Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori

1. Lanjut Usia (Lansia)

a. Pengertian

Lanjut usia adalah individu yang berada dalam tahapan usia dewasa akhir,

dengan usia diatas 60 tahun (Widyanto,2014). Menurut World Health Organization

(2009) Lanjut Usia adalah usia 60 tahun ke atas sesuai dengan definisi World Health

Organization (WHO) yang terdiri dari:

b. Kategori lansia menurut WHO

1) Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun

2) Usia lanjut (elderly) 60-74 tahun

3) Usia tua (old) 75-90 tahun

4) Usia sangat lanjut (very old) diatas 90 tahun

c. Proses Menua

Menurut Setiati(2009)menua didefinisikan sebagai proses yang mengubah

seseorang dewasa sehat menjadi seseorang yang “frail”(lemah, rentan) dengan

berkurangnya sebagian besar cadangan sistem fisiologis dan mengingkatnya

kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian secara eksponensial. Menua

juga didefinisikan sebagai penurunan seiring waktu yang terjadi pada sebagian

besar makhluk hidup, yang berupa kelemahan, meningkatnya kerentanan terhadap

penyakit dan perubahan lingkungan, hilangnya mobilitas dan ketangkasan, serta


perubahan fisiologis yang terkait usia. Terdapat beberapa istilah yang digunakan

oleh gerontologis ketika membicarakan proses menua :

1) Aging(bertambahnya usia)menunjukan efek waktu, suatu proses perubahan,

biasanya bertahap dan spontan.

2) Senescence(menjadi tua) adalah hilangnya kemampuan sel untuk membelah

dan berkembang(dan seiring waktu akan menyebabkan kematian).

3) Homeostasisyaitu penyempitan atau berkurangnya cadangan homeostasis yang

terjadi selama penuaan pada setiap sistem organ.

Menurut Price et al(2010) ada banyak perbedaan antara orang tua dan orang

muda. Beberapa kasus perubahan initerjadi karena penuaan yang nyata akibat

adanya perubahan karakteristik pada orang tua di bandingkanorangyangmasih

muda. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia diantaranya :

1) Perubahan yang bukan karena proses penuaan.

Perubahan bukan karena penuaan hidup selektif. Genetik, psikologis,gaya

hidup dan faktor lingkungan mempengaruhi kelangsungan hidup, sehingga

karakteristik tertentu akan berakhir diwakili pada orang tua.

2) Perubahan karena proses penuaan

Proses penuaan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu penuaan secara primer dan

sekunder. Pertama, penuaan primer biasanya disebabkan oleh

interaksiantara faktor genetic (instrinsik) dan lingkungan (ekstrinsik).

Contohnya kanker paru-paru pada individu yang rentan yang merokok,

hipertensi, individu yang rentan dengan asupan garam yang tinggi, dan

diabetes pada mereka dengan genotipe hemat yang mengadopsi tinggi kalori
dan gaya hidup kurang gerak. Beberapa gen umumnya lebih mempengaruhi

proses penuaan.

d. Klasifikasi Lansia

Menurut Depkes RI (2013) klasifikasi lansia terdiri dari :

1) Pra lansia yaitu seseorang yang berusia antara 45-90 tahun

2) Lansia ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

3) Lansia resiko tinggi ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan

masalah kesehtan

4) Lansia potensial ialah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan

kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.

5) Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga

hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

e. Ciri-ciri Lansia

Menurut Hurlock (2011) usia lanjut ditandai dengan perubahan fisik dan

psikologis tertentu. Efek-efek tersebut menentukan, sampai sejauh tertentu, apakah

pria dan wanita usia lanjut cenderung menuju dan membawa penyesuaian diri

secara baik atau buruk. Ciri-ciri usia lanjut cenderung menuju dan membawa

penyesuaian diri yang buruk dari ada yang baik dan kepada kesengsaraan dari pada

kebahagiaan. Usia lanjut merupakan periode kemunduran dimana, orang tidak

pernah bersifat statis dan orang sering berubah secara konstan. Selama bagian awal

dari kehidupan perubahan itu bersifat evolusional dalam arti bahwa orang selalu

menuju pada kedewasaan dan kebersifat evolusionel dalam arti bahwa orang selalu
menuju pada kedewasaan dan keberfungsian. Sebaliknya, pada bagian selanjutnya,

mereka tidak evolusional lagi, yang mencabut regresi kepada tahap awal.

Periode selama lanjut, ketika kemunduran fisik dan mental terjadi secara

perlahan dan bertahap pada waktu kompensasi terhadap penurunan ini dapat

dilakukan, dikenal sebagai masa proses menjadi tua. Kemunduran itu sebagian

datang dari faktor fisik dan sebagian dari faktor psikologis. Penyebab kemunduran

fisik ini merupakan suatu perubahan pada sel-sel tubuh, bukan karena penyakit

khusus tapi karena proses menua. Kemundururan yang terjadi pada lansia juga

disebabkan oleh psikologis lansia tersebut. Sikap tidak senang terhadap diri sendiri,

orang lain, pekerjaan, dan kehidupan pada umumnya.

f. Masalah Umum Yang Terjadi Pada Lansia

Menurut Hurlock (2011) masalah umum yang terjadi pada lansia diantaranya :

1) Keadaan fisik lemah dan tidak berdaya, sehingga harus tergantung pada orang

lain.

2) Status ekonominya sangat terancam, sehingga cukup beralasan untuk

melakukan berbagai perubahan besar dalam pola hidupnya.

3) Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan status ekonomi dan

kondisi fisik.

4) Mencari teman baru untuk menggantikan suami atau istri yang telah meninggal

atau pergi jauh atau cacat.

5) Mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu luang yang semakin

bertambah.

6) Belajar untuk memperlakukan anak yang sudah besar sebagai orang dewasa.
g. Perubahan Umum Yang Terjadi Pada Lansia

Beberapa perubahan yang terjadi pada lansia pada umumnya yaitu :

1) Daerah kepala

Perubahan yang terjadi pada daerah kepala umumnya seperti hidung menjulur

lemas, bentuk mulut berubah akibat hilangnya gigi atau karena memakai gigi

palsu, mata kelihatan pudar tak bercahaya dan sering mengeluarkan cairan,

dagu terlipat dua atau tiga, pipi mengkerut, longgar dan bergelombang, kulit

berkerut dan kering.

2) Daerah tubuh

Perubahan daerah tubuh yang terjadi pada umumnya seperti bahu

membungkuk dan tampak mengecil, perut membesar dan buncit, pinggul

tampak mengendur dan lebih lebar dibandingkan dengan waktu sebelumya,

garis pinggang melebar, menjadikan badan tampak seperti terisap, bagi wanita

payudara mengendur dan melorot.

3) Daerah persendian

Perubahan yang terjadi pada lansia dibagian persendian seperti pangkal tangan

menjadi kendor dan berat, sedangkan ujung tangan tampak mengkerut, kaki

menjadi kendor dan pembuluh darah balik menonjol teutama yang ada disekitar

pergelangan kaki, tangan mejadi kurus kering dan pembuluh vena disepanjang

bagian belakang tangan menonjol,kaki membesar karena otot-otot mengendor

timbul benjolan-benjolan, ibu jari tangan membengkak, dan bisa meradang,

serta kuku tangan dan kaki menebal, mengeras dan mengapur.

4) Penglihatan
Pada lansia akan terjadi perubahan pada fungsi penglihatan hal ini disebabkan

oleh adanya penurunan yang konsisten dalam kemampuaan untuk melihat

objek pada tingkat penerangan rendah dan menurunnya sensitifitas terhadap

warna. Orang berusia lanjut pada umumnya menderita presbyopia atau tidak

dapat melihat jarak dengan jelas, yang terjadi karena elastisitas lensa mata

berkurang.

5) Pendengaran

Orang berusia lanjut kehilangan kemampuan mendengar bunyi nada yang

sangat tinggi, sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan syaraf dan

berakhirnya pertumbuhan organ basal yang mengakibatkan matinya rumah

siput didalam telinga (koklea).

6) Kekuatan

Penurunan kekuatan yang paling nyata adalah kelenturan otot-otot tangan

bagian depan otot-otot yang menopang tegaknya tubuh. Orang berusia lanjut

lebih cepat lelah dan memerlukan waktu yang lebih lama untuk memulihkan

diri dari keletihan dibandingkan orang yang lebih muda.

2. Kualitas Hidup

a. Pengertian

Kualitas hidup menurut Bowling, dkk(2009) adalah dapat diartikan secara

subjektif tergantung pada persepsi individu mengenai kesejahteraanya dan kualitas

hidup dimasa tua merupakan kesehatan, merasa cukup secara pribadi dan masih

merasa berguna, partisipasi dalam kehidupan sosial, dan baik dalam sosial

ekonominya.
WHO (2012) Kualitas hidup adalah keadaan fisik, psikologis dan sosial

kesehatan yang dipengaruhi oleh pengalaman, kepercayaan, ekspetasi, dan persepsi

individu dalam konteks budaya dan sistem nilai tempat individu tersebut tinggal

dan berkaitan dengan tujuan, harapan, standar, dan urusan yang mereka miliki. Hal

ini memberikan konsep kesehatan fisik individual, kondisi psikologis, kepercayaan

seseorang, hubungan sosial dan keterlibatan individu dengan sesuatu hal yang

penting dari lingkungan mereka.

Menurut Karangora (2012) mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi

seseorang dalam konteks budaya dan norma yang sesuai dengan tempat hidup

seseorang tersebut serta berkaitan dengan tujuan, harapan, standard an kepedulian

selama hidupnya. Kualitas hidup individu yang satu dengan yang lainnya akan

berbeda, hal itu tergantung pada definisi atau interpretasi masing-masing individu

tentang kualitas hidup yang baik. Kualitas hidup akan sangat rendah apabila aspek-

aspek dari kualitas hidup itu sendiri masih kurang dipenuhi.

b. Domain Kualitas Hidup

Menurut WHOQOL kualitas hidup memiliki 4 dimensi, yang meliputi :

1) Domain kesehatan Fisik

Dimensi kesehatan fisik meliputi aktivitas fisik sehari-hari (seperti bekerja,

olahraga, membersihkan rumah/lingkungan rumah, dll), ketergantungan pada

obat dan bantuan medis, energy dan kelelahan, mobilitas,sakit dan

ketidaknyamanan, tidur dan istirahat, dan kapasitas kerja.

2) Domain Kesejahteraan Psikologis


Dimensi Kesejahteraan Psikologis terdiri dari gambaran diri penampilan,

perasaan negatif, perasaan positif, harga diri, dan berpikir, belajar, memori,

konsentrasi.

3) Domain Hubungan Sosial

Dimensi Hubungan Sosial dapat dinilai dari hubungan personal, dukungan

sosial, dan aktivitas seksual.

4) Domain Hubungan dengan Lingkungan

Dimensi hubungan dengan lingkungan dapat dilihat dari keadaan sumber

finansial, kebebasan, keamanan aktivitas dan keamanan, perawatan kesehatan

dan perlindungan sosial, lingkungan rumah, kesempatan untuk mendapatkan

informasi baru dan ketrampilan, aktivitas di waktu luang/rekreasi, lingkungan

fisik, dan transportasi.

c. Kualitas Hidup Pada Lansia

Lansia memiliki probabilitas yang lebih tinggi untuk menderita kelainan

kesehatan ganda karena mengalami berkurangnya fungsi fisik dan mental.

Kesepian, gangguan aktivitas seksual dan gangguan metabolisme kronis adalah

beberapa penyebabnya bisa mengakibatkan gangguan emosional. Masalah ini bisa

menurunkan kualitas hidup lansia (Bishak, et.,al.2014).

Menurut pernyataan WHO, kualitas hidup didefinisikan sebagai persepsi

individu tentang posisi mereka dalam kehidupan dalam konteks system budaya dan

nilai dimana mereka tinggal dan dalam kaitannya dengan tujuan, harapan, standar

dan keprihatinan mereka. Selain itu, kualitas hidup digambarkan sebagai kesehatan
akibat kombinasi faktor fisik, fungsional, emosional, dan sosial (Bishak,et.,

al,2014).

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup adalah :

1) Jenis kelamin

Secara fisik wanita dan pria lansia memiliki perbedaan dalam melakukan

aktivitas. Selain itu, wanita lansia memiliki nilai yang lebih tinggi dalam hal

kesepian, ekonomi yang rendah dan kekhawatiran terhadap masa depan,

sedangkan pada pria lansia memiliki kepuasan yang lebih tinggi dalam

beberapa aspek yaitu hubungan personal, dukungan keluarga, keadaan

ekonomi, pelayanan sosia, kondisi kehidupan dan kesehatan. Perbedaan gender

tersebut ternyata memberi andil yang nyata dalam kualitas lansia

(Listyaningsih,2017)

2) Usia

Pada masa lanjut usia,seseorang akan mengalami perubahan dalam segi fisik

dan fungsi, mental dan psikososial dalam kehidupan fisik yang berfungsi baik

memungkinkan lanjut usia untuk mencapai penuaan yang berkualitas. Namun,

ketidaksiapan lanjut usia menghadapi keadaan tersebut akan berdampak pada

rendahnya pencapaian kualitas hidupnya. Kemudian lansia yang memandang

usia tua dengan sikap kepasrahan yang pasif, pemberontakan, penolakan dan

keputusasaan, akan mempercepat proses kemerosotan jasmani dan mental

(Listyaningsih,2017)
3) Pendidikan

Barbareschi, Sanderman, Leegte, Veldhuisen dan Jaarsma (2011) mengatakan

bahwa tingkat pendidikan adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

kualitas hidup, hasil penelitian menunjukkan bahwa tingginya signifikansi

perbandingan dari pasien yang berpendidikan tinggi meningkat dalam

keterbatasan fungsional yang berkaitan dengan masalah emosional dari waktu

ke waktu dibandingkan dengan pasien yang berpendidikan rendah serta

menemukan kualitas hidup yang lebih baik bagi pasien berpendidikan tinggi

dalam domain fisik dan fungsional, khususnya dalam fungsi fisik,

energi/kelelahan, sosial fungsi, dan keterbatasan dalam peran berfungsi terkait

dengan masalah emosional.

4) Pekerjaan

Terdapat perbedaan kualitas hidup antara penduduk yang berstatus sebagai

pelajar, penduduk yang bekerja, penduduk yang tidak bekerja (atau sedang

mencari pekerjaan), dan penduduk yang tidak mampu bekerja (atau memiliki

disablity tertentu). (Nofitri,2009)

5) Aktivitas fisik

Pada lansia yang kurang melakukan aktivitas fisik secara rutin lebih berisiko

mengalami penyakit tidak menular dan gangguan mental emosional (Pradono,

2009)

6) Status pernikahan

Nofitri (2009) mengatakan bahwa terdapat perbedaan kualitas hidup antara

individu yang tidak menikah, individu bercerai ataupun janda, dan individu
yang menikah. Penelitian empiris di Amerika secara umum menunjukkan

bahwa individu yang menikah memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi

daripada individu yang tidak menikah, bercerai, ataupun janda/duda akibat

pasangan meninggal.

7) Pendapatan

Adanya pengaruh dari faktor demografi berupa pendapatan dengan kualitas

hidup yang dihayati secara subjektif. Adanya kontribusi yang lumayan dari

faktor penghasilan terhadap kualitas hidup subjektif namun tidak banyak.

(Nofitri,2009)

8) Standar referensi

Nofitri (2009) mengatakan bahwa kualitas hidup dapat dipengaruhi oleh

standard referensi yang digunakan seseorang seperti harapan, aspirasi, perasaan

mengenai persamaan antara diri individu dengan orang lain. Hal ini sesuai

dengan definisi kualitas hidup yang dikemukakan oleh WHOQoL (Power,

2003) dalam (Nofitri, 2009), bahwa kualitas hidup akan dipengaruhi oleh

harapan, tujuan, dan standard dari masing-masing individu

3. Aktivitas Fisik

a. Pengertian

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka

yang memerlukan pengeluaran energi. Kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor

risiko independen untuk penyakit kronis, dan secara keseluruhan diperkirakan

menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010)


Aktivitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh yang

menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan

kesehatan fisik, mental dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan

bugar sepanjang hari. Aktivitas fisik dapat berupa kegiatan sehari-hari, seperti

berjalan kaki, berkebun, mencuci pakaian, naik turun, tangga, atau berupa olahraga

(senam, yoga, lari ringan, dll) (Proverawati,2012).

Aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang diproduksi oleh otot rangka yang

memerlukan pengeluaran energy, termasuk aktivitas yang dilakukan saat bekerja,

bermain, melakukan pekerjaan rumah tangga, bepergian, dan terlibat dalam

kegiatan rekreasi. (WHO,2017).

b. Manfaat Aktivitas Fisik

Menurut Kemenkes RI (2009) aktivitas fisik secara teratur memiliki efek

yang menguntungkan terhadap kesehatan yaitu terhindar dari penyakit jantung,

stroke, osteoporosis, kanker, tekanan darah tinggi, kencing manis, dan lain-lain,

berat badan terkendali, otot lebih lentur dan tulang lebih kuat, bentuk tubuh menjadi

ideal dan proporsional, lebih percaya diri, lebih bertenaga dan bugar, secara

keseluruhan keadaan kesehatan menjadi lebih baik.

Menurut WHO (2017) aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur dengan

intensitas aktivitas yang sedang seperti, berjalan kaki, bersepeda, atau berolahraga

lainnya dapat memperoleh manfaat yaitu:

1) Memperbaiki kebugaran otot dan kardiorespirasi.

2) Memperbaiki kesehatan tulang.


3) Mengurangi risiko hipertensi, penyakit jantung coroner, stroke,

diabetes,berbagai jenis kanker (termasuk kanker payudara dan kanker

usus besar), dan depresi.

4) Mengurangi risiko terjatuh serta patah tulang pinggul atau vertebra.

5) Menyeimbangkan energy dan berat badan dapat terkendali.

c. Tingkat aktivitas fisik

Tingkatan aktivitas fisik menurut Nurmalina (2011) yaitu :

1) Aktivitas ringan

Aktivitas yang membutuhkan tenaga minimal atau sedikit dan tidak

merubah keadaan tanda vital (tekanan darah, pernapasan, atau ketahanan).

Contoh aktivitas ringan, berjalan kaki, menonton tv,duduk, menyapu lantai,

dll

2) Aktivitas sedang

Aktivitas sedang memerlukan tenaga intens atau terus menerus, gerakan

otot yang berirama. Contohnya berlari kecil, berenang, bersepeda, jalan

cepat, yoga, dll.

3) Aktivitas berat

Aktivitas berat biasanya berkaitan dengan olahraga atau latihan fisik yang

membutuhkan kekuatan dan membuat berkeringat, Misalnya, berlari,

aerobic, dll.

d. Jenis Aktivitas Fisik pada Lansia

Aktivitas fisik pada lansia dibagi menjadi 5, menurut Santosa (2015) yaitu :

1) Daya tahan (endurance)


Daya tahan menurun pada lansia karena adanya pengurangan massa otot

penggerak. Pada lansia yang kurang aktif,penurunan terjadi dua kali lebih cepat.

Latihan daya tahan jelas bermanfaat pada perbaikan fungsi organ tubuh,

misalnya pada sistem jantung dan pembuluh darah, pernapasan,otot, sendi, dan

tulang.

Aktivitas fisik yang dapat dilakukan :

a) Berjalan kaki

b) Lari ringan

c) Berenang

d) Senam

e) Bermain tenis

f) Aktivitas duduk (membaca, mengisi teka-teki silang, bermain catur, dll)

g) Berkebun

2) Kekuatan otot (Strength Muscle)

Berkurangnya serabut otot pada proses menua menyebabkan menurunnya

kekuatan otot. Biasanya berjalan menjadi kurang stabil karena lemahnya otot

paha bagian depan dan berkurangnya koordinasi antar otot. Penurunan kekuatan

kaki lebih jelas terasa dibandingkan kekuatan lengan. Massa tulang juga

menurun dan mungkin mulai terjadi osteoporosis (pengeroposan tulang)

sehingga kekuatan makin berkurang. Peranan latihan beban sangat penting

untuk menguatkan tulang agar tidak mudah patah.

Aktivitas yang dapat dilakukan yaitu :

a) Push up
b) Naik turun tangga

c) Angkat beban

d) Membawa belanjaan

e) Mengikuti kelas fitnes

3) Kelenturan (flexibility)

Hal ini yang paling mula-mula terasa mundur pada proses menua. Kapsul sendi

mulai mengerut, daerah jarak persendian berkurang, terutama sendi bahu.

Pembatasan lingkup gerak sendi (range of motion) banyak terjadi pada lansia.

Misalnya, sendi lengan atas, bahu,tungkai mulai terbatas pergerakannya,

kekakuan otot betis memperlambat gerak berjalan pada lansia sehingga

menjadikan mereka lamban bergerak. Perlu diketahui, otot yang kaku ini mudah

mengalami cedera. Latihan kelenturan sendi-sendi dan otot-otot ini sangat

penting untuk dimasukkan dalam program latihan olahraga pada lansia.

Aktivitas fisik yang dapat dilakukan yaitu :

a) Peregangan kaki dan tangan

b) Beribadah (shalat)

c) Yoga

d) Membersihkan lantai

e) Mencuci baju/piring

4) Koordinasi dan keseimbangan

Gangguan koordinasi dan keseimbangan merupakan penyebab utama lansia

mudah jatuh. Hal ini memang berkaitan juga dengan keadaan fungsi sensorik

serta kekuatan otot. Diperlukan latihan untuk menguatkan otot-otot penyangga


keseimbangan tubuh, misalnya dengan latihan gerak menyandar, berbalik,

seperti mengangkat sesuatu, mendorong, berbagai arah, dan lain-lain.

5) Kecepatan.

Hal ini tidak penting karena tidak diperlukan lagi kecepatan gerakan fisik pada

lansia.

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas fisik

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas fisik individu menurut Kartika

(2014) antara lain :

1) Usia

Terdapat perbedaan kemampuan aktivitas pada usia yang berbeda. Hal ini

dikarenakan kemampuan atau kematangan fungsi alat gerak sejalan dengan

perkembangan usia. Usia dewasa akan lebih baik pada kemampuan fungsi alat

gerak dari pada orang pada usia lanjut. Kehilangan total massa tulang progresif

terjadi pada lanjut usia. Beberapa kemungkinan untuk penyebab kehilangan ini

meliputi aktivitas fisik, perubahan hormonal, dan resorpsi tulang aktual.

Pengaruh kehilangan tulang adalah tulang menjadi lemah, tulang belakang lebih

lunak dan terteka, tulang panjang kurang resisten membungkuk.

2) Kesehatan Fisik ( Proses Penyakit/Cedera)

Proses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan aktivitas karena dapat

mempengaruhi fungsi sistem tubuh. Sebagai contoh, orang yang menderita

fraktur femur akan mengalami keterbatasan pergerakan dalam ekstremitas

bagian bawah.

3) Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan aktivitas seseorang

karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan sehari-hari.

4) Emosi

Rasa aman dan gembira dapat mempengaruhi aktivitas tubuh seseorang.

Keresahan dan kesusahan dapat menghilangkan semangat, yang kemudian

sering dimanifestasikan dengan kurangnya aktivitas.

5) Tingkat Energi

Energi adalah sumber untuk melakukan aktivitas. Agar seseorang dapat

melakukan aktivitas dengan baik, dibutuhkan energy yang cukup.

6) Kebudayaan

Kemampuan melakukan aktivitas dapat juga dipengaruhi kebudayaan. Sebagai

contoh, orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki kemampuan

aktivitas yang kuat; sebaliknya ada orang yang mengalami gangguan aktivitas

(sakit) karena adat dan budaya tertentu dilarang untuk beraktivitas.

7) Pekerjaan

Seseorang yang bekerja di kantor kurang melakukan aktivitas bila

dibandingkan dengan petani atau buruh.

8) Keadaan Nutrisi

Kurangnya nutrisi dapat menyebabkan kelemahan otot, dan obesitas dapat

menyebabkan pergerakan menjadi kurang bebas.

4. Pendapatan

a. Pengertian
Pendapatan menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah hasil kerja

(usaha dan lain sebagainya). Pendapatan merupakan jumlah barang dan jasa yang

memenuhi tingkat hidup masyarakat, dimana dengan adanya pendapatan yang

dimiliki oleh setiap jiwa disebut dengan pendapatan perkapita dimana pendapatan

perkapita menjadi tolok ukur kemajuan atau perkembangan ekonomi. (Muhlisin,

2012).

Menurut kamus ekonomi, pendapatan adalah berhubungan dengan

pendapatan pemerintah dari pajak,bea impor dan sebagainya. Dan istilah ini juga

diterapkan terhadap pendapatan perusahaan dan pendapatan individu-individu..

Pendapatan juga diartikan sebagai keseluruhan penerimaan yang diterima pekerja

atau buruh, baik berupa fisik ataupun non fisik selama ia melakukan pekerjaan pada

suatu perusahaan, instansi, atau tempat ia bekerja. Setiap orang yang bekerja

berusaha untuk memperoleh pendapatan dengan jumlah yang maksimal agar dapat

memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Pendapatan keluarga adalah

penerimaan gaji atau balas jasa dari hasil usaha yang diperoleh oleh anggota

keluarga dalam satu bulan dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

(Muhlisin, 2012).

Pendapatan adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh para anggota

masyarakat untuk jangka waktu tertentu sebagai balas jasa atau faktor-faktor

produksi yang mereka sumbangkan dalam turut serta membentuk produk nasional

(Suparyanto, 2014).

Pada awal abad ke-20, gagasan yang berkenaan dengan pendapatan

diperkenalkan oleh Fisher dan Hicks. Fisher menegaskan bahwa pendapatan adalah
sebagai serangkaian kejadian yang berkaitan dengan beberapa tahap yang berbeda

yaitu:

1) Kenikmatan pendapatan psikis.

Pendapatan psikis adalah barang dan jasa yang sungguh-sungguh

dikonsumsi oleh orang yang menciptakan kesenangan psikis dan

kepuasan kebutuhan. Pendapatan psikis merupakan konsep psikologis

yang tidak dapat diukur secara langsung namun dapat ditaksir oleh

pendapatan rill.

2) Pendapatan rill.

Pendapatan rill adalah ekspansi kejadian yang menimbulkan

kenikmatan psikis. Pendapatan ini diukur dengan biaya hidup. Dengan

kata lain kepuasan yang diciptakan oleh kenikmatan psikis dari

keuntungan yang diukur dengan pengeluaran uang yang dilakukan

untuk perolehan barang dan jasa sebelum dan sesudah konsumsi. Jadi

pendapatan psikis,pendapatan rill dan biaya hidup merupakan tiga tahap

yang berbeda bagi pendapatan.

3) Pendapatan uang

Pendapatan uang adalah menunjukkan seluruh uang yang diterima

dan dimaksudkan dan dipergunakan untuk konsumsi dalam memenuhi

biaya hidup. Sementara pendapatan psikis lebih mendasar dan

pendapatan uang sering disebut dengan pendapatan.

Menurut Sunuharjo (2009) ada 3 kategori pendapatan yaitu:


1) Pendapatan berupa uang yaitu segala penghasilan berupa uang yang

sifatnya regular dan yang diterima biasanya sebagai balas jasa atau

kontra prestasi.

2) Pendapatan berupa barang adalah segala pendapatan yang sifatnya

regular dan biasa, akan tetapi selalu berbentuk balas jasa dan diterima

dalam bentuk barang dan jasa

3) Pendapatan yang bukan merupakan pendapatan adalah segala

penerimaan yang bersifat transfer redistributive dan biasanya membuat

perubahan keuangan dalam keuangan rumah tangga.

b. Fungsi keluarga sebagai fungsi ekonomi

Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga,

pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan

keluarga, menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa datang

(MUhlisin,2012)

c. Tahapan keluarga sejahtera menurut BKKBN (2012) yaitu :

1) Prasejahtera

Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal atau

belum seluruhnya terpenuhi seperti : spiritual, pangan, sandang, papan,

kesehatan dan keluarga berencana (KB).

2) Sejahtera I

Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal,

tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologinya seperti kebutuhan


akan pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, interaksi lingkungan tempat

tinggal, dan transportasi.

3) Sejahtera II

Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan kebutuhan sosial

psikologisnya tetapi belum dapat memenuhi seluruh kebutuhan pengembangan,

seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.

4) Sejahtera III

Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar dalam psikologis dan

penghargaan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang teratur bagi

masyarakat atau kepedulian sosialnya belum terpenuhi seperti sumbangan

materi, dan berperan aktif dalam kegiatan masyarakat.

5) Sejahtera IV

Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis dan

pengembangan dan telah dapat memberikan sumbangan yang teratur dan

berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan atau memiliki kepedulian social

yang tinggi.

d. Jenis-Jenis Pendapatan

Secara garis besar pendapatan digolongkan menjadi tiga golongan Artaman (2015),

yaitu:

1) Gaji dan Upah.

Imbalan yang diperoleh setelah orang tersebut melakukan pekerjaan untuk

orang lain yang diberikan dalam waktu satu hari, satu minggu maupun satu

bulan.
2) Pendapatan dari usaha sendiri.

Merupakan nilai total dari hasil produksi yang dikurangi dengan biaya-biaya

yang dibayar dan usaha ini merupakan usaha milik sendiri atau keluarga dan

tenaga kerja berasal dari anggota keluarga sendiri, nilai sewa capital milik

sendiri dan semua biaya ini biasanya tidak diperhitungkan.

3) Pendapatan dari usaha lain.

Pendapatan yang diperoleh tanpa mencurahkan tenaga kerja dan ini biasanya

merupakan pendapatan sampingan antara lain yaitu pendapatan dari hasil

menyewakan asset yang dimiliki seperti rumah, ternak, dan barang lain, bunga

dari uang, sumbangan dari pihak lain dan pendapatan dari pensiunan.

e. Perhitungan pendapatan

1) Pendapatan yang tinggi akan membuat seseorang berperilaku konsumtif,

sehingga pendapatan serta dengan pengeluara. Dapat disimpulkan pendapatan

tinggi dikurangi pengeluaran tinggi hasilnya nihil atau nol.

2) Pendapatan yang tinggi tidak membuat seseorang berperilaku konsumtif,

sehingga pendapatan lebih tinggi dari pengeluaran. Dapat disimpulkan

pendapatan tinggi dikurangi pengeluaran rendah hasilnya positif 1.

3) Pendapatan yang rendah tidak mampu memenuhi kebutuhan pengeluaran

seseorang. Pendapatan lebih rendah dan pengeluaran tinggi. Disimpulkan

pendapatan rendah dikurangi pengeluaran tinggi hasilnya minus 1.

4) Pendapatan yang rendah dan tingkat pengeluaran yang rendah, akan

mengakibatkan masalah baru, salah satunya kemiskinan. Dapat disimpulkan

pendapatan rendah dikurangi pengeluaran rendah hasilnya nihil atau nol.


f. Klasifikasi Pendapatan

Berikut ini penjelasan klasifikasi pendapatan menurut rata-rata Upah Minimum

Kabupaten di Jawa tengah tahun 2016 :

a. Golongan atas (≥ Rp. 2.422.000-3.422.000/bulan)

b. Golongan menegah ( Rp. 1.422.00-2.422.000/bulan)

c. Golongan bawah (≤ Rp.1.422.000/bulan )

5. Hubungan aktivitas fisik dengan kualitas hidup

Kualitas hidup merupakan tingkat harapan hidup seseorang yang mencakup kondisi

fisik seseorang, psikologi atau mental dan lingkungan sosial. Kualitas hidup dari

masyarakat memiliki hubungan dengan pembangunan kesehatan yang tujuannya untuk

meningkatkan kemauan, kesadaran, dan kemampuan dari individu untuk menuju hidup

yang sehat (Kemenkes RI,2015).

Kemampuan aktivitas fisik lansia atau status fungsional lansia adalah kemampuan

seseorang melakukan kegiatan sehari – hari yang dilakukan secara rutin dan mandiri.

Kemampuan aktivitas fisik lansia menggambarkan kondisi kesehatan secara umum.

Individu sehat mampu melakukan aktivitas sehari – hari secara mandiri. Sedangkan

pada lansia, penyakit yang menyerang dapat menjadikan lansia mengalami

ketergantungan baik pada tingkat ringan, sedang atau berat ( Fatmah, 2007).

Penelitian Dewi Kundari (2013), yang berkaitan dengan aktivitas fisik dengan

kualitas hidup. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Hasil penelitian menunjukkaan

bahwa jumlah lansia yang memiliki aktivitas fisik sedang sejumlah 32 responden atau

44,4% dan memiliki kualitas hidup baik sejumlah 45 responden atau 62,5%.Menunjukkan

keeratan hubungan antara aktivitas fisik dengan kualitas hidup lansia adalah sangat rendah.
Pada penelitian Ardli Hidayat (2017) hasil penelitian menunjukkan bahwa

Aktivitas fisik baik dan kualitas hidup baik sebanyak 19 responden atau sebesar

(42,2%) dan yang memiliki aktivitas fisik baik dan kualitas hidup kurang sebanyak 7

responden atau sebesar (15,6%). Sedangkan responden yang memiliki aktivitas fisik

yang kurang dan kualitas hidup baik sebanyak 7 responden atau sebesar (15,6%), dan

responden yang memiliki aktivitas fisik kurang dan kualitas hidup kurang sebanyak 12

responden atau sebesar (26,7%). %). Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan

kualitas hidup lansia di Desa Selokerto Kecamatan Sempor Kabupaten Kebumen.

Penelitian Lok Neslihan, et all (2018), Skala kualitas hidup yang diberikan sebelum

dan sesudah Program Aktivitas Fisik dan perbedaan antara skor total skala.

Subdimensi kesehatan fisik, peran fisik, rasa sakit dan kesehatan umum terhadap

persepsi kualitas hidup meningkat pada individu yang melakukan kegiatan fisik,

sedangkan tidak ada perubahan signifikan selama periode 10 minggu dan setelah

program diadakan. Dari skala kualitas hidup sebelum program aktivitas fisik tidak

berubah secara signifikan dan setelah program diadakan , dan perbedaannya tidak di

temukan statistic signifikan.

6. Hubungan pendapatan dengan kualitas hidup .

Miller (2009) mengemukakan bahwa fase berhenti kerja atau pensiun pasti akan

dialami oleh seluruh lansia dan pada saat itu mengakibatkan pendapatanm (uang)

menurun serta perubahan peran dan status sosial. Pada fase tersebut tugas lansia adalah

harus mampu beradaptasi dengan masa pensiun dan penurunan pendapatan yang terjadi

(Rosdahl dan Kowalski, 2012).


Tingkat pendapatan sangat berhubungan dengan kualitas hidup karena pendapatan

seseorang merupakan salah satu faktor untuk menentukan kualitas hidup seseorang,

berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa seseorang yang berpenghasilan

kurang atau dibawah memiliki kualitas hidup yang kurang., dibandingkan dengan

seseorang yang memiliki penghasilan lebih akan memiliki kualitas hidup yang baik.

(Wikananda Gede, 2015).

Penelitian Nanang Kosim (2015), bahwa Pendapatan keluarga berpengaruh positif

dan signifikan terhadap kualitas hidup yang berarti bahwa apabila pendapatan keluarga

mengalami peningkatan nilai maka kualitas hidup penduduk akan mengalami

peningkatan.

Anda mungkin juga menyukai

  • Fik-Komunitas Dewasa Kel. 2
    Fik-Komunitas Dewasa Kel. 2
    Dokumen363 halaman
    Fik-Komunitas Dewasa Kel. 2
    Annisa Nirmala Pravitasari
    Belum ada peringkat
  • SAP Glomerulonefritis
    SAP Glomerulonefritis
    Dokumen9 halaman
    SAP Glomerulonefritis
    Annisa Nirmala Pravitasari
    Belum ada peringkat
  • LAPORANKU
    LAPORANKU
    Dokumen34 halaman
    LAPORANKU
    Annisa Nirmala Pravitasari
    Belum ada peringkat
  • Ansis Gagal Nafas
    Ansis Gagal Nafas
    Dokumen3 halaman
    Ansis Gagal Nafas
    Annisa Nirmala Pravitasari
    Belum ada peringkat
  • Analisa Jurnal
    Analisa Jurnal
    Dokumen2 halaman
    Analisa Jurnal
    Annisa Nirmala Pravitasari
    Belum ada peringkat
  • LP Icu
    LP Icu
    Dokumen14 halaman
    LP Icu
    Annisa Nirmala Pravitasari
    Belum ada peringkat
  • Askep Dekubitus Fix
    Askep Dekubitus Fix
    Dokumen13 halaman
    Askep Dekubitus Fix
    Annisa Nirmala Pravitasari
    Belum ada peringkat
  • Manajemen Annisa Hand Hygiene
    Manajemen Annisa Hand Hygiene
    Dokumen24 halaman
    Manajemen Annisa Hand Hygiene
    Annisa Nirmala Pravitasari
    Belum ada peringkat
  • Peran Advokat KMB 2 Pak Pri
    Peran Advokat KMB 2 Pak Pri
    Dokumen21 halaman
    Peran Advokat KMB 2 Pak Pri
    Annisa Nirmala Pravitasari
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen19 halaman
    Bab Iii
    Annisa Nirmala Pravitasari
    Belum ada peringkat
  • Artikel
    Artikel
    Dokumen12 halaman
    Artikel
    Annisa Nirmala Pravitasari
    Belum ada peringkat