat berinteraksi sosial dalam kondisi normal.

2
Tanda autis berbeda pada setiap interval umumnya.
a. Pada usia 6 bulan sampai 2 tahun anak tidak mau dipeluk atau menjadi tegang bila
diangkat ,cuek menghadapi orangtuanya, tidak bersemangat dalam permainan
sederhana (ciluk baa atau kiss bye), anak tidak berupaya menggunakan kat-kata.
Orang tua perlu waspada bila anak tidak tertarik pada boneka atau binatan gmainan
untuk bayi, menolak makanan keras atau tidak mau mengunyah, apabila anak terlihat
tertarik pada kedua tangannya sendiri.
b. Pada usia 2-3 tahun dengan gejal suka mencium atau menjilati benda-benda, disertai
kontak mata yang terbatas, menganggap orang lain sebagai benda atau alat, menolak
untuk dipeluk, menjadi tegang atau sebaliknya tubuh menjadi lemas, serta relatif cuek
menghadapi kedua orang tuanya.
c. Pada usia 4-5 tahun ditandai dengan keluhan orang tua bahwa anak merasa sangat
terganggu bila terjadi rutin pada kegiatan sehari-hari. Bila anak akhirnya mau
berbicara, tidak jarang bersifat ecolalia (mengulang-ulang apa yang diucapkan orang
lain segera atau setelah beberapa lama), dan anak tidak jarang menunjukkan nada
suara yang aneh, (biasanya bernada tinggi dan monoton), kontak mata terbatas
(walaupun dapat diperbaiki), tantrum dan agresi berkelanjutan tetapi bisa juga
berkurang, melukai dan merangsang diri sendiri.

E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang ditemuai pada penderita Autisme :
a. Penarikan diri, Kemampuan komunukasi verbal (berbicara) dan non verbal yang tidak
atau kurang berkembang mereka tidak tuli karena dapat menirukan lagu-lagu dan
istilah yang didengarnya, serta kurangnya sosialisasi mempersulit estimasi potensi
intelektual kelainan pola bicara, gangguan kemampuan mempertahankan percakapan,
permainan sosial abnormal, tidak adanya empati dan ketidakmampuan berteman.
Dalam tes non verbal yang memiliki kemampuan bicara cukup bagus namun masih
dipengaruhi, dapat memperagakan kapasitas intelektual yang memadai. Anak austik
mungkin terisolasi, berbakat luar biasa, analog dengan bakat orang dewasa terpelajar
yang idiot dan menghabiskan waktu untuk bermain sendiri.
b. Gerakan tubuh stereotipik, kebutuhan kesamaan yang mencolok, minat yang sempit,
keasyikan dengan bagian-bagian tubuh.

3
c. Anak biasa duduk pada waktu lama sibuk pada tangannya, menatap pada objek.
Kesibukannya dengan objek berlanjut dan mencolok saat dewasa dimana anak
tercenggang dengan objek mekanik.
d. Perilaku ritualistik dan konvulsif tercermin pada kebutuhan anak untuk memelihara
lingkungan yang tetap (tidak menyukai perubahan), anak menjadi terikat dan tidak
bisa dipisahkan dari suatu objek, dan dapat diramalkan .
e. Ledakan marah menyertai gangguan secara rutin.
f. Kontak mata minimal atau tidak ada.
g. Pengamatan visual terhadap gerakan jari dan tangan, pengunyahan benda, dan
menggosok permukaan menunjukkan penguatan kesadaran dan sensitivitas terhadap
rangsangan, sedangkan hilangnya respon terhadap nyeri dan kurangnya respon
terkejut terhadap suara keras yang mendadak menunjukan menurunnya sensitivitas
pada rangsangan lain.
h. Keterbatasan kognitif, pada tipe defisit pemrosesan kognitif tampak pada emosional
i. Menunjukan echolalia (mengulangi suatu ungkapan atau kata secara tepat) saat
berbicara, pembalikan kata ganti pronomial, berpuisi yang tidak berujung pangkal,
bentuk bahasa aneh lainnya berbentuk menonjol. Anak umumnya mampu untuk
berbicara pada sekitar umur yang biasa, kehilangan kecakapan pada umur 2 tahun.
j. Intelegensi dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam retardasi secara
fungsional.
k. Sikap dan gerakan yang tidak biasa seperti mengepakan tangan dan mengedipkan
mata, wajah yang menyeringai, melompat, berjalan berjalan berjingkat-jingkat.

Ciri yang khas pada anak yang austik :


a. Defisit keteraturan verbal.
b. Abstraksi, memori rutin dan pertukaran verbal timbal balik.
c. Kekurangan teori berfikir (defisit pemahaman yang dirasakan atau dipikirkan orang
lain).

Menurut Baron dan kohen 1994 ciri utama anak autisme adalah:
a. Interaksi sosial dan perkembangan sossial yang abnormal.
b. Tidak terjadi perkembangan komunikasi yang normal.
c. Minat dan perilaku terbatas, terpaku, diulang-ulang, tidak fleksibel, tidak imajinatif.
Ketiga-tiganya muncul bersama sebelum usia 3 tahun.

4
F. PENGOBATAN
Orang tua perlu menyesuaikan diri dengan keadaan anaknya, orang tua harus
memeberikan perawatan kepada anak temasuk perawat atau staf residen lainnya. Orang
tua sadar adanaya scottish sosiety for autistik children dan natinal sosiety for austik
children yang dapat membantu dan dapat memmberikan pelayanan pada anak autis.
Anak autis memerlukan penanganan multi disiplin yaitu terapi edukasi, terapi perilaku,
terapi bicara, terapi okupasi, sensori integasi, auditori integration training (AIT),terapi
keluarga dan obat, sehingga memerlukan kerja sama yang baik antara orang tua ,
keluarga dan dokter.

Pendekatan terapeutik dapat dilakukan untuk menangani anak austik tapi


keberhasilannya terbatas, pada terapi perilaku dengan pemanfaatan keadaan yang terjadi
dapat meningkatkan kemahiran berbicara. Perilaku destruktif dan agresif dapat diubah
dengan menagement perilaku.

Latihan dan pendidikan dengan menggunakan pendidikan (operant konditioning yaitu


dukungan positif (hadiah) dan hukuman (dukungan negatif). Merupakan metode untuk
mengatasi cacat, mengembangkan ketrampilan sosial dan ketrampilan praktis. Kesabaran
diperlukan karena kemajuan pada anak autis lambat.

Neuroleptik dapat digunakan untuk menangani perilaku mencelakkan diri sendiri yang
mengarah pada agresif, stereotipik dan menarik diri dari pergaulan sosial.

Antagonis opiat dapat mengatasi perilaku, penarikan diri dan stereotipik, selain itu terapi
kemampuan bicara dan model penanganan harian dengan menggunakan permainan
latihan antar perorangan terstruktur dapt digunakan.

Masalah perilaku yang biasa seperti bising, gelisah atau melukai diri sendiri dapat diatasi
dengan obat klorpromasin atau tioridasin.

Keadaan tidak dapat tidur dapat memberikan responsedatif seperti kloralhidrat, konvulsi
dikendalikan dengan obat anti konvulsan. Hiperkinesis yang jika menetap dan berat
dapat ditanggulangi dengan diit bebas aditif atau pengawet.

Ada pun Macam-macam terapi autis lainnya diantaranya:

a. Terapi akupunktur.
Metode tusuk jarum ini diharapkan bisa menstimulasi sistem saraf pada otak hingga
dapat bekerja kembali.

5
b. Terapi musik.
Lewat terapi ini, musik diharapkan memberikan getaran gelombang yang akan
berpengaruh terhadap permukaan membran otak. Secara tak langsung, itu akan turut
memperbaiki kondisi fisiologis. Harapannya, fungsi indera pendengaran menjadi
hidup sekaligus merangsang kemampuan berbicara.
c. Terapi balur.
Banyak yang yakin autisme disebabkan oleh tingginya zat merkuri pada tubuh
penderita. Nah, terapi balur ini bertujuan mengurangi kadar merkuri dalam tubuh
penyandang autis. Caranya, menggunakan cuka aren campur bawang yang dilulurkan
lewat kulit. Tujuannya melakukan detoksifikasi gas merkuri.
d. Terapi perilaku.
Tujuannya, agar sang anak memfokuskan perhatian dan bersosialisasi dengan
lingkungannya. Caranya dengan membuat si anak melakukan berbagai kegiatan
seperti mengambil benda yang ada di sekitarnya.
e. Terapi anggota keluarga.
Orangtua harus mendampingi dan memberi perhatian penuh pada sang anak hingga
terbentuk ikatan emosional yang kuat. Umumnya, terapi ini merupakan terapi
pendukung yang wajib dilakukan untuk semua jenis terapi lain
f. Terapi lumba-lumba.
Telah diketahui oleh dunia medis bahwa di tubuh lumba-lumba terkandung potensi
yang bisa menyelaraskan kerja saraf motorik dan sensorik pendeerita autis. Sebab
lumba-lumba mempunyai gelomba sonar (gelombang suara dengan frewkuensi
tertentu) yang dapat merangsang otak manusia untuk memproduksi energi yang ada
dalam tulang tengkorak, dada, dan tulang belakang pasien sehingga dapat membentuk
keseimbangan antara otak kanan dan kiri. Selain itu, gelombang suara dari lumba-
lumba juga dapat meningkatkan neurotransmitter.
Terapi anak autis dengan lumba-lumba sudah terbukti 4 kali lebih efektif dan lebih
cepat dibanding terpi lainnya. Gelombang suara yang dipancarkan lumba-lumba
ternyata berpengaruh pada perkembangan otak anak autis.

Bedasarkan keberhasilan terapi gelombang lumba-lumba, maka CD Terapi Anak


Autis diciptakan. Gelombang Sonar yang dihasilkan oleh lumba-lumba bisa direkam,
dan ditiru pola gelombangnya untuk diproduksi secara digital. Produk CD ini adalah

6
hasil karya digita yang “meniru” pola gelombang suara lumba-lumba untuk
penyembuhan.

Terapi Gelombang Otak untuk Autis ini menggunakan Frekwensi Gelombang SMR
atau Sensori Motor Rhytm. Penderita epilepsy, ADHD ( Attention Deficit and
Hyperactivity Disorder) dan Autism ternyata tidak menghasilkan gelombang jenis ini.
Para penderita gangguan di atas tidak tidak mampu berkonsentrasi atau fokus pada
suatu hal yang dianggap penting. Sehingga setiap pengobatan yang tepat adalah cara
agar otaknya bisa menghasilkan getaran SMR tersebut.

CARA MENGGUNAKANNYA sangat mudah : putar saja CD Terapi Anak Autis ini
di ruangan atau tempat bermain anak. Boleh juga diputar di kamar tidur, saat anak
anda sedang tidur. Anda tida perlu memaksa anak Anda untuk konsentrasi
mendengarkannya. Putar saja CD ini seperti memutar musik. Meskipun anak tidak
mendengarkan, otak anak tetap merespon rangsangan gelombang suara frekuensi
tertentu yang keluar dari speaker. CD ini bisa diputar dengan semua perangkat
elektronik yang bisa memutar mp3. Gunakan speaker stereo untuk hasil tebaik. CD
Audio Brainwave Terapi Anak Autis ini sangat aman digunakan oleh siapapun,
semudah mendengarkan musik.

Dapat disimpulkan bahwa terapi pada autisme dengan mendeteksi dini dan tepat
waktu serta program terapi yang menyeluruh dan terpadu.

Penatalaksanaan anak pada autisme bertujuan untuk:


a. Mengurangi masalah perilaku.
b. Meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangan terutama bahasa.
c. Anak bisa mandiri.
d. Anak bisa bersosialisasi.

G. PROGNOSIS
Anak terutama yang mengalami bicara, dapat tumbuh pada kehidupan marjinal, dapat
berdiri sendiri, sekalipun terisolasi, hidup dalam masyarakat, namun pada beberapa
anak penempatan lama pada institusi mrp hasil akhir. Prognosis yang lebih baik
adalah tingakt intelegensi lebih tinggi, kemampuan berbicara fungsional, kurangnya
gejala dan perilaku aneh. Gejala akan berubah dengan pertumbuhan menjadi tua.
kejang-kejang dan kecelakaan diri sendiri semakin terlihat pada perkembangan usia.

7
ASUHAN KEPERAWATAN AUTISME

A. Pengkajian
a. Factor predisposisi
b. Psikososial
c. Konsep diri
d. Staus mental
e. Mekanisme koping

B. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


1. Ketidakmampuan Koping Individu
2. Harga Diri Rendah
3. Kecemasan pada orangtua
4. Kurangnya pengetahuan

Diagnosa Keperawatan :
1. Ketidakmampuan koping individu berhubungan dengan tidak adekuat keterampilan
pemecahan masalah.
Domain 9 : Koping/Toleransi terhadap stress
Daya tampung terhadap peristiwa atau proses kehidupan
Kelas 2 : Respon Koping
Proses dalam mengelolah stress lingkungan
Pengertian : ketidakmampuan untuk membentuk penilaian yang benar dari
stressor, pemilihan respon tidak adekuat, dan atau ketidakmampuan dalam
menggunakan sumber-sumber yang tersedia.
Sign Symptom :
 Gangguan tidur
 Penurunan dukungan social
 Pemecahan masalah tak adekuat
 Perubahan pola komunikasi
2. Harga diri rendah berhubungan dengan respon negatif teman sebaya, kesulitan dalam
berkomunikasi.
Domain 6 : Persepsi Diri
Kesadaran terhadap diri

8
Kelas 2 : harga diri
Penilaian terhadap diri sendiri dalam kemampuan diri, kejelekan
diri,kepentingan dan kesuksesan
Pengertian : Keadaan yang lama mengenai evaluasi diri atau perasaan mengenai diri
atau kemampuan diri yang negative.
Sign Symptom :
 Mengevaluasi diri tidak mampu menangani situasi baru.
 Kurang kontak mata
 Mencari ketenangan berlebihan

3. Kecemasan pada orang tua behubungan dengan perkembangan anak.


Domain 9 : Koping / Toleransi terhadap stress
Daya tampung terhadap peristiwa atau proses kehidupan.
Kelas 2 : respon koping
Proses dalam mengelola stress lingkungan.
Pengertian : Perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang tidak jelas dan gelisah
disertai dengan respon otonom (sumber terkadang tidak spesifik atau tidak diketahui
oleh individu), perasaan yang was-was untuk mengatasi bahaya. Ini merupakan
sinyal peringatan akan adanya bahaya dan memungkinkan individu untuk
mengambil langkah untuk menghadapinya.
Sign symptom :
 Gelisah
 Mudah tersinggung
 Khawatir

4. Kurang pengetahuan pada orang tua berhubungan dengan cara mengatasi anak
dengan kesulitan belajar.
Domain 5 : Persepsi / Kognisi
System dalam memproses informasi termasuk perhatian, orientasi,
sensasi, persepsi, kognisi, dan komunikasi.
Kelas 4 : kognisi
Penggunaan dalam memori, belajar, berpikir, pemecahan masalah,
abstaksi, pengambilan keputusan, insight/pandangan, kapasitas intelektual,
menghitung dan bahasa.
9
Pengertian :
Tidak ada atau kurang informasi kognitif berhubungan dengan topic yang spesifik.
Sign symptom :
 Mengungkapkan adanya masalah
 Mengikuti instruksi tidak akurat
 Prilaku berlebihan atau tidak sesuai.

C. INTERVENSI
a. Ketidakmampuan koping individu berhubungan dengan tidak adekuat
keterampilan pemecahan masalah.
Tujuan : Klien mampu memecahkan masalah dengan koping yang efektif
1. CLIEN OUT COMES :
 Koping klien teratasi
 Klien mampu membuat keputusan
 Klien mampu mengendalikan impuls
 Klien mampu memproses informasi
2. NURSING OUT COMES : Koping
Indicator :
 Mengidentifikasi pola koping yang efektif
 Mencari informasi terkait dengan penyakit dan pengobatan
 Menggunakan prilaku untuk menurunkan stress
 Mengidentifikasi dan menggunakan berbagai strategi koping
 Melaporkan penurunan perasaan negatif
4. NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION : Peningkatan Koping
Aktivitas
 Bina hubungan saling percaya dengan klien dan keluarganya.
 Beri kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan masalahnya.
 Beri bimbingan kepada anak untuk dapat mengambil keputusan.
 Anjurkan kepada orang tua untuk lebih sering bersama anaknya.
 Hadirkan sibling untuk memberikan motivasi
 Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk mengurangi tingkat
stress anak.

10
b. Harga diri rendah berhubungan dengan respon negatif teman sebaya, kesulitan
dalam berkomunikasi.
Tujuan : klien dapat meningkatkan kepercayaan dirinya.
1. CLIEN OUT COMES :
 Klien mampu menunjukkan Harga dirinya
2. NURSING OUT COMES : Harga Diri
Indicator :
 Mengungkapkan penerimaan diri secara verbal
 Mempertahankan postur tubuh tegak
 Mempertahankan kontak mata
 Mempertahankan kerapihan/hygiene
 Menerima kritikan dari orang lain
3. NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION : Peningkatan Harga Diri
Aktivitas
 Beri motivasi pada anak.
 Beri kesempatan anak mengungkapkan perasaannya.
 Beri latihan intensif pada anak untuk pemahaman belajar berkomunikasi.
 Modifikasi cara belajar sehingga anak lebih tertarik.
 Beri reward pada keberhasilan anak.
 Gunakan alat bantu/peraga dalam belajar berkomunikasi.
 Berikan suasana yang nyaman dan tidak menegangkan.
 Anjurkan kepada keluarga untuk mendekatkan anak pada sibling.

c. Kecemasan pada orang tua behubungan dengan perkembangan anak.


Tujuan : Kecemasan orang tua tidak berkelanjutan.
1. CLIEN OUT COMES :
 Pasien mengerti tentang prosedur pengobatan
 Pasien tidak gelisah
 Pasien tidak merasa cemas
 Pasien tampak tenang
2. NURSING OUT COMES : Kontrol Ansietas
Indicator :
 Merencanakan strategi koping untuk situasi-situasi yang membuat stress
 Mempertahankan penampilan peran

11
 Melaporkan tidak ada gangguan persepsi sensori
 Manifestasi prilaku akibat kecemasan tidak ada
 Melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik
3. NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION : Pengurangan Ansietas
Aktivitas
 Anjurkan orang tua untuk selalu memotivasi anaknya.
 Anjurkan orang tua untuk memberikan anaknya bimbingan belajar intensif.
 Anjurkan orang tua agar selalu memantau prilaku anak.
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk keseimbanga gizi anak.
 Anjurkan orang tua untuk membawa anaknya ke dokter bila perlu.
 Beri penjelasan tentang kondisi anak kepada orang tua.

d. Kurang pengetahuan pada orang tua berhubungan dengan cara mengatasi anak
dengan kesulitan berkomunikasi.
Tujuan : pengetahuan keluarga bertambah
1. CLIEN OUT COMES :
 Klien mengatakan memahami dan mengerti tentang proses penyakit dan
prosedur tindakan pengobatan.
2. NURSING OUT COMES :
Indicator :
 Mengidentifikasi keperluan untuk penambahan informasi menurut
penanganan yang di anjurkan
 Menunjukkan kemampan melaksanaan aktivitas
3. NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION :
Aktivitas
o Anjurkan orang tua bersama dengan anak untuk membuat jadwal belajar
berkomunikasi.
o Luangkan waktu kepada orang tua untuk mendengarkan keluhan.
o Anjurkan orang tua untuk lebih memperhatikan perkembangan anak.
o Berikan anak makanan seimbang, 4 sehat 5 sempurna untuk menutrisiotak.
o Berikan suplemen bila perlu.
o Kenali cara/metoda belajar anak.
o Biarkan anak menggunakan inisiatif/pemikirannya selama masih dalam
batas yang wajar.

12
DAFTAR PUSTAKA
Sacharin, r.m, 1996, Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi 2, EGC, Jakarta

Behrman, Kliegman, Arvin, 1999, Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15, Alih Bahasa Prof.
DR. Dr. A. Samik Wahab, Sp. A (K), EGC, Jakarta

Diagnosa keperawatan NANDA

13

Anda mungkin juga menyukai